• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda (Brassica narinosa L.H. Bailey) akibat Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Nitrogen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda (Brassica narinosa L.H. Bailey) akibat Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Nitrogen"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2023.008.1.2

Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda (Brassica narinosa L.H.

Bailey) akibat Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Nitrogen

Response of Growth and Yield of Tatsoi (Brassica narinosa L.H. Bailey) Due to Aplication of Organic Fertilizer and Nitrogen Fertilizer

Oktavian Erta Ananda Putri*) dan Koesriharti

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Korespondensi : oktavianerta@gmail.com

Diterima 28 Oktober 2022 / Disetujui 14 Februari 2023

ABSTRAK

Sawi pagoda atau tatsoi merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian daunnya.

Pemupukan menjadi salah satu tahap yang penting untuk melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman.

Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi jenis pupuk organik dan dosis pupuk nitrogen yang optimal bagi pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2022 di lahan percobaan Universitas Brawijaya yang terletak di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama yaitu jenis pupuk organik dengan 2 taraf yaitu P1 (pupuk kandang sapi) dan P2 (pupuk kandang ayam). Faktor kedua yaitu dosis pupuk nitrogen dengan 5 taraf yaitu N0 (0 kg N ha-1), N1 (46 kg N ha-1), N2 (92 kg N ha-1), N3 (138 kg N ha-1), dan N4 (184 kg N ha-1). Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jenis pupuk organik dan dosis pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter tajuk tanaman sawi pagoda. Perlakuan jenis pupuk organik berupa pupuk kandang ayam memberikan jumlah daun, diameter tajuk, luas kanopi serta bobot segar total tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi. Perlakuan dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1 dan 184 kg N ha-1 memberikan pertumbuhan dan hasil panen tanaman sawi pagoda yang lebih tinggi.

Kata kunci: Pupuk Kandang, Pupuk Organik, Pupuk Nitrogen, Sawi Pagoda.

ABSTRACT

Tatsoi is a vegetable plant that is consumed by the leaves. Fertilization is one of the important stages to complete the nutrient needs of plants. Fertilizers applied can be in the form of organic or nitrogen fertilizers. The purpose of this study is to study the interaction of organic fertilizer types and nitrogen fertilizer doses for growth and yield of tatsoi. The research was carried out from May to July 2022 on the experimental field of Universitas Brawijaya located in Jatimulyo Village, Lowokwaru District, Malang City.

This study is a factorial experiment which is arranged based on a Randomized Block Design (RBD). The first factor is the type of organic fertilizer with 2 levels, namely P1 (cow manure) and P2 (chicken manure).

The second factor is the dose of nitrogen fertilizer with 5 levels, namely N0 (0 kg N ha-1), N1 (46 kg N ha-

1), N2 (92 kg N ha-1), N3 (138 kg N ha-1), and N4 (184 kg N ha-1). The results show an interaction between the treatment of organic fertilizer types and nitrogen fertilizer doses on plant height, number of leaves, and crown diameter of tatsoi. The treatment of organic fertilizer in the form of chicken manure gives the number

(2)

of leaves, crown diameter, canopy area and total fresh weight of plant is higher than cow manure. Dose treatment of nitrogen fertilizers 138 kg N ha-1 and 184 kg N ha-1 gives higher growth and yield of tatsoi.

Keywords : Manure, Nitrogen Fertilizer, Organic Fertilizer, Tatsoi PENDAHULUAN

Sawi pagoda atau tatsoi merupakan tanaman sayuran yang dikonsumsi bagian daunnya. Rusmini et al. (2021) menyatakan bahwa sawi pagoda memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan jenis sawi lainnya.

Namun, budidaya yang dilakukan petani masih konvensional sehingga hasil dan kualitasnya masih kurang maksimal.

Pemupukan menjadi salah satu tahap yang penting untuk melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman yang tidak mampu disediakan tanah. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Tanaman sawi pagoda membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif (Syifa et al., 2020).

