• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

PENERAPAN MODEL

APPRECIATIVE COACHING

DALAM

MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN

BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh Adi Irvansyah

1103232

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENERAPAN MODEL

APPRECIATIVE COACHING

DALAM

MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN

BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Oleh Adi Irvansyah

S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Adi Irvansyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

iv

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL

APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN

USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Disetujui dan disahkan oleh:

Dosen Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd. NIP. 196111091987031001

Dosen Pembimbing II,

Dr. Ayi Olim, M.Pd. NIP. 195109141975011001

Kaprodi Pendidikan Luar Sekolah

(4)
(5)

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

ABSTRAK

ADI IRVANSYAH. Penerapan Model Appreciative Coaching Dalam Memberikan Kemampuan Dasar Kewirausahaan Bagi Warga Belajar Program Keaksaraan Usaha Mandiri Di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat. Tesis, Bandung: Program Magister Pendidikan Luar Sekolah, Sekloah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.

Penelitian ini dilaksanakan atas dasar landasan teori pendampingan appreciative coaching yang dikemukakan oleh Johnson dan Leavitt ( 1980 ) mengenai belajar dari keberhasilan dalam memandang warga belajar dari sisi positif dan prestasi. Selain itu peneliti merujuk pada landasan teori pendidikan orang dewasa dan kemampuan dasar kewirausahaan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun instrumen penelitian yang peneliti buat.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat dengan menggunakan model Appreciative Coaching. Penelitian ini diterapkan di kelompok belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Subyek penelitian ini adalah warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri yang berjumlah 10 orang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen angket, tes evaluasi, serta portofolio atau yang biasa disebut dengan multi instruments. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis dengan jenis penelitian kuantitatif dengan mendeskripsikan data serta penyajian secara persentase.

Hasil kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan model Appreciative Coaching ini diperoleh melalui pre test dan post test kepada warga belajar di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat, dari 20 item soal yang diujikan maka diperoleh nilai rata - rata uji pemahaman materi pada pre test sebesar 58, pada post test terjadi kenaikan mencapai 78,5. Data mengenai peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan model Appreciative Coaching diperoleh dengan menggunakan pendekatan one-group, pretest-post test design, yakni 78,5 – 58 = 20,5 atau meningkat sebanyak 35,34 %.

(6)

ABSTRACT

ADI IRVANSYAH. Application of Appreciative Coaching Model Capabilities in Providing Basic Entrepreneurship Learning Literacy Program For Student Economy Literacy In Al-Islah CLC Central Jakarta. Thesis, London: School Education Masters Program, Graduate Sekloah, University of Indonesia, 2013. The research was conducted on the basis of the theoretical basis of Appreciative coaching assistance proposed by Johnson and Leavitt (1980) regarding the study of success in seeing people learn from the positives and achievements. In addition, researchers refer to the basic theory of adult education and basic skills of entrepreneurship as a basis for consideration in preparing instruments for research studies.

This study aims to provide the ability for Student Economy Literacy to learn basic entrepreneurial literacy efforts in the CLC Independent Al-Islah Central Jakarta using a model of Appreciative Coaching. This research is applied in the study group Student Economy Literacy. The subjects of this study were residents Independent Business Literacy learning which amounted to 10 people.

This study used a pre-experimental research methods to approach One Group Pretest-Posttest Design. Collecting data in this study using a questionnaire instrument, test evaluation, as well as a portfolio or commonly referred to as multi-instruments. Data analysis techniques used analysis techniques with quantitative research by describing the data and the presentation by percentage. Results of basic entrepreneurial capabilities through the application of Appreciative Coaching models are obtained through pre-test and post-test to the participants in the CLC Al-Islah Central Jakarta, from about 20 items tested the obtained value - average test understanding of the material in the pre-test was 58, on test post an increase reaching 78.5. Data on yield increase entrepreneurial base capabilities through the application of Appreciative Coaching models obtained using the approach of one-group, pretest-post test design, ie from 78.5 to 58 = 20.5 or increased by 35.34%.

(7)

ii

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN……….. i

ABSTRAK ………... ii

KATA PENGANTAR ……….... iv

LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH v DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ……….………... viii

DAFTAR GAMBAR …….………..………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian……… 6 7 E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan Tesis 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Landasan Teori ... 9

1.Hakikat Pendidikan Luar Sekolah... 9

2. Hakikat Literasi Ekonomi ... 13

3. Hakikat Kemampuan Dasar Kewirausahaan... 15

4. Hakikat Pendidikan Orang Dewasa... 18

5. Hakikat Pendampingan appreciative coaching... 21

(8)

E. Instrumen Penelitian... F. Pengembangan Instrumen

G. Teknik Pengumpulan Data... H. Analisis Data...

37 39 39 40

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ... 42 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA... 87

(9)

iv

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

DAFTAR TABEL

No Nama Tabel Hal

Tabel II.1 Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah... 11 Tabel III.1. Daftar Nilai Skala Likert .. ... 39 Tabel IV.1. Pernyataan tahapan-tahapan dalam kegiatan pendampingan 43 Tabel IV.2. Pernyataan membuat kontrak kesepakatan pendampingan 44 Tabel IV.3. Pernyataan tujuan dan terget sesi pendampingan 45 Tabel IV.4. Pernyataan penjelasan topik diskusi 46 Tabel IV.5. Pernyataan mendorong untuk mengungkapkan pengetahuan. 47 Tabel IV.6. Pernyataan membuat pertanyaan-pertanyaan provokatif 48 Tabel IV.7. Pernyataan mendesain pembelajaran kewirausahaan 49 Tabel IV.8. Pernyataan pembelajaran kewirausahaan sesuai dengan

kebutuhan

50

Tabel IV.9. Pernyataan mengkomunikasikan hasil dari tahap-tahap pendampingan

51

Tabel IV.10. Pernyataan mencatat dan menyebarkan masukan-masukan, feedback, evaluasi dan refleksi

