BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Kondisi Geografis
Secara geografis geografis Kabupaten Jembrana merupakan pintu masuk maupun keluar pulau Bali, melalui pelabuhan Gilimanuk. Kabupaten Jembrana sebagai salah satu dari 9 (sembilan) kabupaten/kota di Provinsi Bali terletak membentang dari arah barat ke timur pada 8˚03’40’’ – 8˚50’48’’ LS dan 114˚25’53’’
- 114˚42’40’’ BT.
Sumber : RKPD Kabupaten Jembrana, 2014
Gambar 5.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana Batas-batas administrasi Kabupaten Jembrana terdiri dari : Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng
Sebelah Timur : Kabupaten Tabanan Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Selat Bali
49
Luas wilayah Kabupaten Jembrana 84.180 Ha atau 14,93 persen dari luas wilayah Pulau Bali, yang terbagi kedalam lima kecamatan dengan rincian seperti pada Tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1 Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Jembrana No. Nama Kecamatan Desa/Kelurahan Luas Wilayah
(Ha) %
1. Melaya 10 19.719 0,23
2. Negara 12 12.690 0,15
3. Jembrana 10 9.397 0,11
4. Mendoyo 11 29.449 0,35
5. Pekutatan 8 12.965 0,15
Jumlah 51 84.180 100,00
Sumber : Profil Kabupaten Jembrana, 2014
5.1.2 Kondisi Pemerintahan Umum
Struktur Organisasi Perangkat Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011. Stuktur Organisasi Perangkat Derah terdiri : 1 (satu) Sekretariat Daerah, 1 (satu) Sekretariat DPRD, Inspektorat, 1 (satu) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal, 10 (sepuluh) Dinas Daerah, 9 (sembilan) Lembaga Teknis Daerah, 5 (lima) Kecamatan, 10 (sepuluh) Kelurahan dan 5 (lima) Staf Ahli.
Penyusunan struktur organisasi tersebut dilakukan dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, bahwa untuk dapat melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta pelaksanaan bidang – bidang tertentu dapat berjalan lancar dan berhasil guna, perlu didukung dengan perangkat daerah yang efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah. Struktur Orgasnisasi Pemerintah Kabupaten Jembrana sebagaimana Gambar 5.2
Sumber : Perda Kab. Jembrana No.15 Tahun 2011
Gambar 5.2 Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Jembrana
Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kabupaten Jembrana juga didukung oleh Aparatur Pegawai Negeri Sipil/PNS.
Karakteristik PNS pada Pemerintah Kabupaten Jembrana disajikan dalam Tabel 5.2
Tabel 5.2
PNS Pemkab Jembrana menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendididkan
No Karakteristik Tahun Tahun
2012 2013
(Orang) (%) (Orang) (%) 1. Jenis Kelamin
Laki - Laki 2.826 59,62 2.712 59,30
Perempuan 1.914 40,38 1.861 40,70
Jumlah 4.740 100,00 4.573 100,00
2. Pendidikan
SD 87 1,84 61 1,33
SMP 115 2,43 122 2,67
SLTA dan Sederajat 1.368 28,86 1.273 27,84 Diploma (DI/DII, DIII, DIV) 815 17,19 743 16,25
S1 2.237 47,19 2.243 49,05
S2 dan di atas nya 118 2,49 131 2,86
Jumlah 4740 100,00 4573 100,00
Sumber : Profil Kabupaten Jembrana, 2014
Dengan masih dijunjung tingginya adat dan tradisi leluhur, di Kabupaten Jembrana dikenal dua istilah pemerintahan desa. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa, di Provinsi Bali terdapat dua pengertian mengenai desa.
Desa dalam pengertian pertama berdasarkan hukum nasional melaksanakan berbagai kegiatan administrasi pemerintahan atau kedinasan sehingga dikenal dengan istilah Desa Dinas atau Desa Administratif. Desa dalam pengertian yang kedua, yaitu Desa Adat atau Desa Pakraman, mengacu kepada kelompok tradisonal dengan dasar ikatan adat istiadat dan terikat oleh adanya tiga pura utama (Kahyangan Tiga). Pengertian Desa Pakraman itu sesungguhnya suatu kesatuan masyarakat hukum adat yang mempunyai harta kekayaan sendiri dan mampu mengatur rumah tangganya sendiri.
Jumlah Desa/ Kelurahan, Banjar Dinas dan Desa Pakraman di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 seperti pada Tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3 Jumlah Desa Pekraman di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 No. Kecamatan Desa/ Kelurahan
(buah)
Banjar Dinas/ Dusun (buah)
Desa Pekraman
(buah)
1 Negara 12 48 9
2 Mendoyo 11 64 19
3 Pekutatan 8 29 13
4 Melaya 10 61 13
5 Jembrana 10 44 10
Jumlah 51 246 64
Sumber : Jembrana Dalam Angka, Tahun 2014
5.1.3 Kependudukan
Informasi data kependudukan merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan sebuah perencanaan dalam sebuah masyarakat. Dari data kependudukan tersebut dapat dibuat sebuah proyeksi beberapa tahun kedepan, sehingga perencanaan tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sesaat saja namun dapat diimplementasikan dalam jangka waktu tertentu. Proyeksi penduduk tersebut bukan merupakan ramalan, tetapi perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi – asumsi tertentu berdasarkan komponen – komponen laju pertumbuhan penduduk.
Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2013 bila dilihat dari ijasah terakhir yang dimiliki, dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4
Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana Berdasarkan Pendidikan Th. 2013 Kecamatan Negara Mendoyo Pekutatan Melaya Jembrana Jumlah Pendidikan (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (%) Tidak/Blm
sekolah
19.573 12.665 5.602 12.975 12.147 2.962 19,61 Blm Tamat
SD
10.821 7.934 3.600 7.879 7.369 7.603 11,71 SD 26.907 20.710 10.190 18.135 17.294 3.236 29,04
Tabel 5.4
Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana Berdasarkan Pendidikan Th. 2013 (lanjutan) Kecamatan Negara Mendoyo Pekutatan Melaya Jembrana Jumlah Pendidikan (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) (%) SMP 12.310 9.614 4.135 8.976 7.379 62.414 13,21 SMU 19.008 16.792 6.216 12.161 14.445 8.622 21,38 D1/D2 771 691 397 605 725 3.189 0,99 D3 1.039 922 354 681 904 3.900 1,21 S1 2.478 1.600 685 1.409 2.340 8.512 2,65 S2 152 89 37 76 181 535 0,17 S3 11 6 1 11 6 35 0,01 Jumlah 93.070 71.023 31.217 62.908 62.790 321.008 100,00 Sumber : Profil Kabupaten Jembrana, 2014
5.1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Jembrana, perkembangan IPM di Kabupaten Jembrana selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.5. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembangunan yang selama ini dilakukan telah berdampak pada peningkatan kualitas SDM di Kabupaten Jembrana.
Tabel 5.5 Perkembangan IPM Kabupaten Jembrana dari Tahun 2009 s/d 2013
No Tahun IPM
1 2009 72,45
2 2010 72,69
3 2011 73,18
4 2012 74,29
5 2013 72,31
Sumber : Jembrana dalam angka tahun 2014
5.1.5 Kondisi ekonomi
Salah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Perkembangan kondisi umum perekonomian merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Gambaran perkembangan kondisi ekonomi makro ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi semua pihak yang memiliki tanggung jawab dan komitmen dalam pengeloaaan ekonomi secara efisien dan efektif. Gambaran perkembangan ekonomi makro secara tidak langsung adalah merupakan gambaran prestasi pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi secara mikro lebih menekankan pada pembangunan individu, kelompok maupun golongan.
