• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN BASIC LIFE SUPPORT DENGAN KECEMASAN SAAT MENOLONG PASIEN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURNAL ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN BASIC LIFE SUPPORT DENGAN KECEMASAN SAAT MENOLONG PASIEN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN BASIC LIFE SUPPORT DENGAN KECEMASAN SAAT MENOLONG PASIEN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Oleh :

Barka Febrianto Ramadhan 1911011091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2021

(2)

JURNAL ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN BASIC LIFE SUPPORT DENGAN KECEMASAN SAAT MENOLONG PASIEN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

Barka Febrianto Ramadhan 1911011091

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2021

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BASIC LIFE SUPPORT DENGAN KECEMASAN SAAT MENOLONG PASIEN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Oleh :

Barka Febrianto Ramadhan 1911011091

Jurnal Ilmiah ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk dipublikasikan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, 24 Juli 2021

Pembimbing I

Ns. Cipto Susilo,S.Kep.,S.Pd.,M.Kep NPK. 19700715 1 93 05 382

Pembimbing II

Ns. Cahya Tribagus Hidayat.,S.Kep.,.M.Kes.,

NPK. 19860517 1150 3614

(4)

HUBUNGAN PENGETAHUAN BASIC LIFE SUPPORT DENGAN KECEMASAN SAAT MENOLONG PASIEN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Barka Febrianto Ramadhan1, Cipto Susilo2, Cahya Tribagus Hidayat3 Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember 2. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember 3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Abstrak

Basic Life Support merupakan salah satu kompetensi wajib yang harus dimiliki oleh mahasiswa keperawatan sesuai dengan kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) level 7. Pengalaman pertama dalam melakukan basic life support pada tindakan kegawatdaruratan merupakan stresos terkait dengan kepercayaan diri utamanya pada mahasiswa keperawatan sehingga berdampak pada timbulnya permasalahan kecemasan atau anxiety. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan basic life support dengan kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember. Metode penelitian menggunakan metode korelasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sample pada penelitian adalah sebanyak 44 responden menggunakan metode Purposive sampling. Analisis data menggunakan uji spearman rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa Keperawatan tentang basic life support sebagian besar berada pada kategori baik yaitu sebanyak sebanyak 23 mahasiswa (52,3%) dan kecemasan mahasiswa Keperawatan saat menolong pasien henti jantung sebagian besar berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 31 mahasiswa (70,5%). Hasil uji statistik ada hubungan pengetahuan basic life support dengan kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember (p value = 0,001; α = 0,05; r = 0,719). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa diperlukan uoaya untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang basic life support yaitu dengan meningkatkan pelatihan dan pengembangan pengetahuan secara berkala pada setiap akhir program

Kata kunci : Basic Life Support, kecemasan, mahasiswa keperawatan Daftar Pustaka : 47 (2012-2020)

Abstract

Basic Life Support is one of the mandatory competencies that must be possessed by nursing students in accordance with the level 7 Indonesian National Qualification Framework (KKNI).

anxiety or anxiety problems. This study aims to determine the relationship between basic life support knowledge and anxiety when helping patients in nursing students at the Muhammadiyah University of Jember. The research method uses a correlational method with a cross sectional approach. The sample size in this study was 44 respondents using the purposive sampling method.

Data analysis using Spearman Rho test. The results showed that the knowledge of nursing

students about basic life support was mostly in the good category, namely as many as 23 students

(52.3%) and the anxiety of nursing students when helping cardiac arrest patients was mostly in

the low category, namely 31 students (70, 5%). The results of statistical tests showed that there

(5)

was a relationship between basic life support knowledge and anxiety when helping patients at the Muhammadiyah University of Jember nursing students (p value = 0.001; = 0.05; r = 0.719). The results of this study indicate that efforts are needed to improve students' understanding of basic life support, namely by increasing training and knowledge development periodically at the end of each program.

Key Words : Basic Life Support, anxiety, nursing students Bibliography : 47 (2012-2020)

PENDAHULUAN

Mahasiswa keperawatan merupakan calon perawat yang ikut serta dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga perlu dibekali kemampuan perawatan pasien sedini mungkin untuk mencegah kesalahan yang dapat menyebabkan insiden keselamatan pasien. Mahasiswa keperawatan perlu mengintegrasikan pelaksanaan keselamatan pasien dalam proses pembelajaran klinik yang dilakukan kepada pasien (Hayajneh, 2011).

