• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA: Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di Kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA: Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di Kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Kemampuan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

( Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di Kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Riza Fatimah Zahrah

0902957

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

(2)

Riza Fatimah Zahrah, 2013

ERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE TEAM PAIR SOLO

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di Kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang)

Oleh

Riza Fatimah Zahrah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Riza Fatimah Zahrah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pernyataan Keaslian Penulisan Skripsi dan Bebas Plagiarisme

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Model

Cooperative Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa” beserta seluruh isisnya adalah benar-benar karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

menggunakan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2013

Yang membuat pernyataan,

Riza Fatimah Zahrah

(4)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di Kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang)

Riza Fatimah Zahrah (0902957)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Cibodas Kecamata Lembang Kabupaten Bandung Barat di kelas VB semester 2 dengan jumlah siswa 36 orang, dilatar belakangi oleh rendahnya nilai UTS siswa kelas VB semester 2, kesulitan siswa untuk menyelesaikan soal cerita dikarenakan sudah tertanam anggapan bahwa matematika adalah hal yang sulit dan menakutkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan menganai pembelajaran Matematika dengan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bilangan pecahan dengan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas melalui 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Hasil temuan yang ditemukan yaitu perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai dengan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan lancar dan kondusif, serta terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bilangan pecahan selama penelitian berlangsung. Yaitu mengerti masalah (undertstanding the problem) meningkat sebesar 4,51%, menyelesaikan masalah (solving the problem) meningkat sebesar 14,91 %, menjawab masalah (answering the problem )meningkat sebesar 14,31%. Rekomendasi untuk guru dan untuk peneliti selanjutnya agar penelitian mengenai model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo ini dilanjutkan pada pelajaran atau materi lain.

(5)

Riza Fatimah Zahrah, 2013

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Bilangan Pecahan di kelas VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang)

Riza Fatimah Zahrah (0902957)

ABSTRAK

The Application Of Cooperative Learning Model Type Team Pair Solo For Enhancing Mathematical Problem Solving Of Students On The Material Fractions. This research aims to find out how the planning and implementation of learning math with model Cooperative Learning-type Team Pair Solo as well as an increase in the ability of mathematical problem solving of students on the material fractions with models of Cooperative Learning-type Team Pair Solo. Research methods used in this research is a study of a class act through two cycles. Data collection techniques used are qualitative and quantitative. The results found that the planning of learning that is made in accordance with that carried out in the exercise of learning, implementation of the learning takes place smoothly and conducive, and there is an increase in the ability of mathematical problem solving of students on the material fractions during the research underway. (undertstanding the problem) increased 4,51%, (solving the problem) increased 14,91 %, (answering the problem ) increased 14,31%. Recomendation for another teachers so that, the research about Cooperative Learning Model Type Team Pair Solo can be continued at another material or another subject.

Key words: Cooperative Learning model type Team Pair Solo, Mathematical

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Hipotesis Tindakan ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

B. Model Pembelajaran Tipe Team Pair Solo ... 11

C. Konsep Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 14

D. Bilangan pecahan... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 21

B. Model Penelitian ... 22

C. Setting Penelitian ... 24

D. Prosedur ... 24

E. Metode Pengumpul dan Analisis Data ... 28

(7)

ii Riza Fatimah Zahrah, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Validitas Item Tes ... 30

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Item Tes ... 31

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Item Tes ... 31

Tabel 3.4 Hasil Indeks Kesukaran Item tes ... 32

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Item Tes ... 32

Tabel 3.6 Hasil Daya Pembeda Item Tes ... 33

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisi Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Item Tes ... 33

Tabel 3.8 Kriteria Penentuan tingkat Kemampuan Siswa ... 35

Tabel 4.1 Data Hasil Evaluasi Siklus I ... 41

Tabel 4.2 Data Hasil Evaluasi Akhir Siklus I ... 44

Tabel 4.3 Presentase Penguasaan Indikator Pemecahan Masalah pada Siklus I ... 45

Tabel 4.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada Siklus I ... 46

Tabel 4.5 Data Hasil Evaluasi Siklus II ... 50

Tabel 4.6 Data Hasil Evaluasi Akhir Siklus II ... 52

Tabel 4.7 Presentase Penguasaan Indikator Pemecahan Masalah pada Siklus II ... 54