Pembangunan ekonomi makro di Kabupaten Jembrana didasarkan pada beberapa penekanan diantaranya terhadap pencapaian Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sebagai cerminan total nilai tambah yang tercipta akibat proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu adalah PDRB yang memegang peran penting dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan. Dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jembrana ditandai adanya perubahan atau pergeseran dalam kontribusi sektor ekonomi terhadap produk daerah sebagai akibat terjadinya pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian (primer) ke sektor industri (sekunder), kemudian kearah sektor jasa-jasa (tersier). Hal ini sesuatu yang sangat wajar dan biasa terjadi di daerah yang sedang membangun dan berkembang seperti Kabupaten Jembrana. Perkembangan PDRB di Kabupaten Jembrana atas dasar harga konstan dan harga berlaku dapat dilihat seperti Tabel 5.6
Tabel 5.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan , PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jembrana Tahun 2009 s/d 2013
Tahun
PDRB
Atas Dasar Harga Konstan
PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (jutaan Rp) Pertumbuhan
(% per th)
(jutaan Rp) Pertumbuhan (% per th) 2009
2010 2011 2012 2013
1.663.345,44 1.739.283,69 1.836.899,81 1.945.292,01 2.049.926,92
4,82 4,57 5,61 5,90 5,38
3.277.309,44 3.604.138,38 3.936.308,28 4.403.536,91 4.982.768,43
13,34 9,97 9,22 11,87 13,15 Sumber : Jembrana dalam angka Tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditunjukkan dengan laju pertumbuhan PDRB suatu daerah baik berdasarkan harga konstan maupun dengan harga berlaku.
Berdasarkan harga berlaku laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Jembrana pada intinya terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sebesar 9,22 persen, tahun 2012 meningkat menjadi 11,87 persen, pada tahun 2013 dengan adanya kenaikan harga meningkat menjadi 13,15 persen.
Berdasarkan harga konstan laju pertumbuhan PDRB terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2011 sebesar 5,61 persen, pada tahun 2012 sebesar 5,90 persen dan pada tahun 2013 sebesar 5,38 persen.
Berdasarkan PDRB tahun 2013, perekonomian Kabupaten Jembrana tumbuh di atas 5 persen yaitu 5,38 persen, namun demikian pertumbuhan perekonomian Kabupaten Jembrana di tahun 2013 sedikit melambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,90 persen. Beberapa sektor yang membuat pertumbuhan ini melambat dibanding tahun sebelumnya diantaranya adalah sektor pertanian yang masih rendah pertumbuhannya yaitu sebesar 3,47 persen saja.
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Jembrana juga ditekankan terhadap peningkatan kinerja APBD dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi. Belanja Daerah sebagaimana tertuang dalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan atau urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang – undangan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 beserta revisinya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Struktur Belanja Kabupaten Jembrana untuk tahun anggaran 2009 – 2013 dikelompokkan menjadi :
1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga.
2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan seperti : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Jembrana dari tahun 2009 s/d 2013 disajikan dalam Tabel 5.7
Tabel 5.7 Realisasi Belanja Daerah Kab. Jembrana Tahun 2009 s/d 2013 Belanja Belanja Tidak
Langsung
Belanja Langsung Jumlah
Tahun (Rp.) (%) (Rp.) (%) (Rp.) (%)
2009 297.047,88 62,00 182.086,93 38,00 479.134,81 100,00 2010 347.243,09 69,97 149.064,73 30,03 496.307,78 100,00 2011 358.848,48 65,62 188.703,95 34,51 546.848,48 100,00 2012 394.837,89 59,40 269.885,17 40,60 664.723,06 100,00 2013 416.035,00 57,90 302.503,44 42,10 718.538,44 100,00 Sumber : Profil Kabupaten Jembrana, 2014
5.1.6 Sistem Informasi Keuangan Daerah
Guna mendorong terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, Pemerintah Kabupaten Jembrana berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja secara terpadu. Undang – undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengamanatkan adanya dukungan sistem informasi keuangan daerah untuk menunjang perumusan kebijakan fiskal secara nasional dan meningkatkan transparansi serta akuntabilitas dalam pelaksanaan desentralisasi.
Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah merupakan serangakaian proses dan prosedur yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan daerah. Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Jembrana sejak tahun 2007 menggunakan aplikasi Sistem Manajemen Akuntansi Keuangan Daerah (SIMAKDA) pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan aplikasi
Sistem Akuntansi Dinas Daerah (SIADINDA) pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana.
5.2 Deskripsi Hasil Penelitian
5.2.1 Pengujian instrumen penelitian
Sebelum digunakan mengumpulkan data, instrumen penelitian berupa kuesioner diujicobakan kepada 30 orang responden dan selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version untuk memastikan bahwa kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan hasilnya konsisten (reliabel).
1) Hasil uji validitas
Kuesioner dikatagorikan valid apabila nilai r hitung > r tabel. Hasil uji validitas instrumen penelitian pada taraf nyata 5 persen dengan jumlah sampel 30 responden maka nilai r tabel adalah 0,3610. Item kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya valid untuk mengukur efektifitas sistem informasi keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Jembrana, seperti yang disajikan dalam Tabel 5.8
Tabel 5.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Kuesioner Corrected
Item-Total Correlation (r hitung)
r tabel n=30
Keterangan
X1.1 0,499 ≥ 0,3610 Valid
X1.2 0,385 ≥ 0,3610 Valid
X1.3 0,468 ≥ 0,3610 Valid
X1.4 0,480 ≥ 0,3610 Valid
X1.5 0,501 ≥ 0,3610 Valid
X1.6 0,604 ≥ 0,3610 Valid
X1.7 0,420 ≥ 0,3610 Valid
X2.1 0,525 ≥ 0,3610 Valid
Tabel 5.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian (lanjutan)
Kuesioner Corrected
Item-Total Correlation (r hitung)
r tabel n=30
Keterangan
X2.2 0,798 ≥ 0,3610 Valid
X2.3 0,728 ≥ 0,3610 Valid
X2.4 0,727 ≥ 0,3610 Valid
X2.5 0,714 ≥ 0,3610 Valid
X2.6 0,516 ≥ 0,3610 Valid
X3.1 0,640 ≥ 0,3610 Valid
X3.2 0,612 ≥ 0,3610 Valid
X3.3 0,753 ≥ 0,3610 Valid
X3.4 0,757 ≥ 0,3610 Valid
X3.5 0,680 ≥ 0,3610 Valid
Y1.1 0,517 ≥ 0,3610 Valid
Y1.2 0,575 ≥ 0,3610 Valid
Y1.3 0,389 ≥ 0,3610 Valid
X4.1 0,635 ≥ 0,3610 Valid
X4.2 0,571 ≥ 0,3610 Valid
X4.3 0,517 ≥ 0,3610 Valid
X4.4 0,649 ≥ 0,3610 Valid
X4.5 0,646 ≥ 0,3610 Valid
Y2.1 0,655 ≥ 0,3610 Valid
Y2.2 0,517 ≥ 0,3610 Valid
Y2.3 0,541 ≥ 0,3610 Valid
Y2.4 0,509 ≥ 0,3610 Valid
Sumber : Data primer diolah, 2014 2) Hasil uji reliabilitas
Kriteria reliabililitas jika nilai α di atas 0,7 (cukup baik/reliabel) dan jika nilai α di bawah 0,5 reliabilitasnya rendah. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian yang dianalisis dengan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version menunjukan seluruh instrumen adalah reliabel seperti disajikan dalam Tabel 5.9
Tabel 5.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuesioner Cronbach's Alpha if Item Deleted Keterangan
X1.1 0,924 Reliabel
X1.2 0,925 Reliabel
X1.3 0,924 Reliabel
Tabel 5.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian (lanjutan)
Kuesioner Cronbach's Alpha if Item Deleted Keterangan
X1.4 0,925 Reliabel
X1.5 0,926 Reliabel
X1.6 0,924 Reliabel
X1.7 0,927 Reliabel
X2.1 0,925 Reliabel
X2.2 0,921 Reliabel
X2.4 0,922 Reliabel
X2.5 0,922 Reliabel
X2.6 0,923 Reliabel
X3.1 0,923 Reliabel
X3.2 0,924 Reliabel
X3.3 0,923 Reliabel
X3.4 0,922 Reliabel
X3.5 0,923 Reliabel
Y1.1 0,923 Reliabel
Y1.2 0,924 Reliabel
Y1.3 0,926 Reliabel
X4.1 0,923 Reliabel
X4.2 0,924 Reliabel
X4.3 0,923 Reliabel
X4.4 0,923 Reliabel
X4.5 0,923 Reliabel
Y2.1 0,923 Reliabel
Y2.2 0,925 Reliabel
Y2.3 0,924 Reliabel
Y2.4 0,925 Reliabel
Sumber : Data primer diolah, 2014 5.2.2 Karakteristik responden
Responden penelitian ini adalah Pegawai pada 38 SKPD Pemerintah Kabupaten Jembrana. Pada masing – masing SKPD dipilih 3 orang pegawai sebagai responden yaitu Kasubag Perencanaan (pegawai yang menangani perencanaan), Bendahara (pegawai yang menangani penatausahaan/pelaksanaan) dan PPK-SKPD (pegawai yang menangani pelaporan/pertanggungjawaban) sehingga jumlah total responden adalah sebanyak 114 orang.