52

Tabel IV.11. Pernyataan mencatat setiap perkembangan saya selama mengikuti seluruh tahap pendampingan

53

Tabel IV.12. Pernyataan memberikan tes yang sesuai dengan materi 54 Tabel IV.13. Pernyataan terlibat dalam diskusi akan pentingnya

pendampingan dan manfaat dari proses pendampingan

55

Tabel IV.14. Pernyataan mampu memaparkan pengetahuan mengenai usaha sederhana pada tahap definition

56

Tabel IV.15. Pernyataan mampu menjelaskan bagaimana sejatinya proses pendampingan

57

Tabel IV.16. Pernyataan mampu mengutarakan harapan saya akan proses pendampingan di kedepannya

58

Tabel IV.17. Pernyataan ikut serta dalam merancang langkah-langkah pembelajaran k dasar kewirausahaan pada pendampingan di tahap design

59

Tabel IV.18. Pernyataan berpartisipasi aktif pada setiap langkah dalam pembelajaran kewirausahaan

60

(10)

diterapkan

Tabel IV.20. Pernyataan memaparkan hal apa saja yang menjadi kendala dalam setiap proses pendampingan

62

Tabel IV.21. Pernyataan memberikan penilaian pada setiap tahapan pendampingan yang telah dilakukan

63

Tabel IV.22. Pernyataan media yang digunakan dalam setiap tahap pendampingan sesuai dengan kebutuhan belajar

64

Tabel IV.23. Pernyataan metode yang diterapkan dalam setiap

pendampingan membuat saya berperan aktif dalam proses pendampingan

65

Tabel IV.24. Pernyataan Materi yang disajikan pada tiap tahap pendampingan bervariatif

66

Tabel IV.25. Pernyataan pendampingan mengekplorasi akan potensi 67 Tabel IV.26. Pernyataan pendampingan ini mampu merumuskan kebutuhan

akan perbaikan di kedepannya

68

Tabel IV.27. Pernyataan proses pendampingan menciptakan suatu keakraban yang baik antara saya dengan fasilitator

69

Tabel IV.28. Pernyataan memiliki kemampuan dasar kewirausahaan yang lebih baik dan mudah di terapkan

70

Tabel IV.29. Kriteria Penilaian 71

Tabel IV.30. Nilai Pretest dan Postest 72

Tabel IV.31. Lembar Penilaian Portofolio Kemampuan Dasar Kewirausahaan

(11)

vi

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Hal

Gamabr II.1 Gambar II.2.

Tahapan Penerapan Model Appreciative Coaching…… Bagan Kerangka Berpikir

24 27 Gambar III.1. Perancanaan dan Penyusunan Model

Appreciative Coaching

32

Gambar III.2. Konstruksi Desain Penerapan Model Appreciative Coaching 33 Gambar III.3. Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan 37 Gambar IV.1. Pernyataan tahapan-tahapan dalam kegiatan pendampingan 43 Gambar IV.2. Pernyataan membuat kontrak kesepakatan pendampingan 44 Gambar IV.3. Pernyataan tujuan dan terget sesi pendampingan 45

Gambar IV.4. Pernyataan penjelasan topik diskusi 46

Gambar IV.5. Pernyataan mendorong untuk mengungkapkan pengetahuan 47 Gambar IV.6. Pernyataan membuat pertanyaan-pertanyaan provokatif 48 Gambar IV.7. Pernyataan mendesain pembelajaran kewirausahaan 49 Gambar IV.8. Pernyataan pembelajaran kewirausahaan sesuai dengan

kebutuhan

50

Gambar IV.9. Pernyataan mengkomunikasikan hasil dari tahap-tahap pendampingan

51

Gambar IV.10. Pernyataan mencatat dan menyebarkan masukan-masukan, feedback, evaluasi dan refleksi

52

Gambar IV.11. Pernyataan mencatat setiap perkembangan saya selama mengikuti seluruh tahap pendampingan

53

Gambar IV.12. Pernyataan memberikan tes yang sesuai dengan materi 54 Gambar IV.13. Pernyataan terlibat dalam diskusi akan pentingnya

pendampingan dan manfaat dari proses pendampingan

55

Gambar IV.14. Pernyataan mampu memaparkan pengetahuan mengenai usaha sederhana pada tahap definition

56

Gambar IV.15. Pernyataan mampu menjelaskan bagaimana sejatinya proses pendampingan

57

Gambar IV.16. Pernyataan mampu mengutarakan harapan saya akan proses pendampingan di kedepannya

(12)

Gambar IV.17. Pernyataan ikut serta dalam merancang langkah-langkah pembelajaran k dasar kewirausahaan pada pendampingan di tahap design

59

Gambar IV.18. Pernyataan berpartisipasi aktif pada setiap langkah dalam pembelajaran kewirausahaan

60

Gambar IV.19. Pernyataan berpartisipasi dalam setiap langkah yang telah diterapkan

61

Gambar IV.20. Pernyataan memaparkan hal apa saja yang menjadi kendala dalam setiap proses pendampingan

62

Gambar IV.21. Pernyataan memberikan penilaian pada setiap tahapan pendampingan yang telah dilakukan

63

Gambar IV.22. Pernyataan media yang digunakan dalam setiap tahap pendampingan sesuai dengan kebutuhan belajar

64

Gambar IV.23. Pernyataan metode yang diterapkan dalam setiap

pendampingan membuat saya berperan aktif dalam proses pendampingan

65

Gambar IV.24. Pernyataan Materi yang disajikan pada tiap tahap pendampingan bervariatif

66

Gambar IV.25. Pernyataan pendampingan mengekplorasi akan potensi 67 Gambar IV.26. Pernyataan pendampingan ini mampu merumuskan

kebutuhan akan perbaikan di kedepannya

68

Gambar IV.27. Pernyataan proses pendampingan menciptakan suatu keakraban yang baik antara saya dengan fasilitator

69

Gambar IV.28. Pernyataan memiliki kemampuan dasar kewirausahaan yang lebih baik dan mudah di terapkan

70

Gambar IV.29. Peningkatan Kemampuan Dasar kewirausahaan melalui model appreciative coaching

(13)

1 Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aksara merupakan alat pemberdayaan yang memiliki nilai strategis, informatif

dalam memecahkan permasalahan kehidupan dimasyrakat. Keaksaraan ditinjau

sebagai alat ukur untuk memperoleh informasi yang luas dalam membuka cakrawala

kehidupan, serta mampu memberikan inspirasi yang signifikan dalam pembangunan

masyrakat. Sehingga keaksaaran merupakan modal dasar yang diperlukan masyrakat

dalam meningkatkan potensi diri yang selaras dengan perkembangan zaman.