(9)

iv Riza Fatimah Zahrah, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo ... 12

Gambar 3.1 Gambar Tindakan Kelas ... 22

Gambar 4.1 Presentase Ketuntasan Belajar Siklus I ... 42

Gambar 4.2 Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa Siklus I ... 45

Gambar 4.3 Peningkatan Rata-rata Nilai Siklus I ke Siklus II ... 51

Gambar 4.4 Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa Siklus II ... 53

Gambar 4.5 Presentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa Siklus II dan Siklus I ... 55

Gambar 4.6 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Instrumen Pembelajaran ... 69

Instrumen Pengumpul Data ... 88

Dokumentasi ... 93

Uji Validitas Soal ... 102

Data Penelitian ... 130

(11)

1

Menurut Edward J. Power (Syarifudin dan Kurniasih, 2008:54) mengemukakan

bahwa pendidikan bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta

mengembangkan bakat manusia dan kebajikan sosial. Jadi, ,pendidikan

merupakan hal dasar yang menjadi bekal bagi setiap manusia di masa datang.

Pendidikan dapat merubah segala aspek kepribadian dan kehidupan dalam

perkembangan manusia. Sifat pendidikan yang dinamis dapat mempengaruhi

kehidupan manusia di masa depan sesuai situasi dan kondisi. Yang paling penting

bahwa pendidikan dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia

secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang maksimal dalam aspek

fisik, intelektual, emosional, sosial serta spiritual sesuai dengan tahap

perkembangan manusia.

Menurut Syarifudin dan Kurniasih (2008:61) bahwa untuk mencapai

tujuan pendidikan yang diharapkan menurut filsuf realisme, kurikulum pendidikan

sebaiknya meliputi: (1) sains/ ilmu pengetahuan alam dan matematika, (2)

Ilmu-ilmu kemanusiaan dan Ilmu-ilmu-Ilmu-ilmu sosial, serta (3)nilai-nilai. Dikarenakan Ilmu-ilmu

pengetahuan alam dan matematika secara langsung dihadapi oleh manusia, yaitu

manusia hidup dan menyesuaikan diri serta berkembang di lingkungan alam dunia

ini. Jadi sains dan matematika dalam mencapai tujuan pendidikan itu sangatlah

penting.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang pasti, yang dapat

dibuktikan kebenarannya. Menjadi sebuah mata pelajaran yang memuat beberapa

kajian ilmu seperti bilangan, geometri dan pengolahan data yang diajarkan dari

mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Matematika juga

menjadi dasar untuk ilmu Fisika, Kimia, Statistika dan ilmu-ilmu lainnya,

sehingga tentu matematika menjadi ilmu yang penting dalam perkembangan era

(12)

2

tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang sekolah dasar dan menengah

adalah menekankan pada penataaan nalar dan pembentukkan kepribadian (sikap)

siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan ilmu matematika dalam

kehidupannya. Jadi dalam pembelajaran matematika tidak hanya mengandalkan

intelektual semata, namun pembentukkan karakter siswa itu sendiri. Dalam

matematika terlebih menekankan untu mengaplikasikan atau menerapkan ilmu

dalam kegidupan sehari-hari. Dan salah satu materi pelajaran dalam pembelajaran

matematika yang bisa diterapkan di kehidupan siswa adalah bilangan pecahan. Menurut Sufyani Prabawanto “bilangan pecahan adalah bilangan yang

dapat dinyatakan dengan ܽ

ܾ, dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, a lebih kecil dari b dan FPB (a,b) sama dengan 1”. Menurut Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan

Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah

satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang

bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan sulitnya pengadaan

media pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya langsung mengajarkan

pengenalan angka, seperti pada pecahan 1

2, 1 disebut pembilang dan 2 disebut

penyebut. Pentingnya siswa mempelajari materi pecahan dikarenakan tak

dipungkiri pecahan akan hadir di kehidupan sehari-hari siswa. Dari mulai di

kehidupan di ruma, sekolah, masyarakat siswa akan menghadapi yang namanya

pecahan.