Bentuk pembelajaran klinik bagi mahasiswa keperawatan berdasakan kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) level 7 adalah pemberi asuhan keperawatan (care provider) dimana sebagai individu maupun tim memberikan pelayanan keperawatan kepada klien berdasarkan keilmuan yang dimiliki dengan senantiasa mempertimbangkan aspek legal dan etis. Salah satu bentuk asuhan yang diberikan adalah Basic Life Support (Kementerian Kesehatan, 2018).

Studi terbaru menunjukkan bahwa hanya 15-30% kejadian korban serangan jantung dapat menerima kompresi dari para penolong sebelum sampai di rumah sakit.

Tingkat kelangsungan hidup menurun sekitar 10% setiap menit dengan korban yang menunggu bantuan medis datang tanpa mendapat resusitasi. Setiap tahunnya, jutaan orang meninggal karena terlambat mendapat bantuan medis akibat serangan jantung.

Penanganan pertama henti jantung lebih banyak tertolong dengan tindakan kompresi dibandingkan kompresi yang disela dengan bantuan napas (Booker, 2018).

Di Amerika Serikat sebagai negara yang sudah maju masih terjadi kurang lebih 400.001 kasus sudden cardiac death setiap

tahunnya. Pasien dengan sudden cardiac death menunjukkan sekitar 80% disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Angka harapan hidup pada pasien yang mengalami sudden cardiac death di luar rumah sakit masih sangat rendah sekitar 2 – 25%

(Jeremias & Brown, 2019). Pasien yang dapat

tertolong masih mempunyai risiko tinggi

serangan ulang. Di Indonesia kematian akibat

penyakit jantung dan pembuluh darah masih

menduduki urutan pertama meskipun

demikian angka kematian akibat serangan

jantung yang tiba-tiba masih belum diketahui

secara pasti (Rampengan, 2015). Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar tahun 2017 prevalensi

penyakit jantung di Indonesia masih cukup

tinggi yaitu 7,2% dan berdasarkan diagnostik

menunjukkan angka 0,9%. Dengan asumsi

penduduk Indonesia 228.523.342 orang maka

terdapat 16.453.680 orang yang mengalami

penyakit jantung dan mempunyai risiko

terjadinya sudden cardiac death. Berdasarkan

diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal

jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar

0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696

orang, sedangkan berdasarkan diagnosis

sebesar 0,3% atau diperkirakan sekitar

530.068 orang. Berdasarkan diagnosis

dokter, estimasi jumlah penderita penyakit

gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi

Jawa Timur sebanyak 54.826 orang (0,19%),

sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki

jumlah penderita paling sedikit, yaitu

sebanyak 144 orang (0,02%). Berdasarkan

diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita

penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di

Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang

(0,3%), sedangkan jumlah penderita paling

sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka

(6)

Belitung, yaitu sebanyak 945 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Setiap tahun, layanan gawat darurat medis mengkaji adanya lebih dari 420.001 cardiac arrest terjadi luar rumah sakit di Amerika Serikat. Pada tahun 2013 Layanan Medis Darurat atau Emergency Medical Service (EMS) di Inggris berusaha menyadarkan sekitar 28.000 kasus out-of- hospital cardiac arrest (OHCA). Kejadian Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) di beberapa negara yang tergabung dalam Asia- Pasifik salah satunya Indonesia dalam tiga tahun terakhir yakni sebanyak 60.001 kasus.

Sedangkan insiden cardiac arrest di Indonesia belum didapatkan data yang jelas.

Sekitar 80% dari OHCA terjadi di rumah dan 20% di tempat umum. Hanya sekitar 20%

dapat diobati dengan defibrilasi pada saat EMS tiba (Rampengan, 2015). Ada banyak kasus OHCA yang terjadi namun EMS tidak mencoba resusitasi karena pada saat kedatangan, mereka menilai korban berada di luar resusitasi. Hal ini karena korban telah meninggal selama beberapa jam, atau telah mengalami trauma yang parah yang tidak kompatibel dengan kehidupan, atau karena kesempatan untuk memulai resusitasi tidak diambil lebih cepat sementara EMS sedang dalam perjalanan (American Heart Association, 2015).