Responden dipilih dengan pertimbangan bahwa pegawai tersebut terlibat langsung dalam pengelolaan (perencanaan/penganggaran, pelaksanaan/
penatausahaan dan pelaporan/pertanggungjawaban) keuangan daerah dan menggunakan sistem informasi keuangan daerah. Responden diberikan kuesioner yang berisi persepsi/pernyataan terkait indikator dari variabel efektifitas SIKD yang dianalisis yaitu kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, motivasi manajemen dan keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi. Karakteristik responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.10
Tabel 5.10 Karakteristik Responden
No. Karakteristik Jumlah (Orang) Prosentase (%)
1. Jenis Kelamin 114 100,00
Laki - laki 63 55,26
Perempuan 51 44,74
2. Usia (tahun) 114 100,00
21 ≤ 24 2 1,75
25 - 29 6 5,27
30 - 34 10 8,77
35 - 39 28 24,56
40 - 44 19 16,67
45 - 56 23 20,18
50 - 54 23 20,18
55 ≤ 56 3 2,62
3. Pendidikan 114 100,00
S2 8 7,02
S1 72 63,15
D3 5 4,39
SMA/Sederajat 29 25,44
Sumber : Data primer diolah, 2014
Karakteristik respoden dilihat dari Jenis kelamin lebih banyak responden laki – laki yaitu 55,26 persen dibandingkan dengan responden perempuan sebanyak 44,74 persen. Usia responden kebanyakan diatas 30 tahun yaitu sekitar 92.08 persen dan sisanya sebesar 7,02 persen berusia 30 tahun kebawah. Berdasarkan pendidikan,
sekitar 25,44 persen responden berpendidikan SMA/sederajat dan sebesar 74,56 persen berpendidikan yang lebih tinggi yaitu D3, S1 dan S2.
5.2.3 Tabulasi Data Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada 114 orang responden dari 38 SKPD Pemerintah Kabupaten Jembrana. Tabulasi dan analisis data penelitian selengkapnya disajikan pada lampiran 4 (halaman 109).
5.2.4 Analisis Sistem Informasi Keuangan Daerah
Analisis efektivitas SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana perpedoman kepada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Unsur/indikator variabel dari efektivitas SIKD yang dinilai terdiri dari 30 indikator. Skala pengukuran menggunakan skala Likert dengan interval 1 - 5. Efektivitas SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana dilihat dari persepsi pengguna sistem informasi disajikan dalam Tabel 5.11
Tabel 5.11
Efektivitas Sistem Informasi Keuangan Daerah di Kabupaten Jembrana Variabel Indikator Nilai rata – rata
unsur/indikator efektivitas SIKD
Rata – rata tertimbang unsur/indikator efektivitas SIKD X1 = Kualitas
Sistem (KS)
1. Kemudahan penggunaan
3,97 0,132
2. Keandalan 3,30 0,110
3. Waktu Respon 3,81 0,127
4. Terintegrasi 1 3,85 0,128
5. Terintegrasi 2 3,37 0,112
6. Terintegrasi 3 3,10 0,103
7. Aksesbilitas 3,19 0,106
Tabel 5.11
Efektivitas Sistem Informasi Keuangan Daerah di Kabupaten Jembrana (lanjutan) Variabel Unsur/Indikator Nilai rata – rata
unsur/indikator efektivitas
SIKD
Rata – rata tertimbang unsur/indikator
efektivitas SIKD X2 = Kualitas
Informasi (KI)
1. Lengkap 3,91 0,130
2. Akurat 3,87 0,129
3. Andal 3,85 0,128
4. Tepat Waktu 3,81 0,127
5. Relevan 3,88 0,129
6. Mudah dipahami 3,78 0,126
X3 = Kualitas Pelayanan (KL)
1. Wujud / Tangibel 3,75 0,125
2. Keandalan / Reliability 3,94 0,131 3. Tanggap/
Responsiveness
3,71 0,124
4. Kepastian /Assurance 3,89 0,130 5. Kepedulian / Empathy 3,66 0,122 X4 = Motivasi
Manajemen (MM)
1. Fisiologis 3,84 0,128
2. Keamanan 3,76 0,125
3. Berkelompok 3,37 0,112
4. Penghargaan 3,71 0,124
5. Aktualisasi diri 3,63 0,121
Y1 = Kepuasan Pengguna (KP)
1. Kepuasan secara menyeluruh terhadap
kualitas sistem
3,79 0,126
2. Kepuasan secara menyeluruh terhadap
kualitas informasi
3,31 0,110
3. Kepuasan secara menyeluruh terhadap
kualitas pelayanan
3,73 0,124
Y2 = Manfaat Sistem bagi Organisasi (MO)
1. Efisien 3,94 0,131
2. Efektif 1 3,83 0,128
3. Efektif 2 3,92 0,131
4. Akuntabel 3,99 0,133
Jumlah 3,712
Efektifitas (Rata – rata tertimbang unsur efektifitas SIKD x 20) 74,24
Interpretasi Efektifitas SIKD Efektif
Sumber : Data primer diolah, 2014
Berpedoman pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, hasil analsis data menunjukan bahwa kriteria ukuran nilai efektivitas sistem informasi keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Jembrana dengan jumlah nilai rata – rata tertimbang sebesar 3,712 termasuk dalam nilai interval 3,41 – 4,20. Nilai konversi Efektivitas 74,24 termasuk dalam interval nilai konversi 68,01 – 84,00 dengan interpretasi tingkat efektivitas adalah efektif.
