• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING POKOK BAHASAN JARAK, WAKTU DAN KECEPATAN SISWA KELAS v MI PSM 1 BARON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING POKOK BAHASAN JARAK, WAKTU DAN KECEPATAN SISWA KELAS v MI PSM 1 BARON"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING POKOK BAHASAN JARAK, WAKTU DAN

KECEPATAN SISWA KELAS v MI PSM 1 BARON

Apitria Anggun Pradana

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : anggunpradana71@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil nilai evaluasi matematika pada pokok bahasan kecepatan, hal ini dapat dilihat bahwa lebih dari 50% hasil nilai siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:mengetahui hasil belajar matematika dengan model Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah),pada materi kecepatan di kelas V MI PSM 1 Baron. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Hopskin dengan dua siklus, yang pada setiap siklusnya dilakukan satu tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V semester I MI PSM 1 Baron Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk yang berjumlah 14 orang. Hasil penelitian dengan menggunakan model Problem Based Learning menunjukkan adanya perolehan nilai siswa mengalami peningkatan dalam pembelajaran matematika pokok bahasan Jarak waktu dan Kecepatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa mencapai 63,57 atau sebanyak 42,85% siswa yang mencapai nilai KKM. Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 82,85 atau 85,71%

siswa yang mencapai KKM, dan sudah mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang peneliti inginkan yaitu 85%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Jarak, waktu dan Kecepatan.

Kata Kunci :Hasil belajar, Problem Based Learning, Kecepatan.

PENDAHULUAN

Kompetensi guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai indikator: (a) mampu membuka pelajaran, (b) mampu menyajikan materi, (c) mampu menggunakan metode/strategi, (d) mampu menggunakan

(2)

media/alat peraga, (e) mampu menggunakan bahasa yang komutatif, (f) mampu memotivasi siswa, (g) mampu mengorganisasi kegiatan, (h) mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan balik, (i) mampu melaksanakan penilaian,dan (j) mampu menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004 ;13 – 14).

Mata pelajaran matematika diperlukan pada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.

Sebagaimana untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang selanjutnya disebut standar isi yang mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Permendiknas 22: 2006 (dalam Mulyasa: 27).

Kompetensi Dasar (KD) Matematika menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan dengan Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di MI PSM 1 Baron Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk adalah 75 sedangkan KKM klasikal 70 %. Berdasarkan hasil kegiatan observasi peneliti menemukan KD ini ternyata hasil belajar siswa masih rendah.Terbukti dari hasil analisis pada ulangan harian daya serap siswa materi waktu, jarak, dan kecepatan yang berhasil tidak lebih dari 6 dari 14 siswa. Hal tersebut terjadi karena rendahnya daya ingat siswa terhadap pelajaran matematika yang diajarkan,bahkan sering terjadi hari ini diajarkan dan mereka mengaku sudah mengerti dan dapat mengerjakan soal ternyata selama beberapa hari kemudian mereka diberi soal yang sama ternyata hasilnya tidak memuaskan. Walaupun sekarang kurikulum telah berkembang, hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih rendah. Dalam pembelajaran seharusnya melibatkan pengalaman langsung siswa agar kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna.

Model Problem Based Learning merupakan salah model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi problem pembelajaran matematika kelas V di MI PSM 1 Baron. Arends (dalam Trianto, 2014:64) menjelaskan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Bruner (dalam Trianto, 2014:63) menegaskan bahwa “berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”.

Trianto (2014:68) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kelebihan/keunggulan dibanding dengan model

(3)

pembelajaran lainnya, yaitu: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata; (5) menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa; serta (6) pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

Dari keunggulan tersebut diharapkan hasil belajar matematika di kelas V MI PSM 1 Baron dapat ditingkatkan dengan menggunakan model Problem Based Learning. Model ini dilandasi oleh teori pembelajaran kontruktivis.

Dalam pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Learning, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator. Guru membimbing siswa dalam proses penyelidikan, memfasilitasi dialog antar siswa, menyediakan bahan ajar serta memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intelektual siswa.

Dalam model ini guru diharapkan dapat menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Problem Based Learning Pokok Bahasan Jarak, Waktu, dan Kecepatan Kelas 5 MI PSM 1 Baron”.

Nana Sudjana (2005: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan– kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut A. J. Romizowski (Abdurrahman, 1999 dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 14) hasil belajar merupakan keluaran dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2014:64), pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Sanjaya (2009:214) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem-based

(4)

learning) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Menurut Trianto (2014:72), pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama, yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, Membimbing Penyelidikan individual maupun kelompok, dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Menurut Trianto (2014:68), pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kelebihan/keunggulan dibanding dengan model pembelajaran lainnya, yaitu: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata; (5) menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa; serta (6) pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pelajaran dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas V MI PSM 1 Baron. MI tersebut beralamat di Dusun Jati, Desa Katerban, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan 4 Desember- 28 Desember tahun 2022.