Bantuan hidup merupakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bantuan hidup dibagi dua yaitu Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL). Bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut dilakukan sebelum berada di rumah sakit. Pada buku panduan “ Basic Trauma and Cardiac Life Support” , dikemukakan bahwa bantuan hidup dasar merupakan dasar dalam menyelamatkan penderita dengan kondisi yang mengancam nyawa, meliputi cepat mengenali tanda-tanda henti jantung, segera mengaktifkan sistem respon kegawatdaruratan, serta melakukan Basic Life Support (Nicholas & Patty, 2017).

Kelangsungan hidup jauh lebih mungkin ketika korban OHCA menerima

Cardiopulmonary Resusciation (CPR) segera dari masyarakat awam. Oleh karena itu menghubungi Emergency Call dan CPR yang diberikan segera oleh bystander dapat meningkatkan jumlah orang yang diberi kesempatan bertahan hidup. Hal tersebut sejalan dengan beberapa data yakni: angka korban OHCA yang selamat oleh masyarakat awam sebesar 31,7 persen. Sedangkan menurut American Heart Association (2015) sebesar 40,1% korban OHCA terselamatkan setelah dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) oleh masyarakat awam. Bantuan Hidup Dasar (BHD) harus diberikan pada korban- korban yang mengalami henti napas, henti jantung, dan perdarahan. Keterampilan dalam Basic Life Suport dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang dewasa seharusnya memiliki keterampilan Basic Life Suport (American Heart Association, 2015). Idealnya di dunia, semua orang akrab dengan teknik dasar pertolongan pertama dan mengambil pelatihan teratur untuk memastikan pengetahuan tetap berjalan. Sering kali, masyarakat awam mungkin enggan untuk menawarkan bantuan terutama resusitasi jantung paru karena takut jika mereka melakukan sesuatu yang "salah", mereka kemudian akan dituntut atau digugat untuk luka (meskipun tidak disengaja) atau kematian (Maria, 2016).

Basic Life Suport merupakan pengalaman pertama bagi mahasiswa utamanya mahasiswa dibidang kesehatan baik keperawatan maupun kedokteran (Saquib &

Harthi, 2019). Pengalaman pertama dalam

melakukan basic life support pada tindakan

kegawatdaruratan merupakan stresos terkait

dengan kepercayaan diri utamanya pada

mahasiswa kesehatan sehingga berdampak

pada timbulnya permasalahan kecemasan atau

anxiety (Somaraj & Shenoj, 2017). Teori

perilaku kognitif penyebab kecemasan dari

Aaron Beck dalam Shives (2012) menjelaskan

bahwa kecemasan merupakan respons yang

dipelajari atau dikondisikan terhadap

peristiwa yang menimbulkan stres atau

bahaya yang dirasakan. Menurut teori ini,

konseptualisasi atau pola berpikir yang salah,

terdistorsi, atau kontraproduktif menyertai

(7)

atau mendahului perkembangan kecemasan.

Kurangnya pengetahuan akan sesuatu hal mengakibatkan mekanisme koping yang tidak memadai sehingga menimbulkan stres.

Stimulus stres menimbulkan ancaman psikologis bagi orang tersebut sehingga mengakibatkan perkembangan perilaku maladaptif dan timbulnya gangguan kecemasan (Shives, 2012).

Penelitian oleh Yousef (2006) dalam Rachmawaty (2012) menemukan bahwa pengetahuan dan sikap terhadap Resusitasi Jantung Paru diantara mahasiswa Universitas King Saud, didapatkan 85% dari mahasiswa merasa bahwa informasi tentang RJP masih kurang dan secara total hanya 10%dari mereka disurvei merasa bahwa pengetahuan mereka tentang RJP sudah cukup. 73% siswa bersedia melakukan RJP pada orang asing, tetapi hampir semua orang menolak melakukan hal tersebut kepada korban yang bukan sesama jenis (9,6% laki-laki, 17,3%

perempuan) dan 88% mahasiswa ingin belajar bagaimana melakukan RJP. Studi pada tahun 2004 di Selandia Baru menemukan bahwa diantara 400 orang yang diteliti, 74% pernah diajarkan RJP, 73% ingin mengetahui lebih lanjut tentang resusitasi dan 70% berpendapat bahwa resusitasi menjadi komponen wajib untuk tes pengambilan sim mengemudi di Selandia Baru. Penelitian oleh Somaraj &

Shenoj (2017) melaporkan bahwa pada mahasiswa kesehatan yang melakukan basic life support menunjukkan moderately anxiety sebesar 2,19%, average anxiety sebesar 69,40% dan Moderatly high anxiety sebesar 22,95% serta High anxiety sebesar 5,6%.