Dalam materi bilangan pecahan banyak memuat pembelajaran mengenai

pemecahan atau penyelesaian masalah. Pemecahan masalah itu sendiri dalam

pembelajaran matematika merupakan salah satu kemampuan untuk

mengembangkan potensi siswa dalam merumuskan, menemukan, menerapkan

strategi, menginterpensikan hasil masalah yang sesuai serta menyelesaikan untuk

masalah nyata, sehingga kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan

yang paling tinggi diantara kemampuan-kemampuan matematika lainnya,

khususnya kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi pecahan.

(13)

3

Riza Fatimah Zahrah, 2013

kemampuan pemecahan masalah yang baik tentunya ini baik bagi siswa, ini akan

menjadi bekal bagi di kehidupannya kelak. Demi menghadapi tantangan hidup di

kemudian hari. Siswa akan mampu memecahkan masalah di kehidupan

sehari-harinya jika memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik.

Lebih spesifik Sumarmo (1991) mengartikan pemecahan masalah sebagai

kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal tidak rutin,

mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan

pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut dalam pemecahan masalah

matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika

(mathematichal power) terhadap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan

salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagne, et al. (1992) lebih

tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya.

Gagne, et al. (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan

masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat

tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan dan konsep terdefenisi. Demikian

pula aturan dan konsep terdefenisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman

konsep konkrit. Setelah itu untuk memahami konsep konkrit diperlukan

keterampilan dalam memperbedakan. Keterampilan-keterampilan intelektual

tersebut digolongkan Gagne berdasarkan tingkat kompleksitasnya dan disusun

dari operasi mental yang paling sederhana sampai pada tingkat yang paling

kompleks.

Kemampuan pemecahan masalah yang diharapkan dikuasai siswa ternyata

tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Hal ini ditandai dengan terjadinya

kebingungan siswa saat menghadapi soal cerita matematika. Ini dibuktikan

dengan hasil UTS Matematika dengan rata-rata nilai 55, dimana ini belum

mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Terlebih telah tertanam

dalam pikiran siswa bahwa matematika cukup sulit dan menyeramkan. Secara

khusus, di kelas tempat penelitian siswa mengalami kebingungan dalam

menghadapi soal matematika mengenai pemecahan masalah. Dilihat dari jawaban

siswa yang tidak sesuai dengan tahap pemecahan masalah matematis yang

(14)

4

Berdasarkan apa yang terjadi di kelas peneliti, maka peneliti akan

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan melalui

beberapa siklus. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Selain meningkatkan kualitas pembelajaran,

PTK juga berguna bagi guru untuk menguji suatu teori pembelajaran, apakah

sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi atau tidak. Melalui PTK guru dapat

memilih dan menerapkan teori atau strategi pembelajaran yang paling sesuai

dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk

menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

Cooperative learning , merupakan pembelajaran yang menekankan pada

kerjasama antar siswa. Mengutamakan hubungan sosial antar siswa, siswa dituntut

untuk saling berbagi, berdiskusi, dan saling membantu dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran Team Pair Solo (TPS) dinilai akan mampu

mengatasi masalah ini, yaitu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran TPS ini akan

meningkatkan hubungan sosial siswa di kelas maupun di luar kelas serta yang

paling utama model ini diharapkan siswa dapat berpikir bersama kelompok,

berbagi pengetahuan bersama saling membantu dalam menyelesaikan

permasalahan. Kemudian ia akan berlatih menyelesaikan dengan partner

pasangannya. Dan pada akhirnya ia harus mampu menghadapi permasalahan

dengan menggunakan pemikiran dan penyelesaiannya sendiri. Metode penelitian

yang peneliti gunakan ialah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dimaksudkan

sebagai kajian, refleksi diri dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas V SD Negeri 2

Cibodas. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif dengan teknik Penelitian Tidakan Kelas (Classroom

Action Research).

(15)

5

Riza Fatimah Zahrah, 2013 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menerapkan

model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB?

3. Bagaimanakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah

memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TPS

pada materi bilangan pecahan di kelas VB ?

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut “Apabila Guru menerapkan model pembelajaran TPS dalam materi bilangan pecahan , maka kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Cibodas meningkat”.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan

menerapkan model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas

VB?