Pupuk organik berasal dari bahan organik yang memiliki sifat lambat tersedia dengan jumlah hara yang terbatas namun mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang mendukung perkembangan akar tanaman lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Syam et al. (2017) bahwa unsur yang terkandung dalam pupuk organik tersedia dalam jumlah yang sedikit namun hampir lengkap (baik unsur makro maupun mikro). Walaupun begitu, pupuk organik memiliki peranan yang besar untuk memperbaiki sifat fisik, biologi, kimia tanah serta lingkungan. Pupuk kandang merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari hewan ternak seperti sapi dan ayam. Kandungan pada pupuk kandang akan berbeda tergantung jenis ternaknya, sehingga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Menurut Masriyana et al. (2020), pupuk kandang sapi mengandung unsur hara makro berupa 2,95% N, 3,92% P, dan 0,17%

K, sedangkan pupuk kandang kotoran ayam

mengandung unsur hara makro berupa 3,22% N, 9,34% P, dan 0,218% K.

Penggunaan pupuk organik perlu ditunjang dengan pupuk anorganik untuk membantu mencukupi kebutuhan unsur yang dibutuhkan tanaman terutama unsur nitrogen.

Kekurangan unsur nitrogen akan menyebabkan daun tanaman kuning, tanaman menjadi kerdil sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas tanaman.

Sedangkan, kelebihan unsur nitrogen menyebabkan tanaman mudah rebah, mudah terserang penyakit, serta kualitas panen kurang baik (Mansyur et al., 2021).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi jenis pupuk organik dan dosis pupuk nitrogen yang optimal bagi pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Universitas Brawijaya yang terletak di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada bulan Mei hingga Juli 2022. Alat yang diperlukan yaitu cetok, cangkul, tray persemaian, alfaboard, tongkat kayu, penggaris, timbangan, pisau, gunting, spektrofotometer, Leaf Area Meter (LAM), gunting, pisau, kamera dan alat tulis.

Bahan yang digunakan yaitu benih sawi pagoda varietas Ta Ke Cai F1, polybag volume 5 kg ukuran 30 cm x 30 cm, tanah, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCl.

Penelitian ini merupakan penelitian faktorial yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor yang pertama yaitu jenis pupuk organik dengan 2 taraf yaitu P1: pupuk kandang sapi (10 t ha-1) dan P2: pupuk kandang ayam (10 t ha-1). Faktor kedua yaitu dosis pupuk

(3)

nitrogen dengan 5 taraf yaitu N0: 0 kg N ha-1, N1: 46 kg N ha-1, N2: 92 kg N ha-1, N3: 138 kg N ha-1, dan N4: 184 kg N ha-1. Variabel pengamatan yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai per tanaman), diameter tajuk (cm), luas kanopi (cm2), kandungan klorofil total (mg g-1), bobot segar total tanaman (g per tanaman), bobot segar konsumsi (g per tanaman), bobot segar akar (g per tanaman), rasio tajuk dan akar, dan luas daun (cm2 per tanaman).

Analisa data menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interaksi akibat Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Nitrogen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara jenis pupuk organik dan dosis pupuk nitrogen terhadap tinggi tanaman pada umur pengamatan 20 HST, jumlah daun pada umur pengamatan 20 HST, dan diameter tajuk tanaman pada umur pengamatan 25, 30, dan 35 HST. Tinggi tanaman pada umur pengamatan 20 HST pada perlakuan pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang ayam telah mampu meningkatkan tinggi tanaman dengan pemberian dosis pupuk nitrogen sebesar 46 kg N ha-1 (Tabel 1). Jumlah daun pada umur pengamatan 20 HST perlakuan pupuk kandang sapi (P1) menghasilkan jumlah daun lebih banyak dengan pemberian

dosis pupuk nitrogen 184 kg N ha-1 (N4).

Jumlah daun pada perlakuan pupuk kandang ayam (P2) telah mampu memberikan jumlah daun lebih banyak pada pemberian dosis pupuk nitrogen 92 kg N ha-1 (N2) (Tabel 3).

Diameter tajuk pada umur pengamatan 25 dan 30 pada perlakuan pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang ayam telah menunjukkan peningkatan diameter tajuk dengan dosis pupuk nitrogen 92 kg N ha-1. Sedangkan pada umur pengamatan 35 HST terjadi peningkatan diameter tajuk pada dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1 (Tabel 5).