Wochenschrift (2010) dalam Rachmawaty (2012) mengungkapkan bahwa telah dilakukan studi terhadap 500 responden serta menemukan 70% dari responden pernah menghadiri kursus tentang Resusitasi Jantung Paru (CPR), tetapi hampir 80% dari mereka menghadiri pelatihan itu sudah 10 tahun yang lalu. Kurang dari setengah responden tahu bahwa RJP meliputi pernapasan (47%) dan kompresi dada (44,6%). Pengetahuan tentang keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) umumnya sedikit. hanya 1,2 % tahu tingkat

kompresi dada, 2,2% tahu rasio antara kompresi dada dan pernapasan buatan yang benar pada orang dewasa, dan hanya 3 dari 500 (0,6%) responden yang tahu keduanya.

Sedangkan di Indonesia sendiri belum ada data jelas mengenai studi terhadap masyarakat awam terkait dengan pengetahuan maupun penatalaksanaan bantuan hidup dasar atau Basic Life Suport pada henti jantung

Mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan ketrampilan tentang bantuan hidup dasar sehingga hal tersebut menjadi stressor yang menimbukan rasa kecemasan pada mahasiswa (Susilo & Nurhapsari, 2019).

Kecemasan (ansietas) merupakan situasi yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Kecemasan dapat timbul dengan intensitas yang berbeda- beda, tingkatan ini terbagi menjadi kecemasan ringan, sedang, berat hingga menimbulkan kepanikan dari individu itu sendiri, terkadang dapat menimbulkan halangan untuk melakukan suatu pekerjaan (Suryanto, 2012)

Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang teknik resusitasi memungkinkan seseorang dapat menolong orang yang membutuhkan bantuan. Beberapa pelatihan yang sudah dilakukan oleh beberapa instansi belum dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kegawatdaruratan seseorang serta mengetahui apalagi memahami pedoman untuk melakukan resusitasi jantung paru, Maka dari itu cukup beralasan bagi peneliti untuk melakukan suatu kajian mengenai hubungan pengetahuan basic life support dengan kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Sampel pada penelitian adalah mahasiswa

keperawatan program diploma tiga (D-III)

tahun 2021 sebanyak 69 mahasiswa. Teknik

sampling yang digunakan adalah Purposive

sampling. Pengumpulan data dilakukan

(8)

menggunakan kuesioner berupa pengetahuan dan instrument An Alternative Social Anxiety Scale. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan Spearman Rho pada taraf signifikasi α (0,05).

HASIL PENELITIAN Data Umum

1. Frekuensi Usia Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember Tahun 2021 (n=44)

Tendency Central Hasil 95%CI

Mean 22 20-23

Median 22

Modus 21

Standar Deviasi 1,38

Min- Maks 19-25

2. Distribusi Jenis Kelamin Mahasiswa

Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jember Tahun 2021 (n=44)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki- laki 14 31,8

Perempuan 30 68,2

Total 44 100

3. Distribusi Riwayat Mengikuti Pelatihan Basic Life Support pada Mahasiswa

Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Jember Tahun 2021 (n=44)

Pelatihan Basic Life Support

Frekuensi Persentase

Pernah 44 100

Tidak Pernah 0 0

Total 44 100

4. Tabel 5.4 Distribusi Riwayat Melakukan Pertolongan Henti Jantung pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember Tahun 2021 (n=44)

Pengalaman Frekuensi Persentase

Pernah 23 52,3

Tidak Pernah

21 47,7

Total 44 100

Data Khusus

1. Pengetahuan Basic Life Support Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Kategori Pengetahuan

Frekuensi Persentase

Baik 23 52,3

Cukup 19 43,2

Kurang 2 4,5

Total 44 100

2. Kecemasan Saat Menolong Pasien Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Tingkat Kecemasan

Frekuensi Persentase

Tinggi 2 4,5

Sedang 11 25

Rendah 31 70,5

Total 44 100

3. Hubungan Pengetahuan Basic Life Support Dengan Kecemasan Saat Menolong Pasien Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Pengetahuan

