• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KABUPATEN / KOTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KOTA PONOROGO JAWA TIMUR

(2)

KOTA PONOROGO

ADMINISTRASI

Profil Wilayah

Kota Ponorogo sebagai ibukota Kabupaten Ponorogo yang terletak di bagian Barat Daya Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur mempunyai keuntungan lokasi yang strategis, yaitu terletak di sebagai pusat kegiatan regional Madiun - Pacitan - Trenggalek Wonogiri (Jawa Tengah) dan Magetan. Dengan demikian kota Ponorogo mempunyai peranan yang sangat penting baik sebagai pusat koleksi maupun sebagai pusat distribusi bagi wilayah hinterlandnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kecenderungan perkembangan Kota Ponorogo berlangsung dengan ekspansive (horisontal) dengan pola campuran antara pola pertumbuhan rural (tumbuhnya kampung-kampung yang yang bersifat enclave) dan pola pertumbuhan urban yang dicirikan dengan perkembangan permukiman antara pola linier dan menyebar (dispersed).

Orientasi Wilayah

Secara geografis Kota Ponorogo terletak pada 111°17’-111°52’ Bujur Timur dan 7°49’-8°20’ Lintang Selatan dengan wilayah seluas 5.119,905 Ha. Kota Ponorogo termasuk ke dalam iklim tropis dan mempunyai curah hujan tertinggi pada bulan Januari-April yaitu sebesar 227-370 mm/det, dan tingkat curah hujan terkecil terjadi pad bulan Oktober-Desember yaitu 51-70 mm/det. Suhu rata-rata di kota Ponorogo berkisar antara 28-34° C. Berdasarkan Perda Kabupaten Ponorogo No. 2 Th.1988 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota di Kabupaten Ponorogo, Kota Ponorogo terdiri dari 36 Desa/Kelurahan, termasuk dalam wilayah 4 kecamatan yaitu:

• Kecamatan Ponorogo : 19 Kelurahan

• Kecamatan Siman : 9 Kelurahan/Desa

• Kecamatan Babadan : 6 Kelurahan/Desa

• Kecamatan Jenangan : 2 Kelurahan

(3)

Secara administratif, Kota Ponorogo dibatasi oleh :

• Batas wilayah utara : Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Babadan serta batas administratif Desa Polorejo dan Desa Babadan

• Batas wilyah timur : Desa Setono dan Pialangan serta Mrican, Kelurahan Patihan Kidul dan Ronosentana, Desa Manuk dan Tranjang, Desa Brahu dan Kepuhrubuh.

• Batas wilayah selatan : Desa Brahu dan Kepuhrubuh dan jalan desa di Desa Beton Kecamatan Siman.

• Batas wilayah barat : Sungai Sekayu dan batas administratif Kecamatan Ponorogo dan Sukorejo

Kota Ponorogo berada pada ketinggian antara 100-199 meter diatas permukaan air laut dengan kondisi lahan yang hampir 90% landai atau datar. Dengan kemiringan rata-rata dibawah 10% maka dapat dikatakan bahwa Kota Ponorogo tidak mempunyai kendala untuk berkembang secara ekspansive terutama bila ditinjau dari segi topografi.

Di Kota Ponorogo terdapat beberapa sungai utama yang mengalir dan memperngaruhi sistem tata air dan secara tidak langsung mempengaruhi pola perkembangan kota tersebut yaitu Sungai Cokromenggalan, Sungai Mangkungan, Sungai Bibis, Sungai Gendol, Sungai Keyang, Sungai Genting, Sungai Sungkur dan Sungai Sekayu.

Luas Kota Ponorogo 5.119.905 ha secara umum masih didominasi oeh areal persawahan (lebih dari 50% dari luas total Kota Ponorogo). Peruntukan dominan kedua setelah sawah adalah untuk perumahan dan pekarangan, serta ladang dan tegal.

(4)

KEPENDUDUKAN

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari RUTRK Ponorogo 1997/1998-2007/2008 jumlah penduduk kota Ponorogo tahun 1996 sebesar 123.013 jiwa, rata-rata prosentase pertumbuhan penduduk di kota ini eber 0,66% pertahun.

Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK KOTA PONOROGO

• Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun : 0,47%

• Tingkat kepadatan penduduk rata-rata (jiwa/km2) : 3.665

Jumlah KK : 27.905

No

. Kelurahan/Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk

Rata-rata Pertumbuhan 1. Kertosari 169.970 4.686 0.76

2. Cekok 159.005 2.987 0.91

3. Patihan Wetan 215.015 3.853 0.43

4. Kadipaten 386.075 6.151 0.47

5. Japan 237.985 2.602 0.61

6. Gupolo 125.975 2.003 1.39

7. Beton 177.000 2.379 0.84

8. Sekaran 160.062 1.762 0.45

9. Brahu 160.986 1.767 0.77

10. Manuk 104.000 1.761 1.13

11. Siman 114.000 2.521 0.4

12. Patihan Kidul 100.000 2.315 0.26

13. Tahuk 139.000 2.196 1.58

14. Ronowijayan 132.987 2.574 2.68 15. Mangunkusuman 106.015 2.896 0.31 16. Surodikarman 109.100 4.155 0.39

17. Tamanarum 9.065 1.721 0.91

18. Paju 105.800 2.855 0.28

19. Nologaten 71.490 5.083 0.45

20. Bangunsari 73.433 5.589 0.49

21. Brotonegaran 150.985 4.033 0.61 22. Kepatihan 117.050 3.804 0.64

23. Banyudono 89.851 5.802 0.21

24. Jingglong 54.725 1.439 1.33

25. Cokromenggalan 107.905 3.546 0.35 26. Mangkujayan 274.697 9.161 0.26

27. Kauman 58.275 2.523 0.59

28. Tambakbayan 73.582 2.924 0.32

29. Tonatan 117.660 3.951 1.24

30. Pakunden 75.120 3.433 3.79

31. Pinggirsari 7.030 1.475 0.60

32. Beduri 128.848 1.886 0.44

33. Purbosuman 319.682 4.958 1.00

34. Keniten 277.387 5.693 1.07

35. Setono 159.090 2.454 0.76

36. Singosaren 227.960 3.965 0.41

Jumlah 5.119..905 123.013 0.68

(5)

Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Dengan luas wilayah kota 5.119,905 Ha dan luas ternagun seluas 1.739,707 ha, maka rata-rata kepadatan penduduk kotor di Kota Ponorogo 24 jiwa/Ha dan kepadatan penduduk bersih adalah 71 jiwa/Ha.

Tabel 2. KEPADATAN PENDUDUK KOTA PONOROGO

.

Tenaga Kerja

Sektor andalan/potensi daerah adalah perdagangan dan pertanian.

Mata pencaharian di Kota Ponorogo sebagian besar :

• Pegawai Negeri/TNI : 16.732 (jiwa)

• Pegawai Perusahaan Swasta : 17.471 (jiwa)

• Pedagang/Pengusaha : 28.355 (jiwa)

Petani/Peternak : 27.755 (jiwa)

Lainnya : 81.409 (jiwa)

(penggalian, listrik, konstruksi, angkutan, pensiunan) No. Kelurahan/Desa Luas (Ha) Jumlah

Penduduk Kepadatan per km²

1. Kertosari 169.970 4.686 830

2. Cekok 159.005 2.987 1.030

3. Patihan Wetan 215.015 3.853 1.060

4. Kadipaten 386.075 6.151 580

5. Japan 237.985 2.602 520

6. Gupolo 125.975 2.003 660

7. Beton 177.000 2.379 300

8. Sekaran 160.062 1.762 320

9. Brahu 160.986 1.767 320

10. Manuk 104.000 1.761 420

11. Siman 114.000 2.521 700

12. Patihan Kidul 100.000 2.315 510

13. Tahuk 139.000 2.196 250

14. Ronowijayan 132.987 2.574 450 15. Mangunkusuman 106.015 2.896 280 16. Surodikarman 109.100 4.155 2.600 17. Tamanarum 9.065 1.721 2.480

18. Paju 105.800 2.855 530

19. Nologaten 71.490 5.083 1.120 20. Bangunsari 73.433 5.589 1.380 21. Brotonegaran 150.985 4.033 5.200 22. Kepatihan 117.050 3.804 3.040 23. Banyudono 89.851 5.802 1.350 24. Jingglong 54.725 1.439 670 25. Cokromenggalan 107.905 3.546 760 26. Mangkujayan 274.697 9.161 900