Terjadinya interaksi diduga akibat reaksi pupuk organik yang diberikan telah mengalami dekomposisi dan mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pada awal pengaplikasian pupuk kandang, nilai C/N rasio pupuk kandang sapi dikategorikan tinggi yaitu sebesar 16,16 dan pupuk kandang ayam dikategorikan sangat tinggi yaitu sebesar 29,84. Nilai C/N rasio pupuk organik yang diaplikasikan akan semakin menurun seiring waktu karena adanya proses dekomposisi bahan organik lanjutan dalam tanah. Pada waktu tersebut unsur hara yang dilepaskan akan semakin tersedia bagi tanaman. Menurut Wijanarko et al. (2012), tanaman dapat menyerap nitrogen apabila dalam bentuk amonium dan nitrat yang didapatkan dari pemupukan serta proses dekomposisi bahan organik. Jumlah dan kondisi bahan organik akan sangat menentukan kemampuan tanah dalam menyediakan nitrogen bagi tanaman.

Tabel 1. Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen terhadap Tinggi Tanaman Sawi Pagoda pada Umur 20 HST

Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 46 kg N ha-1 92 kg N ha-1 138 kg N ha-1 184 kg N ha-1 Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 5,89 a 8,11 c 8,07 c 8,28 c 8,44 c Pupuk kandang ayam 6,78 b 8,06 c 8,19 c 8,22 c 8,50 c

DMRT 5% n

KK (%) 3,14

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

(4)

Pranata et al. (2022) menambahkan bahwa C/N rasio penting diperhatikan karena kadar karbon diperlukan sebagai energi oleh mikroorganisme. Pada proses dekomposisi jumlah karbon akan menurun dan terjadi peningkatan kadar nitrogen, selanjutnya nilai C/N rasio akan menurun. Pertumbuhan dan produksi tanaman akan tinggi apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup.Berdasarkan hasil uji laboratorium, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam yang diaplikasikan mengandung nitrogen sebesar 1,49% dan 0,93%. Selain itu, pupuk kandang sapi mengandung P2O5 0,14% dan K2O 2,81%, sedangkan pupuk kandang ayam mengandung P2O5 0,15% dan K2O 1,06%.

Kandungan C-organik pupuk kandang ayam lebih tinggi yaitu 27,75% dibandingkan pupuk kandang sapi yaitu 24,08%.

Peningkatan ketersediaan unsur hara akibat proses dekomposisi diikuti dengan peningkatan dosis pupuk nitrogen mampu memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sehingga akan memberikan pertumbuhan dan hasil panen tanaman yang lebih baik.

Menurut Supramudho et al. (2012) pupuk anorganik memiliki kemampuan untuk menyediakan hara N dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pupuk organik. Selain itu, konsentrasinya yang tinggi menyebabkan pupuk anorganik lebih cepat tersedia. Suhastyo dan Raditya (2019) menambahkan bahwa nitrogen sebagai unsur hara makro essensial dibutuhkan tanaman dalam pembentukan organ vegetatif seperti batang, daun, dan akar tanaman. Penambahan dosis nitrogen akan meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun.

Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman Sawi Pagoda pada berbagai Umur Pengamatan

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) pada Umur (HST)

25 30 35

Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 8,40 8,81 9,86

Pupuk kandang ayam 8,47 9,04 10,18

DMRT 5% tn tn tn

Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 6,55 a 6,61 a 6,99 a

46 kg N ha-1 8,57 b 8,92 b 10,16 b

92 kg N ha-1 8,47 b 8,96 b 10,12 b

138 kg N ha-1 8,91 b 10,00 c 11,44 c

184 kg N ha-1 9,70 c 10,10 c 11,38 c

DMRT 5% n n n

KK (%) 5,60 6,64 7,76

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; tn: tidak berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

Tabel 3. Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen terhadap Jumlah Daun Tanaman Sawi Pagoda pada Umur 20 HST

Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 46 kg N ha-1 92 kg N ha-1 138 kg N ha-1 184 kg N ha-1 Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 7,33 a 13,39 c 13,61 cd 13,56 cd 14,78 e Pupuk kandang ayam 9,56 b 13,50 cd 14,61 cde 14,94 e 14,44 cde

DMRT 5% n

KK (%) 4,77

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

(5)

