ii
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
PENERAPAN MODEL
APPRECIATIVE COACHING
DALAM
MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN
BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI
DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh Adi Irvansyah
1103232
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEKOLAH PASCASARJANA
PENERAPAN MODEL
APPRECIATIVE COACHING
DALAM
MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN
BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI
DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
Oleh Adi Irvansyah
S.Pd UPI Bandung, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Adi Irvansyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
iv
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL
APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN
USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
Disetujui dan disahkan oleh:
Dosen Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd. NIP. 196111091987031001
Dosen Pembimbing II,
Dr. Ayi Olim, M.Pd. NIP. 195109141975011001
Kaprodi Pendidikan Luar Sekolah
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
ABSTRAK
ADI IRVANSYAH. Penerapan Model Appreciative Coaching Dalam Memberikan Kemampuan Dasar Kewirausahaan Bagi Warga Belajar Program Keaksaraan Usaha Mandiri Di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat. Tesis, Bandung: Program Magister Pendidikan Luar Sekolah, Sekloah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.
Penelitian ini dilaksanakan atas dasar landasan teori pendampingan appreciative coaching yang dikemukakan oleh Johnson dan Leavitt ( 1980 ) mengenai belajar dari keberhasilan dalam memandang warga belajar dari sisi positif dan prestasi. Selain itu peneliti merujuk pada landasan teori pendidikan orang dewasa dan kemampuan dasar kewirausahaan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun instrumen penelitian yang peneliti buat.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat dengan menggunakan model Appreciative Coaching. Penelitian ini diterapkan di kelompok belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Subyek penelitian ini adalah warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri yang berjumlah 10 orang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen angket, tes evaluasi, serta portofolio atau yang biasa disebut dengan multi instruments. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis dengan jenis penelitian kuantitatif dengan mendeskripsikan data serta penyajian secara persentase.
Hasil kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan model Appreciative Coaching ini diperoleh melalui pre test dan post test kepada warga belajar di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat, dari 20 item soal yang diujikan maka diperoleh nilai rata - rata uji pemahaman materi pada pre test sebesar 58, pada post test terjadi kenaikan mencapai 78,5. Data mengenai peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan model Appreciative Coaching diperoleh dengan menggunakan pendekatan one-group, pretest-post test design, yakni 78,5 – 58 = 20,5 atau meningkat sebanyak 35,34 %.
ABSTRACT
ADI IRVANSYAH. Application of Appreciative Coaching Model Capabilities in Providing Basic Entrepreneurship Learning Literacy Program For Student Economy Literacy In Al-Islah CLC Central Jakarta. Thesis, London: School Education Masters Program, Graduate Sekloah, University of Indonesia, 2013. The research was conducted on the basis of the theoretical basis of Appreciative coaching assistance proposed by Johnson and Leavitt (1980) regarding the study of success in seeing people learn from the positives and achievements. In addition, researchers refer to the basic theory of adult education and basic skills of entrepreneurship as a basis for consideration in preparing instruments for research studies.
This study aims to provide the ability for Student Economy Literacy to learn basic entrepreneurial literacy efforts in the CLC Independent Al-Islah Central Jakarta using a model of Appreciative Coaching. This research is applied in the study group Student Economy Literacy. The subjects of this study were residents Independent Business Literacy learning which amounted to 10 people.
This study used a pre-experimental research methods to approach One Group Pretest-Posttest Design. Collecting data in this study using a questionnaire instrument, test evaluation, as well as a portfolio or commonly referred to as multi-instruments. Data analysis techniques used analysis techniques with quantitative research by describing the data and the presentation by percentage. Results of basic entrepreneurial capabilities through the application of Appreciative Coaching models are obtained through pre-test and post-test to the participants in the CLC Al-Islah Central Jakarta, from about 20 items tested the obtained value - average test understanding of the material in the pre-test was 58, on test post an increase reaching 78.5. Data on yield increase entrepreneurial base capabilities through the application of Appreciative Coaching models obtained using the approach of one-group, pretest-post test design, ie from 78.5 to 58 = 20.5 or increased by 35.34%.
ii
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN……….. i
ABSTRAK ………... ii
KATA PENGANTAR ……….... iv
LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH v DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL ……….………... viii
DAFTAR GAMBAR …….………..………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian……… 6 7 E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan Tesis 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Landasan Teori ... 9