Dalam struktur ekonomi modern, kemiskinan itu sangat terkait dengan

kebutaaksaraan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan masyarakat. Kebodohan,

keterbelakangan, penindasan dan kemiskinan menjadi fenomena dunia, tidak

terkecuali di negara-negara maju sekalipun dan semua predikat itu sangat dekat

dengan dunia orang buta huruf.

Menurut Djuju Sudjana (2004: 14) Pendidikan nonformal akan memperoleh

dukungan dari peserta didik apabila program-programnya disusun berdasarkan

kebutuhan mereka dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan nonformal

seperti program Keaksaraan diupayakan eksistensinya dibutuhkan oleh masyarakat

sehingga masyarakat akan merasakan belajar berdasarkan apa yang dikehendaki oleh

masyrakat itu sendiri.

Fakta menunjukkan bahwa sebagian warga negara Indonesia masih berada di

bawah garis kemiskinan, dengan kemampuan perekonomian yang rendah.

Kebutaaksaraan yang mereka alami hambatan dalam mengakses informasi dan

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya, sehingga mereka sulit

beradaptasi dan berkompetensi dalam situasi yang selalu berubah dan makin

kompotitif, akibat selanjutnya masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar pada

umumnya sulit keluar dari jerat kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan

ketidakberdayaan. Oleh karena itu setiap warga masyarakat pasca pendidikan

(14)

2

kemampuan keaksaraan yang fungsional bagi peningkatan kualitas diri dan

kehidupannya.

Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan program keaksaraan usaha

mandiri (2010) setiap warga masyarakat perlu memiliki kompetensi keaksaraan

tertentu yang dapat membantu dirinya untuk mengembangkan dan

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sejalan dengan itu

dikembangkan program Keaksaraan Usaha Mandiri, yang tujuan utamanya adalah

meningkatkan keberdayaan penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas melalui

peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan dan berusaha secara mandiri.

Kegiatan usaha mandiri dimaksudkan sebagai wahana pemberian bekal awal

kepada peserta didik, agar tumbuh dan berkembang kesiapan mental dan usahanya

untuk mandiri, menguasai teknik keterampilan tertentu dan dasar-dasar pengelolaan

usaha dalam rangka mengatasi permasalahan hidupnya.

Program Keaksaraan Usaha Mandiri mempunyai peranan bagi kaum wanita

terutama para ibu-ibu yang buta aksara untuk mengembangkan kemampuan warga

belajar seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung dan juga keterampilan

life skill yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga para warga belajar

yang sebelumnya buta aksara menjadi melek aksara dan mempunyai bekal

keterampilan life skill guna menambah penghasilan dan meumbuhkan tingkat

perekonomian ibu-ibu rumah tangga.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan penelitian, pada kenyataanya program

keaksaraan Usaha Mandiri belum sepenuhnya dirasakan kebermanfaatannya bagi

masyrakat. Menurut Wiwi Widiastuti (2013) selaku ketua PKBM Al-Islah

mengatakan, program keaksaran Usaha Mandiri yang pernah dilaksanakan belum

sepenuhnya mencapai pada capaian aplikasi berwirausaha pada warga belajar yang

menjalani program ini karena program yang dijalankan hanyalah singkat dan tenaga

(15)

3

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

dikarenakan terbentur dengan modal dan kurang siapnya warga belajar, karena

selama ini warga belajar hanya mendapatkan proses pembelajaran yang bersifat

calistung dan praktek Life Skill menjahit dan tata rias sehingga dalam mengelola

kegiatan usaha, warga belajar belum mendapatkannya. Hasil pembelajaran yang

diharapkan adalah warga belajar memiliki kemampuan menjelaskan konsep

kewirausahaan dibidang jasa usaha makanan yang terintegrasi dengan membaca,

menulis dan berhitung. Warga belajar juga mampu memasarkan produksi sehingga

warga belajar mandiri. Hasil pembelajaran tersebut untuk diterapkan pada diri

sendiri, lingkungan keluarganya, maupun orang lain di lingkungan sekitarnya.

Sehingga di samping dimanfaatkan oleh diri dan keluarganya juga dapat

dimanfaatkan oleh orang lain.

PKBM Al Ishlah merupakan “satuan pendidikan yang dilaksanakan melalui

jalur Pendidikan Luar Sekolah dengan bentuk kelompok belajar”. Program ini

dikembangkan setara dengan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah

menengah umum. PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di Kelurahan Pasar Baru,

Kecamatan Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat. Kebanyakan warga belajar

PKBM Al Ishlah dari tiga kelurahan tersebut, adapun beberapa warga belajar datang

dari wilayah yang jauh, namun tidak banyak. Lokasi PKBM Al Ishlah Pintu Besi

terletak di Jalan Pintu Besi I No. 42. PKBM Al Ishlah Pintu Besi terletak di

kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar kotamadya Jakarta Pusat merupakan

salah satu dari lima kelurahan yang ada di Sawah Besar, sebetulnya di Kelurahan

Pasar Baru sendiri masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi lemah tidak terlalu

banyak dibandingkan dengan tiga kelurahan yang ada di dekatnya, seperti kelurahan

Karang Anyar, Kelurahan Kartini, Kelurahan Gunung Sahari Utara.