27. Kauman 58.275 2.523 1.750

28. Tambakbayan 73.582 2.924 1.360

29. Tonatan 117.660 3.951 560

30. Pakunden 75.120 3.433 930

31. Pinggirsari 7.030 1.475 850

32. Beduri 128.848 1.886 510

33. Purbosuman 319.682 4.958 950

34. Keniten 277.387 5.693 730

35. Setono 159.090 2.454 550

36. Singosaren 227.960 3.965 1.420

Jumlah 5.119..905 123.013 37.870

(6)

EKONOMI

Kondisi Perekonomian Daerah

Kota Ponorogo telah mempunyai fasilitas perdagangan yang lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang terkonsentrasi di pusat kota. Khususnya Pasar Kota Ponorogo seperti Pasar Legi di Desa Banyudono, Pasar Pon di Desa Mangunsuman dan pasar yang ada di Desa Tonotan .

Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi – distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kota Ponorogo dan wilayah sekitarnya. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan terutama banyak terkonsentrasi di Desa Mangkujayan, Tamanarum, Tambakjayan, dan Bangunsari.

Hanya saja untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang kebutuhan yang sifatnya tersier seperti peralatan elektronik , otomotif dan sebagainya, penduduk selain pergi ke Kota Ponorogo sendiri juga pergi ke kota besar lainnya seperti Madiun bahkan Surabaya.

Keuangan Daerah

Berdasarkan data yang ada, diperoleh urutan kecamatan dengan PDRB tertinggi yaitu:

1. Kecamatan Ponorogo : Rp 78.946.251.970,- 2. Kecamatan Babadan : Rp 61.244.743.980,- 3. Kecamatan Jenangan : Rp 50.167.829.760,- 4. Kecamatan Siman : Rp 37.556.560.940,-

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penyebaran kegiatan yang nantinya bisa mengangkat wilayah lain yang ada di sekitar Kota Ponorogo.

PDRB di Kota Ponorogo sangat tinggi karena ditunjang adanya kegiatan industri pengolahan besar/sedang yang banyak terpusat di kecamatan Ponorogo serta sektor-sektor yang lain seperti perdagangan, hotel dan restoran serta jasa perbankan.

FASILITAS UMUM DAN SOSIAL

Fasilitas Pendidikan

Fasilita pendidikan di kota Ponorogo yang perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut adalah SLTP, SMU dan PT.

Tabel 3. FASILITAS UMUM KOTA PONOROGO No. Fasilitas Jumlah 1. Pasar 7 unit 2. Rumah Sakit 3 unit 3. SD/sederajat 62 unit 4. SLTP/sederajat 14 unit 5. SMU/sederajat 23 unit 6. Terminal darat

Terminal regional Terminal Cargo Terminal Lokal

1 unit - -

Fasilitas Kesehatan

(7)

SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN

Komponen Air Bersih

Tabel 4. DATA PENGELOLAAN AIR BERSIH DI KOTA PONOROGO

NO. URAIAN SATUAN BESARAN

I. Pelayanan Penduduk

1. Jumlah penduduk Jiwa 123.013 2. Jumlah pelanggan Jiwa 52.039 3. Penduduk terlayani % 42,30 II. Data Sumber

1. Nama pengelola : PDAM Kota Ponorogo 2. Sistem : BNA

3. Sistem sumber : sumur dalam

4. Kapasitas sumber Lt/dt 115 III. Data Produksi

1. Kapasitas produksi Lt/dt 121 2. Kapasitas desain Lt/dt 151,25 3. Kapasitas pasang Lt/dt 160 4. Produksi aktual m3/th IV. Data Distribusi

1. Sistem distribusi : gravitasi dan perpompaan 2. Kapasitas distribusi Lt/dt - 3. Asumsi kebutuhan air Lt/org/hr 142,38 4. Ratio kebutuhan % - 5. Air terjual m3/th 2.709.782 6. Air terdistribusi m3/th 3.972.419 7. Total penjualan air Rp - 8. Cakupan pelayanan air % 56,00 9. Cakupan penduduk Jiwa 52.039 10. Jumlah mobil tangki Unit 2 V. Data Kebocoran