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa saat pembelajaran Matematika dengan

menerapkan model pembelajaran TPS pada materi bilangan pecahan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VB

3. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah

memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TPS

(16)

6

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat

diantaranya sebagai berikut :

a. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian dapat menumbuhkan keaktifan &

interaksi saat pembelajaran serta dapat memberikan motivasi belajar sehingga

berdampak pada meningkatnya kemampuan pemecahan masalah peserta

didik.

b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan

mengenai penerapan model TPS yang dapat menjadi wahana baru untuk

meningkatkan motivasi siswadalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran dalam

menerapkan kebijakan mengenai model TPS sehingga dapat diterapkan oleh

guru yang lain.

d. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitiandapat memberikan ilmu pengetahuan

dan gambaran mengenai model TPS untuk penelitian selanjutnya yang

digunakan sebagai bahan referensi.

e. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan wawasan baru

mengenai model TPS dan implementasinya dalam pembelajaran sehingga

dapat menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

F. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang

menggunakan kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan

belajar. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil serta diarahkan

untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. (Ismail dalam

Dewi Retno, 2010:18).

2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran kooperatif yang

berupaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Tipe ini diadaptasi

dari tipe kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer

(17)

7

Riza Fatimah Zahrah, 2013

pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan kebalikan dari tipe think pair

share. Tipe TPS ini memiliki tiga langkah, yaitu pertama team, pada tahap

ini siswa berkelompok dan berdiskusi mengenai penyelesaian masalah yang

diberikan. Yang kedua pair, pada tahap ini siswa berpasangan untuk

berdiskusi juga mengenai penyelesaian masalah. Dan pada tahap akhir yaitu

solo,

siswa secara individu untuk menyelesaikan masalah yang ada.

3. Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan ܽ

ܾ , dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, a lebih kecil dari b

dan FPB (a,b) sama dengan 1.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa

menyelesaikan masalah-masalah metematis yang bersifat tidak rutin.

Kemampuan ini meliputi, memahami masalah, merencanakan penyelesaian

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Peneltian

Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri dan tindakan

terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas V SD Negeri 2 Cibodas. Oleh karena itu, metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik

Penelitian Tidakan Kelas (Classroom Action Research).

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan terutama proses dan hasil belajar

siswa pada level kelas. Penelitian formal yang selama ini banyak dilakukan, pada

umumnya belum menyentuh langsung persoalan nyata yang dihadapi guru di

kelas sehingga belum mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas pembelajaran.

Selain meningkatkan kualitas pembelajaran, PTK juga berguna bagi guru untuk

menguji suatu teori pembelajaran, apakah sesuai dengan kondisi kelas yang

dihadapi atau tidak. Melalui PTK guru dapat memilih dan menerapkan teori atau

strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi kelasnya. Hal ini perlu

disadari karena setiap proses pembelajaran biasanya dihadapkan pada konteks

tertentu yang bersifat khusus.

Secara lebih konkrit dapat dikemukakan bahwa tujuan PTK adalah

memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul di dalam kelas. Setelah

berhasil mengidentifikasi masalah, guru merancang dan kemudian memberikan

perlakuan atau tindakan tertentu, mengamati, mengevaluasi, dan menganalisis

hasilnya guna menentukan apakah tindakan yang diberikan tersebut berhasil

memperbaiki kondisi kelas yang diajarnya atau tidak. Dari informasi tersebut guru

dapat menentukan langkah-langkah yang perlu ditempuh terhadap kelas yang

diajarnya. Untuk penelitian kali ini peneliti menetapkan nilai yang diharapkan

(19)

22

Riza Fatimah Zahrah, 2013 B. Model Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan yaitu model Kemmis

dan Mc. Taggart. Hal ini karena model Kemmis dan Mc. Taggart berorientasi

pada siklus spiral refleksi, dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen

diantaranya perencanaan, tindakan, pengamatan refleksi serta perencanaan

kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah

merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian,

karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen

Jadi, sesudah suatu siklus selesai di implementasikan, khususnya sesudah

adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang

dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan

lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang

prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah

dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus,

masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan

pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Akan tetapi pada umumnya

para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan

sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat

(20)