Pada realitasnya PKBM Al-Islah Jakarta Pusat memiliki potensi yang sangat

mendukung dalam kegiatan Program Keaksaraan Usaha Mandiri. Potensi yang

dimiliki oleh PKBM Al-Islah salah satunya adalah lokasi yang strategis dan

dikelilingi oleh lingkungan dunia usaha dan dunia industri. Potensi yang dimiliki

oleh PKBM Al-Islah sangat mendukung pada proses jejaring kewirausahaan yang

mumpuni dilaksanakan oleh warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri. Selaim

(16)

4

Jakarta pusat memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat berpengaruh pada

kompetensi warga belajar. Kelemahan yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah salah

satunya adalah masalah sumber daya manusia yaitu tutor program Keaksaraan Usaha

Mandiri belum mampu berperan layaknya pendidik orang dewasa yang mampu

menyediakan strategi fasilitasi dengan baik kepada warga belajar. Hal ini sangat

berpengaruh pada proses pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri yang masih

terlihat sangat kaku yaitu berupa ceramah dan praktek.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada proses pembelajaran, tutor

program Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah belum sepenuhnya memiliki

kompetensi Andragogy Knowladge yang seyogyanya harus dimiliki oleh pendidik

orang dewasa, realitasnya tutor hanya memiliki kompetensi Content Knowladge, hal

ini berimpilikasi pada proses pembelajaran berupa Transfer of Knowladge dengan

pola pembelajaran satu arah. Melihat realitas tersebut, banyak warga belajar

Keaksaraan Usaha Mandiri yang tidak aplikatif dalam memaknai kewirausahaan

sehingga banyak lulusan program Keaksaraan Usaha Mandiri yang tidak melakukan

kegiatan wirausaha dan mereka masih berorientasi menjadi pekerja.

Berdasarkan permaslahan yang terjadi di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat,

terdapat peluang-peluang yang dimiliki oleh PKBM Al-Islah Jakarta Pusat yaitu

potensi kearifan lokal yang ada di PKBM Al-Islah berupa lingkungan PKBM

terintegrasi dengan dunia Usaha dan Dunia Industri. Peluang-peluang yang dapat

dimanfaatkan oleh PKBM Al-Islah Jakarta Pusat yaitu dapat melaksanakan jejaring

kewirausahaan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar praktisi dari dunia

usaha dan dunia industri yang berada di sekitar PKBM Al-Islah. Apabila

potensi-potensi tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran kewirausahaan dapat

menjadi sebuah Enviromental Input pada program Keaksaraan Usaha Mandiri yang

sinergis dengan aplikasi berwirausaha pada warga belajar. Terlepas dari

(17)

5

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

usaha antara PKBM dan dunia usaha dan Industri, seyogyanya Dunia Usaha dan

Dunia Industri akan bermitra dengan PKBM apabila dunia usaha dan dunia industri

mengenal dan memahami eksistensi PKBM.

Melihat kenyataan dilapangan baik itu masalah yang nampak maupun

potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

ini karena melihat adanya suatu kebutuhan bagi PKBM dalam pengembangan

program keaksaraan usaha mandiri. Dimana kegiatan penelitian ini mengembangkan

kegiatan pendampingan pada proses pembelajaran. Pendampingan diambil karena

proses pendampingan sejatinya terjadi diluar dari system kegiatan utama yakni

bimbingan kelompok usaha itu sendiri. Hal ini merujuk pada pendapat Winston

Connor ( 2006) bahwa Coaching is a different delivery system for training, since

training especially with long term managers and people who are further along in

their careers, is not working.

Lebih lanjut fokus dalam pendampingan ini adalah pendampingan yang

berbasiskan Appreciative Choaching dimana pendekatan ini memandang manusia

sebagai sebuah kapasitas yang dapat mewujudkan banyak hal. Bahkan dapat

mewujudkan hal-hal yang selama ini diaggap sebagai suatu hal yang mustahil atau

bahkan hal yang dianggap hanya sebagai sebuah mimpi belaka. Hal tersebut sejalan

dengan apa yang nampak dalam realitas kelompok belajar usaha mandiri bahwa

sejatinya para warga belajar juga tidak serta merta pasrah dan tidak memiliki

pengetahuan dan daya juang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya agar mampu

serta siap berwirausaha .

Dengan demikian maka penerapan model Appreciative Coaching yang akan

peneliti lakukan diharapkan mampu menjembatani apa yang menjadi kebutuhan

pendidikan para warga belajar akan kemampuan melaksanakan wirausaha mandiri

sampai pada akhirnya ia mampu melaksanakan kegiatan usaha .

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dipaparkan pada latar belakang tersebut, dapat

(18)

6

1. Bagaimanakah gambaran proses pendampingan kelompok belajar Keaksaraan

Usaha Mandiri pada PKBM Al-Islah Jakarta Pusat?

2. Hal-hal apa saja yang dibutuhkan warga belajar sampai pada akhirnya ia

dikatakan mampu dan siap melaksanakan usaha mandiri?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidak optimalan proses bimbingan

Usaha Mandiri pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM

Al-Islah?

4. Potensi-potensi apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai keoptimalan

dalam memenuhi kebutuhan pendidikan para warga belajar Keaksaraan Usaha

Mandiri PKBM Al-Islah?

5. Apakah penerapan model Appreciative Coaching mampu memberikan

kemapuan dasar wirausaha pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di

PKBM Al-Islah?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan peneliti maka

penelitian ini dibatasi pada masalah sampai sejauh mana penerapan model

Appreciative Coaching mampu memberikan kemampuan dasar wirausaha pada

warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah?

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan

masalahnya adalah

1. Bagaimana efektifitas model appreciative coching pada proses pendampingan

warga belajar program Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM Al-Islah?