Kecemasan Total

Tinggi Sedang Rendah p-

value r

f % f % f % f %

Kurang 2 100 0 0 0 0 2 100

Cukup 0 0 11 57,9 8 42,1 19 100 0,001 0,719

Baik 0 0 0 0 23 100 23 100

Jumlah 2 4,5 11 25 31 70,5 44 100

Berdasarkan tabeldi atas diketahui

bahwa dari 44 responden menunjukkan

pada mahasiswa dengan tingkat

pengetahuan kurang seluruhnya berada

pada tingkat kecemasan yang tinggi yaitu

sebanyak 2 mahasiswa (100%). Pada

mahasiswa dengan tingkat pengetahuan

cukup menunjukkan bahwa sebagian

besar berada pada tingkat kecemasan

sedang yaitu sebanyak 11 mahasiswa

(57,9%). Pada mahasiswa dengan tingkat

pengetahuan baik menunjukkan bahwa

seluruhnya beda pada tingkat kecemasan

rendah yaitu sebanyak 23 mahasiswa

(100%). Hasil analisis menurut tabel 5.7

(9)

diatas menunjukkan bahwa nilai p value

= 0,001; α = 0,05; r = 0,719. Dengan demikian H

1

diterima yang berarti secara signifikan ada hubungan pengetahuan basic life support dengan kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

.

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan basic life support pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang basic life support berada pada kategori baik sebanyak 23 mahasiswa (52,3%).

Notoadmodjo (2014) menjelaskan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Ia juga menyatakan bahwa pengetahuan didasarkan oleh Pendidikan.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh mahasiswa (100%) telah menerima pelatihan basic life support. Hal tersebut sejalan dengan teori Notoadmodjo (2014) yang menyatakan bahwa Pendidikan melalui pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Penelitian ini sejalan dengan temuan oleh Abolfotouh et al., (2017) bahwasanya pengetahuan mahasiswa kesehatan tentang basic life support dipengaruhi oleh pelatihan.

Pelatihan secara sistematis mengenai basic life support merupakan hal yang sangat penting karena akan meningkatkan pengetahuan seseorang dalam upaya

melakukan cardiopulmonary resuscitation.

Hal ini tidak mengherankan bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan (52,3%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai basic life support. Hasil penelitiannini juga sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Putri & Sutrisno (2017) bahwasanya mahasiswa yang sedang praktik profesi memiliki pengetahuan yang baik mengenai basic life support. Hal serupa diungkapkan oleh Vural et al (2017) bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan dan medis memiliki pengetahuan yang baik tentang basic life support. Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan tentang basic life support pada mahasiswa keperawatan sangat dipengaruhi oleh pelatihan, hal ini dudukung studi yang dilakukan oleh Hernando (2016) bahwa pelatihan basic life support berhubungan erat dengan kesiapan mahasiswa dalam melakukan cardiopulmonary resuscitation. Pelatihan membantu individu untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang berdampak pada meningkatnya pengetahuan tentang sesuatu hal yang dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai basic life support.

Peneliti berpendapat bahwa tingkat pengetahuan yang baik pada mahasiswa keperawatan dipengaruhi oleh yang salah satunya adalah semua mahasiswa telah menerima pelatihan basic life support.

Dengan adanya pelatihan maka kemampuan mahasiswa tentang basic life support akan meningkat dan dengan sendirinya akan diikuti dengan meningkatnya pengetahuan.

2. Kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Hasil penelitian ini menemukan

bahwa sebagian besar kecemasan

mahasiswa keperawatan saat menolong

pasien henti jantung berada pada tingkat

kecemasan rendah yaitu sebanyak 31

mahasiswa (70,5%).