23

secara berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam

bentuk gambar, rancangan Kemmis & Mc Taggart akan tampak sebagai berikut:

Gambar 3.1: Gambar Tindakan Kelas

Observasi Perencanaan

ulang

Refleksi Refleksi

Observasi

Aksi Perencanaan

Identifikasi Masalah

(21)

24

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Berdasarkan gambar diatas bahwa langkah pertama pada setiap siklus

adalah penyusunan rencana tindakan. Tahapan berikutnya pelaksanaan dan

sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan

kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila hasil refleksi siklus pertama

menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan hasil sebagaimana

diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana untuk dilaksanakan pada siklus

kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang dinginkan benar-benar tercapai.

C. Setting Peneltian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VB SDN Cibodas Lembang. Lokasi SDN

2 Cibodas di kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalag guru dan siswa kelas VB. Jumlah siswa kelas VB

adalah 40 dengan sebaran laki-laki 23 orang dan perempuan 17 orang.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013.

D. Prosedur

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri

dari dua siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Hal ini

dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa yang telah dicapai siswa. Setiap siklus melakukan empat kegiatan sebagai

berikut :

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Menyusun Instrumen Pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

(22)

25

2) Menyusun instrumen penelitian pengumpul data berupa lembar observasi dan

tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bilangan

pecahan.

3) Konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing. Hal ini dilakukan agar

instrumen yang dibuat memiliki kualitas yang baik.

4) Merevisi instrumen jika diperlukan

5) Mempersiapkan media untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative

Learning tipe Team Pair Solo (TPS). Adapun langkah-langkah model

Cooperative learning tipe TPS sebagai berikut:

1) Guru mengaitkan materi pecahan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

2) Guru menjelaskan operasi hitung bilangan pecahan (perkalian dan

pembagian).

3) Guru memberikan contoh soal dan langkah-langkah penyelesaiannya.

4) Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 orang.

5) Setiap kelompok diberi beberapa soal mengenai operasi perkalian bilangan

pecahan.

6) Setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dalam soal yang

diberikan guru.

7) Kemudian kelompok dibagi menjadi dua bagian ,setiap kelompok terdiri dari

2 orang

8) Setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dalam soal yang

diberikan pendidik.

9) Kemudian guru memberikan soal kembali untuk dikerjakan sendiri

10) Guru memberikan klarifikasi dan penguatan atas pekerjaan setiap kelompok.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan observasi. Observasi dilakukan menggunakan lembar

(23)

26

Riza Fatimah Zahrah, 2013

menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo (TPS).

2) Mengamati sikap siswa dalam pembelajaran melalui lembar pengamatan

sikap.

3) Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi

bilangan pecahan. Tes ini mendapatkan data tentang hasil belajar yang

didapat siswa setelah pembelajaran menggunakan model Cooperative

Learning tipe Team Pair Solo (TPS)

d. Analisis dan refleksi

Data yang diperoleh dianalisis sesegera mungkin berdasarkan kriteria-kriteria

yang telah ditetapkan. Setelah dianalisis kemudian direfleksikan sebagai

bahan evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Menyusun Instrumen Pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) model coopertaive learning tipe Team Pair Solo.

2) Menyusun instrumen penelitian pengumpul data berupa lembar observasi dan

tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi bilangan

pecahan.

3) Konsultasi instrumen kepada dosen pembimbing. Hal ini dilakukan agar

instrumen yang dibuat memiliki kualitas yang baik.

4) Merevisi instrumen jika diperlukan

5) Mempersiapkan media untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative

Learning tipe Team Pair Solo (TPS). Adapun langkah-langkah model

Cooperative learning tipe TPS sebagai berikut:

1) Guru mengaitkan materi pecahan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

2) Guru menjelaskan operasi hitung bilangan pecahan (perkalian dan

(24)

27

3) Guru memberikan contoh soal dan langkah-langkah penyelesaiannya.

4) Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 orang.

5) Setiap kelompok diberi beberapa soal mengenai operasi perkalian bilangan

pecahan.

6) Setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dalam soal yang

diberikan guru.

7) Kemudian kelompok dibagi menjadi dua bagian ,setiap kelompok terdiri dari

2 orang

8) Setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dalam soal yang

diberikan pendidik.