1. Kebocoran administrasi % - 2. Kebocoran teknis % 31,79

Sumber : data

Tabel 5. DATA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA PONOROGO Kapasitas Produksi

Eksisting Jumlah Penduduk

(jiwa) Lt/dt Lt/hr

Kebutuhan Ideal Kota Sedang

(lt/org/hr)

Kebutuhan

Total (lt/hr) Selisih (lt/hr)

123.013 121 10.454.500 100 12.301.300 1.846.900

Sumber : analisis

Dari data diatas, diketahui bahwa kebutuhan air bersih kota Ponorogo adalah sebesar 12.301.300 l/hr. Angka ini didapatkan dari perkalian antara jumlah penduduk kota Ponorogo (123.013 jiwa) dengan kebutuhan ideal air bersih untuk kota sedang (100 l/org/hr). Dan dari angka kebutuhan tersebut, yang bisa dilayani oleh PDAM Kota Ponorogo baru 10.454.500 l/hr. Jadi, kebutuhan air bersih yang masih harus dilayani di Kota Ponorogo ini sebesar 1.846.900 l/hr atau 21,38 l/det. Dan hal ini berarti diperlukan peningkatan sarana yang dapat digunakan untuk mengangkut air bersih sebesar 21,38 l/det.

Tabel 6. DATA PELAYANAN AIR BERSIH DI KOTA PONOROGO

NO. URAIAN SATUAN BESARAN

I. Pelayanan Penduduk

1. Jumlah penduduk Jiwa 123.013 2. Jumlah pelanggan Jiwa

3. Penduduk terlayani %

(8)

II. Data Tarif

1. Rumah tangga Rp 675,-

2. Niaga Rp -

3. Industri Rp -

4. Instansi Rp -

5. Sosial Rp -

Tarif rata-rata Rp 786,- III. Data Konsumen

1. Jumlah sambungan rumah Unit 6.945 2. Jumlah sambungan rumah tangga Unit 6.663 3. Jumlah sambungan niaga Unit 30 4. Jumlah sambungan industri Unit

5. Jumlah sambungan sosial Unit 188 6. Jumlah sambungan instansi Unit 61 7. Terminal air Unit 8. Hidran umum Unit

9. Kran umum Unit

10. Konsumsi rumah tangga Jiwa 1.296.660 11. Konsumsi non rumah tangga Jiwa 89.940 12. Jumlah jiwa/sambungan rumah Jiwa/SR 6 13. Jumlah jiwa/hidran umum Jiwa/unit

14. Tingkat pelayanan umum % IV. Data Administrasi

1. Keuangan Rp

2. Efisiensi penagihan %

3. Jumlah pegawai Orang 55

4. SLA Rp

5. RPD Rp

6. Jangka waktu pinjaman SLA Tahun 7. Jangka waktu pinjaman RPD Tahun

Sumber: Revisi RUTRK/RDTRK Ponorogo 1997/1998

Komponen Drainase

Komponen drainase di Kota Ponorogo dikelola oleh Sub. Dinas Cipta Karya Kab.

Ponorogo. Seperti umumnya kota-kota kecil yang masih dominan tercampur dengan saluran drainase (kecuali saluran tepi jalan). Secara garis besar saluran drainase di Kota Ponorogo terdiri atas sungai (saluran akhir), saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

Saluran drainase yang berupa kali adalah sebagai berikut :

- Kali Jorohan (sebelah utara) yang membentang dari Barat – Timur, dan - Kali Jenes (sebelah selatan) yang membentang dari Barat – Timur.

Sedangkan kondisi selokan yang ada di Kota Ponorogo yang dapa tdiuraikan adalah sebagai berikut :

- Selokan pengairan dari Dam Cokromenggalan

- Selokan pembagian air dari DamJembangan panjang 6.500 meter.

- Selokan pembagian air dari Dam Tambak kemangi (Sumber ngempak) panjang 6.000 meter.

- Selokan kering panjang 25.500 meter.