1.Hakikat Pendidikan Luar Sekolah... 9
2. Hakikat Literasi Ekonomi ... 13
3. Hakikat Kemampuan Dasar Kewirausahaan... 15
4. Hakikat Pendidikan Orang Dewasa... 18
5. Hakikat Pendampingan appreciative coaching... 21
E. Instrumen Penelitian... F. Pengembangan Instrumen
G. Teknik Pengumpulan Data... H. Analisis Data...
37 39 39 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ... 42 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA... 87
iv
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
DAFTAR TABEL
No Nama Tabel Hal
Tabel II.1 Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah... 11 Tabel III.1. Daftar Nilai Skala Likert .. ... 39 Tabel IV.1. Pernyataan tahapan-tahapan dalam kegiatan pendampingan 43 Tabel IV.2. Pernyataan membuat kontrak kesepakatan pendampingan 44 Tabel IV.3. Pernyataan tujuan dan terget sesi pendampingan 45 Tabel IV.4. Pernyataan penjelasan topik diskusi 46 Tabel IV.5. Pernyataan mendorong untuk mengungkapkan pengetahuan. 47 Tabel IV.6. Pernyataan membuat pertanyaan-pertanyaan provokatif 48 Tabel IV.7. Pernyataan mendesain pembelajaran kewirausahaan 49 Tabel IV.8. Pernyataan pembelajaran kewirausahaan sesuai dengan
kebutuhan
50
Tabel IV.9. Pernyataan mengkomunikasikan hasil dari tahap-tahap pendampingan
51
Tabel IV.10. Pernyataan mencatat dan menyebarkan masukan-masukan, feedback, evaluasi dan refleksi
52
Tabel IV.11. Pernyataan mencatat setiap perkembangan saya selama mengikuti seluruh tahap pendampingan
53
Tabel IV.12. Pernyataan memberikan tes yang sesuai dengan materi 54 Tabel IV.13. Pernyataan terlibat dalam diskusi akan pentingnya
pendampingan dan manfaat dari proses pendampingan
55
Tabel IV.14. Pernyataan mampu memaparkan pengetahuan mengenai usaha sederhana pada tahap definition
56
Tabel IV.15. Pernyataan mampu menjelaskan bagaimana sejatinya proses pendampingan
57
Tabel IV.16. Pernyataan mampu mengutarakan harapan saya akan proses pendampingan di kedepannya
58
Tabel IV.17. Pernyataan ikut serta dalam merancang langkah-langkah pembelajaran k dasar kewirausahaan pada pendampingan di tahap design
59
Tabel IV.18. Pernyataan berpartisipasi aktif pada setiap langkah dalam pembelajaran kewirausahaan
60
diterapkan
Tabel IV.20. Pernyataan memaparkan hal apa saja yang menjadi kendala dalam setiap proses pendampingan
62
Tabel IV.21. Pernyataan memberikan penilaian pada setiap tahapan pendampingan yang telah dilakukan
63
Tabel IV.22. Pernyataan media yang digunakan dalam setiap tahap pendampingan sesuai dengan kebutuhan belajar
64
Tabel IV.23. Pernyataan metode yang diterapkan dalam setiap
pendampingan membuat saya berperan aktif dalam proses pendampingan
65
Tabel IV.24. Pernyataan Materi yang disajikan pada tiap tahap pendampingan bervariatif
66
Tabel IV.25. Pernyataan pendampingan mengekplorasi akan potensi 67 Tabel IV.26. Pernyataan pendampingan ini mampu merumuskan kebutuhan
akan perbaikan di kedepannya
68
Tabel IV.27. Pernyataan proses pendampingan menciptakan suatu keakraban yang baik antara saya dengan fasilitator
69
Tabel IV.28. Pernyataan memiliki kemampuan dasar kewirausahaan yang lebih baik dan mudah di terapkan
70
Tabel IV.29. Kriteria Penilaian 71
Tabel IV.30. Nilai Pretest dan Postest 72
Tabel IV.31. Lembar Penilaian Portofolio Kemampuan Dasar Kewirausahaan
vi
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar Hal
Gamabr II.1 Gambar II.2.
Tahapan Penerapan Model Appreciative Coaching…… Bagan Kerangka Berpikir
24 27 Gambar III.1. Perancanaan dan Penyusunan Model
Appreciative Coaching
32
Gambar III.2. Konstruksi Desain Penerapan Model Appreciative Coaching 33 Gambar III.3. Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan 37 Gambar IV.1. Pernyataan tahapan-tahapan dalam kegiatan pendampingan 43 Gambar IV.2. Pernyataan membuat kontrak kesepakatan pendampingan 44 Gambar IV.3. Pernyataan tujuan dan terget sesi pendampingan 45
Gambar IV.4. Pernyataan penjelasan topik diskusi 46
Gambar IV.5. Pernyataan mendorong untuk mengungkapkan pengetahuan 47 Gambar IV.6. Pernyataan membuat pertanyaan-pertanyaan provokatif 48 Gambar IV.7. Pernyataan mendesain pembelajaran kewirausahaan 49 Gambar IV.8. Pernyataan pembelajaran kewirausahaan sesuai dengan
kebutuhan
50
Gambar IV.9. Pernyataan mengkomunikasikan hasil dari tahap-tahap pendampingan
51
Gambar IV.10. Pernyataan mencatat dan menyebarkan masukan-masukan, feedback, evaluasi dan refleksi
52
Gambar IV.11. Pernyataan mencatat setiap perkembangan saya selama mengikuti seluruh tahap pendampingan
53
Gambar IV.12. Pernyataan memberikan tes yang sesuai dengan materi 54 Gambar IV.13. Pernyataan terlibat dalam diskusi akan pentingnya
pendampingan dan manfaat dari proses pendampingan
55
Gambar IV.14. Pernyataan mampu memaparkan pengetahuan mengenai usaha sederhana pada tahap definition
56
Gambar IV.15. Pernyataan mampu menjelaskan bagaimana sejatinya proses pendampingan
57
Gambar IV.16. Pernyataan mampu mengutarakan harapan saya akan proses pendampingan di kedepannya
Gambar IV.17. Pernyataan ikut serta dalam merancang langkah-langkah pembelajaran k dasar kewirausahaan pada pendampingan di tahap design
59
Gambar IV.18. Pernyataan berpartisipasi aktif pada setiap langkah dalam pembelajaran kewirausahaan
60
Gambar IV.19. Pernyataan berpartisipasi dalam setiap langkah yang telah diterapkan
61
Gambar IV.20. Pernyataan memaparkan hal apa saja yang menjadi kendala dalam setiap proses pendampingan
62
Gambar IV.21. Pernyataan memberikan penilaian pada setiap tahapan pendampingan yang telah dilakukan
63
Gambar IV.22. Pernyataan media yang digunakan dalam setiap tahap pendampingan sesuai dengan kebutuhan belajar
64
Gambar IV.23. Pernyataan metode yang diterapkan dalam setiap
pendampingan membuat saya berperan aktif dalam proses pendampingan
65
Gambar IV.24. Pernyataan Materi yang disajikan pada tiap tahap pendampingan bervariatif
66
Gambar IV.25. Pernyataan pendampingan mengekplorasi akan potensi 67 Gambar IV.26. Pernyataan pendampingan ini mampu merumuskan
kebutuhan akan perbaikan di kedepannya
68
Gambar IV.27. Pernyataan proses pendampingan menciptakan suatu keakraban yang baik antara saya dengan fasilitator
69
Gambar IV.28. Pernyataan memiliki kemampuan dasar kewirausahaan yang lebih baik dan mudah di terapkan
70
Gambar IV.29. Peningkatan Kemampuan Dasar kewirausahaan melalui model appreciative coaching
1 Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aksara merupakan alat pemberdayaan yang memiliki nilai strategis, informatif
dalam memecahkan permasalahan kehidupan dimasyrakat. Keaksaraan ditinjau
sebagai alat ukur untuk memperoleh informasi yang luas dalam membuka cakrawala
kehidupan, serta mampu memberikan inspirasi yang signifikan dalam pembangunan
masyrakat. Sehingga keaksaaran merupakan modal dasar yang diperlukan masyrakat
dalam meningkatkan potensi diri yang selaras dengan perkembangan zaman.
