• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1 Landasan Teori Tentang Fotografi 2.1.1 Pengertian Fotografi

Ada beberapa istilah dalam pengertian fotografi, secara teori fotografi berasal dari 2 suku kata yaitu photos dan graphos atau dalam bahasa Indonesia foto dan grafi. Dalam bahasa Yunani photos memiliki arti sinar/cahaya, dan graphos memiliki arti menulis, melukis atau menggambar.

Menurut Woodruf mendefinisikan Fotografi adalah konsep sebagai adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu. (“Pengertian dan sejarah singkat Fotografi”, par.1)

2.1.2 Intensitas cahaya dalam kamera

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter, ISO, Diafragma, Speed.

2.1.2.1

Lightmeter

Lightmeter adalah alat yang dipakai untuk mengukur jumlah cahaya yang masuk. dengan membandingkan dengan aperture dan shutter speed yang digunakan, maka lightmeter dapat menentukan cahaya yang masuk, sudah “pas”, “under” (kurang) atau “over” (lebih) (“Tahukah Kamu Tentang Lightmeter?”, par. 2).

(2)

2.1.2.2 ISO (International Organization for Standardization)

Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO (ISO Speed) yaitu semakin rendah ISO semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin tinggi ISO semakin banyak cahaya yang masuk.

Semakin sensitif sensor menangkap cahaya namun semakin banyak noise yang keluar dalam foto. ISO tinggi hanya digunakan ketika kita dalam kondisi kamera kekurangan cahaya, misalnya saat malam hari, Biasanya dalam studio indoor menggunakan ISO 200-250.

2.1.2.3 Diafragma (Aperture)

Diafragma adalah semakin besar bukaan diafragma semakin banyak cahaya yang masuk. DOF/ruang ketajaman semakin tipis. Semakin kecil bukaan diafragma semakin sedikit cahaya yang masuk. DOF/ruang ketajaman semakin luas. DOF (Depth of Field) / ruang ketajaman adalah rentang atau variasi jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus). Biasanya dalam studio indoor, tidak ada diafragma yang tepat untuk pemotretan tetapi diafragma paling ideal adalah f11 karena membuat segala sesuatu yang terdapat di subjek tetap fokus. F8 dan f9 juga bagus dan menarik untuk dibuat dalam sebuah pemotretan tetapi jika f4 maka mata subjek mungkin masih bisa fokus tetapi rambut tidak fokus.

2.1.2.4 Kecepatan Rana (Speed)

Kecepatan rana adalah Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai (Exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang

(3)

menjadi Digital ISO. Speed ideal yang baisa digunakan dalam studio indoor adalah 1/125 (Kelby xxv).

2.1.3 Macam-macam aliran dan angle dalam Fotografi

Fotografi memiliki banyak aliran yaitu fotografi fashion, fotografi makanan, fotografi periklanan, fotografi still life, fotografi pernikahan, fotografi alam, fotografi arsitektur, dll. Dalam fotografi, fotografer harus bisa bermain komposisi yaitu angle foto. Macam-macam dari angle foto yaitu Eye angle adalah pengambilan gambar sejajar obyek dengan mata, Low Angle yaitu pengambilan gambar lebih rendah dari objek foto serra menghadap ke atas, High Angle pengambilan dari atas objek untuk memberikan kesan kecil pada objek, Bird eye pengambilan gambar dari atas ibarat pengliatan seorang burung untuk memberikan kesa yang luas, Frog eye pengambilan dari bawah ibarat penglihatan kodok (“Ragam Jenis Fotografi yang Perlu Diketahui oleh Pemula”, par.)

2.1.4 Lighting

Macam-macam Ligting di bawah ini adalah (“Pencahayaan dalam Fotografi”, par.1-4)

2.1.4.1 Cahaya Alam (Natural Light/Available.Light)

Cahaya alam adalah sumber cahaya utama dalam pemotretan luar ruang (outdoor). Sumber cahaya alam berasal dari matahari dan benda- benda angkasa yang mampu memantulkan cahaya, seperti bulan.

2.1.4.2 Cahaya langsung (Direct light)

Cahaya langsung adalah cahaya yang datang langsung dari sumber cahaya tanpa hambatan dan tanpa dipantulkan. Sifatnya keras dan menghasilkan bayangan tajam. Cahaya langsung terjadi ketika matahari bersinar terang dengan langit tidak berawan sehingga cahaya matahari jatuh langsung menimpa subjek. Bagian yang tertimpa sinar biasanya menghasilkan bayangan yang kuat, bersifat satu arah, dan memiliki berkas cahaya kuat dengan kontras yang mencolok antara bagian yang

(4)

terkena sinar matahari dan yang tidak. Jenis cahaya ini hanya diperoleh gambar dengan mutu teknis baik, tetapi sulit mendapatkan dimensi yang memadai.