9) Kemudian guru memberikan soal kembali untuk dikerjakan sendiri

10) Guru memberikan klarifikasi dan penguatan atas pekerjaan setiap kelompok.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan observasi. Observasi dilakukan menggunakan lembar

observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo (TPS).

2) Mengamati sikap siswa dalam pembelajaran melalui lembar pengamatan

sikap.

3) Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi

bilangan pecahan. Tes ini mendapatkan data tentang hasil belajar yang

didapat siswa setelah pembelajaran menggunakan model Cooperative

Learning tipe Team Pair Solo (TPS).

d. Analisis dan refleksi

Data yang diperoleh dianalisis sesegera mungkin berdasarkan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Setelah dianalisis kemudian direfleksikan sebagai

bahan evaluasi dan koreksi untuk memperbaiki siklus berikutnya.

Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan

atas hasil evaluasi dari siklus I. Apabila pada siklus II belum juga mengarah

(25)

28

Riza Fatimah Zahrah, 2013

siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai.

E. Metode Pengumpul dan Analisis Data

Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data penelitian dengan

tingkat ketercakupan data sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan. Berikut

instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun untuk penelitian ini

dirancang semaksimal mungkin dengan menetapkan indikator-indikator dan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa berdasarkan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2006 (KTSP). Dalam

penelitian ini peneliti menekankan pada peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe

team pair solo.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang digunakan siswa

sebagai sarana penanaman dan pemahaman konsep agar kegiatan belajar mengajar

yang terjadi lebih efektif dan efisien. Lks dalam penelitian ini berisikan hal-hal

berikut: (1) identitas siswa (nama kelompok, anggota kelompok, kelas), (2)tanggal

LKS, (3) pokok bahasan, (4) uraian kegiatan yang berisi petunjuk atau tuntunan

untuk mengerjakan soal dan (5) soal latihan yang harus dikerjakan siswa.

LKS ini dibagikan kepada setiap kelompok dan dikerjakan serta

didiskusikan dalam kelompok saat proses team dan pair. Sedangkan saat proses

solo setiap siswa diberi satu lembar LKS untuk dikerjakan sendiri. Hal ini agar

dimaksudakan terjadinya proses pembelajaran dengan menerapkan model

cooperative learning tipe team pair solo untuk meningkatkan kemampuan

(26)

29

c. Soal evaluasi

Soal evaluasi adalah soal-soal yang diberikan guru kepada siswa untuk

menguji apakah siswa sudah mencapai indikator yang diharapkan dalam

pembelajaran atau tidak.

2. Instrumen Pengumpul Data

a. Lembar Observasi Guru

Lembar observasi guru ialah suatu cara untuk menangkap sikap/perilaku

guru selama pembelajaran matematika, interaksi guru dengan siswa saat

pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh observer, dan hasilnya

akan dijadikan dasar dari refleksi dan tindakan yang dilakukan selanjutnya.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Tes yang baik sebagai alat pengukur dapat ditinjau dari hal-hal sebagai

berikut :

a. Validitas

Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu

alat tes. Suatu alat tes disebut valid apabila tes itu dapat dengan tepat mengukur

apa yang hendak diukur dan sesuai deng kriterium, dalam arti memiliki

kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan

untuk mengetahui kesejajaran ialah teknik korelasi product moment yang

dirumuskan oleh Pearson, yaitu korelasi product moment dengan angka kasar

(Arikunto,2012:85) :

� = �Ʃ − Ʃ (Ʃ )

{�Ʃ 2(Ʃ )2 } {�Ʃ 2(Ʃ )2 }

keterangan : � : koefisien korelasi antara X dan Y

N :banyaknya testi

X : skor tiap butir soal masing-masing siswa

(27)

30

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Menurut Arikunto (2012,89) nterpretasi dari nilai korelasi koefisien (� )

yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan ketegori-kategori sebagai berikut :