Maka saluran drainase di wilayah Kota ponorogo hampir seluruhnya berupa saluran terbuka dan hanya sebagian kecil berupa saluran tertutup yaitu di pusat kota.

Komponen Persampahan

Fasilitas persampahan yang tersedia di Kota Ponorogo yaitu berupa bak-bak sampah keluarga, transfer depo sebanyak 9 unit, tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Desa Mrican Kecamatan Pulung, serta adanya sarana penunjang yang lain yaitu unit mobil persampahan dan gerobak pengangkutan sampah.

(9)

Kegiatan yang dilakukan adalah adanya station transfer berupa TPS/kontainer yang menampung sampah dari sampah rumah tangga selanjutnya diangkut ke TPA.

Tahap pembuangan akhir dapat dilakukan dengan sistem controlled landfill, yaitu sampah diletakkan pada lokasi yang tidak mengganggu kegiatan lain disekitarnya, untuk itu lokasi TPA Kota Ponorogo diluar kota.

Tabel 7. DATA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PONOROGO

NO. URAIAN SATUAN BESARAN

I. Data Pengumpulan Sampah

1. Nama pengelola : DKP Kabupaten Ponorogo 2. Sistem : integrated system

3. Jumlah penduduk Jiwa 123.013 Lt/org/hr 369.039 4. Asumsi produksi sampah

m3/hr 369,04 5. Jumlah sampah m3/hr 360 6. Jumlah pelayanan m3/hr 312,30 7. Cakupan layanan geografis Ha 2.764,7487 8. Cakupan layanan penduduk Jiwa 66.427,02 9. Ilegal dumping : sedang

II. Data TPA

1. Jumlah pelayanan TPA m3/hr 312,30 2. Nama TPA :TPA Desa Mrican

3. Status TPA : -

4. Luas TPA Ha -

5. Kapasitas m3 -

6. Umur Tahun -

7. Sistem : -

8. Jarak ke permukiman Km -

9. Incenerator Unit -

10. Nama pengelola : - III. Data Peralatan TPA

1. Bulldozer Unit -

2. Back hoe Unit -

3. Loader Unit -

4. Shovel Unit -

5. Water tank Unit -

Sumber: Revisi RUTRK/RDTRK Ponorogo 1997/1998

Dengan asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari, maka kebutuhan komponen persampahan Kota Ponorogo disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 8. KEBUTUHAN KOMPONEN SAMPAH KOTA PONOROGO Jumlah

Penduduk (jiwa)

Timbulan Sampah Kota Sedang

(lt/org/hr)

Perkiraan Timbulan Sampah Total (m3//hr)

Produksi aktual sampah

(m3//hr)

Sampah yang Terangkut

(m3/hr)

Selisih (m3/hr)

123.013 3 369,04 360 312,30 47,70

56,74*

*) Selisih antara perkiraan timbulan sampah dan sampah terangkut.

Sumber: Analisis

Dengan melihat jumlah produksi aktual sampah yang dihasilkan, 360 m3/hr, dan sampah yang terangkut hanya sebesar 312,30 m3/hr, maka masih terdapat 47,70 m³/hr yang belum terlayani. Namun, untuk antisipasi kebutuhan di masa yang akan datang, dengan memperhitungkan asumsi sampah yang dihasilkan per orang per hari sebesar 3 lt/org/hari dan jumlah penduduk sebesar 123.013 jiwa, maka besarnya sampah yang masih harus diangkut adalah sebesar 56,74 m³/hr.

(10)

Tabel 9. DATA PENGANGKUTAN DAN PEMBIAYAAN SAMPAH DI KOTA PONOROGO

NO. URAIAN SATUAN BESARAN

I. Data Transportasi Persampahan

1. Jumlah pelayanan terangkut m3/hr 312,30 Jumlah kendaraan

Truk Unit -

Arm roll Unit -

Compactor Unit -

2.

Pick up Unit -

Jumlah peralatan

Gerobak Unit -

3.