Dalam struktur ekonomi modern, kemiskinan itu sangat terkait dengan
kebutaaksaraan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat. Kebodohan,
keterbelakangan, penindasan dan kemiskinan menjadi fenomena dunia, tidak
terkecuali di negara-negara maju sekalipun dan semua predikat itu sangat dekat
dengan dunia orang buta huruf.
Menurut Djuju Sudjana (2004: 14) Pendidikan nonformal akan memperoleh
dukungan dari peserta didik apabila program-programnya disusun berdasarkan
kebutuhan mereka dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan nonformal
seperti program Keaksaraan diupayakan eksistensinya dibutuhkan oleh masyarakat
sehingga masyarakat akan merasakan belajar berdasarkan apa yang dikehendaki oleh
masyrakat itu sendiri.
Fakta menunjukkan bahwa sebagian warga negara Indonesia masih berada di
bawah garis kemiskinan, dengan kemampuan perekonomian yang rendah.
Kebutaaksaraan yang mereka alami hambatan dalam mengakses informasi dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, sehingga mereka sulit
beradaptasi dan berkompetensi dalam situasi yang selalu berubah dan makin
kompotitif, akibat selanjutnya masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar pada
umumnya sulit keluar dari jerat kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan
ketidakberdayaan. Oleh karena itu setiap warga masyarakat pasca pendidikan
2
kemampuan keaksaraan yang fungsional bagi peningkatan kualitas diri dan
kehidupannya.
Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan program keaksaraan usaha
mandiri (2010) setiap warga masyarakat perlu memiliki kompetensi keaksaraan
tertentu yang dapat membantu dirinya untuk mengembangkan dan
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sejalan dengan itu
dikembangkan program Keaksaraan Usaha Mandiri, yang tujuan utamanya adalah
meningkatkan keberdayaan penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas melalui
peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan dan berusaha secara mandiri.
Kegiatan usaha mandiri dimaksudkan sebagai wahana pemberian bekal awal
kepada peserta didik, agar tumbuh dan berkembang kesiapan mental dan usahanya
untuk mandiri, menguasai teknik keterampilan tertentu dan dasar-dasar pengelolaan
usaha dalam rangka mengatasi permasalahan hidupnya.
Program Keaksaraan Usaha Mandiri mempunyai peranan bagi kaum wanita
terutama para ibu-ibu yang buta aksara untuk mengembangkan kemampuan warga
belajar seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dan juga keterampilan
life skill yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga para warga belajar
yang sebelumnya buta aksara menjadi melek aksara dan mempunyai bekal
keterampilan life skill guna menambah penghasilan dan meumbuhkan tingkat
perekonomian ibu-ibu rumah tangga.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan penelitian, pada kenyataanya program
keaksaraan Usaha Mandiri belum sepenuhnya dirasakan kebermanfaatannya bagi
masyrakat. Menurut Wiwi Widiastuti (2013) selaku ketua PKBM Al-Islah
mengatakan, program keaksaran Usaha Mandiri yang pernah dilaksanakan belum
sepenuhnya mencapai pada capaian aplikasi berwirausaha pada warga belajar yang
menjalani program ini karena program yang dijalankan hanyalah singkat dan tenaga
3
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
dikarenakan terbentur dengan modal dan kurang siapnya warga belajar, karena
selama ini warga belajar hanya mendapatkan proses pembelajaran yang bersifat
calistung dan praktek Life Skill menjahit dan tata rias sehingga dalam mengelola
kegiatan usaha, warga belajar belum mendapatkannya. Hasil pembelajaran yang
diharapkan adalah warga belajar memiliki kemampuan menjelaskan konsep
kewirausahaan dibidang jasa usaha makanan yang terintegrasi dengan membaca,
menulis dan berhitung. Warga belajar juga mampu memasarkan produksi sehingga
warga belajar mandiri. Hasil pembelajaran tersebut untuk diterapkan pada diri
sendiri, lingkungan keluarganya, maupun orang lain di lingkungan sekitarnya.
Sehingga di samping dimanfaatkan oleh diri dan keluarganya juga dapat
dimanfaatkan oleh orang lain.