- Antara 0,8 sapai sengan 1,0 : sangat tinggi

- Antara 0,6 sampai dengan 0,8 : tinggi

- Antara 0,4 sampai dengan 0,6 : cukup

- Antara 0,2 sampai dengan 0,4 : rendah

- Antara 0,0 sampai dengan 0,2 : sangat rendah

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika

tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung koefisien

reliabilitas akan digunakan rumus Alpha untuk soal uraian (Arikunto, 2012:122)

dengan menggunakan rumus :

r11 = �−

1 1−

� 21

dengan: r11 = reliabilitas yang dicari

 12 = jumlah skor tiap-tiap item

(28)

31

Tabel 3.2

Kriteria Reliabilitas Item Tes

Reliabilitas ( ��) Klasifikasi

0,00 <���0,20 Sangat rendah

0,20 <���0,40 Rendah

0,40 <���0,70 Cukup

0,70 <���0,90 Tinggi

0,90 <���1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS diperoleh nilai koefisien

reliabilitas soal yaitu 0,736 maka reliabilitas soal termasuk tinggi.

c. Indeks Kesukaran

Rumus IK =

Keterangan : IK : indeks kesukaran

B : banyaknya poin siswa yang menjawab soal itu dengan

betul

JS : jumlah poin maksimal soal tersebut

Tabel 3.3

Kriteria Indeks Kesukaran Item Tes

Indeks Kesukaran Klasifikasi

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK < 0,30 Sukar

0,30 < IK < 0,70 Cukup

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba butir soal maka didapat Indeks

(29)

32

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Tabel 3.4

Hasil Indeks Kesukaran Item tes

No soal IK Interpretasi

berkemampuan rendah dengan siswa yang berkemampuan tinggi. Daya pembeda

soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi ) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Cara

perhitungan daya pembeda soal ialah sebagai berikut :

DP = −

Keterangan : DP : daya pembeda

XA : skor kelas atas suatu soal

XB : skor kelas bawah suatu soal

Y : skor maksimal suatu soal

Tabel 3.5

Kriteria Daya Pembeda Item Tes

(30)

33

Berdasarkan hasil perhitungan maka Daya Pembeda item soal sebagai berikut :

Tabel 3.6

Hasil Daya Pembeda Item Tes

No Soal DP Interpretasi

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis validitas, reliabilitas, indeks

kesukaran dan daya pembeda item tes :

Tabel 3.7

(31)

34

Riza Fatimah Zahrah, 2013

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

dan kuantitatif.

a. Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil observasi dan catatan lapangan

dengan triangulasi. Triangulasi berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut

pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan sudut pandang mitra

peneliti yang melakukan pengamatan. Sudut pandang guru sebagai peneliti

melalui catatan anekdot dan lembar pengamatan sikap, sudut pandang mitra

peneliti melalui lembar observasi.

b. Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

1) Penyekoran hasil tes

Skala poin maksimal ialah 20 setiap soalnya. Satu soal terdiri dari tiga

indikator yang telah ditentukan yaitu mengerti masalah (undertstanding the

problem), menyelesaikan masalah (solving the problem), menjawab masalah

(answering the problem ). Dengan masing –masing poin 8, 8 dan 4.

Untuk setiap butir soal memiliki skor maksimal adalah 20. Data hasil tes

kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh dibuat presentase

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

I = 1

2 100%

Keterangan :

I : Presentase kemampuan pemecahan masalah

S1 : jumlah skor siswa

S2 : jumlah skor total

Untuk mengklarifikasi kualitas kemampuan pemecahan masalah

(32)

35

lima berdasarkan pendapat Suherman dan Kusumah (Efendi, 2007:35) disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Penentuan tingkat Kemampuan Siswa

Presentase skor total siswa Kategori kemampuan siswa

90% < A ≤ 100% A (Sangat Baik ) 75% < B ≤ 90% B (Baik)

55% < C ≤ 75% C (Cukup) 40% < D ≤ 55% D (Kurang) 0% < E ≤ 40% E (Buruk)

2) Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus :

R= �

Keterangan :

TN = total nilai yang diperoleh siswa

n = jumlah siswa

R= nilai rata-rata kelas

3) Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus

TB =Ʃ ≥65

� 100%

Keterangan :

Ʃ ≥65 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 65

n = jumlah siswa

100 % = bilangan tetap

TB = ketuntasan belajar

(33)

36

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Data hasil pada setiap siklus, ditentukan besarnya gain dengan perhitungan

sebagai berikut :

(34)

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang pembelajaran

matematika pada materi operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan

menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo pada siswa kelas

VB SDN 2 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat diperoleh

simpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning

tipe Team Pair Solo sudah baik , karena dibuat berdasarkan berdasarkan

prinsip-prinsip dan karakteristik model cooperative learning tipe team pair

solo yaitu mengutamakan kerjasama kelompok, hubungan sosial antar anggota

kelompok, serta siswa mampu berpikir secara berkelompok maupun individu

(solo) .