Tabel 4. Rerata Jumlah Daun Sawi Pagoda pada berbagai Umur Pengamatan akibat Perlakuan Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen

Perlakuan Jumlah Daun (helai per tenaman) pada Umur (HST)

25 30 35

Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 21,93 a 32,11 a 40,84 a

Pupuk kandang ayam 23,36 b 34,52 b 45,21 b

DMRT 5% n n n

Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 16,83 a 23,72 a 29,56 a

46 kg N ha-1 21,86 b 32,37 b 41,06 b

92 kg N ha-1 24,03 c 34,81 bc 46,06 c

138 kg N ha-1 25,22 c 37,89 c 49,36 c

184 kg N ha-1 25,28 c 37,81 c 49,11 c

DMRT 5% n n n

KK (%) 5,21 7,17 7,12

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

Tabel 5. Interaksi antara Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen pada beberapa Umur Pengamatan terhadap Diameter Tajuk Tanaman Sawi Pagoda

Perlakuan

Diameter Tajuk (cm) pada Umur 25 HST Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 46 kg N ha-1 92 kg N ha-1 138 kg N ha-1 184 kg N ha-1 Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 13,97 a 22,58 c 24,08 de 24,00 cd 24,64 de Pupuk kandang ayam 17,22 b 23,56 cd 24,17 de 25,61 e 25,61 e

DMRT 5% n

KK (%) 3,59

Diameter Tajuk (cm) pada Umur 30 HST Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 14,44 a 23,47 c 25,72 de 26,11 de 26,36 e Pupuk kandang ayam 18,00 b 24,07 cd 25,19 cde 27,14 e 26,11 de

DMRT 5% n

KK (%) 4,61

Diameter Tajuk (cm) pada Umur 35 HST Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 13,61 a 23,06 c 25,60 e 25,78 ef 26,67 f Pupuk kandang ayam 16,11 b 23,50 cd 24,75 d 27,06 f 26,64 f

DMRT 5% n

KK (%) 3,74

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda akibat Perlakuan Pupuk Organik

Pupuk organik yang diaplikasikan pada tanaman sawi pagoda memberikan pengaruh yang baik untuk kesuburan tanah

dan menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang ayam memberikan jumlah daun, diameter tajuk, luas kanopi dan bobot segar total tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan

(6)

pupuk kandang sapi (Tabel 4, 6, 7, dan 9).

Pupuk kandang ayam memiliki bahan organik yang lebih banyak dengan bentuk yang lebih halus dibandingkan pupuk kandang sapi sehingga lebih mudah terdekomposisi dan terurai dengan baik.

Unsur hara dapat tersedia lebih cepat dan mudah dimanfaatkan tanaman. Ishak et al.

(2013) menyatakan bahwa pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam lebih mudah terdekomposisi untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran sapi maupun hewan lainnya. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terpacu lebih cepat.

Kadar air yang terkandung dalam pupuk kandang ayam lebih kecil yaitu 20,94% sedangkan pupuk kandang sapi lebih besar yaitu 53,49%. Pada pemberian pupuk kandang dengan bobot yang sama, kandungan kadar air yang lebih kecil menyebabkan volume pemberian pupuk Tabel 6. Rerata Diameter Tajuk Tanaman

Sawi Pagoda pada Umur Pengamatan 20 HST akibat Perlakuan Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen

Perlakuan

Diameter Tajuk (cm) pada Umur (HST)

20 Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 20,20 a Pupuk kandang ayam 22,11 b

DMRT 5% n

Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 16,42 a

46 kg N ha-1 21,21 b

92 kg N ha-1 22,40 bc

138 kg N ha-1 22,89 c

184 kg N ha-1 22,86 c

DMRT 5% n

KK (%) 4,61

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n:

berbeda nyata; HST: hari setelah tanam;

KK: koefisien keragaman.

kandang ayam lebih banyak begitu pula dengan kandungan unsur haranya dibandingkan pupuk kandang sapi. Silalahi et al. (2018) menyatakan bahwa semakin tinggi pupuk kandang ayam yang diberikan pertumbuhan tanaman akan semakin tinggi.

Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang ayam mengandung unsur hara makro yang diperlukan tanaman seperti N, P, K serta unsur hara mikro yaitu Zn, Fe, dan Mo.

Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pagoda akibat Perlakuan Pupuk Nitrogen

Pada perlakuan dosis pupuk nitrogen menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata perlakuan dosis pupuk nitrogen terhadap seluruh variabel pengamatan pertumbuhan berupa tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tajuk, dan luas kanopi serta variabel pengamatan hasil berupa kandungan klorofil total, bobot segar total tanaman, bobot segar konsumsi, bobot segar akar, rasio tajuk dan akar, dan luas daun tanaman sawi pagoda. Dosis pupuk nitrogen sebanyak 138 kg N ha-1 dan 184 kg N ha-1 mampu memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur nitrogen untuk menunjang pertumbuhannya.

Pada umur pengamatan 25 HST, tinggi tanaman meningkat pada pemberian dosis pupuk nitrogen 184 kg N ha-1. Pada umur pengamatan 30 dan 35 HST, tinggi tanaman telah meningkat pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1 (Tabel 2).

Peningkatan tinggi tanaman menunjukkan fungsi unsur nitrogen dalam proses pertumbuhan tanaman. Purbajanti et al.

(2019) menyatakan bahwa unsur nitrogen merupakan penyusun klorofil dan berperan dalam pembelahan serta pembesaran sel dalam meristem apikal. Akibat aktivitas meristem apikal tersebut tunas akan tumbuh dan berpengaruh terhadap penambahan tinggi tanaman.

(7)

Tabel 7. Rerata Luas Kanopi Tanaman Sawi Pagoda pada berbagai Umur Tanaman akibat Perlakuan Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen

Perlakuan Luas kanopi (cm2) pada Umur (HST)

20 25 30 35

Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 330,18 a 389,57 a 442,03 433,53

Pupuk kandang ayam 389,45 b 433,59 b 468,04 453,49

DMRT 5% n n tn tn

Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 217,82 a 195,27 a 213,50 a 184,43 a

46 kg N ha-1 356,42 b 420,20 b 446,85 b 431,89 b

92 kg N ha-1 396,78 bc 458,58 c 511,23 c 503,77 c

138 kg N ha-1 414,74 c 485,63 cd 560,61 d 556,30 d

184 kg N ha-1 413,32 c 498,23 d 542,99 cd 560,30 d

DMRT 5% n n n n

KK (%) 9,01 6,83 8,19 7,16

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

Jumlah daun tanaman sawi pagoda telah mampu meningkat pada pemberian dosis pupuk nitrogen 92 kg N ha-1 (Tabel 4).

Diameter tajuk dan luas kanopi pada umur pengamatan 20 HST, diameter tajuk dan luas kanopi lebih lebar pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1 dan 184 kg N ha-1. Pada umur pengamatan 25 HST, luas kanopi yang lebih luas didapatkan pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 184 kg N ha-1. Pada umur pengamatan 30 HST dan 35 HST, luas kanopi meningkat pada dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1 memberikan luas kanopi lebih luas yang (Tabel 6 dan 7).

Pemberian dosis pupuk nitrogen yang sesuai dan mencukupi kebutuhan tanaman menghasilkan pertumbuhan yang optimal ditunjukkan pada peningkatan jumlah daun.

Selanjutnya peningkatan jumlah daun diikuti dengan meluasnya helai daun mengakibatkan diameter tajuk ikut meningkat begitu pula dengan luas kanopi.

Menurut Sari et al. (2016), apabila unsur nitrogen tersedia dalam jumlah yang cukup, jumlah daun dan laju fotosintesis tanaman akan meningkat sehingga fotosintat dan energi yang dihasilkan lebih tinggi untuk

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Dosis pupuk nitrogen 92 kg N ha-1 telah mampu meningkatkan kandungan klorofil total dan luas daun tanaman sawi pagoda pada akhir pengamatan (Tabel 8). Fungsi nitrogen dalam pembentukan klorofil daun diikuti peningkatan luas daun pada dosis nitrogen yang lebih tinggi akibat adanya fotosintat yang tersimpan dalam organ tanaman. Selanjutnya, luas daun yang lebih lebar akan menjalankan fungsinya untuk menyerap sinar matahari. Sesuai dengan pernyataan Tando (2018) bahwa nitrogen menjadi hal yang tak terpisahkan dengan molekul klorofil dimana apabila nitrogen diberikan dalam jumlah yang cukup menyebabkan warna daun gelap dan pertumbuhan vegetatif baik.