Container Unit -

4. Transfer depo Unit 9

5. Jumlah TPS Unit 14

II. Data Pembiayaan

1. Retribusi Rp -

2. Biaya pembuangan Rp -

3. Biaya pengangkutan Rp -

4. Biaya pengumpulan Rp -

5. Biaya satuan Rp -

6. Biaya operasional dan pemeliharaan Rp -

Sumber: Revisi RUTRK/RDTRK Ponorogo 1997/1998

Komponen Jaringan Jalan

Pola jaringan jalan di Kota Ponorogo berbentuk radial dan sebagian lagi berpola grid. Hal ini sangat menguntungkan bila dikaitkan dengan sistem pertumbuhan kota yang cepat dan merata.

Jaringan jalan yang melalui Kota Ponorogo terdiri atas jalan propinsi, jalan kabupaten, dan jalan-jalan perkotaan. Jalan propinsi di Kota Ponorogo dengan Kota Madiun di sebelah utara dan menghubungkan Kota Ponorogo dengan Kota Pacitan dan Treggalek.

Berdasarkan data yang ada, panjang keseluruhan dengan fungsi sekunder maupun primer (berdasarkankan RUTR Kota Ponorogo, tidak termasuk jalan lokasi sekunder dan lingkungan) adalah 73.737 m.

Tabel 12. KARAKTERISTIK JALAN DI KOTA PONOROGO No Uraian Satuan Besaran I. Jenis Permukaan

1 Jalan Aspal Km - 2 Jalan Kerikil Km - 3 Jalan Tanah Km - Panjang Jalan Total Km 906,77 II. Fungsi

1 Jalan Arteri Km - 2 Jalan Kolektor Km - 3 Jalan Lokal Km - III. Kewenangan

1 Jalan Nasional Km 8 2 Jalan Propinsi Km 75,61 Gbr. Trotoar di Ponorogo yang tidak lagi

berpihak kepada para pejalan kaki

(11)

3 Jalan Lokal Km 823,16 IV. Kondisi

Jalan Nasional

Baik Km 2,87

Sedang Km 5,13 1

Rusak Km -

Jalan Propinsi

Baik Km 22,25

Sedang Km 45,53 2

Rusak Km 7,83 Jalan Lokal

Baik Km 244,25

Sedang Km 240,25 3

Rusak Km 338,66 Sumber: Revisi RUTRK/RDTRK Ponorogo 1997/1998

Gambar

Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK KOTA PONOROGO
Tabel 2. KEPADATAN  PENDUDUK KOTA PONOROGO
Tabel 5. DATA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA PONOROGO  Kapasitas Produksi  Eksisting Jumlah Penduduk  (jiwa)  Lt/dt Lt/hr  Kebutuhan Ideal Kota Sedang (lt/org/hr)  Kebutuhan Total (lt/hr)  Selisih (lt/hr)  123.013 121  10.454.500  100  12.301.300  1.846.900
Tabel 7.  DATA PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PONOROGO
+2

Referensi

Dokumen terkait

Farmakope Herbal Indonesia 2008 menyebutkan bahwa ekstraksi temulawak untuk penetapan kadar kurkuminoid adalah dengan refluks, ini dipandang kurang praktis dan efisien

kapal yang dapat menyebabkan harga R² rendah dan kemudian mengganti dengan data kapal lain sehingga mendapatkan harga R² yang besar, akan tetapi dalam penentuan jumlah

Hasil penelitian ini adalah jawaban atas rumusan masalah yang penulis tetapkan sebelumnya, seperti yang telah disebutkan pada bab terdahulu, bahwa terdapat tiga rumusan masalah

Berdasarkan hasil penelitian penilaian tingkat kesehatan Bank BNI Syariah dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank tersebut sesuai dengan

f1 f (H z) t (d etik ) f7 f6 f5 f4 f3 f2.. jumlah masing-masing saluran. Apabila hanya terdapat sedikit pengguna dan jumlahnya tetap, dan masing-masing memiliki lalu lintas

498 Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut: (1) Meskipun hasil penelitian menunjukkan pasar tidak bereaksi

Penelitian yang dilakukan ini adalah untuk merumuskan bagaimana cara memodelkan/menterjemahkan data tentang karakteristik agregat kasar, agregat halus, air,

Dalam pelaksanaannya, prinsip dasar yang diadopsi oleh para petani, adalah : (1) Pengolahan tanah dan pemupukan; (2) Menyiapkan benih yang bermutu; (3) Persemaian benih pada