5.2.5 Analisis pengaruh variabel – variabel yang diamati terhadap efektifitas SIKD
Pengaruh variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi dan Kualitas Pelayanan dan Motivasi Manajemen terhadap Kepuasan Pengguna SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana serta pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi dan Kualitas Pelayanan Motivasi Manajemen dan Kepuasan Pengguna terhadap keuntungan/ manfaat SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana. Pengolahan data dengan menggunakan tehnik analisis Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan maka dalam menganalisis data dan untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel yang diamati tersebut dapat dikonstruksi diagram jalur persamaan struktural efektivitas SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana seperti Gambar 5.3 :
Gambar 5.3
Diagram Jalur Persamaan Struktural Efektivitas SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana (Awal).
Dari Gambar 5.3 di atas, output SmartPLS versi 3 untuk loading factor disajikan pada tabel 5.12 :
Tabel 5.12
Nilai Loading Factor Hasil Evaluasi Diagram Jalur (Awal)
Original Sample
(O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values
X1.1 <- X1 0,567 0,564 0,083 6,833 0,000 X1.2 <- X1 0,054 0,037 0,165 0,325 0,745 X1.3 <- X1 0,617 0,595 0,096 6,421 0,000 X1.4 <- X1 0,769 0,767 0,053 14,553 0,000 X1.5 <- X1 0,774 0,771 0,051 15,253 0,000 X1.6 <- X1 0,614 0,595 0,105 5,862 0,000 X1.7 <- X1 0,751 0,753 0,059 12,633 0,000 X2.1 <- X2 0,793 0,791 0,053 15,022 0,000 X2.2 <- X2 0,825 0,825 0,031 26,284 0,000 X2.3 <- X2 0,894 0,894 0,019 47,583 0,000 X2.4 <- X2 0,808 0,800 0,046 17,725 0,000
Tabel 5.12
Nilai Loading Factor Hasil Evaluasi Diagram Jalur (Awal) (lanjutan)
Original Sample
(O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values
X2.5 <- X2 0,847 0,845 0,033 25,900 0,000 X2.6 <- X2 0,486 0,480 0,110 4,422 0,000 X3.1 <- X3 0,815 0,814 0,042 19,366 0,000 X3.2 <- X3 0,847 0,846 0,028 30,259 0,000 X3.3 <- X3 0,836 0,835 0,037 22,603 0,000 X3.4 <- X3 0,840 0,834 0,046 18,086 0,000 X3.5 <- X3 0,828 0,820 0,049 16,833 0,000 X4.1 <- X4 0,555 0,544 0,134 4,153 0,000 X4.2 <- X4 0,505 0,501 0,119 4,227 0,000 X4.3 <- X4 0,766 0,766 0,045 17,114 0,000 X4.4 <- X4 0,748 0,745 0,073 10,216 0,000 X4.5 <- X4 0,806 0,803 0,042 19,187 0,000 Y1.1 <- Y1 0,917 0,917 0,019 48,545 0,000 Y1.2 <- Y1 0,876 0,876 0,031 28,070 0,000 Y1.3 <- Y1 0,756 0,753 0,051 14,858 0,000 Y2.1 <- Y2 0,876 0,876 0,027 32,147 0,000 Y2.2 <- Y2 0,879 0,878 0,029 30,243 0,000 Y2.3 <- Y2 0,884 0,886 0,019 46,443 0,000 Y2.4 <- Y2 0,816 0,818 0,035 23,396 0,000 Sumber : Data primer diolah, 2015
Dari hasil analisis model awal diketahui bahwa terdapat 2 indikator variabel dengan nilai loading (𝜆𝜆) < 0,5. Indikator tersebut adalah indikator keandalan dari variabel kualitas sistem (X1.2) dengan nilai 0,054 dan indikator mudah dipahami dari variabel kualitas informasi (X2.6) dengan nilai 0.486, maka kedua indikator tersebut harus dibuang/dieliminasi.
Selanjutnya dilakukan pengujian model yang kedua (setelah eliminasi) dengan hasil diagram jalur persamaan seperti gambar 5.4 yang menunjukkan seluruh indikator memiliki nilai loading (𝜆𝜆) > 0,5. Diagram jalur persamaan struktural inilah yang digunakan untuk melakukan analisis data lebih lanjut.
Gambar 5.4
Diagram jalur persamaan struktural efektivitas SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana (setelah eliminasi).
1) Evaluasi Goodness of Fit model PLS
Evaluasi Goodness of Fit Model PLS dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan inner model.
(1) pengujian model pengukuran (outer model)
Evaluasi terhadap model pengukuran adalah dengan melihat validitas konvergen dan validitas diskriminan masing – masing indikator variabel yang diukur. Berdasarkan diagram jalur persamaan struktural efektivitas SIKD Pemerintah Kabupaten Jembrana pada Gambar 5.4 dilakukan analisis terhadap validitas konvergen yang dilihat dari nilai loading factor pada variabel laten dengan indikator – indikatornya dan terhadap validitas diskriminan yang dilihat dari nilai cross loading factor yang menunjukan korelasi indikator dengan variabel latennya.
Hasil evaluasi validitas konvergen dilihat dari validitas indikator yang ditunjukan dengan nilai loading factor seperti pada Tabel 5.13
Tabel 5.13 Nilai Loading Factor (setelah eliminasi)
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values
X1.1 <- X1 0,563 0,563 0,084 6,700 0,000
X1.3 <- X1 0,614 0,601 0,089 6,913 0,000
X1.4 <- X1 0,774 0,772 0,049 15,876 0,000
X1.5 <- X1 0,775 0,772 0,050 15,564 0,000
X1.6 <- X1 0,596 0,596 0,100 5,991 0,000
X1.7 <- X1 0,762 0,757 0,052 14,561 0,000
X2.1 <- X2 0,814 0,808 0,053 15,228 0,000
X2.2 <- X2 0,861 0,859 0,027 31,960 0,000
X2.3 <- X2 0,897 0,896 0,020 44,308 0,000
X2.4 <- X2 0,805 0,798 0,046 17,322 0,000
X2.5 <- X2 0,837 0,836 0,032 25,826 0,000
X3.1 <- X3 0,817 0,816 0,046 17,946 0,000
X3.2 <- X3 0,847 0,848 0,030 28,419 0,000
X3.3 <- X3 0,836 0,833 0,039 21,586 0,000
X3.4 <- X3 0,840 0,836 0,043 19,531 0,000
X3.5 <- X3 0,826 0,819 0,045 18,349 0,000
X4.1 <- X4 0,555 0,553 0,133 4,162 0,000
X4.2 <- X4 0,504 0,503 0,123 4,115 0,000
X4.3 <- X4 0,766 0,765 0,046 16,548 0,000
X4.4 <- X4 0,748 0,742 0,077 9,719 0,000
X4.5 <- X4 0,806 0,803 0,046 17,679 0,000
Y1.1 <- Y1 0,917 0,916 0,019 48,660 0,000
Y1.2 <- Y1 0,876 0,875 0,031 28,442 0,000
Y1.3 <- Y1 0,756 0,748 0,053 14,179 0,000
Y2.1 <- Y2 0,873 0,872 0,028 31,187 0,000
Y2.2 <- Y2 0,877 0,879 0,029 29,870 0,000
Y2.3 <- Y2 0,886 0,889 0,019 45,989 0,000
Y2.4 <- Y2 0,819 0,817 0,037 22,240 0,000
Sumber : Data primer diolah, 2014
Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Tabel 5.13 diketahui bahwa seluruh indikator memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0,5. Hal ini
menunjukan bahwa koefisien yang menghubungkan antara variabel laten dengan indikatornya tersebut valid/sahih (Yamin dan Kurniawan, 2011).