Tanaman sawi pagoda yang tidak diberikan pupuk nitrogen menunjukkan adanya gejala defisiensi nitrogen.

Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat klorofil tidak dapat diproduksi dengan baik, daun tua menjadi kuning kemudian mudah rontok sedangkan daun muda berwarna hijau kekuningan, selanjutnya

(8)

daun tumbuh kecil, dan tanaman menjadi kerdil (Gambar 1). Selain itu, pada saat panen terlihat bahwa akar tanaman pendek dan sedikit, akibatnya bobot segar total tanaman maupun bobot segar konsumsi yang dihasilkan juga kecil (Gambar 2).

Waskito et al. (2017) menyatakan bahwa tanaman yang kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun berwarna kuning kehijauan atau kekuningan dengan ukuran yang sangat kecil dan mudah rontok serta perakaran menjadi terbatas.

Nugroho (2015) menambahkan bahwa unsur nitrogen merupakan unsur utama penyusun klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Apabila tanaman kekurangan nitrogen menyebabkan daun menguning sehingga proses fotosintesis yang berlangsung tidak maksimal.

Tabel 8. Rerata Kandungan Klorofil Total dan Luas Daun Tanaman Sawi Pagoda akibat Perlakuan Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n:

berbeda nyata; tn: tidak berbeda nyata;

HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

(a) (b)

Gambar 1. Gejala Defisiensi Nitrogen pada Perlakuan N0 (a) Pada daun tua umur 33 HST, (b) Pada seluruh tanaman pada umur 37 HST

Perlakuan

Kandungan Klorofil

Total (mg g-1)

Luas Daun (cm2 per tanaman) Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 0,122 889,85 Pupuk kandang

ayam 0,131 988,12

DMRT 5% tn tn

Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 0,086 a 330,11 a 46 kg N ha-1 0,116 b 754,14 b 92 kg N ha-1 0,137 bc 1063,26 c 138 kg N ha-1 0,151 c 1299,16 c 184 kg N ha-1 0,142 c 1248,25 c

DMRT 5% n n

KK (%) 14,221 19,34

(9)

Tabel 9. Rerata Bobot Segar Total Tanaman, Bobot Segar Konsumsi, Bobot Segar Akar dan Rasio Tajuk dan Akar Tanaman Sawi Pagoda pada Umur Pengamatan 37 HST akibat Perlakuan Jenis Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Nitrogen

Keterangan: Bilangan didampingi huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut DMRT 5%; n: berbeda nyata; tn: tidak berbeda nyata; HST: hari setelah tanam; KK: koefisien keragaman.

(a) (b)

Gambar 2. Perbandingan Tanaman Sawi Pagoda (a) Sebelum panen, (b) Saat panen Pada pengamatan bobot segar total

tanaman dan bobot segar konsumsi per tanaman, dosis pupuk nitrogen sebesar 138 kg N ha-1 dan 184 kg N ha-1 memberikan bobot yang lebih berat. Sedangkan bobot segar akar serta rasio tajuk dan akar lebih besar pada perlakuan dosis pupuk nitrogen sebesar 92 kg N ha-1, 138 kg N ha-1, 184 kg N ha-1 (Tabel 9). Perbandingan tanaman sawi pagoda dapat dilihat pada Gambar 2.

Hasil tanaman sawi pagoda berupa bobot segar total tanaman, bobot segar konsumsi, bobot segar akar serta rasio tajuk dan akar merupakan hasil dari pertumbuhan tanaman yang telah berlangsung. Nitrogen diberikan

dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme tanaman yang selanjutnya disimpan pada organ tanaman sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tajuk dan luas kanopi hingga akhirnya bobot segar yang didapatkan lebih besar. Sejalan dengan pernyataan Patti et al.

(2013) bahwa unsur nitrogen memiliki fungsi untuk sintesis asam amino, meningkatkan kadar protein pada tanaman, meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman hingga meningkatkan hasil produksi tanaman khususnya tanaman yang dipanen daunnya seperti sayur dan rerumputan ternak.