PKBM Al Ishlah merupakan “satuan pendidikan yang dilaksanakan melalui
jalur Pendidikan Luar Sekolah dengan bentuk kelompok belajar”. Program ini
dikembangkan setara dengan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah umum. PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di Kelurahan Pasar Baru,
Kecamatan Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat. Kebanyakan warga belajar
PKBM Al Ishlah dari tiga kelurahan tersebut, adapun beberapa warga belajar datang
dari wilayah yang jauh, namun tidak banyak. Lokasi PKBM Al Ishlah Pintu Besi
terletak di Jalan Pintu Besi I No. 42. PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di
kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar kotamadya Jakarta Pusat merupakan
salah satu dari lima kelurahan yang ada di Sawah Besar, sebetulnya di Kelurahan
Pasar Baru sendiri masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi lemah tidak terlalu
banyak dibandingkan dengan tiga kelurahan yang ada di dekatnya, seperti kelurahan
Karang Anyar, Kelurahan Kartini, Kelurahan Gunung Sahari Utara.
Pada realitasnya PKBM Al-Islah Jakarta Pusat memiliki potensi yang sangat
mendukung dalam kegiatan Program Keaksaraan Usaha Mandiri. Potensi yang
dimiliki oleh PKBM Al-Islah salah satunya adalah lokasi yang strategis dan
dikelilingi oleh lingkungan dunia usaha dan dunia industri. Potensi yang dimiliki
oleh PKBM Al-Islah sangat mendukung pada proses jejaring kewirausahaan yang
mumpuni dilaksanakan oleh warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Selaim
4
Jakarta pusat memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat berpengaruh pada
kompetensi warga belajar. Kelemahan yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah salah
satunya adalah masalah sumber daya manusia yaitu tutor program Keaksaraan Usaha
Mandiri belum mampu berperan layaknya pendidik orang dewasa yang mampu
menyediakan strategi fasilitasi dengan baik kepada warga belajar. Hal ini sangat
berpengaruh pada proses pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri yang masih
terlihat sangat kaku yaitu berupa ceramah dan praktek.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada proses pembelajaran, tutor
program Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah belum sepenuhnya memiliki
kompetensi Andragogy Knowladge yang seyogyanya harus dimiliki oleh pendidik
orang dewasa, realitasnya tutor hanya memiliki kompetensi Content Knowladge, hal
ini berimpilikasi pada proses pembelajaran berupa Transfer of Knowladge dengan
pola pembelajaran satu arah. Melihat realitas tersebut, banyak warga belajar
Keaksaraan Usaha Mandiri yang tidak aplikatif dalam memaknai kewirausahaan
sehingga banyak lulusan program Keaksaraan Usaha Mandiri yang tidak melakukan
kegiatan wirausaha dan mereka masih berorientasi menjadi pekerja.
Berdasarkan permaslahan yang terjadi di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat,
terdapat peluang-peluang yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah Jakarta Pusat yaitu
potensi kearifan lokal yang ada di PKBM Al-Islah berupa lingkungan PKBM
terintegrasi dengan dunia Usaha dan Dunia Industri. Peluang-peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh PKBM Al-Islah Jakarta Pusat yaitu dapat melaksanakan jejaring
kewirausahaan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar praktisi dari dunia
usaha dan dunia industri yang berada di sekitar PKBM Al-Islah. Apabila
potensi-potensi tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran kewirausahaan dapat
menjadi sebuah Enviromental Input pada program Keaksaraan Usaha Mandiri yang
sinergis dengan aplikasi berwirausaha pada warga belajar. Terlepas dari
5
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
usaha antara PKBM dan dunia usaha dan Industri, seyogyanya Dunia Usaha dan
Dunia Industri akan bermitra dengan PKBM apabila dunia usaha dan dunia industri
mengenal dan memahami eksistensi PKBM.
Melihat kenyataan dilapangan baik itu masalah yang nampak maupun
potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ini karena melihat adanya suatu kebutuhan bagi PKBM dalam pengembangan
program keaksaraan usaha mandiri. Dimana kegiatan penelitian ini mengembangkan
kegiatan pendampingan pada proses pembelajaran. Pendampingan diambil karena
proses pendampingan sejatinya terjadi diluar dari system kegiatan utama yakni
bimbingan kelompok usaha itu sendiri. Hal ini merujuk pada pendapat Winston
Connor ( 2006) bahwa Coaching is a different delivery system for training, since
training especially with long term managers and people who are further along in
their careers, is not working.
Lebih lanjut fokus dalam pendampingan ini adalah pendampingan yang
berbasiskan Appreciative Choaching dimana pendekatan ini memandang manusia
sebagai sebuah kapasitas yang dapat mewujudkan banyak hal. Bahkan dapat
mewujudkan hal-hal yang selama ini diaggap sebagai suatu hal yang mustahil atau
bahkan hal yang dianggap hanya sebagai sebuah mimpi belaka. Hal tersebut sejalan
dengan apa yang nampak dalam realitas kelompok belajar usaha mandiri bahwa
sejatinya para warga belajar juga tidak serta merta pasrah dan tidak memiliki
pengetahuan dan daya juang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya agar mampu
serta siap berwirausaha .
Dengan demikian maka penerapan model Appreciative Coaching yang akan
peneliti lakukan diharapkan mampu menjembatani apa yang menjadi kebutuhan
pendidikan para warga belajar akan kemampuan melaksanakan wirausaha mandiri
sampai pada akhirnya ia mampu melaksanakan kegiatan usaha .
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dipaparkan pada latar belakang tersebut, dapat
6
1. Bagaimanakah gambaran proses pendampingan kelompok belajar Keaksaraan
Usaha Mandiri pada PKBM Al-Islah Jakarta Pusat?
2. Hal-hal apa saja yang dibutuhkan warga belajar sampai pada akhirnya ia
dikatakan mampu dan siap melaksanakan usaha mandiri?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidak optimalan proses bimbingan
Usaha Mandiri pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM
Al-Islah?