Validitas konvergen juga dievaluasi dengan reliabilitas indikator yang ditunjukan dengan nilai Composite reliability atau Cronbach’s alpha seperti Tabel 5.14
Tabel 5.14
Composite reliability dan Cronbach’s alpha
Variabel Composite
reliability
Cronbach’s alpha
X1 (Kualitas Sistem) 0,841 0,772
X2 (Kualitas Informasi) 0,925 0,898
X3 (Kualitas Pelayanan) 0,919 0,890
X4 (Motivasi Manajemen) 0,824 0,714
Y1 (Kepuasan Pengguna) 0,888 0,808
Y2 (Keuntungan/Manfaat SI bagi Organisasi) 0,922 0,887 Sumber : Data primer diolah, 2014
Konstruk/variabel laten dikatakan reliabel apabila nilai Composite reliability atau Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7 (Yamin dan Kurniawan, 2011).
Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh variabel yang diteliti adalah reliabel.
Evaluasi model pengukuran juga dilakukan dengan menganalisis validitas diskriminan yaitu korelasi antara indikator dengan variabel latennya yang dapat dilihat dari nilai Cross loading factor. Variabel laten dikatagorikan memiliki validitas diskriminan yang memadai apabila korelasi indikator dengan variabel latennya lebih besar jika dibandingkan dengan korelasi indikator dengan variabel laten lainnya dalam model. Hasil pengolahan data sebagaimana disajikan pada tabel 5.15 menunjukkan bahwa seluruh variabel laten yang diteliti memiliki nilai cross loading yang lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi antara indikator dengan
variabel laten yang lain dalam model yang berarti bahwa variabel laten yang diamati tersebut seluruhnya memiliki validitas diskriminan yang tinggi.
Tabel 5.15 Cross loadings factor Variabel
Indikator
X1 X2 X3 X4 Y1 Y2
X1.1 0,563 0,314 0,414 0,281 0,506 0,338
X1.3 0,614 0,420 0,496 0,306 0,368 0,241
X1.4 0,774 0,511 0,554 0,443 0,556 0,447
X1.5 0,775 0,596 0,628 0,393 0,530 0,389
X1.6 0,596 0,434 0,375 0,214 0,361 0,195
X1.7 0,762 0,359 0,447 0,476 0,526 0,447
X2.1 0,581 0,814 0,660 0,440 0,615 0,494
X2.2 0,516 0,861 0,618 0,406 0,614 0,547
X2.3 0,584 0,897 0,735 0,535 0,671 0,589
X2.4 0,462 0,805 0,565 0,417 0,496 0,492
X2.5 0,534 0,837 0,683 0,538 0,620 0,572
X3.1 0,568 0,610 0,817 0,620 0,554 0,584
X3.2 0,553 0,692 0,847 0,543 0,621 0,603
X3.3 0,660 0,614 0,836 0,602 0,628 0,635
X3.4 0,589 0,691 0,840 0,628 0,627 0,637
X3.5 0,593 0,624 0,826 0,581 0,538 0,514
X4.1 0,222 0,313 0,437 0,555 0,243 0,436
X4.2 0,333 0,164 0,278 0,504 0,317 0,311
X4.3 0,351 0,511 0,606 0,766 0,465 0,611
X4.4 0,465 0,351 0,476 0,748 0,406 0,447
X4.5 0,438 0,479 0,582 0,806 0,439 0,628
Y1.1 0,600 0,655 0,686 0,508 0,917 0,709
Y1.2 0,658 0,676 0,613 0,409 0,876 0,626
Y1.3 0,546 0,496 0,519 0,511 0,756 0,601
Y2.1 0,512 0,553 0,639 0,683 0,630 0,873
Y2.2 0,473 0,498 0,618 0,609 0,645 0,877
Y2.3 0,469 0,624 0,670 0,633 0,719 0,886
Y2.4 0,347 0,534 0,545 0,599 0,625 0,819
Sumber : Data primer diolah, 2014
(2) pengujian model struktural (inner model)
Evaluasi terhadap model struktural (Inner model) berkaitan dengan pengujian hubungan antar variabel laten yang sebelumnya telah dihipotesiskan.
Kebaikan model ditunjukkan dengan menggunakan nilai R-Square (R2) dan nilai Q-Square (Q2).
R-Square (R2)
R-Square menjelaskan seberapa besar variabel eksogen yang dihipotesiskan dalam persamaan mampu menerangkan variabel endogen. R-Square disajikan pada tabel 5. 16
Tabel 5.16 R- Square Variabel
(Endogen)
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values
Y1 = Kepuasan
Pengguna 0.637 0.653 0.064 9.974 0.000
Y2 = Keuntungan/
Manfaat Sistem
bagi Organisasi 0.736 0.751 0.044 16.745 0.000 Sumber : Data primer diolah, 2014
R- Square variabel kepuasan pengguna sebesar 0,637 berarti bahwa variabel kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan dan motivasi manajemen dapat menjelaskan sebesar 63,70 persen dari variasi variabel kepuasan pengguna, sedangkan sisanya sebesar 36,30 persen diterangkan oleh variabel lain di luar model.
R- Square variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi sebesar 0,736 yang berarti bahwa variabel kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, motivasi manajemen dan kepuasan pengguna dapat menjelaskan sebesar 73,60 persen dari variasi variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi dan sisanya sebesar 26,40 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Nilai R – Square yang dihasilkan dari analisis model untuk variabel kepuasan pengguna adalah sebesar 0,637 (moderat) dan variabel manfaat sistem bagi organisasi sebesar 0,736 adalah kuat (Chin, 1998) yang artinya variabel eksogen yang dihipotesiskan dalam persamaan mampu menjelaskan variabel endogen.
Q-Square (Q2)
Q-Square predictive relevance untuk model struktural, megukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formulasi yang dikembangkan oleh Geisser, 1975 dalam Jaya dan Sumertajaya (2008) :
Q2 = 1 – (1 – R12
) (1 – R22
) ...….………...…………...……(8) = 1 – (1 – 0,6372) (1 – 0,7362)
= 1 – (1 – 0,406) (1 – 0458) = 1 – (0594) (0458)
= 1 – 0,272 = 0,728
Nilai Q-Square dari model penelitian adalah sebesar 0,728 yang berarti bahwa model penelitian memiliki kapabilitas prediksi yang besar yaitu besarnya keragaman dari data penelitian dapat dijelaskan oleh model persamaan struktural yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebesar 72,80% dan sisanya 27,20%
dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
2) Pengujian hipotesis.
Dilakukan dengan metode resampling Bootstrap dengan statistik uji t.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 114 dengan 6 variabel laten maka nilai t tabel dengan taraf nyata 5 persen adalah 1,982 dan P Value adalah 0,05. Hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini dapat diterima apabila t hitung ≥ 1,982 dan P Value ≤ 0,05. Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan dan diagram jalur persamaan struktural yang telah dirancang, terdapat 13 hubungan antar variabel yang dianalisis yaitu terdapat 9 pengaruh secara langsung dan 4 pengaruh secara tidak langsung.
Pengujian pengaruh langsung
Hasil pengujian pengaruh langsung disajikan dalam Tabel 5.17 Tabel 5.17 Pengaruh Langsung
No .