2.1.4.2 Cahaya tidak langsung (indirect light)

Cahaya tidak langsung terjadi ketika cahaya matahari tertutup awan, cuaca berkabut, atau banyaknya debu di udara sehingga cahaya menjadi terdifusi/baur. Pada kondisi ini, cahaya datang dari banyak arah, menghasilkan cahaya yang lembut dan merata dengan nada warna (tone)yang halus (gradual). Efeknya adalah bayangan lembut dan bagian yang terkena cahaya juga mengalami pengurangan intensitas.

Cahaya tidak langsung akan menghansilkan cahaya yang lembut dan merata dengan nada warna yang halus.

2.1.4.3 Cahaya buatan (Artificial Lighting)

Cahaya buatan adalah cahaya yang sengaja dibuat oleh manusia untuk menghasilkan cahaya buatan yang menarik dengan mengkomposisikan dan mengatur intesitas cahaya. Macam-macam jenis lampu adalah Modelling lamp ( “Cahaya Buatan”, par 3)

(1) Modelling Lamp adalah lampu untuk menghasilkan cahaya yang

membantu untuk menentukan, melihat arah jatuhnya bayangan obyek.

Biasanya hanya ada di lampu studio. Menyala sebelum lampu digunakan/di trigger.

(5)

Gambar 2.1 Modelling Lamp Sumber www.denbagus.com

(2) Standard reflector adalah lampu yang berfungsi mengarahkan sinar ke obyek. Cahaya yang dihasilkan sangat kuat dengan sudut pancaran yang terbatas.

Gambar 2.2 Standard Reflector Sumber www.denbagus.com

(2) Payung Pemantul adalah alat untuk melunakkan cahaya yang datang ke

obyek agar lebih merata. Biasanya sinar yang datang ke obyek terlalu kuat dan menghasilkan bayangan pekat. Sifat cahaya yang dihasilkan kontras masih tinggi, kuat sinar berkurang 1-2 stop, sudut pancar cahaya luas.

(6)

Gambar 2.3 Payung pemantul Sumber: www.denbagus.com

(4) Payung Transparan adalah alat yang memiliki fungsi sama dengan payung pemantul, hanya saja cahaya yang dihasilkan lebih lunak, merata, dan lembut. Kuat sinar turun 2-3 stop.

Gambar 2.4 Payung Transparan Sumber : www.denbagus.com

(5) Softbox adalah lampu yang memiliki sifat melunakkan cahaya, merata, dan menghilangkan bayangan. Kuat sinar berkurang 3-4 stop, pancaran luas.

(7)

Gambar 2.5 Soft Box Sumber www.denbagus.com

(6) Honeycomb adalah lampu yang berfungsi agar penyinaran lebih terarah, memusat, simetris, dan sudut penyinaran dipersempit. Biasanya digunakan untuk penyinaran pada bagian-bagian tertentu, intensitas cahaya yang dihasilkan lumayan kontras tergantung ukuran honeycomb (lubang-lubang tawon).

Gambar 2.6 Honey comb Sumberwww.denbagus.com

(7) Snoot adalah alat yang hampir sama dengan honeycomb, namun

sifat cahaya yang dihasilkan lebih sempit dan kecil. Biasanya digunakan untuk hairlight. Kuat sinar turun 5-6 stop. Alat yang cocok untuk memunculkan karakter obyek.

(8)

Gambar 2.7 Snoot Sumber www.denbagus.com

(8) Barndoor adalah alat untuk mengarahkan sudut pencahayaan agar lebih terarah pada bagian obyek yang diinginkan dan tidak menggangu bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan/diperlihatkan. Fungsi lain untuk menghilangkan efek flare/fog saat lampu berhadapan dengan kamera.

Gambar 2.8 Barndoor Sumber www.denbagus.com

(9)

2.1.3 Fotografi Fashion

Dalam buku The History of Fashion Photography (14) diungkapkan:

“Fashion photographs are designed to be seducers, propaganda so potent that it can beguile us into buying the most frivolous products. Fashion photography also commits the “sin” of being produced not only for love but for money, implying the creative manipulation and the sacrifice of photographic and artistic integrity. Fashion photographs are ostensibly as transitory as last year’s style or this month’s magazine issue”

Fotografi fashion dirancang untuk menjadi hal-hal menggoda, propaganda, yang begitu berpengaruh sehingga itu bisa memperdaya kita untuk membeli produk-produk yang kurang berguna bagi kita. Fotografi fashion juga mengakui kesalahannya dengan diproduksinya bukan hanya untuk kasih sayang tetapi juga uang, dan secara tidak langsung menyatakan manipulasi kreativitas dan mengorbankan integritas seni dan foto. Fotografi fashion seolah-olah hanya bersifat sementara seperti model tahun lalu atau majalah terbitan bulan ini.