2. Apakah model Appreciative Coaching mampu memberikan kemampuan dasar

kewirausahaan pada warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri PKBM

(19)

7

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

2. Meningkatkan kemampuan dasar kewirausahaan pada warga belajar program

Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat

F. Manfaat Penelitian

1. Teoritik

Penelitian ini memiliki manfaat untuk memberikan suatu solusi dalam rangka

memberikan kemampuan dasar Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan Usaha

Mandiri di PKBM Al-Islah.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Mengadakan eksperimen dan melihat sampai sejauh mana penerapan model

berbasis Appreciative Coaching mampu menjadi suatu solusi dalam dalam

rangka memberikan kemampuan dasar Wirausaha bagi Warga Belajar

Keaksaraan Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.

b. Bagi Mahasiswa Pascasarjana UPI

Informasi dan bahan rujukan bagi mahasiswa bahwa suatu proses

pembelajaran tertentu akan lebih efektif apabila ditambah dengan proses

pendampingan diluar dari proses pembelajaran itu sendiri yang juga disesuaikan

dengan karakteristik kondisi dan waktu dari peserta didiknya.

c. Bagi Pascasarjana UPI

Menambah referensi bagi mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah UPI dalam hal

penerapan model Appreciative Coaching yang efektif dan mampu memberikan

kemampuan dasar bagi peserta didik dalam setiap program pembelajaran tertentu

yang juga mampu melengkapi proses pembelajaran yang telah terjadi sebelumnya.

d. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Salah satu referensi serta rujukan bagi penelitian yang serupa.

(20)

8

Dengan adanya penelitian ini mampu memberikan solusi dan menambah

kualitas pelayanan dalam bimbingan Wirausaha bagi Warga Belajar Keaksaraan

Usaha Mandiri di PKBM Al-Islah.

G. Sistematika Penulisan Tesis

BAB I Berisi tentang pendahuluan, yang didalamnya membahas tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Berupa Landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti

beberapa teori dan konsep tentang pendidikan luar sekolah, konsep pendidikan orang

dewasa, dan konsep kemampuan dasar kewirausahaan.

BAB III Membahas tentang prosedur penelitian, berisi tentang uraian metode

penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data,

prosedur pengolahan dan analisis data serta teknik pengolahan data, dan analisis

data.

BAB IV Berisi analisa data hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

gambaran singkat tentang daerah penelitian, pengolahan data, dan pembahasan hasil

penelitian.

(21)

31 Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKBM Al-Islah yang berlokasi di Jl. Pintu

Besi Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. Penelitian

ini berlangsung selama 6 bulan, terhitung sejak bulan Maret 2013 sampai dengan

bulan September 2013.

2. Populasi Penelitian

Responden dalam penelitian ini ialah warga belajar Pusat Kegiatan Belajar

nmasyrakat Al-Islah Jakarta Pusat pada program keaksaraan usaha mandiri

dengan populasi 20 orang.

3. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling bertujuan

(purposive sampling) karena warga belajar yang aktif dan berkelanjutan dalam

mengikuti program Keaksaraan Usaha Mandiri sebanyak 10 orang warga belajar

Program Keaksaraan Usaha Mandiri, dengan tujuan mendapatkan data yang

spesifik dari penerapan model appreciative coaching.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen, dimana peneliti

mengukur sebelum dilaksanakan threathment pada warga belajar keaksaraan

usaha mandiri. Setelah peneliti melaksanakan threathment pada warga belajar

keaksaraan usaha mandiri di PKBM Al-islah Jakarta Pusat, peneliti mengukur

peningkatan kemampuan dasar kewirausahaan warga belajar Keaksaraan Usaha

Mandiri. Oleh karena itu peneliti mengukur pelaksanaan pre test dan post test

pada penelitian ini, selain itu peneliti mengukur efektifitas model appreciative

coaching ketika diterapakan pada warga belajar keaksaraan usaha mandiri.

Adapun alur pemikiran peneliti dalam merancang penerapan model Appreciative

(22)

32

Gambar III.1

Perancanaan dan Penyusunan Model

Appreciative Coaching

Adapun desain penerapan model Appreciative Coaching yang Penerapan model Appreciative Coaching

Tahap definition

Tahap Destiny

Program Keaksaraan Usaha Mandiri

SK : Warga Belajar memiliki kemampuan dasar

kewirausahaan

Permasalahan

1. Materi kewirasuhaaan yang begitu banyak namun waktu pelaksanaan pendampingan yang terbatas

2. Jumlah fasilitattor yang tidak sebanding dengan banyaknya warga belajar 3. Adanya alumni warga belajar memiliki potensi untuk membagikan pengatuhaan

yang belum dioptimalkan

4. Karakteristik latar belakang usia dan pendidikan yang berbeda pada warga belajar i yang berkaitan dalam proses penyerapan pengetahuan yang berbeda-beda pula

Analisis Kebutuhan

Dibutuhkan suatu pendampingan diluar dari pembimbingan yang diberikan

Dibutuhkan model pendampingan yang dapat mengoptimalkan potensi-potensi positif yang dimiliki warga belajar

Merancang model appreciative coaching

Tahap Design

Tahap Dream

Tahap Discovery

(23)

33

Gambar III.2

Konstruksi Desain Penerapan Model Appreciative Coaching

Berdasarkan konstruksi desain model Appreciative Coaching di atas,

tahap-tahap yang akan dilakukan oleh fasilitator pada sasaran peserta didik adalah :

1. Tahap Definition

Fasilitator menyampaikan tujuan, manfaat serta hasil yang dicapai dengan

adanya proses pendampingan ini. Fasilitator membahas satu topik tentang

peluang usaha di darah sekitar .Sedangkan peserta didik pada tahap ini

menyepakati terlaksananya proses pendampingan yang dibuat bersama-sama oleh

fasilitator

Tahap definition

Memiliki kemampuan dasar Kewirausahaan

Usaha Sederhana DUDI

Penerapan model appreciative coaching

WB Tahap Design

Tahap Dream

Tahap Discovery

Pelatihan Kemampuan Dasar Kewirausahaan

(24)

34

2. Tahap Discovery

Pada tahap ini, Fasilitator menggali pengetahuan dan pemahaman peserta

terkait materi dasar kewirausahaan serta mempraktekan keterampilan sederhana.