Pengaruh Langsung
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values 1. X1 -> Y1 0.338 0.345 0.079 4.302 0.000 2. X1 -> Y2 -0.217 -0.207 0.089 2.430 0.015 3. X2 -> Y1 0.340 0.337 0.083 4.097 0.000 4. X2 -> Y2 0.032 0.043 0.103 0.313 0.755*) 5. X3 -> Y1 0.155 0.142 0.129 1.205 0.229*) 6. X3 -> Y2 0.169 0.165 0.110 1.537 0.125*) 7. X4 -> Y1 0.077 0.088 0.118 0.651 0.516*) 8. X4 -> Y2 0.405 0.406 0.099 4.084 0.000 9. Y1 -> Y2 0.543 0.524 0.097 5.599 0.000
*) Tidak Signifikan
Sumber : Data primer diolah, 2014
Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pengaruh secara langsung yang dianalisis yaitu pengaruh : kualitas sistem terhadap kepuasan pengguna, kualitas sistem terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi, kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna, kualitas informasi terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi, kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna, kualitas pelayanan terhadap keuntungan/manfaat
sistem bagi organisasi, motivasi manajemen terhadap kepuasan pengguna, motivasi manajemen terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi dan pengaruh kepuasan pengguna terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
Kualitas sistem dan kualitas informasi signifikan berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan pengguna, begitu pula kualitas sistem, motivasi manajemen dan kepuasan pengguna juga signifikan berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi. Sebaliknya kualitas pelayanan dan motivasi manajemen tidak signifikan berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan pengguna begitu juga dengan kualitas informasi dan kualitas pelayanan tidak signifikan berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
Pengujian pengaruh tidak langsung
Hasil pengujian pengaruh tidak langsung disajikan dalam Tabel 5.18 Tabel 5.18 Pengaruh Tidak Langsung
No. Pengaruh Tidak Langsung
Original Sample
(O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values
1. X1 -> Y2 0.184 0.183 0.060 3.075 0.002 2. X2 -> Y2 0.185 0.177 0.056 3.272 0.001 3. X3 -> Y2 0.084 0.073 0.068 1.249 0.212*) 4. X4 -> Y2 0.042 0.046 0.062 0.673 0.501*)
*) Tidak Signifikan
Sumber : Data primer diolah, 2014
Pengaruh secara tidak langsung yang dalam hal ini adalah melalui variabel Kepuasan Pengguna terjadi pada pengaruh Kualitas Sistem, Kualitas Informasi, kuliatas pelayanan dan motivasi manajemen terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi. Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan dalam Tabel 5.18
diketahui bahwa Kualitas Sistem dan Kualitas informasi signifikan dan sebaliknya kualitas pelayanan dan motivasi manajemen tidak signifikan berpengaruh secara tidak langsung terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
Pengujian pengaruh Total
Hasil pengujian pengaruh total disajikan dalam Tabel 5.19 Tabel 5.19 Pengaruh Total
No. Pengaruh Total
Original Sample
(O)
Sample Mean (M)
Standard Error (Sterr)
T Statistics (O/Sterr)
P Values 1. X1 -> Y1 0.338 0.345 0.079 4.302 0.000 2. X1 -> Y2 -0.033 -0.025 0.098 0.340 0.734*) 3. X2 -> Y1 0.340 0.337 0.083 4.097 0.000 4. X2 -> Y2 0.217 0.220 0.106 2.046 0.041*) 5. X3 -> Y1 0.155 0.142 0.129 1.205 0.229*) 6. X3 -> Y2 0.253 0.238 0.123 2.051 0.041 7. X4 -> Y1 0.077 0.088 0.118 0.651 0.516*) 8. X4 -> Y2 0.446 0.452 0.125 3.576 0.000 9. Y1 -> Y2 0.543 0.524 0.097 5.599 0.000
*) Tidak Signifikan
Sumber : Data primer diolah, 2014
Pengaruh total menunjukan keseluruhan nilai pengaruh variabel baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hasil analisis pengujian pengaruh total sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.19 menunjukkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna, begitu juga dengan kualitas pelayanan, motivasi manajemen dan kepuasan pengguna signifikan berpengaruh terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
Sebaliknya kualitas kualitas pelayanan dan motivasi manajemen tidak signifikan berpengaruh terhadap kepuasan pegguna, begitu juga dengan kualitas sistem dan
kualitas informasi tidak signifikan berpengaruh terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
5.3.1 Efektifitas sistem sinformasi keuangan daerah
Hasil analisis Sistem informasi keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Jembrana dengan menggunakan SIMAKDA di SKPKD dan SIADINDA di SKPD yang sudah diimplementasikan mulai tahun 2007 sampai sekarang menunjukan hasil yang Efektif dengan tingkat efektifitas sebesar 74,24. Tingkat efektifitas diukur dengan berpedoman kepada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Berdasarkan persepsi pengguna, penyelenggaraan sistem informasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana sudah efektif dalam mendukung pengelolaan keuangan daerah yaitu terkait dengan Perencanaan/penganggaran, pelaksanaan/penatausahaan dan pelaporan/
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Parnami dan Damayanthi (2014) pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali dengan hasil yang menunjukan bahwa SIKD yang digunakan adalah Efektif.
Dewi dan Mimba (2014) telah meneliti pengaruh efektifitas SIKD terhadap kualitas laporan keuangan di Pemerintah Kota Denpasar dengan hasil bahwa tingkat efektivitas SIKD termasuk kriteria Efektif. Tingkat efektivitas penerapan Sistem
Informasi akuntansi berbasis komputer pada KSP Asri Utama Mandiri yang diteliti oleh Santi, dkk (2014) juga menunjukan hasil yang Efektif
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irfianto dan Utami (2013), terkait Efektivitas SIKD di Kabupaten Gersik dengan menggunakan variabel efektivitas sistem yaitu : keamanan data, waktu, ketelitian, variasi laporan dan relevansi menunjukan bahwa Efektifitas SIKD di Kabupaten Gersik adalah Cukup Efektif.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wower dan Widhiyani (2012) terhadap implementasi SIKD Pemerintah Kabupaten Tabanan dengan hasil yang Efektif.
5.3.2 Pengaruh variabel – variabel yang diamati terhadap efektivitas SIKD 1) Pengaruh kualitas sistem (X1) terhadap kepuasan pengguna (Y1)
Nilai koefisien pengaruh langsung variabel kualitas sistem terhadap variabel kepuasan pengguna sebesar 0,338 dengan nilai t- statisik 4,302 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,000 ≤ 0,05, yang berarti hipotesis 1 : Kualitas sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna, diterima. Semakin tinggi kualitas sistem informasi maka kepuasan pengguna akan semakin meningkat. Apabila nilai kualitas sistem meningkat 1 satuan maka nilai kepuasan pengguna akan meningkat 0,338 satuan.
2) Pengaruh kualitas sistem (X1) terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi (Y2)
Nilai koefisien pengaruh langsung variabel kualitas sistem terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi signifikan sebesar – 0,217 dengan nilai t- statisik 2,430 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,015 ≤ 0,05. Namun nilai koefisien pengaruh totalnya sebesar – 0,033 dengan nilai t- statisik 0,340 ≤ 1,982 dan nilai
taraf nyata 0,734 ≥ 0,05, yang berarti hipotesis 2 : Kualitas sistem berpengaruh positif terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi, ditolak.
3) Pengaruh tidak langsung variabel kualitas sistem terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi
Nilai koefisien pengaruh secara tidak langsung kualitas sistem terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi melalui kepuasan pengguna menunjukkan hasil yang signifikan sebesar 0,184 dengan nilai t- statisik 3,075 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,002 ≤ 0,05, yang berarti hipotesis 3 : Kualitas Sistem (KS) berpengaruh secara tidak langsung terhadap Keuntungan/ Manfaat Sistem bagi Organisasi (MO) melalui Kepuasan Pengguna (KP), diterima.