Skema yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Hopkins yaitu skema yang menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai siklus spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang kemudian diikuti siklus selanjutnya (Arikunto, dkk., 2014:105). Empat tahapan pada masing-masing siklus dapat dilihat pada Gambar.

(5)

Sebelum melakasanakan penelitian, peneliti harus membuat rancangan penelitian terlebih dahulu.Rancangan penelitian yang peneliti lakukan dalam penelitian ini diawali dengan siklus 1. Apabila hasil dari siklus 1 belum mencapai KKM, maka akan dilanjutkan dengan siklus kedua dan seterusnya.

Penelitian ini akan diakhiri dengan ketentuan apabila hasil belajar matematika siswa sudah mengalami peningkatan atau sudah mencapai KKM.

Penelitian ini diawali dengan tindakan pendahuluan, dimana dalam tahap ini dilakukan beberapa kegiatan Pra siklus. Hasil nilai belajar pada pra siklus di dapatkan dalam pembelajaran sebelum dilaksanakan tahapan siklus- siklus yang telah direncanakan. Nilai tersebut digunakan sebagai nilai awal untuk membandingkan sekaligus memperbaiki hasil pada tahap berikutnya, yang mana peneliti akan melakukan tindakan perbaikan siklus I dan siklus II sehingga hasilnya dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan.

Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun proses perencanaanya adalah merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yaitu (1) Membuat RPP (2) Membuat soal tes (3) Membuat lembar observasi aktivitas guru pada KBM (4)Membuat LKPD. Pada tahap tindakan adalah kegiatan guru dan peserta didik pada setiap sintaks problem based learning. Sedangkan tahap observasi dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran yaitu tindakan observasi dan hasil belajar siswa.

Kemudia pada tahap terakhir refleksi berisi tentang kekurangan pada siklus sebelumnya untuk dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

(6)

HASIL PENELITIAN

Hasil Belajar siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian (pra siklus) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Jumlah Rata-rata Ketuntasan klasikal

Nilai tertinggi

Nilai terendah

1 860 61,42 35,71% 80 50

Berdasarka tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa hasil belajar peserta didik pada pra siklus ini mencapai rata-rata 61,42 dan rata rata klasikal sebesar 35,71%. Hasil tersebut belum mencapai standar ketuntasan secara klasikal, maka peneliti akan melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan jarak, waktu dan kecepatan di kelas V MI PSM 1 Baron pada siklus I.

Hasil belajar peserta didik selama siklus I diperoleh dari nilai tes akhir siklus I. Hasil tes ahir siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

No Jumlah Rata-rata Ketuntasan klasikal

Nilai tertinggi

Nilai terendah

1 890 63,57 42,85% 80 50

Berdasarka tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa hasil belajar peserta didik paada siklus I ini mencapai rata-rata 63,57 dan rata rata klasikal sebesar 42,85% hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I ini masih rendah, dan masih banyak peserta didik belum terbiasa menggunakan model pembelajaran ProblemBased Learning (PBL) dan dilanjutkan ke siklus II.

Adapun hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes ahir siklus II.

Hasil tes ahir siklus II tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

No

Jumlah Rata-rata

Ketuntasan klasikal

Nilai tertinggi

Nilai terendah

1 1160 82,85 85,71% 100 70

Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa hasil belaja peserta didik pada siklus II ini mencapai rata-rata 82,85. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada siklus II ini baik dan ada 2 peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM.

Berdasarkan hasil data keseluruhan yang telah dicapai, persiklusnya mengalami peningkatan perbaikan pembelajaran dimana pada pra siklus 35,71

% pada siklus I menjadi 42, 85 % , siklus II meningkat sebesar 85,71% ini sudah

(7)

dikatakan tuntas karena menurut depdiknas (2006) bahwa pembelajaran dikatakan tuntas apabila secara klasikal siswa yang mendapat nilai 75 ke atas mencapai 85%.

Dalam hal ini peneliti berusaha memecahkan permasalahan dari pra siklus nilai rata-rata 61,42 , siklus I rata-rata 63,57 dan pada siklus II naik menjadi 82,85 maka penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI PSM 1 Baron.

Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II :

No Kriteria Perbandingan

PraSiklus Siklus II Siklus II

1 Rata-rata 61,42 63,57 82,85

2 Ketuntasan klasikal 35,71% 42,85% 85,71%

3 Kreteria K K B

Berdasarkan tabel diatas diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat, pada pra siklus rata-rata hasil belajar peserta didik 61,42 dan rata-rata klasikal 35,71% dimana siswa mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 9 orang sedangkan yang sudah mendapat nilai KKM 5 orang. Siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 63,57 dan rata-rata klasikal 42,85% dimana siswa mendapatkan nilai dibawah KKM pada siklus I sebanyak 8 orang, sedangkan yang sudah mendapatkan nilai KKM sebanyak 6 orang peserta didik. Nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 80, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siklus I tergolong rendah, sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 82,85 pada siklus II ini nilai terendah adalah 70 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan ada 2 peserta didik yang mendapat nilai dibawah KKM. Karena indicator keberhasilan telah tercapai maka peneliti tidak perlu melanjutkan pada siklus berikutnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan Problem Based Learning, dapat disimpulkan bahwa Penerapan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan jarak , waktu dan kecepatan kelas 5 MI PSM 1 Baron Tahun Pelajaran 2022/2023. Data peningkatan kemampuan tersebut diperoleh berdasarkan atas nilai rata-rata pra siklus 61,42 ; tes siklus pertama 63,57 ; tes siklus kedua 82,85. Persentasi siswa yang mendapat nilai di atas KKM pra siklus 35,71% atau 5 siswa, meningkat menjadi 42,85 % atau 6 siswa pada siklus pertama dan pada siklus kedua mencapai 85,71% atau 12 siswa.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Amin 2011 “Model Pembelajaran berbasis Masalah yang disertai media corong berhitung pada pokok bahasan perkalian pada siswa kelas III a di SDN Karangduren 01”

Arikunto.S dkk. 2014 “Penelitian Tindakan Kelas” Jakarta : Bumi Aksara

Dimyati & Mudjiono 2006 “Belajar dan Pembelajaran “ Jakarta : PT.Rineka Cipta

Depdiknas 2004 “Undang –Undang RI no.20 tahun 2004. Tentang Sistem Pendidikan Nasional” Jakarta : Depdiknas

Depdiknas 2006 “Permendiknas Nomor 22 tentang standar isi” Jakarta:

Depdiknas

Herman. 2013. “Model Pembelajaran Matematika di SD” Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Jihad Asep & Abdul Haris. 2012 “Evaluasi Pembelajaran “ Yogyakarta : Multi Presindo

Kemendikbud. 2014. “ Model Pembelajaran Problem Based Learning “ Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Purwanto.2016 “Evaluasi Hasil Belajar “ Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sudarman. 2007.“Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah”. Jurnal Pendidikan Inovasi, Vol. 2, No. 2.

Sudjana, Nana.2009. ” Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” Bandung : Sinar Baru Algesindo

Suyadi.2013.”Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter “. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Trianto.2014. ”Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/KTI)” Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Triastuti.2010. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan masalah social pada siswa kelas IV SDN Gebang 05 “ Widiyanti.2012. “Peningkatan aktivitas dan hasil Belajar siswa kelas V-B

melalui Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dengan menggunakan media gambar dan kokami di SDN Sumbersari 01”

Wina Sanjaya.2008. “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan” Jakarta : Kencana Prenada Media

Wulandari, Bekti. 2013. “Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK” . Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, No.2, pp. 178-190.

(9)

http://etheses.uin-malang.ac.id/2258/6/08410049_Bab_2.pdf diakses pada tanggal 20 November 2022 Pukul 10.20 WIB.

ans29.blogspot.co.id/2014/04/kata-kerja-operasional-kko-

kurikulum.html.Diakses pada tanggal 20 November 2022 Pukul 14.15 WIB.

http://gurukreatif.wordpress.com/2007/09/18/penerapan-metode-belajar-aktif- dalam-pembelajaran-berbasis-masalah. diakases pada tanggal 20 November 2022 Pukul 18.02 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

pandang ilmu itu sendiri, dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu

[r]

Konsep wireless networking pada infrastruktur jaringan komputer antar kawasan adalah infrastruktur sebuah jaringan dalam kota dengan konsep Wireless network, tanpa menggunakan

Aplikasi Buku Kenangan Elektronik ini dapat menjawab masalah tersebut.Dengan aplikasi ini data â data tentang teman â teman dan kenalan, khususnya data teman â teman 3 KC 39

1, Acara dibuka oleh Kepala B/dang Penanaman Modal OPMPTSP Provinsi Jawa Tengah dengan peserta perwakilan Oinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Bali dan juga dihadiri

[r]

[r]

[r]