Sedangkan peserta mengungkapkan sampai sejauh mana pengetahuan mereka

mengenai materi kewirausahaan dasar serta memberikan pendapat mengenai

kesinambungan antara proses bimbingan yang selama ini terjadi .

3. Tahap Dream

Pada tahap ini, peserta akan diajak berimajinasi dan mengeluarkan harapan

mereka mengenai segala hal pengetahuan yang mereka butuhkan agar memiliki

kemampuan menjalankan usaha serta proses bimbingan yang mampu

menghantarkan mereka memiliki kemampuan tersebut sekaligus memikirkan hal

apa yang akan dilakukan selama berwirausaha yang juga memberi manfaat

banyak bagi mereka untuk mereka dan oleh mereka yang bermanfaat pula kepada

orang sekitar.

4. Tahap Design

Fasilitator bersama-sama peserta membuat suatu rancangan proses

pendampingan dalam pelaksanaan pemberian materi kewirausahaan secara

lengkap yang didahului dengan pemberian pendampingan dengan

memaksimalkan potensi dari para warga belajar terkait pengetahuan yang dapat

mengantarkan para warga belajar memilki kemampuan dasar kewirausahaan

sekaligus merencanakan hal apa yang akan dilakukan para warga belajar.

Selain itu pada tahap design ini dilakukan suatu pelatihan kemampuan

dasar kewirasahaan sebagai bentuk nyata karena dengan pelatihan tersebut para

warga belajar dalam hal ini peserta didik memiliki kemampuan dasar

kewirausahaan disamping materi lain yang juga tak kalah pentingnya yang

(25)

35

tujuan yang telah ditetapkan, maka fasilitator dan peserta pendampingan akan

mengevaluasi kembali hal-hal yang menjadi kekurang tercapaian dan menilai

proses-proses yang telah dilakukan untuk dapat menemukan rancangan yang

terbaik. Disamping membuat suatu kesepakatan yang baik akan adanya jalinan

yang terus berlanjut akan proses pendampingan ini.

C. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan pendekatan

One Group Pretest-Posttest Design. Metode ini digunakan dengan pertimbangan

bahwa hasil dari penelitian dapat diketahui secara akurat, karena dapat langsung

dibandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi treatment)

X = Pemberian treatment / perlakuan

O2 = Nilai posttest (setelah diberi treatment)

Pengaruh treatment model pendampingan berbasis Appreciative Coaching

terhadap kemapuan dasar kewirausahaan = (O2 - O1).

D. Devinisi Operasional

1. Appreciative Coaching Sebagai Model Pendampingan Warga Belajar

Pendampingan berbasis appreciative coaching merupakan pendampingan

dengan menggunakan prinsip-prisip dan pendekatan pendidikan orang dewasa.

Menurut Robyn Stratton-Berkessel appreciative coaching merupakan pendekatan yang berpijak pada asumsi bahwa seseorang memiliki berbagai bakat, keahlian, cerita sukses, dan sumber daya di dalam dirinya dan semua itu dapat ditemukan dan dikembangkan oleh dirinya sendiri.Pendekatan ini memandang manusia dan komunitas sebagai sebuah kapasitas kekuatan yang dapat mewujudkan banyak hal. Bahkan dapat mewujudkan hal-hal yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang mustahil, atau hal-hal yang selama ini dianggap hanya sebuah mimpi. (Robyn Stratton,2010:1).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia menegaskan bahwa kata apresiasi berarti

tindakan dengan memberikan penghormatan, dengan memberikan penilaian dan

(26)

36

dengan rasa terima kasih. Dengan kata lain, apresiatif adalah tindakan-tindakan

yang bersifat penghormatan dan penilaian positif. (2008:34).

Sedangkan menurut Diana Whitney pendekatan appreciative coaching

dalam pelaksanaannya memiliki empat tahap yang harus dilalui untuk mencapai ke arah perubahan yang positif, empat tahap tersebut seringkali dikenal dengan siklus 4-D yaitu discovery, dream, design dan destiny. (Diana Whitney, 2002:134).

Appreciative coaching dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat diatas

yaitu sebagai model dalam proses pendampingan untuk warga belajar yang

bertujuan menggali pengalaman orang dewasa dalam konteks pembelajaran

Keaksaraan Usaha Mandiri. Model pendampingan ini dimaksudkan untuk

menciptkan iklim pembelajaran orang dewasa yang bersifat partisipatif. Melalui

model ini warga belajar dapat mengungkapkan potensi positif dalam dirinya yang

dijadikan sebagai sumber belajar bagi warga belajar lainnya.

2. Kemampun Dasar Wirausaha

Robert R.Bo ( 1995:76 ) menunjukkan kaitan antara kemampuan dengan

proses pembelajaran dimana didalamnya terdapat peserta didik. Menurutnya

Kemampuan adalah semua potensi yang mencakup segi kognitif, afektif,

psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik sebagai karunia Allah.

Dalam bukunya Taxonomy Of Education Objective, Benyamin S. Bloom

(Hurlock, 2009: 79 ) menjelaskan sebagai berikut.

Tujuan pembelajaran terbagi dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut memiliki peranan yang penting dan saling berkaitan ketika kita ingin melihat sampai sejauh mana kemampuan peserta didik dalam prosesnya didalam pembelajaran.

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia pada awalnya dikenal istilah

wiraswasta yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut

kemudian berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan

(27)

37

3. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri

Menurut acuan penyelenggaraan program Keaksaraan Usaha mandiri

(2009), Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri adalah kegiatan peningkatan

kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran ketrampilan usaha yang dapat

meningkatan produktivitas perorangan maupun kelompok secara mandiri bagi

warga belajar yang telah mengikuti atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar.

Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri disini dilaksanakan pasca

keaksaraan dasar untuk memberikan kecakapan vokasional membuat usaha

sederhana. Pembelajaran Keaksaraan Usaha Mandiri disini dilaksanakan selama

12 kali pertemuan yang dilaksanakan di PKBM Al-Islah Jakarta Pusat.

Program keaksaraan Usaha Mandiri yang dilakukan oleh PKBM Al-Islah

mengedepankan proses pembelajaran calistung dengan mengintegrasikan

pembelajaran kewirausahaan, sehingga warga belajar memiliki kemampuan dasar

melakukan usaha sederhana.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan multi instrument unuk mendapatkan data yang

akurat mengenai kemampuan dasar kewirausahaan melalui penerapan

pendampingan appreciative coaching . Instrumen pengumpul data yang

digunakan yakni sebagai berikut :

Gambar III.3.

Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan (Sumber: Analisis Peneliti)

Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan

Variabel Independen Variabel Dependen

Instrumen 1. Angket

(28)

38

Berdasarkan variabel dan tahapan kegiatannya, maka instrumen

pengumpul data yang digunakan adalah :

1. Variabel Independen

(Proses penerapan model Appreciative Coaching).

a. Angket

Penggunaan instrumen angket ini bertujuan untuk memperoleh data dan

informasi pada variabel penerapan model Appreciative Coaching terhadap

kemampuan dasar Kewirausahaan bagi warga belajar Keaksaraan Usaha Mandiri.

Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup agar terdapat kesamaan jawaban

masing-masing responden sehingga mempermudah peneliti dalam proses

pengolahan data.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan, foto, serta

kemampuan peserta pendampingan terkait dengan pengetahuan dasar

kewirausahaan . Teknik ini digunakan untuk mengungkap data tentang proses

kegiatan pemberian kemampuan dasar kewirausahaan sebelum, sesaat, dan

setelah mereka melakukan proses Appreciative Coaching.

2. Variabel Dependen

(Kemampuan dasar Kewirausahaan Bagi Warga Belajar Keaksaraan usaha

Mandiri PKBM Al-Islah ).

a. Tes Evaluasi

Tes evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar

kewirasuahaan bagi warga belajar yang diperoleh melalui format evaluasi

materi yang diberikan sebelum proses pendampingan dan pada akhir proses

pendampingan. Format evaluasi yang diberikan menggunakan tes evaluasi soal

materi dasar kewirausahaan.

(29)

39

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen dibuat berdasarkan indikator dari variabel penelitian itu

sendiri, lalu dibagikan kepada para warga belajar sebagai respondennya.

Pengukuran instrumen ini memakai skala Likert dalam bentuk daftar check list

() dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pendapat yang diberikan responden

melalui angket selanjutnya diberikan nilai sesuai dengan skala likert, yang

terdapat pada tabel berikut :

Tabel III.1 Daftar Nilai Skala Likert

Nilai Positif Kategori Jawaban Nilai Negatif

5 Sangat setuju 1

4 Setuju 2

3 Ragu-ragu 3

2 Tidak setuju 4

1 Sangat tidak setuju 5

Sumber: Suharsimi Arikunto (2005) G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan antara lain :

1. Uji hasil penerapan proses pendampingan Appreciative Coaching

menggunakan angket.

Lembar uji penerapan proses pendampingan yang berbasiskan

Appreciative Coaching, dengan menggunakan angket tertutup, dimana

peneliti dapat memperoleh gambaran kesesuaian antara proses pendampingan

yang direncanakan dengan proses pendampingan yang terjadi berdasarkan

sudut pandang warga belajar yang mengikuti proses pendampingan dimana

para warga belajar sebagai subyek dari penerapan model pendampingan

(30)

40

2. Tes evaluasi kemampuan dasar kewirausahaan peserta penerapan

Appreciative Coaching

Digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar kewirausahaan.

Tes evaluasi menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes

evaluasi ini merupakan data mengenai tingkat kemampuan dasar

kewirausahaan yang diperoleh melalui format evaluasi materi yang diberikan

sebelum proses pelatihan dan pada akhir proses keaksaraan usaha mandiri

yang dilakukan pada tahap design di dalam prndampingan berbasis

appreciative coaching yang diterapkan. Format evaluasi terhadap

kemampuan dasar kewirausahaan setelah mengikuti proses pendampingan

Appreciative Coaching menggunakan tes evaluasi soal materi untuk

mengukur akan kemampuan dasar kewirausahaan di ranah kognitif dan

afektif serta lembar portofolio untuk mengukur akan kemampuan dasar

kewirausahaan di ranah psikomotorik .

Tingkat keberhasilan berupa pencapaian standar kompetensi yang

diharapkan dengan tujuan mampu memberikan kemampuan dasar

kewirausahaan terhadap warga belajar yang mengikuti proses

pendampingan berbasis Appreciative Coaching maka ditetapkan kriteria

ketuntasan minimum yang dirancang oleh peneliti dengan nilai minimum 70.

H. Analisis Data

Langkah-langkah analisa data pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengolahan data atau disebut juga proses pra-analisa mempunyai

tahap-tahap:

a. Editing data: merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi,

keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses

klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang

(31)

41

Jika belum ini berarti data yang terkumpul belum lengkap atau belum

mencakup semua variabel yang sedang diteliti.

c. Pengkodean data: pemberian kode pada data dimaksudkan untuk

menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk

angka.

d. Membuat struktur data: peneliti membuat struktur data yang mencakup

semua data yang dibutuhkan untuk analisa kemudian dipindahkan ke dalam

komputer.

2. Menggunakan statistik sederhana: data ditabulasikan berdasarkan butir

pertanyaan dengan jawaban yang diberikan responden lalu diprosentasekan

dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = Jumlah prosentase

∑F = Jumlah frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden

Penelitian ini menggunakan kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan. Kriteria

ini disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa

mempertimbangkan apa-apa dilakukan dengan membagi rentangan. Dengan

kriteria evaluasi sebagai berikut.