Dari hasil analisis pengaruh tidak langsung ini diketahui bahwa kepuasan pengguna mengintervening secara parsial pengaruh kualitas sistem terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi. Apabila kualitas sistem mampu meningkatkan kepuasan pengguna maka akan semakin meningkat pula keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
Hasil penelitian ini mendukung Update D&M IS Success Model (DeLone dan Mc.Lean, 2003). Kemudahan dalam penggunaan sistem, cepat merespon, dan akses dapat dilakukan dengan lancar memberikan keyakinan kepada pengguna bahwa sistem informasi memiliki kualitas yang baik. Keyakinan tersebut akan meningkatkan kepuasan pengguna dalam menggunakan sistem sehingga berdampak bagi individu maupun organisasi (net benefits).
Istianingsih (2007), Istianingsih dan Wijanto (2008), melakukan penelitian terkait kesuksesan Sistem Informasi dengan menggunakan variabel kualitas
pelayanan, kualitas sistem, kualitas informasi, kepuasan pengguna dan kinerja individu. Hasil penelitian tersebut adalah kualitas sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna. Hasil Penelitian Indrayani (2011) menunjukkan bahwa kepuasaan pengguna ditentukan diantaranya oleh mutu sistem informasi yang mengacu pada kemudahan penggunaannya. Jika pengguna menganggap suatu sistem informasi mudah digunakan maka sistem informasi tersebut bisa dikatakan bermutu tinggi.
Astuti dan Dharamdiaksa (2014) dalam penelitianya membuktikan bahwa Sistem informasi yang efektif akan mengahsilkan informasi yang akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya dan dapat meningkatkan Kinerja Karyawan. Peningkatan kinerja karyawan dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
4) Pengaruh kualitas informasi (X2) terhadap Kepuasan Pengguna (Y1)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien pengaruh langsung variabel kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna sebesar 0,340 dengan nilai t- statisik 4,097 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,000 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 4 : Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna, diterima. Semakin tinggi kualitas informasi maka kepuasan pengguna akan semakin meningkat. Apabila nilai kualitas informasi meningkat 1 satuan maka nilai kepuasan pengguna akan meningkat 0,340 satuan.
5) Pengaruh kualitas informasi (X2) terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi (Y2)
Nilai koefisien pengaruh langsung variabel kualitas informasi terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi tidak signifikan sebesar 0,032 dengan
nilai t – statistik 0,313 ≤ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,755 ≥ 0,05, namun nilai koefisien pengaruh total signifikan sebesar 0,217 dengan nilai t- statisik 2,046 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,041 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 5 : Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi, diterima. Semakin baik kualitas informasi yang dihasilkan maka keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi juga semakin meningkat.
6) Pengaruh tidak langsung variabel kualitas Informasi terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi (Y2)
Nilai koefisien pengaruh tidak langsung variabel kualitas informasi terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi signifikan sebesar 0,185 dengan nilai t- statisik 3,272 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,001 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 6 : Kualitas informasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi melalui kepuasan pengguna, diterima.
Hasil pengujian pengaruh langsung kualitas informasi terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi tidak signifikan namun hasil pengujian pengaruh tidak langsung dan pengaruh total memberikan hasil yang siginfikan. Hal ini menunjukan bahwa variabel kepuasan pengguna mengintervening secara penuh pengaruh kualitas informasi terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi.
Keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi akan meningkat apabila pengguna sistem merasa puas terhadap kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi.
Hasil analisis kualitas informasi terbukti berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sejalan dengan Update D&M IS Success Model (DeLone dan Mc.Lean, 2003). Apabila output yang dihasilkan oleh sistem informasi akurat,
konsisten, tepat waktu, relevan, mudah dipahamai dan lengkap maka akan sangat mendukung dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat akan meningkatkan kepuasan pengguna dan pada akhirnya akan berdampak kepada individu maupun organisasi (net benefits). Hasil penelitaian Istianingsih (2007), Istianingsih dan Wijanto (2008) juga membuktikan bahwa kualitas informasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepuasan pengguna yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
7) Pengaruh kualitas pelayanan (X3) terhadap kepuasan pengguna (Y1)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien pengaruh langsung variabel kualitas pelayanan terhadap kepuasan pengguna sebesar 0,155 dengan nilai t- statisik 1,205 ≤ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,229 ≥ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 7 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna, ditolak. Nilai positif dapat diartikan apabila kualitas pelayanan semakin baik maka kepuasan pengguna semakin meningkat.
8) Pengaruh kualitas pelayanan (X3) terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi (Y2)
Nilai koefisien pengaruh langsung variabel kualitas pelayanan terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi tidak signifikan sebesar 0,169 dengan nilai t- statisik 1,537 ≤ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,125 ≥ 0,05. Namun pengaruh secara total memberikan nilai koefisien yang signifikan sebesar 0,253 dengan nilai t- statisik 2,051 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,041 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 8 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi, diterima. Semakin baik kualitas pelayanan dari penyedia
Sistem informasi akan semakin meningkatkan keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi.
9) Pengaruh tidak langsung kualitas pelayanan (X3) terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi (Y2)
Nilai koefisien pengaruh tidak langsung variabel kualitas pelayanan terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi tidak signifikan sebesar 0,084 dengan nilai t- statisik 1,249 ≤ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,212 ≥ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 9 : Kualitas pelayanan berpengaruh tidak langsung terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi melalui kepuasan pengguna, ditolak.
Nilai positif menunjukkan bahwa semakin baik kualitas pelayanan maka keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi juga semakin meningkat
Hasil penelitian ini belum mendukung Update D&M IS Success Model (DeLone dan Mc.Lean, 2003), yang telah membuktikan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan Irianto dan Januarti (2012) yang bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh kualitas pelayanan, kualitas sistem, kualitas informasi terhadap kepuasan pengguna sistem, hasilnya juga menunjukkan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pengguna sistem informasi.
Menurut Kotler, 2005 ada lima dimensi penentu mutu jasa/pelayanan yaitu:
Tangibles (bukti fisik), Empathy (kepedulian), Responsiveness (ketanggapan) Reliability (keandalan), dan Assurance (jaminan kepastian). Hasil pengujian hipotesis tidak signifikan mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan sistem informasi keuangan daerah Pemerintah Kabupaten
Jembrana belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengguna sistem. Myers, et. al. (1997) menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna. Apabila pengguna sistem informasi merasakan bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh penyedia paket program aplikasi akuntansi baik, maka ia akan cenderung untuk merasa puas menggunakan sistem tersebut.
Berdasarkan persepsi pengguna, penyedia layanan kurang melakukan transfer knowledge/membagi pengetahuan tentang pengoperasionalan Sistem/Software akuntansi serta tidak ada pendidikan dan pelatihan khusus untuk menggunakan aplikasi tersebut kepada pengguna. Penyelenggara SIKD dalam memberikan pelayanan kepada pengguna juga dipersepsikan kurang cepat/kurang responsif karena jumlah personil yang membidangi sistem sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah pengguna sistem. Sebagai contoh pada saat proses penyusunan APBD yang implementasinya memiliki banyak titik di SKPD, maka diperlukan tenaga ekstra ketika seluruh SKPD memerlukan pendampingan secara serempak.
Ada lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian pesan jasa diantaranya adalah Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan (Parasuraman, Zeithaml dan Berry, 1998). Kesenjangan tersebut tersirat dari kutipan hasil wawancara mendalam kepada salah seorang pengguna sistem informasi keuangan daerah yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai Kepala Sub Bagian Keuangan dan sekaligus sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK – SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana sebagai berikut :
‘Permasalahan yang sering ditemui adalah adanya perbedaan data antara data di SKPD dengan data di PPKD. Hal ini dikarenakan aplikasi SIADINDA ini belum on line. Inputing data dari SKPD ke Bagian Keuangan/PPKD masih dilakukan secara manual. Dan pada saat akhir tahun, penyusunan laporan Tahunan SKPD membutuhkan waktu yang lama, karena belum terintegrasinya sistem dengan Bagian Perlengkapan yang mengelola aset sehingga setiap tahun harus dilakukan pencocokan data.