(10)

Hawari (2017) menjelaskan berdasarkan pendekatan psikodinamik cemas merupakan salah satu reaksi terhadap stresor psikososial selain stres dan depresi. Stresor psikososial didefinisikan sebagai keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam diri seseorang, sehingga orang itu terpaksa beradaptasiatau menyesuaikan diri untuk menanggulanginya. Apabila orang tidak mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut maka timbulah keluhan- keluhan antara ain berupa stres, cemas dan depresi. Kecemasan dapat muncul dengan berbagai intensitas yang berbeda-beda, tingkatan ini terbagi menjadi kecemasan ringan, sedang, berat hingga menimbulkan kepanikan dari individu tersebut sehingga semakin berat intensitas kecemasan akan menimbulkan halangan untuk melakukan suatu pekerjaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (70,5%) mahasiswa keperawatan berada pada tingkat kecemasan yang rendah. Hasil studi ini sejalan dengan temuan oleh Ismoyomurti (2017) bahwasanya sebagian besar mahasiswa yang melakukan praktik klinik keperawatan distase gawat darurat dan kritis berada pada kategori kecemasan ringan. Penelitian oleh Adeleye et al (2020) mengungkapkan hal serupa bahwa dalam mahasiswa Kesehatan yang pertama melakukan pertolongan henti jantung memiliki kekhawatiran untuk melakukan basic life support. Laporan oleh Shibata &

Taniguchi (2020) menemukan bahwa ketakutan dan kehawatiran pada mahasiswa dalam melakukan cardiopulmonary resuscitation umumnya didominasi oleh ketakutan akan tertular penyakit.

Pengukuran kecemasan pada penelitian ini menggunakan Social Anxiety Scale yang mencakup ketakutan terhadap penilaian negatif (Fear of Negative Evaluation), Penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan dengan orang asing/baru (Social Avoidance and Distress-New), Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang

dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal (Social Avoidance and Distress-General). Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa berada pada tingkat kecemasan ringan (70,5%). Yusuf, A.H & Nihayati (2015) menjelaskan bahwa ansiates ringan merupakan keadaan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

Peneliti berpendapat bahwa kecemasan pada mahasiswa pada kategori rendah dikarenakan seluruh mahasiswa pada penelitian ini diketahui telah mengikuti pelatihan mengenai basic life support serta telah memiliki pengalaman melakukan pertolongan pada henti jantung sehingga dapat disumsikan bahwa mahasiswa pada penelitian ini telah memiliki pengalaman pertama sehingga dapat meminimalisir kecemasan saat melakukan pertolongan pada pasien.

3. Hubungan pengetahuan basic life support dengan kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember

Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kurang seluruhnya berada pada tingkat kecemasan yang tinggi yaitu sebanyak 2 mahasiswa (100%). Pada mahasiswa dengan tingkat pengetahuan cukup menunjukkan bahwa sebagian besar berada pada tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 11 mahasiswa (57,9%).

Pada mahasiswa dengan tingkat

pengetahuan baik menunjukkan bahwa

seluruhnya beda pada tingkat kecemasan

rendah yaitu sebanyak 23 mahasiswa

(100%). Berdasarkan uji statistic diketahui

bahwa ada hubungan pengetahuan basic

life support dengan kecemasan saat

menolong pasien pada mahasiswa

keperawatan Universitas Muhammadiyah

(11)

Jember (p value = 0,001; α = 0,05; r = 0,719).

American Heart Association (2015) menjelaskan bahwa Basic Life Support dapat dilakukan oleh siapapun tidak harus dari tenaga Kesehatan saja. Keterampilan Basic Life Support akan menjadi penting karena didalamnya diajarkan tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan pasien dari berbagai kecelakaan atau musibah sehari-hari yang biasa dijumpai dalam kondisi henti jantung atau cardiopulmonary resuscitation.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan basic life support berhubungan dengan kecemasan saat menolong pasien pada mahasiswa keperawatan. Penelitian oleh Santoso &

Ilse (2020) mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan mahasiswa preklinis.

Notoadmodjo (2014) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil pengindraan dan pengelaman seseorang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Leem (2013) yang pada penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kesediaan seseorang untuk melakukan cardiopulmonary resuscitation. Hal serupa juga dilaporkan oleh Lu (2016) dalam penelitiannya terhadap mahasiswa dari 18 universitas yang berada di China, ia menemukan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kesediaan untuk terlibat dalam untuk melakukan cardiopulmonary resuscitation dimana semakin baik tingkat pengetahuan yang dimiliki maka akan semakin baik pula kesediaan untuk melakukan basic life support. Panchal (2015) menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang akan sesuatu hal dalam hal ini adalah mengenai basic life support tergantung pada penilaian dan cara seseorang menyikapi pengetahuan yang ia miliki apakah hal tersebut merupakan tindakan yang positif atau hal yang negative.