Berdasarkan penelitian Wijaya et al. (2022), Perlakuan

Bobot Segar Total Tanaman (g per tanaman)

Bobot Segar Konsumsi (g per tanaman)

Bobot Segar Akar (g per tanaman)

Rasio Tajuk dan Akar Jenis Pupuk Organik

Pupuk kandang sapi 193,08 a 169,05 24,02 8,06

Pupuk kandang ayam 213,06 b 185,46 27,15 7,33

DMRT 5% n tn tn tn

Dosis Pupuk Nitrogen

0 kg N ha-1 54,47 a 43,81 a 10,67 a 4,93 a

46 kg N ha-1 177,36 b 154,11 b 23,11 b 7,19 ab

92 kg N ha-1 221,72 c 191,08 c 29,92 bc 7,86 bc

138 kg N ha-1 280,59 d 250,92 d 29,67 bc 10,08 c

184 kg N ha-1 281,22 d 246,36 d 34,56 c 8,42 bc

DMRT 5% n n n n

KK (%) 12,34 14,32 22,88 25,49

(10)

akar yang menyerap nitrogen dalam jumlah tinggi menyebabkan meristem pada titik tumbuh lebih aktif, tanaman menjadi semakin tinggi akibat bertambahnya ruas batang sehingga bobot segar tanaman akan bertambah jika dibandingkan perlakuan kontrol.

SIMPULAN

1. Terdapat interaksi antara jenis pupuk organik dan dosis pupuk nitrogen Tinggi tanaman pada umur 20 HST, perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang ayam dengan dosis pupuk nitrogen 46 kg N ha-1 telah mampu meningkatkan tinggi tanaman.

Jumlah daun pada perlakuan pupuk kandang sapi memberikan jumlah daun lebih banyak apabila diberi dosis pupuk nitrogen 184 kg N ha-1. Sedangkan perlakuan pupuk kandang ayam telah mampu memberikan jumlah daun lebih banyak dengan dosis pupuk nitrogen 92 kg N ha-1, Diameter tajuk tanaman pada umur 25 dan 30 HST pada perlakuan pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang ayam telah mampu memberikan diameter tajuk lebih lebar dengan dosis pupuk nitrogen 92 kg N ha-1. Sedangkan pada umur 35 HST, diameter tajuk tanaman lebih lebar pada perlakuan pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang ayam dengan dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1. 2. Perlakuan pupuk kandang ayam

memberikan jumlah daun, diameter tajuk, luas kanopi dan bobot segar total tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi.

3. Pemberian dosis pupuk nitrogen 138 kg N ha-1 dan 184 kg N ha-1 memberikan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tajuk, luas kanopi, kandungan klorofil total, bobot segar

total tanaman, bobot segar konsumsi, bobot segar akar, rasio tajuk dan akar, serta luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk nitrogen 0 kg N ha-1 dan 46 kg N ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Ishak, S.Y., M.I. Bahua, dan M. Limonu.

2013. Pengaruh pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) di Dulomo Utara Kota Gorontalo. J. Appl. Test. Technol.

2(1): 210–218.

Mansyur, N.I., E.H. Pudjiwati, dan A.

Murtilaksono. 2021. Pupuk dan Pemupukan. Syah Kuala University Press. Banda Aceh.

Masriyana, K. Hendarto, S. Yusnaini, dan Y.C. Ginting. 2020. Pengaruh Aplikasi pupuk hayati dan pupuk kandang (Ayam dan Sapi) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman semangka (Citrullus lanatus). J.

Agrotek Trop. 8(3): 511–516.

Nugroho, W.S. 2015. Penetapan Standar Warna Daun sebagai upaya identifikasi status hara (N) tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah regosol. Planta Trop. J. Agro Sci. 3(1): 8–15.

Patti, P.S., E. Kaya, dan C. Silahooy. 2013.

Analisis status nitrogen tanah dalam kaitannya dengan serapan N oleh tanaman padi sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Agrologia 2(1): 51–58.

Pranata, I.K.A., I.A.G.B. Madrini, dan I.W.

Tika. 2022. Efek penambahan kotoran sapi terhadap kualitas kompos pada pengomposan batang pisang. J. BETA 10(1): 93–102.

Purbajanti, E.D., W. Slamet, E. Fuskhah, and Rosyida. 2019. Effects of organic and inorganic fertilizers on growth, activity of nitrate reductase and chlorophyll contents of peanuts (Arachis hypogaea L.). IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci.

250.

Rusmini Daryono, N. Hidayat, H. D. Salusu,

(11)

H. Beze, dan Yulianto. 2021.

Pertumbuhan dan produksi sawi pagoda hidroponik dengan konsentrasi AB mix dan monitoring berbasis android. J. Penelit. Pertan. Terap.

21(3): 270–277.

Sari, R.M.P., M.D. Maghfoer, dan Koesriharti. 2016. Pengaruh frekuensi penyiraman dan dosis pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoy (Brassica rapa L.

var. chinensis). J. Protan. 4(5): 342–

351.

Silalahi, M.J., A. Rumambi, M.M. Telleng, dan W.B. Kaunang. 2018. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan tanaman sorgum sebagai pakan. Zootec 38(2):

286–295.

Suhastyo, A.A., dan F.T. Raditya. 2019.

Respon Pertumbuhan dan hasil sawi pagoda (Brassica narinosa) terhadap pemberian MOL daun kelor.

Agrotechnology Res. J. 3(1): 56–60.

Supramudho, G.N., J. Syamsiyah, Mujiyo, dan Sumani. 2012. Efisiensi Serapan nitrogen dan hasil tanaman padi pada berbagai imbangan pupuk kandang puyuh dan pupuk anorganik di lahan sawah palur, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Bonorowo Wetl. 2(1): 11–18.

Syam, N., S. Suriyanti, dan L.H. Killian. 2017.

Pengaruh jenis pupuk organik dan urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman seledri (Apium graveolus L.).

J. Agrotek 1(2): 43–53.

Syifa, T., S. Isnaeni, dan A. Rosmala. 2020.

Pengaruh jenis pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pagoda (Brassicaee narinosa L.). 2(1): 21–33.

Tando, E. 2018. Upaya efisiensi dan peningkatan ketersediaan nitrogen dalam tanah serta serapan nitrogen pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.). Buana Sains 18(2): 171–

180.

Waskito, K., N. Aini, dan Koesriharti. 2017.

Pengaruh komposisi media tanam dan pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong (Solanum melongena L.). J. Protan. 5(10): 1586–

1593.

Wijanarko, A., B.H. Purwanto, D. Shiddieq, dan D. Indradewa. 2012. Pengaruh kualitas bahan organik dan kesuburan tanah terhadap mineralisasi nitrogen dan serapan n oleh tanaman. J.

Perkeb. dan Lahan Trop. 2(2): 1–14.

Wijaya, A.G., Noertjahyani, dan A.S. Mulya.

2022. Pengaruh dosis pupuk nitrogen dan kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa subsp. chinensis) Varietas Nauli F-1.

OrchidAgro 2(1): 5–12.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dari siklus pertama ke siklus kedua menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

Perancangan antena yang diperoleh dari hasil simulasi difabrikasi sesuai dengan spesifikasi rancangan antena dengan menggunakan PCB yang mempunyai ketebalan substrat 1,6 mm

Bagaimanapun, Gambar 9 tetap dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis pengaruh penambahan barium karbonat pada arang bakau untuk media padat pada proses karburising padat

Dari Gambar 2 dapat dikatakan bahwa ada tiga skala pelayanan pekerja sosial yaitu skala mikro yaitu pelayanan pada individu dan keluarga, seorang pekerja sosial harus

Hasil penelitian sebagai berikut: semua partisipan mengetahui bahaya konsumsi rokok seperti penyakit jantung, impotensi dan kanker, sebagain besar mulai merokok pada

Salah satu metode yang bisa digunakan adalah Profile Matching, yaitu sistem pendukung keputusan yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria calon lokasi

Rujukan terpenting dalam variabel ini merujuk atas tingginya dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat dusun Air Abik dan masyarakat desa Gunung Muda, akibat dari ak-

Heckhausen (dalam Martaniah, 1982:31) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan yang didapat