4. Potensi-potensi apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai keoptimalan
dalam memenuhi kebutuhan pendidikan para warga belajar Keaksaraan Usaha
Mandiri PKBM Al-Islah?
5. Apakah penerapan model Appreciative Coaching mampu memberikan
kemapuan dasar wirausaha pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di
PKBM Al-Islah?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan peneliti maka
penelitian ini dibatasi pada masalah sampai sejauh mana penerapan model
Appreciative Coaching mampu memberikan kemampuan dasar wirausaha pada
warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah?
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalahnya adalah
1. Bagaimana efektifitas model appreciative coching pada proses pendampingan
warga belajar program Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM Al-Islah?
2. Apakah model Appreciative Coaching mampu memberikan kemampuan dasar
kewirausahaan pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM
7
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
2. Meningkatkan kemampuan dasar kewirausahaan pada warga belajar program
Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritik
Penelitian ini memiliki manfaat untuk memberikan suatu solusi dalam rangka
memberikan kemampuan dasar Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan Usaha
Mandiri di PKBM Al-Islah.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Mengadakan eksperimen dan melihat sampai sejauh mana penerapan model
berbasis Appreciative Coaching mampu menjadi suatu solusi dalam dalam
rangka memberikan kemampuan dasar Wirausaha bagi Warga Belajar
Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.
b. Bagi Mahasiswa Pascasarjana UPI
Informasi dan bahan rujukan bagi mahasiswa bahwa suatu proses
pembelajaran tertentu akan lebih efektif apabila ditambah dengan proses
pendampingan diluar dari proses pembelajaran itu sendiri yang juga disesuaikan
dengan karakteristik kondisi dan waktu dari peserta didiknya.
c. Bagi Pascasarjana UPI
Menambah referensi bagi mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah UPI dalam hal
penerapan model Appreciative Coaching yang efektif dan mampu memberikan
kemampuan dasar bagi peserta didik dalam setiap program pembelajaran tertentu
yang juga mampu melengkapi proses pembelajaran yang telah terjadi sebelumnya.
d. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia
Salah satu referensi serta rujukan bagi penelitian yang serupa.
8
Dengan adanya penelitian ini mampu memberikan solusi dan menambah
kualitas pelayanan dalam bimbingan Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan
Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.
G. Sistematika Penulisan Tesis
BAB I Berisi tentang pendahuluan, yang didalamnya membahas tentang latar
belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Berupa Landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti
beberapa teori dan konsep tentang pendidikan luar sekolah, konsep pendidikan orang
dewasa, dan konsep kemampuan dasar kewirausahaan.
BAB III Membahas tentang prosedur penelitian, berisi tentang uraian metode
penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data,
prosedur pengolahan dan analisis data serta teknik pengolahan data, dan analisis
data.
BAB IV Berisi analisa data hasil penelitian dan pembahasan yang berisi
gambaran singkat tentang daerah penelitian, pengolahan data, dan pembahasan hasil
penelitian.
31 Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PKBM Al-Islah yang berlokasi di Jl. Pintu
Besi Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. Penelitian
ini berlangsung selama 6 bulan, terhitung sejak bulan Maret 2013 sampai dengan
bulan September 2013.
2. Populasi Penelitian
Responden dalam penelitian ini ialah warga belajar Pusat Kegiatan Belajar
nmasyrakat Al-Islah Jakarta Pusat pada program keaksaraan usaha mandiri
dengan populasi 20 orang.
3. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling bertujuan
(purposive sampling) karena warga belajar yang aktif dan berkelanjutan dalam
mengikuti program Keaksaraan Usaha Mandiri sebanyak 10 orang warga belajar
Program Keaksaraan Usaha Mandiri, dengan tujuan mendapatkan data yang
spesifik dari penerapan model appreciative coaching.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen, dimana peneliti
mengukur sebelum dilaksanakan threathment pada warga belajar keaksaraan
usaha mandiri. Setelah peneliti melaksanakan threathment pada warga belajar
keaksaraan usaha mandiri di PKBM Al-islah Jakarta Pusat, peneliti mengukur
peningkatan kemampuan dasar kewirausahaan warga belajar Keaksaraan Usaha
Mandiri. Oleh karena itu peneliti mengukur pelaksanaan pre test dan post test
pada penelitian ini, selain itu peneliti mengukur efektifitas model appreciative
coaching ketika diterapakan pada warga belajar keaksaraan usaha mandiri.
Adapun alur pemikiran peneliti dalam merancang penerapan model Appreciative
32
Gambar III.1
Perancanaan dan Penyusunan Model
Appreciative Coaching
Adapun desain penerapan model Appreciative Coaching yang Penerapan model Appreciative Coaching
Tahap definition
Tahap Destiny
Program Keaksaraan Usaha Mandiri
SK : Warga Belajar memiliki kemampuan dasar
kewirausahaan
Permasalahan
1. Materi kewirasuhaaan yang begitu banyak namun waktu pelaksanaan pendampingan yang terbatas
2. Jumlah fasilitattor yang tidak sebanding dengan banyaknya warga belajar 3. Adanya alumni warga belajar memiliki potensi untuk membagikan pengatuhaan
yang belum dioptimalkan
4. Karakteristik latar belakang usia dan pendidikan yang berbeda pada warga belajar i yang berkaitan dalam proses penyerapan pengetahuan yang berbeda-beda pula
Analisis Kebutuhan
Dibutuhkan suatu pendampingan diluar dari pembimbingan yang diberikan
Dibutuhkan model pendampingan yang dapat mengoptimalkan potensi-potensi positif yang dimiliki warga belajar
Merancang model appreciative coaching
Tahap Design
Tahap Dream
Tahap Discovery
33
Gambar III.2
Konstruksi Desain Penerapan Model Appreciative Coaching
Berdasarkan konstruksi desain model Appreciative Coaching di atas,
tahap-tahap yang akan dilakukan oleh fasilitator pada sasaran peserta didik adalah :
1. Tahap Definition
Fasilitator menyampaikan tujuan, manfaat serta hasil yang dicapai dengan
adanya proses pendampingan ini. Fasilitator membahas satu topik tentang
peluang usaha di darah sekitar .Sedangkan peserta didik pada tahap ini
menyepakati terlaksananya proses pendampingan yang dibuat bersama-sama oleh
fasilitator
Tahap definition
Memiliki kemampuan dasar Kewirausahaan
Usaha Sederhana DUDI
Penerapan model appreciative coaching
WB Tahap Design
Tahap Dream
Tahap Discovery
Pelatihan Kemampuan Dasar Kewirausahaan
34
2. Tahap Discovery
Pada tahap ini, Fasilitator menggali pengetahuan dan pemahaman peserta
terkait materi dasar kewirausahaan serta mempraktekan keterampilan sederhana.
Sedangkan peserta mengungkapkan sampai sejauh mana pengetahuan mereka
mengenai materi kewirausahaan dasar serta memberikan pendapat mengenai
kesinambungan antara proses bimbingan yang selama ini terjadi .
3. Tahap Dream
Pada tahap ini, peserta akan diajak berimajinasi dan mengeluarkan harapan
mereka mengenai segala hal pengetahuan yang mereka butuhkan agar memiliki
kemampuan menjalankan usaha serta proses bimbingan yang mampu
menghantarkan mereka memiliki kemampuan tersebut sekaligus memikirkan hal
apa yang akan dilakukan selama berwirausaha yang juga memberi manfaat
banyak bagi mereka untuk mereka dan oleh mereka yang bermanfaat pula kepada
orang sekitar.
4. Tahap Design
Fasilitator bersama-sama peserta membuat suatu rancangan proses
pendampingan dalam pelaksanaan pemberian materi kewirausahaan secara
lengkap yang didahului dengan pemberian pendampingan dengan
memaksimalkan potensi dari para warga belajar terkait pengetahuan yang dapat
mengantarkan para warga belajar memilki kemampuan dasar kewirausahaan
sekaligus merencanakan hal apa yang akan dilakukan para warga belajar.
Selain itu pada tahap design ini dilakukan suatu pelatihan kemampuan
dasar kewirasahaan sebagai bentuk nyata karena dengan pelatihan tersebut para
warga belajar dalam hal ini peserta didik memiliki kemampuan dasar
kewirausahaan disamping materi lain yang juga tak kalah pentingnya yang
35
tujuan yang telah ditetapkan, maka fasilitator dan peserta pendampingan akan
mengevaluasi kembali hal-hal yang menjadi kekurang tercapaian dan menilai
proses-proses yang telah dilakukan untuk dapat menemukan rancangan yang
terbaik. Disamping membuat suatu kesepakatan yang baik akan adanya jalinan
yang terus berlanjut akan proses pendampingan ini.
C. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan
One Group Pretest-Posttest Design. Metode ini digunakan dengan pertimbangan
bahwa hasil dari penelitian dapat diketahui secara akurat, karena dapat langsung
dibandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
O1 = Nilai pretest (sebelum diberi treatment)
X = Pemberian treatment / perlakuan
O2 = Nilai posttest (setelah diberi treatment)
Pengaruh treatment model pendampingan berbasis Appreciative Coaching
terhadap kemapuan dasar kewirausahaan = (O2 - O1).
D. Devinisi Operasional
1. Appreciative Coaching Sebagai Model Pendampingan Warga Belajar
Pendampingan berbasis appreciative coaching merupakan pendampingan
dengan menggunakan prinsip-prisip dan pendekatan pendidikan orang dewasa.
Menurut Robyn Stratton-Berkessel appreciative coaching merupakan pendekatan yang berpijak pada asumsi bahwa seseorang memiliki berbagai bakat, keahlian, cerita sukses, dan sumber daya di dalam dirinya dan semua itu dapat ditemukan dan dikembangkan oleh dirinya sendiri.Pendekatan ini memandang manusia dan komunitas sebagai sebuah kapasitas kekuatan yang dapat mewujudkan banyak hal. Bahkan dapat mewujudkan hal-hal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang mustahil, atau hal-hal yang selama ini dianggap hanya sebuah mimpi. (Robyn Stratton,2010:1).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia menegaskan bahwa kata apresiasi berarti
tindakan dengan memberikan penghormatan, dengan memberikan penilaian dan
36
dengan rasa terima kasih. Dengan kata lain, apresiatif adalah tindakan-tindakan
yang bersifat penghormatan dan penilaian positif. (2008:34).
Sedangkan menurut Diana Whitney pendekatan appreciative coaching
dalam pelaksanaannya memiliki empat tahap yang harus dilalui untuk mencapai ke arah perubahan yang positif, empat tahap tersebut seringkali dikenal dengan siklus 4-D yaitu discovery, dream, design dan destiny. (Diana Whitney, 2002:134).
Appreciative coaching dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat diatas
yaitu sebagai model dalam proses pendampingan untuk warga belajar yang
bertujuan menggali pengalaman orang dewasa dalam konteks pembelajaran
Keaksaraan Usaha Mandiri. Model pendampingan ini dimaksudkan untuk
menciptkan iklim pembelajaran orang dewasa yang bersifat partisipatif. Melalui
model ini warga belajar dapat mengungkapkan potensi positif dalam dirinya yang
dijadikan sebagai sumber belajar bagi warga belajar lainnya.
2. Kemampun Dasar Wirausaha
Robert R.Bo ( 1995:76 ) menunjukkan kaitan antara kemampuan dengan
proses pembelajaran dimana didalamnya terdapat peserta didik. Menurutnya
Kemampuan adalah semua potensi yang mencakup segi kognitif, afektif,
psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik sebagai karunia Allah.
Dalam bukunya Taxonomy Of Education Objective, Benyamin S. Bloom
(Hurlock, 2009: 79 ) menjelaskan sebagai berikut.
Tujuan pembelajaran terbagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut memiliki peranan yang penting dan saling berkaitan ketika kita ingin melihat sampai sejauh mana kemampuan peserta didik dalam prosesnya didalam pembelajaran.
Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia pada awalnya dikenal istilah
wiraswasta yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut
kemudian berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan
37
3. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri
Menurut acuan penyelenggaraan program Keaksaraan Usaha mandiri
(2009), Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri adalah kegiatan peningkatan
kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran ketrampilan usaha yang dapat
meningkatan produktivitas perorangan maupun kelompok secara mandiri bagi
warga belajar yang telah mengikuti atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar.
Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri disini dilaksanakan pasca
keaksaraan dasar untuk memberikan kecakapan vokasional membuat usaha
sederhana. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri disini dilaksanakan selama
12 kali pertemuan yang dilaksanakan di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat.
Program keaksaraan Usaha Mandiri yang dilakukan oleh PKBM Al-Islah
mengedepankan proses pembelajaran calistung dengan mengintegrasikan
pembelajaran kewirausahaan, sehingga warga belajar memiliki kemampuan dasar
melakukan usaha sederhana.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan multi instrument unuk mendapatkan data yang
akurat mengenai kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan
pendampingan appreciative coaching . Instrumen pengumpul data yang
digunakan yakni sebagai berikut :
Gambar III.3.
Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan (Sumber: Analisis Peneliti)
Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan
Variabel Independen Variabel Dependen
Instrumen 1. Angket
38
Berdasarkan variabel dan tahapan kegiatannya, maka instrumen
pengumpul data yang digunakan adalah :
1. Variabel Independen
(Proses penerapan model Appreciative Coaching).
a. Angket
Penggunaan instrumen angket ini bertujuan untuk memperoleh data dan
informasi pada variabel penerapan model Appreciative Coaching terhadap
kemampuan dasar Kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri.
Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup agar terdapat kesamaan jawaban
masing-masing responden sehingga mempermudah peneliti dalam proses
pengolahan data.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan, foto, serta
kemampuan peserta pendampingan terkait dengan pengetahuan dasar
kewirausahaan . Teknik ini digunakan untuk mengungkap data tentang proses
kegiatan pemberian kemampuan dasar kewirausahaan sebelum, sesaat, dan
setelah mereka melakukan proses Appreciative Coaching.
2. Variabel Dependen
(Kemampuan dasar Kewirausahaan Bagi Warga Belajar Keaksaraan usaha
Mandiri PKBM Al-Islah ).
a. Tes Evaluasi
Tes evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar
kewirasuahaan bagi warga belajar yang diperoleh melalui format evaluasi
materi yang diberikan sebelum proses pendampingan dan pada akhir proses
pendampingan. Format evaluasi yang diberikan menggunakan tes evaluasi soal
materi dasar kewirausahaan.
39
F. Pengembangan Instrumen
Instrumen dibuat berdasarkan indikator dari variabel penelitian itu
sendiri, lalu dibagikan kepada para warga belajar sebagai respondennya.
Pengukuran instrumen ini memakai skala Likert dalam bentuk daftar check list
() dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pendapat yang diberikan responden
melalui angket selanjutnya diberikan nilai sesuai dengan skala likert, yang
terdapat pada tabel berikut :
Tabel III.1 Daftar Nilai Skala Likert
Nilai Positif Kategori Jawaban Nilai Negatif
5 Sangat setuju 1
4 Setuju 2
3 Ragu-ragu 3
2 Tidak setuju 4
1 Sangat tidak setuju 5
Sumber: Suharsimi Arikunto (2005) G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan antara lain :
1. Uji hasil penerapan proses pendampingan Appreciative Coaching
menggunakan angket.
Lembar uji penerapan proses pendampingan yang berbasiskan
Appreciative Coaching, dengan menggunakan angket tertutup, dimana
peneliti dapat memperoleh gambaran kesesuaian antara proses pendampingan
yang direncanakan dengan proses pendampingan yang terjadi berdasarkan
sudut pandang warga belajar yang mengikuti proses pendampingan dimana
para warga belajar sebagai subyek dari penerapan model pendampingan
40
2. Tes evaluasi kemampuan dasar kewirausahaan peserta penerapan
Appreciative Coaching
Digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar kewirausahaan.
Tes evaluasi menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes
evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar
kewirausahaan yang diperoleh melalui format evaluasi materi yang diberikan
sebelum proses pelatihan dan pada akhir proses keaksaraan usaha mandiri
yang dilakukan pada tahap design di dalam prndampingan berbasis
appreciative coaching yang diterapkan. Format evaluasi terhadap
kemampuan dasar kewirausahaan setelah mengikuti proses pendampingan
Appreciative Coaching menggunakan tes evaluasi soal materi untuk
mengukur akan kemampuan dasar kewirausahaan di ranah kognitif dan
afektif serta lembar portofolio untuk mengukur akan kemampuan dasar
kewirausahaan di ranah psikomotorik .
Tingkat keberhasilan berupa pencapaian standar kompetensi yang
diharapkan dengan tujuan mampu memberikan kemampuan dasar
kewirausahaan terhadap warga belajar yang mengikuti proses
pendampingan berbasis Appreciative Coaching maka ditetapkan kriteria
ketuntasan minimum yang dirancang oleh peneliti dengan nilai minimum 70.
H. Analisis Data
Langkah-langkah analisa data pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai
tahap-tahap:
a. Editing data: merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi,
keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses
klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang
41
Jika belum ini berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum
mencakup semua variabel yang sedang diteliti.
c. Pengkodean data: pemberian kode pada data dimaksudkan untuk
menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk
angka.
d. Membuat struktur data: peneliti membuat struktur data yang mencakup
semua data yang dibutuhkan untuk analisa kemudian dipindahkan ke dalam
komputer.
2. Menggunakan statistik sederhana: data ditabulasikan berdasarkan butir
pertanyaan dengan jawaban yang diberikan responden lalu diprosentasekan
dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
P = Jumlah prosentase
∑F = Jumlah frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden
Penelitian ini menggunakan kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan. Kriteria
ini disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa
mempertimbangkan apa-apa dilakukan dengan membagi rentangan. Dengan
kriteria evaluasi sebagai berikut.
100% = Baik sekali
> 75 % = Baik
> 50 % = Cukup
> 25 % = Kurang baik
0% = Tidak baik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data penelitian yang didapat peneliti di lapangan, dalam hal ini
penerapan model pendampingan appreciative coaching dalam meningkatkan
kemampuan dasar kewirausahaan, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai
berikut:
1. Penerapan model appreciative coaching sangat efektif dilaksanakan warga belajar
PKBM Al-Islah Jakarta-Pusat karena sebagai berikut:
a. Pada tahap definition fasilitaror mempersiapkan pra pendampingan dengan
topik-topik yang relevan sesuai kebutuhan belajar warga belajar,
b. Pada tahap discovery warga belajar mengemukakan pengalaman-pengalamannya
sebagai sumber belajar untuk belajar dan membelajarkan kepada warga belajar
lainnya.
c. Pada tahap dream warga belajar mampu merumuskan usaha sederhana dan
menuangkan suatu usaha yang sesuai dengan pengalaman dan kapasitasnya sebagai
wirausaha pemula.
d. Pada tahap design warga belajar mulai melakukan proses pembelajaran
kewirausahaan dengan merancang usaha dengan rasa percaya diri dan menjalankan
usaha yang terintegrasi dengan keberaksaraannya.
e. Pada tahap destiny fasilitator dan warga belajar mampu merefleksikan capaian
pembelajaran kewirausahaan secara aplikatif
2. Bahwa terjadi peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan dalam
86
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
3. Adapun temuan lapangan yang yang menarik pada proses pendampingan antara
lain:
a. Warga belajar bersikap apresiatif. Hal ini dikarenakan menurut warga belajar
model appreciative coaching merupakan hal baru. Warga belajar tertarik dengan
pola pendampinngan karena sesuai dengan karakteristik orang dewasa.
b. Motivasi belajar para warga belajar meningkat, hal ini dikarenakan warga belajar
mampu menggali dan mengembangkan potensi dirinya untuk dijadikan sumber
belajar sesame warga belajar keaksaraan usaha mandiri.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan dalam
penerapan model appreciative coaching adalah sebagai berikut.
Bagi warga belajar
1. Perlunya koordinasi antara peserta pendampingan dengan fasilitator untuk
mewujudkan suatu pembelajaran yang optimal, sehingga mampu meminimalisir
kekurangan yang terjadi selama pembelajaran.
2. Peserta pendampingan yang memiliki keterbatasan untuk mengupayakan
kemampuannya dalam proses pendampingan sehingga mendapatkan hasil belajar
yang optimal.
Bagi Fasilitator
1. Fasilitator selayaknya menganggap peserta pendampingan sebagai subyek belajar,
sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta pendampingan akan lebih variatif. Hal
ini disebabkan peserta pendampingan akan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UPI.
1. Diadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran dalam lingkup pembelajaran
yang lain.
2. Perlu dirancang suatu desain pembelajaran serupa yang mampu menjawab
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Djuju, Sudjana. (2004). Wawasan,Sejarah dan Konsep Pendidikan Nonformal, Bandung: Falah Production.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Metode Pembelajaran Konstruktif,
Jakarta : Depdiknas.
Direktorat Pendidikan Masyrakat. (2010). Acuan Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.
Fakhruddin Arbah. (2002). Bahan Ajar Mata Kuliah Andragogi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Hosfiar, Hervy Hosfiar. (2008). Naskah BP3LS Metodologi Belajar Orang Dewasa, Jakarta: BP3LS.
Holliday, Micki. (1992). Coaching, Mentoring, and Managing. California: Corwin Press.
Johnson, Elain B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press.
Leonard, David C. (2002). Learning theories, California: Greenwood publishing group.
LPPM.(2001). Kamus Manajemen, Jakarta:LPPM.
Mark K. Smith. (1996). Self Directed,. (http://www.infed.org/self-direction/)
Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan Teori Dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
88
Adi Irvansyah, 2014
PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT
Stratton, Robyn. (2010). Encyclopedia of Distributed Learning. London :Sage Publications, Inc. 2004.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Surabaya: Prestasi Pustaka.
http://bataviase.co.id/node/475131 Kasus Data Perilku Remaja. (2 Agustus 2013).
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. (13 September 2013).
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Pengertian cd, interaktif, cd interaktif. (1 Oktober 2013).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Jakarta : Transmedia. 2007.)