Peneliti berpandangan bahwa pengalaman, perasaan dan penilaian subjektif mahasiswa ketikan melakukan basic life support pada korban henti jantung akan sangat berbeda antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainya.

Dengan pengetahuan yang baik serta adanya dukungan dari tenaga Kesehatan lainya maka secara psikologi mahasiswa tersebut akan merasa lebih tenang karena telah memiliki kemampuan secara teori dan praktis melalui pelatihan serta adanya tenaga Kesehatan lain di lingkungan rumah sakit yang dianggap lebih tahu sehingga hal tersebut dapat mengurangi respons kecemasan dari mahasiswa saat melakukan basic life support pada pasien.

Pengetahuan yang baik akan sesuatu hal akan menopang dan menudukung kesadaran seseorang untuk lebih mengendalikan diri. Dengan adanya pengendalian diri yang baik maka akan terbentuk koping yang adaptif terhadap berbagai macam stressor, yang dalam hal ini adalah basic life support, dengan koping yang adaptif saat menghadapi stressor maka dimungkinkan seorang individu dalam hal ini mahasiswa keperawatan akan mampu mengurangi tingkat kecemasanya.

KESIMPULAN & SARAN Simpulan

1. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang basic life support sebagian besar berada pada kategori baik sebanyak 23 mahasiswa (52,3%)

2. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kecemasan mahasiswa keperawatan saat menolong pasien henti jantung sebagian besar berada pada tingkat ringan yaitu sebanyak 31 mahasiswa (70,5%)

3. Hasil penelitian ini menemukan bahwa

terdapat hubungan pengetahuan basic life

support dengan kecemasan saat menolong

pasien pada mahasiswa keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jember (p

value = 0,001; α = 0,05; r = 0,719)

(12)

Saran

1. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat bahan kajian dan masukan bagi institusi keperawatan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang basic life support dengan meningkatkan pelatihan dan pengembangan pengetahuan secara berkala pada setiap akhir program.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan pendampingan kepada mahasiswa guna menekan kejadian kecemasan pada mahasiswa praktik serta memberikan support atau dukungan kepada mahasiswa sebagai penerus profesi 3. Penelitian selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dugunakan sebagai sumber rujukan dan dapat dikembangkan untuk metode penelitian yang lain terkait dengan kecemasan pada mahasiswa praktik serta pengetahuan mahasiswa mengenai basic life support DAFTAR PUSTAKA

Abolfotouh, Alnasser, & Berhanu. (2017).

Impact of basic life-support training on the attitudes of health-care workers toward cardiopulmonary resuscitation and defibrillation. BMC Public Health, 12(6).

Adeleye, Aigbonoga, & Akintayo. (2020).

Awareness and attitude of final year students towards the learning and practice of cardiopulmonary resuscitation at the University of Ibadan in Nigeria. African Journal of Emergency Medicine, 11(52).

American Heart Association. (2015).

Guideline CPR and ECC: Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 Untuk CPR dan ECC Edisi Bahasa Indonesia. American Heart

Association Program.

Booker. (2018). Critical Care Nursing Monitoring and Treatment For Advance Nursing Practice. Wiley Blackwell.

Hawari, D. (2017). Manajemen Stres Cemas dan Depresi (2nd ed.). Badan Penerbit FKUI.

Hayajneh. (2011). Role model clinical instructor as perceived by Jordanian nursing students. Journal of Research in Nursing, 10(2).

Hernando. (2016). Pengaruh Pelatihan Basic Life Support Terhadap Tingkat

Kesiapan Melakukan

Cardiopulmonary Resuscitationpada Mahasiswa Keperawatan Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta. Universitas

"Aisyah Yogyakarta, 1(1).

Ismoyomurti. (2017). Rentang respon kecemasan mahasiswa Ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta saat melakukan praktik stase keperawatan gawat darurat dan kritis. Publikasi Ilmiah Univeristas MUhammadiyah Surakarta, 1(1).