Fotografi fashion memiliki 3 tipe yaitu literal representasi. Literal representasi adalah fotografi fashion yang menampilkan pakaian secara khusus.

Gambar 2.9 Tom Kublin, Balenciaga, 1953

Sumber: http://fashionartdaily.blogspot.com/2009/11/the-history-of-fashion-

(10)

Tipe kedua yaitu Romanticized yaitu fashion menjadi sebuah referensi.

Menceritakan dunia dalam mimpi.

Gambar 2.10 Chris Von Wangenheim, Vogue, 1979

Sumber: http://fashionartdaily.blogspot.com/2009/11/the-history-of-fashion- photography.html#.UzBVH2B9ujU

Tipe ketiga adalah Mockery yaitu situasi memalukan menggunakan posisi yang tidak nyata, tidak seperti sebelumnya / yang dulu hanya kemustahilan total.

Gambar 2.11 John Rawlings, Vogue, 1954

Sumber: http://fashionartdaily.blogspot.com/2009/11/the-history-of-fashion- photography.html#.UzBVH2B9ujU

(11)

2.2 TINJAUAN PERMASALAHAN 2.2.1 Objek Perancangan

Dalam tradisi Suku Sasak banyak tradisi yang ada yaitu meliputi acara perkawinan, upacara adat permintaan hujan, tarian tradisional, dll. Masing- masing atribut yang digunakan ada banyak. Atribut acara perkawinan suku Sasak ini ada 3 macam karena memiliki 3 prosesi.

2.2.1.1 Nyelabar

Nyelabar adalah proses dimana kerabat dekat calon pengantin pria mengunjungi rumah calon pengantin wanita untuk memberitahukan kepada orang tua bahwa anak mereka akan dinikahi. Sebelum acara Nyelabar ini, Suku Sasak memiliki tradisi bahwa sebelum menikah, calon pengantin pria menculik wanita yang ingin dinikahinya sehari sebelum menikah. Kerabat dekat calon pengantin pria harus menggunakan atribut pakaian khusus yakni untuk hiasan kepala yaitu kecapu, atasan menggunakan kemeja bernama pigon, menggunakan kain yang dinamakan bebat untuk perut serta bawahan yang menggunakan kain songket serta membawa seserahan yang berisi benang, kain tenun, dan keris yang diletakkan di penginang kuning.

Penginang kuning berasal dari bahan kuningan. Penginang kuning yang berisi benang, kain dan keris ini diartikan bahwa tradisi wanita sebelum menikah harus bisa menenun terlebih dahulu sehingga bisa dikatakan sebagai wanita dewasa. Cara melipat bawahan untuk pria tidak sembarangan melainkan dengan motif gunung. Motif gunung ini memiliki arti untuk selalu melihat lurus ke depan tanpa melihat masa lalu karena hidup terus berjalan belakang dan tidak dapat mundur ke belakang. (Wawancara dengan Pak Hariyadi, Tour Guide desa Sade Lombok, Maret 2014)

(12)

Gambar 2.12 Kecapu Gambar 2.13 Seserahan Sumber: Oshi Paulina 2014 Sumber: Oshi Paulina 2014

Atribut dari proses kedua dari perkawinan dengan menggunakan pakaian perkawinan umumnya. Sedangkan atribut proses ketiga yaitu nyongkolan.

2.2.1.2 Nyongkolan

Nyongkolan yang berarti iringan pengantin. Pengantin pria menggunakan hiasan kepala kecapu/udeng. Atasan menggunakan pigon, menggunakan bebat diperut dan bawahan menggunakan kain songket serta keris di punggung. Sedangkan calon pengantin wanita menggunakan hiasan kepala payas. Atasan menggunakan kebaya brukat. Bawahan menggunakan kain songket. Pada bagian kaki dan tangan menggunakan aksesoris gelang kaki dan gelang tangan yang terbuat dari besi yang bernama selaqe. (Wawancara dengan Pak Hariyadi, Tour Guide desa Sade Lombok).

(13)

Gambar 2.14 Nyongkolan Gambar 2.15 Selaqe Sumber: Google Sumber: Oshi Paulina 2014

2.2.1.3 Peresean

Atribut pada acara permintaan hujan bernama Peserean.