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning

tipe Team Pair Solo sudah baik, karena pada setiap siklusnya telah mengacu

pada prinsip model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo. Siswa telah

berperan dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kelompoknya,

mampu mengemukakan pendapat di dalam kelompoknya, mampu mengatasi

masalah yang diberikan secara individu.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model

Cooperative Learning tipe Team Pair Solo mengalami peningkatan dari siklus

I ke siklus II yaitu indikator mengerti masalah (undertstanding the problem)

meningkat sebesar 4,51%, menyelesaikan masalah (solving the problem)

meningkat sebesar 14,95 %, menjawab masalah (answering the problem

(35)

66

Riza Fatimah Zahrah, 2013

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

B.Saran

Melalui penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru perlu menerapkan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo di

dalam pembelajaran Matematika pada khususnya. Karena model ini terbukti

mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada

materi bilangan pecahan. Selain itu, perencanaan pembelajaran perlu

dipersiapkan dengan matang agar dalam pelaksanaannya berjalan lancar dan

sesuai harapan. Ditambah lagi dengan mempersiapkan media dan ice breaking

untuk menarik perhatian siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian tindakan kelas mengenai model Cooperative Learning tipe Team

Pair Solo untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa perlu dilanjutkan kembali dengan subyek materi dan tempat yang

(36)

67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Corner, Coach. Class Activities for Using Cooperative Learning. [online]. Tersedia : http://coachkessler.weebly.com/class-activities.html [4 Juli 2013]

Halim Fathani, A. (2008). Matematika Hakikat dan Logika. Jakarta.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Jakarta : Alfabeta.

Kagan,S. (2001). Kagan Structure : Research and Rationale. [online]. Tersedia :http://www.kaganonline.com/free_articles/dr_spencer_kagan/research_rationale.php [4 Juli 2013].

Kagan. (2001). Teaching for Character and Community. [online]. Tersedia :

http://www.dialogueonlearning.tc3.edu/model/environment/images/Kagan-Activities.html. [4 Juli 2013]

Karso, dkk.(2007). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lestari Mikarsa, H. (2007). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo.

Musser dkk. (2008). Mathematics For Elementary Teachers A Contemporary Approach. Amerika.

Polya, George. (1956). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method. Zurich: Princeton Paperbacks.

Ruswandi dkk. (2010). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press.

Gambar

Gambar 2.1 Tahap Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo .............
Gambar 3.1: Gambar Tindakan Kelas
Tabel 3.1 Hasil Validitas Item Tes
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Item Tes
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nirupama Parakash adalah seorang peneliti dari India, yang melakukan penelitan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berkaitan terhadap posisi perempuan yang tidak menguntungkan

Ario Wirawan Salatiga untuk dapat memiliki koping yang baik dalam menghadapi sakitnya serta memberikan informasi pada masyarakat luas tentang gambaran koping pada

Penulisan keramik raku fungsional ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penciptaan dan hasil karya keramik fungsional dengan ide dasar penyu. Serta menjelaskan

Hasil penelitian menunjukkan faktor yang membuat korban perselingkuhan mempertahankan perkawinannya selain ketangguhan pribadi yang dimiliki informan faktor lain yang

Unit amatan merupakan unit yang merupakan sumber untuk memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang hal – hal yang hendak dianalisis, sedangkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar mata pelajaran Korespondensi kelas X Kompetensi Keahlian

kelayakan dari alat evaluasi yang dibuat termasuk ke dalam kategori Layak. Para ahli menyepakati bahwa pembuatan alat evaluasi pembelajaran praktek. busana kerja ini dapat

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat normatif yaitu penelitian yang mencakup asas-asas hukum, sistematika hukum,