Selain hal tersebut diatas, Pemkab Jembrana di dalam mengelola pemanfaatan aplikasi SIADINDA ini masih sangat tergantung pada konsultan (belum mandiri), sedangkan jumlah konsultan yang ada terbatas, sehingga setiap ditemukan permasalahan di SKPD tidak dapat cepat di tangani.’ ( Lestari, 2015)
Meskipun kualitas pelayanan belum terbukti signifikan berpengaruh secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap keuntungan/manfaat sistem terhadap organisasi melalui kepuasan pengguna namun secara keseluruhan kualitas pelayanan signifikan berpengaruh positif terhadap keuntungan/manfaat sistem terhadap organisasi. Penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah pemerintah Kabupaten Jembrana sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pengguna, khususnya terkait dengan produktivitas kerja karena dengan menggunakan sistem informasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas menjadi lebih singkat sebagaimana diungkapkan oleh Lestari, 2015 melalui wawancara mendalam sebagai berikut :
‘Sangat berpengaruh. Karena dengan adanya sistem aplikasi Siadinda semua pencatatan/pembukuan dalam sistem akuntansi yang harus dipenuhi sudah terbantu dengan sistem Siadinda. Dengan melakukan proses inputing data secara tertib dan teliti, semua jenis pelaporan dan pembukuan dapat diakomodir oleh sistem Siadinda. Waktu yang dibutuhkan menjadi jauh lebih singkat.
10) Pengaruh motivasi manajemen (X4) terhadap kepuasan pengguna (Y1)
Nilai koefisien pengaruh langsung variabel motivasi manajemen terhadap kepuasan pengguna sebesar 0,077 dengan nilai t- statisik 0,651 ≤ 1,982 dan nilai
taraf nyata 0,516 ≥ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 10 : Motivasi manajemen berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna, ditolak. Motivasi manajemen tidak signifikan berpengaruh terhadap kepuasan pengguna.
11) Pengaruh motivasi manajemen (X4) terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi (Y2)
Nilai koefisien pengaruh langsung variabel motivasi manajemen terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi sebesar 0,446 dengan nilai t- statistik 3,576 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,000 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 11 : Motivasi manajemen berpengaruh positif terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi organisasi, diterima. Semakin baik motivasi manajemen akan semakin meningkatkan keuntungan/ manfaat sistem bagi organisasi
12) Pengaruh tidak langsung motivasi manajemen terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi
Nilai koefisien pengaruh tidak langsung variabel motivasi manajemen terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi melalui kepuasan pengguna tidak signifikan sebesar 0,446 dengan nilai t- statistik 0,042 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,501 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis 12 : Motivasi manajemen berpengaruh secara tidak langsung terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi melalui kepuasan pengguna, ditolak.
Pengujian pengaruh tidak langsung motivasi manajemen terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi melalui variabel kepuasan pengguna dan pengujian pengaruh langsung motivasi manajemen terhadap kepuasan pengguna menunjukan hasil yang tidak siginifikan. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi
manajemen tidak berpengaruh terhadap kepuasan pengguna dan kepuasan pengguna tidak menjadi intervening pengaruh motivasi manajemen terhadap keuntungan/
manfaat sistem bagi organisasi.
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi terkait penelitian efektivitas sistem informasi karena variabel motivasi manajemen tidak dianalisis dalam Update D&M IS Success Model (DeLone dan Mc.Lean, 2003). Motivasi manajemen merupakan pendorong semangat bagi anggota organisasi dalam meningkatkan produktivitas, kedisiplinan dan meningkatkan kesejahteraan sehingga memberikan dampak bagi individu maupun organisasi.
13) Pengaruh Kepuasan pengguna terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien pengaruh langsung variabel kepuasan pengguna terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi sebesar 0,543 dengan nilai t- statisik 5,599 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,000 ≤ 0,05. Hal ini berarti bahwa kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi. Semakin tinggi kepuasan pengguna maka keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi semakin meningkat. Apabila nilai kepuasan pengguna meningkat 1 satuan maka nilai keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi akan meningkat 0,543 satuan.
Hasil penelitian ini memperkuat Update D&M IS Success Model (DeLone dan Mc.Lean, 2003) yang telah membuktikan bahwa kepuasan pengguna berpengaruh terhadap keuntungan/maanfaat sistem bagi organisasi. Ketika para pengguna puas terhadap sistem informasi dan mengintegrasikan sistem informasi ke
rutinitas mereka, maka sistem informasi menjadi efektif dan berpengaruh terhadap kinerja organisasi (Indrayani, 2011).
Hasil penelitan ini juga sejalan dengan hasil penelitaian Istianingsih (2007), Istianingsih dan Wijanto (2008) bahwa kepuasan pengguna berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja individu. Pengguna sistem merasa puas karena sistem informasi dirasakan sangat membantu dalam tugas – tugas pengelolaan keuangan, meningkatkan produktifitas kerja sehingga berdampak bagi individu maupun organisasi.
14) Pengaruh keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi (Y2) terhadap Kepuasan Pengguna (Y1)
Untuk menganalisis pengaruh variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi terhadap kepuasan pengguna maka dirancang diagram jalur yang arahnya terbalik dengan model sebelumnya, karena tehnik analisis SEM dengan PLS hanya mengijinkan model hubungan antar variabel yang recursif (searah) saja sama seperti analisis jalur (Monecke dan Leisch, 2012). Arah hubungan dibuat dari variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi menuju variabel kepuasan pengguna.
Dari hasil analisis data dengan menggunakan PLS versi 3 yang selengkapnya disajikan pada lampiran 6 (halaman 124). Kebaikan model dengan nilai R2 untuk variabel kepuasan pengguna sebesar 0,742 yang berarti variasi variabel eksogen mampu menjelaskan variasi variabel endogen dengan kuat dan variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi sebesar 0,629 yang berarti variasi variabel eksogen mampu menjelaskan variasi variabel endogen dengan moderat serta nilai Q2 sebesar 0,726 yang berarti bahwa model juga memiliki
kapabilitas perediksi yang besar yaitu sebesar 72,60% dan sisanya 27,40 dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
Nilai koefisien pengaruh variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi terhadap kepuasan pengguna sebesar 0,530 dengan nilai t- statisik 6,092 ≥ 1,982 dan nilai taraf nyata 0,000 ≤ 0,05 yang berarti bahwa keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna. Semakin tinggi nilai keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi maka kepuasan pengguna semakin meningkat. Pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung menunjukkan bahwa keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi mengintervening secara penuh pengaruh kualitas pelayanan dan motivasi manajemen terhadap kepuasaan pengguna.
Berdasarkan hasil analisis kedua model diketahui bahwa terdapat pengaruh yang timbal balik antara variabel kepuasan pengguna dengan variabel Keuntungan/
manfaat sistem bagi organisasi. Kepuasan pengguna berpengaruh terhadap keuntungan / manfaat sistem bagi oraganisasi sebesar 0,543 dan variabel keuntungan/
manfaat sistem bagi oraganisasi berpengaruh terhadap kepuasan pengguna sebesar 0,530. Variabel kepuasan pengguna dan keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi, keduanya merupakan variabel intervening. Kepuasan pengguna mengintervening pengaruh kualitas sistem dan kualitas informasi terhadap keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi dan variabel keuntungan/manfaat sistem bagi organisasi mengintervening pengaruh variabel kualitas pelayanan dan motivasi manajemen terhadap Kepuasan Pengguna.