Budaya Peresean ini merupakan sebuah seni tradisional pertarungan antara dua orang petarung yang disebut pepadu. Seni peresean ini bertujuan untuk menguji keberanian, ketangkasan, dan ketangguhan seorang pepadu dalam pertandingan. Pepadu menggunakan hiasan kepala kecapu, tidak menggunaan baju dan hanya menggunakan bebat serta kain songket lebih pendek, menggunakan sebuah rotan/bambu sebagai pemukul yang disebut penjalin dan perisai sebagai pelindung yang disebut ende yang terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau.

Gambar 2.16 Peresean Sumber: Google

(14)

2.2.1.4 Tesunat

Atribut saat sunatan yaitu tesunat ini pria menggunakan atasan pigon lalu menggunakan sejenis rantai besi di dada yang bernama tongklak. Tongklak adalah benda wajib untuk acara ritual adat Suku

Sasak. Lalu menggunakan bawahan kain tenun serta hiasan kepala bernama payas tetapi payas tersebut tidak digunakan pada wanita melainkan pria dengan menggunakan ujung rokok yang berbeda saat digunakan pernikahan. Lambang rokok ini melambangkan symbol seorang pria dan menuju kedewasaan.

2.2.1.5 Main tomplek

Atribut saat main tomplek yaitu bagian badan pria tidak menggunakan baju, menggunakan bebat di perut, bawahan menggunakan kain songket kembang komak dan menggunakan kecapu.

Atribut perang yaitu bamboo. Tujuan dari main tomplek ini adalah menguji keberanian para pria.

2.2.1.6 Lambung

Wanita menggunakan baju setengah jadi yang bernama lambung berwarna hitam, menggunakan bebat di perut dan kain songket serta antang di punggung seperti selendang, menggunakan duntal di telinga dan payas di kepala. Biasanya pakaian adat wanita ini dipakai untuk menghadiri berbagai acara seperti pernikahan dan acara perang.

Baju lambung ini adalah baju setengah jadi karena dulu masyarakat Suku Sasak kekurangan bahan kain dan benang sehingga sampai sekarang masyarakat Sasak menjadikan baju setengah jadi ini menjadi baju sakral mereka mengingat susahnya dulu mencari bahan baku baju mereka untuk bisa berpakaian selayaknya. (Wawancara dengan Pak Hariyadi, Tour Guide desa Sade Lombok)

(15)

Gambar 2.17 Pakaian Adat Sasak Sumber: Google

Gambar 2.18 Duntal Sumber: Oshi Paulina 2014

Gambar 2.19 Pakaian main tomplek Gambar 2.20 Kembang Komak Sumber: Google Sumber: Oshi Paulina 2014

(16)

2.2.2 Subjek Perancangan

Dalam pemotretan, model yang dipakai adalah perempuan dan laki-laki. Teknik pemotretan pada atribut-atribut ini lebih difokuskan pada detail-detail dari atribut Suku Sasak. Sebagian besar pengambilan Angle pada pemotretan yaitu Eye Angle dimana teknik pemotretan yang sejajar dengan mata. Pengambilan foto secara medium shot, medium close up, Full Body. Medium close up adalah pengambilan badan dari kepala hingga setengah badan. Medium close up ini untuk menunjukkan detail-detail dari atribut Sasak lebih dekat untuk katalog. Medium shot adalah pengambilan gambar dari kepala hingga dada sedangkan Full Body adalah pengambilan keseluruhan badan dari kepala hingga kaki.

Pertama, untuk pemotretan prosesi pernikahan nyelabar menggunakan model pria. Model tersebut membawa penginang kuning.

Tempat yang digunakan untuk pemotretan adalah di studio indoor dengan menggunakan angle sejajar mata yang disebut Eye Angle. Pakaian serta atribut yang digunakan pada proses ini digunakan oleh kerabat dari calon pengantin pria untuk mengunjungi calon pengantin wanita.

Kedua, untuk pemotretan prosesi pernikahan nyongkolan menggunakan model pria dan wanita. Pemotretan ini menggunakan Eye Angle. Tempat pemotretan yang digunakan adalah studio indoor. Atribut dan pakaian yang digunakan saat acara perkawinan untuk calon mempelai.

Ketiga, untuk pemotretan peresean menggunakan model pria. Pria ini tidak menggunakan baju hanya bebat di perut dan kain songket serta membawa perlengkapan rotan dan ende yaitu pelindung yang terbuat dari kulit sapi. Pemotretan ini menggunakan Eye Angle. Tempat pemotretan yang digunakan adalah studio indoor.

Keempat, untuk pemotretan tesunat menggunakan model pria juga.