Jeremias, A., & Brown, D. (2019). Cardiac Intensive Care. In Cardiac Intensive

Care. Elsevier.

https://doi.org/10.1016/B978-1- 4160-3773-6.X0001-8

Kementerian Kesehatan. (2018). Pedoman Penyelenggaraan Program Studi Profesi Ners pada Poltekes Kemenkes RI. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018.

Sekretariat Jendral Kementerian

Kesehatan RI.

http://www.depkes.go.id/resources/d

(13)

ownload/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/Data-dan-

Informasi_Profil-Kesehatan- Indonesia-2018.pdf

Leem. (2013). Analysis of factors for

intention to perform

cardiopulmonary resuscitation.

Korean Journal Emergency Medicine, 17(3).

Lu. (2016). Factor in fluencing university student’s willingness to performing by stander cardiopulmonary resuscitation. International Emergency Nursing, 1(1).

Maria. (2016). Keperawatan Dawat darurat dan Manajemen Bencana. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Keseatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Nicholas, & Patty. (2017). Basic Life Support:

CPR and First Aid Student Handbook. Divers Alert Network.

Notoadmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Panchal. (2015). An Intention Focused paradigm for improving bystander CPR performance. J Resucitation, 88(48).

Putri, & Sutrisno. (2017). Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Melakukan Basic Life Support pada Mahasiswa Keperawatan Jenjang Sarjana Dan Profesi Di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 1(1).

Rampengan. (2015). Kegawatdaruratan Jantung. Badan Penerbit FKUI.

Santoso, & Ilse. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai COVID – 19 terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Preklinik Fakultas

Kedokteran Universitas Tadulako. E Journal Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako, 1(1).

Saquib, & Harthi. (2019). Knowledge and Attitude about Basic Life Support and Emergency Medical Services amongst Healthcare Interns in University Hospitals: A Cross- Sectional Study. Hindawi Emergency Medicine International Journal, 10(11).

Shibata, & Taniguchi. (2020). Obstacles to bystander cardiopulmonary resuscitation in Japan. Resucitation Journal, 44(1).

Shives. (2012). Basic Concepts of Psychiatric–Mental Health Nursing.

Lippincott Williams & Wilkins.

Somaraj, & Shenoj. (2017). Knowledge, attitude and anxiety pertaining to basiclife support and medical emergencies among dental interns in Mangalore City, India. World Journal Emergency Medicine, 8(2).

Suryanto. (2012). Pengantar Psikologi Sosial.

Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair.

Susilo, & Nurhapsari. (2019). Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa program studi profesi Ners STIKes Kusuma Husada Surakarta saat menghadapi pelatihan BTCLS.

Jurnal Ners Indonesia, 1(1).

Vural, Kosar, & KIzkapan. (2017).

Cardiopulmonary resuscitation knowledge among nursing students:a questionnaire study. Anantol Journal Cardiologi, 17(5).

Yusuf, A.H, F., & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.

In Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.

https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-

(14)

xx-x

Referensi

Dokumen terkait

Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti

Dari beberapa penelitian diatas bahwa peranan digital marketing sangat berpangaruh untuk mendatangkan pariwisata adapun digital marketing di era industry 4.0 yang bisa di

Masalah-maslah tersebut di antaranya ketidakmampuan siswa menggunakan representasi makroskopik, submikrioskopik dan simbolik dalam memahami kimia, siswa merasa

Untuk menguji pengaruh variabel Kualitas Pelayanan (X1)dan Sarana Prasarana (X2) secara silmultan terhadap variabel Kepuasan Peserta Didik (Y) digunakan uji F.Dengan hasil nilai

Phenolic Contents and Antioxidant Activity of Various Date Palm (<i>Phoenix dactylifera </i> L.) Fruits from Saudi

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan hasil kerja keras, keuletan, ketekunan, kedisiplinan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis bisa menyelesaikan

APRILIANA: Korelasi Kompetensi Profesional Guru dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SMP Muhammadiyah I Kota Cirebon. Peran lembaga pendidikan sebagai lembaga

Pengembangan media pembelajaran Truth or Dare menggunakan model pengembangan 4D yang telah dikembangkan oleh peneliti meliputi tahap Pendefinisian