100% = Baik sekali

> 75 % = Baik

> 50 % = Cukup

> 25 % = Kurang baik

0% = Tidak baik

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang didapat peneliti di lapangan, dalam hal ini

penerapan model pendampingan appreciative coaching dalam meningkatkan

kemampuan dasar kewirausahaan, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai

berikut:

1. Penerapan model appreciative coaching sangat efektif dilaksanakan warga belajar

PKBM Al-Islah Jakarta-Pusat karena sebagai berikut:

a. Pada tahap definition fasilitaror mempersiapkan pra pendampingan dengan

topik-topik yang relevan sesuai kebutuhan belajar warga belajar,

b. Pada tahap discovery warga belajar mengemukakan pengalaman-pengalamannya

sebagai sumber belajar untuk belajar dan membelajarkan kepada warga belajar

lainnya.

c. Pada tahap dream warga belajar mampu merumuskan usaha sederhana dan

menuangkan suatu usaha yang sesuai dengan pengalaman dan kapasitasnya sebagai

wirausaha pemula.

d. Pada tahap design warga belajar mulai melakukan proses pembelajaran

kewirausahaan dengan merancang usaha dengan rasa percaya diri dan menjalankan

usaha yang terintegrasi dengan keberaksaraannya.

e. Pada tahap destiny fasilitator dan warga belajar mampu merefleksikan capaian

pembelajaran kewirausahaan secara aplikatif

2. Bahwa terjadi peningkatan hasil kemampuan dasar kewirausahaan dalam

(33)

86

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

3. Adapun temuan lapangan yang yang menarik pada proses pendampingan antara

lain:

a. Warga belajar bersikap apresiatif. Hal ini dikarenakan menurut warga belajar

model appreciative coaching merupakan hal baru. Warga belajar tertarik dengan

pola pendampinngan karena sesuai dengan karakteristik orang dewasa.

b. Motivasi belajar para warga belajar meningkat, hal ini dikarenakan warga belajar

mampu menggali dan mengembangkan potensi dirinya untuk dijadikan sumber

belajar sesame warga belajar keaksaraan usaha mandiri.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat dijadikan sebagai upaya perbaikan dalam

penerapan model appreciative coaching adalah sebagai berikut.

Bagi warga belajar

1. Perlunya koordinasi antara peserta pendampingan dengan fasilitator untuk

mewujudkan suatu pembelajaran yang optimal, sehingga mampu meminimalisir

kekurangan yang terjadi selama pembelajaran.

2. Peserta pendampingan yang memiliki keterbatasan untuk mengupayakan

kemampuannya dalam proses pendampingan sehingga mendapatkan hasil belajar

yang optimal.

Bagi Fasilitator

1. Fasilitator selayaknya menganggap peserta pendampingan sebagai subyek belajar,

sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta pendampingan akan lebih variatif. Hal

ini disebabkan peserta pendampingan akan terlibat aktif dalam pembelajaran.

Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah UPI.

1. Diadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran dalam lingkup pembelajaran

yang lain.

2. Perlu dirancang suatu desain pembelajaran serupa yang mampu menjawab

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Djuju, Sudjana. (2004). Wawasan,Sejarah dan Konsep Pendidikan Nonformal, Bandung: Falah Production.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Metode Pembelajaran Konstruktif,

Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Masyrakat. (2010). Acuan Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri. Jakarta: Kemdiknas.

Fakhruddin Arbah. (2002). Bahan Ajar Mata Kuliah Andragogi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Hosfiar, Hervy Hosfiar. (2008). Naskah BP3LS Metodologi Belajar Orang Dewasa, Jakarta: BP3LS.

Holliday, Micki. (1992). Coaching, Mentoring, and Managing. California: Corwin Press.

Johnson, Elain B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press.

Leonard, David C. (2002). Learning theories, California: Greenwood publishing group.

LPPM.(2001). Kamus Manajemen, Jakarta:LPPM.

Mark K. Smith. (1996). Self Directed,. (http://www.infed.org/self-direction/)

Purwanto, Ngalim. (2007). Ilmu Pendidikan Teori Dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

(35)

88

Adi Irvansyah, 2014

PENERAPAN MODEL APPRECIATIVE COACHING DALAM MEMBERIKAN KEMAMPUAN DASAR KEWIRAUSAHAAN BAGI WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM AL-ISLAH JAKARTA-PUSAT

Stratton, Robyn. (2010). Encyclopedia of Distributed Learning. London :Sage Publications, Inc. 2004.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, Surabaya: Prestasi Pustaka.

http://bataviase.co.id/node/475131 Kasus Data Perilku Remaja. (2 Agustus 2013).

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran. (13 September 2013).

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_0607464_chapter2.pdf Pengertian cd, interaktif, cd interaktif. (1 Oktober 2013).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Jakarta : Transmedia. 2007.)

Gambar

Gambar III.1
Gambar III.3.
Tabel III.1

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA OPERATOR SPBU 14.201.103 SETIA BUDI MEDAN TAHUN 2016 “

Materi yang digunakan penelitian ini adalah ikan Nila GIFT Balita (Oreochromis sp.) dengan ukuran 3-5 cm dengan kepadatan 200 ekor / kantong, pada kantong yang berisi air dengan

Sadana membawakan materi dengan tema ‘Musik’ di panggung Stand Up Comedy Indonesia Season 6 Kompas TV. Penonton terhibur dengan penampilannya. Bit Sadana tersebut

Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di Desa Sapobonto, dilakukan dengan tiga proses tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Konsep Pengelolaan Sumberdaya pesisir secara terpadu serta menerapkannya ke dalam perencanaan

Sanggulan Abianbase Kecamatan Mengwi, Simpang 4 Pasar Penarungan Kecamatan Mengwi, sehingga tahun 2014 Jumlah simpang yang terpasang traffic light sebanyak 39 simpang

[r]

(2) Dalam hal di negara tempat kedudukan kantor Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum berlaku ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah atau berlaku Prinsip Mengenal Nasabah