Atribut dan pakaian ini biasa digunakan untuk orang yang mau disunat.

Pemotretan ini menggunakan Eye Angle. Tempat pemotretan yang digunakan adalah studio indoor.

(17)

Kelima yaitu pemotretan untuk main tomplek. Atribut dan pakaian ini pria digunakan untuk bertarung main tomplek dengan peralatan bamboo. Pemotretan ini menggunakan Eye Angle

Keenam yaitu pemotretan lambung. Wanita menggunakan lambung berwarna hitam, kain songket, antang serta payas untuk menghadiri acara main tomplek dan menghadiri acara pernikahan.

Pemotretan ini menggunakan Eye Angle.

2.3 Analisis Data

Suku Sasak temasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu. Perdagangan antar pulau sudah aktif sejak zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah penyebar. Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu kata “sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah”

yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini diduga leluhur orang Sasak adalah orang jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.

Sasak traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok. Suku Sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95%

penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong –tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak. Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika

(18)

dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam.

Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja khususnya di kota Mataram. Dalam pengenalan suku Sasak ini makan menggunakan metode 5W1H yaitu

-Who : Perancangan dibuat bagi masyarakat Suku Sasak Dusun Sade, Fashion designer sebagai inspirasi konsep design, masyarakat pemerhati budaya untuk memperkaya pengetahuan tentang kekayaan Indonesia yang patut dan layak dipublikasikan.

-What : Perancangan mengenai fashion dan atribut dari Suku Sasak Dusun Sade Lombok

-When : sekarang

-Where : Dusun Sade Pulau Lombok

-Why : untuk mengenalkankan mengangkat ketenaran fashion beserta atribut suku Sasak pada masyarakat Indonesia

-How : Perancangan mengunakan pakaian adat Suku Sasak beserta perlengkapan atribut dan diabadikan serta diolah melalui teknik fotografi fashion.

2.4 Kesimpulan Analisis Data

Dari analisis data yang didapat bahwa untuk memperkenalkan atribut suku Sasak dusun Sade maka menggunakan pendekatan fotografi fashion. Pendekatan dengan menggunakan fotografi fashion lebih mudah karena target audience bisa langsung melihat, mengetahui apa yang ada di foto karena zaman sekarang jarang sekali masyarakat yang tidak mengabadikan momentnya lewat sebuah foto sehingga sebagian besar foto sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari maka hal itu dengan mudah menjadikan sebuah fotografi diterima oleh masyarakat . Manfaat yang didapat dari perkenalan dan mengangkat ketenaran suku Sasak adalah masyarakat suku Sasak jadi lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia serta masyarakat Indonesia mengetahui

(19)

tentang sisi kekayaan dari pulau Lombok yang selain terkenal dengan keindahan alamnya, Lombok juga memiliki kekayaan lain dari symbol khas diri suku Sasak yaitu fashion beserta atribut yang ada. Sedangkan bagi fashion designer, menambah inspirasi konsep fashion baru yang bergaya etnik agar Indonesia bisa lebih kaya dengan konsep-konsep design milik negara sendiri.

Gambar

Gambar 2.1 Modelling Lamp  Sumber www.denbagus.com
Gambar 2.3 Payung pemantul  Sumber: www.denbagus.com
Gambar 2.5 Soft Box  Sumber  www.denbagus.com
Gambar 2.8 Barndoor  Sumber www.denbagus.com
+5

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan evaluasi potensi sebagai larvasida terhadap ekstrak air dan etanol dari biji jarak pagar (kulit biji dan endosperm biji), serta minyak biji jarak pagar hasil

Lampiran 2 Alur navigasi Mulai Pengguna memilih katalog Tampil halaman pilih katalog selesai Edit/ hapus item terpilih Tampil halaman edit edit hapus katalog terpilih

Hasil pe- nelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmarisa (2009) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akun-

Pengkajian yang dilakukan penulis, penulis menganalisa data yang ada sehingga muncul masalah keperawatan yaitu: jalan napas tidak efektif dengan keluhan pasien

Apabila pemain menggunakan aksi untuk memilih area selanjutnya, maka area yang ada dalam area tersebut akan dimuat, jika pemain memilih untuk berpindah ke area tersebut,

❖ Menjawab pertanyaan tentang materi hasil dan nilai-nilai budaya praaksara masyarakat Indonesia serta pengaruhnya yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar

Penanganan limbah tingkat lanjut dilakukan dengan cara pengolahan maupun penimbunan, sehingga diperlukan biaya lagi yang akan membuat pihak industri tekstil menjadi

Undang-Undang 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia