• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpres No.11 Tahun 2008 Tata Cara Penetapan Status Atas RN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perpres No.11 Tahun 2008 Tata Cara Penetapan Status Atas RN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 11 TAHUN 2008

TENTANG

TATA CARA PENGADAAN, PENETAPAN STATUS, PENGALIHAN STATUS,

DAN PENGALIHAN HAK ATAS RUMAH NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: bahwa unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 ayat

(4), Pasal 15 ayat (5), dan Pasal 16 ayat (5) Perat uran Pemerint ah

Nomor 40 Tahun 1994 t ent ang Rumah Negara sebagaimana t elah

diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 31 Tahun 2005, perlu

menet apkan Perat uran Presiden t ent ang Tat a Cara Pengadaan,

Penet apan St at us, Pengalihan St at us, dan Pengalihan Hak at as Rumah

Negara;

Mengingat

: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1957 t ent ang

Penet apan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 t ent ang

Penj ualan Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957

Nomor 158 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

870);

3.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 t ent ang Perumahan dan

Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3469);

4.

Perat uran Pemerint ah Nomor 40 Tahun 1994 t ent ang Rumah Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573)

sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 31

Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4515);

MEMUTUSKAN :

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perat uran Presiden ini yang dimaksud dengan :

1.

Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berf ungsi sebagai t empat

t inggal at au hunian dan sarana pembinaan keluarga sert a menunj ang pelaksanaan t ugas

pej abat dan/ at au Pegawai Negeri.

2.

Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang

j abat an t ert ent u dan karena sif at j abat annya harus bert empat t inggal di rumah

t ersebut sert a hak penghuniannya t erbat as selama pej abat yang bersangkut an masih

memegang j abat an t ert ent u t ersebut .

3.

Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang t idak

dapat dipisahkan dari suat u inst ansi dan hanya disediakan unt uk didiami oleh Pegawai

Negeri dan apabila t elah berhent i at au pensiun rumah dikembalikan kepada negara.

4. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang t idak t ermasuk Golongan I dan

Golongan II yang dapat dij ual kepada penghuninya.

5. Penet apan St at us Rumah Negara adalah keput usan yang menet apkan st at us golongan

Rumah Negara ke d al am Ru m ah Ne gar a Go l o n gan I , Ru m ah Ne gar a Golongan II,

at au Ru m ah Ne gar a Golongan III yang berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah

Susun besert a at au t idak besert a t anahnya.

6. Pengalihan St at us Rumah Negara adalah perubahan st at us Rumah Negara Golongan II

menj adi Rumah Negara Golongan III, at au perubahan st at us Ru m ah Ne gar a Golongan

I menj adi Ru m ah Ne gar a Golongan II at au sebaliknya yang berdiri sendiri dan/ at au

berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a t anahnya.

7. Pengalihan Hak Rumah Negara adalah penj ualan Rumah Negara Golongan III yang

berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a

t anahnya kepada penghuni dengan cara sewa beli.

8. Rumah Susun adalah bangunan gedung bert ingkat yang dibangun dalam suat u

lingkungan, yang t erbagi dalam bagian-bagian yang dist rukt urkan secara f ungsional

dalam arah horizont al maupun vert ikal dan merupakan sat uan-sat uan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara t erpisah, t erut ama unt uk t empat hunian,

yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama, dan t anah-bersama.

9. Sat uan Rumah Susun adalah Rumah Susun yang t uj uan perunt ukan ut amanya digunakan

secara t erpisah sebagai t empat hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke j alan

umum.

10. Blok Rumah Susun adalah sat u kelompok Rumah Susun yang t erdiri dari beberapa

Sat uan Rumah Susun yang secara t egas t erpisah dengan kelompok Rumah Susun lainnya

secara vert ikal.

11.

Ment eri adalah ment eri yang menyelenggarakan urusan pemerint ahan di bidang

pekerj aan umum.

12. Pimpinan Inst ansi adalah pej abat yang memimpin kement erian/ lembaga.

Pasal

2

(3)

BAB II

TATA CARA PENGADAAN RUMAH NEGARA

Pasal 3

(1) Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara :

a. pembangunan;

b. pembelian;

c. t ukar menukar at au t ukar bangun; at au

d. hibah.

(2)

Pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.

(3) Pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian, t ukar menukar, t ukar bangun, at au

hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat

dilakukan secara langsung dengan masyarakat at au badan usaha.

(4) Pengadaan Rumah Negara dengan cara t ukar menukar at au t ukar bangun sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan t erhadap bangunan dan/ at au t anah milik

negara pada inst ansi pengguna barang.

(5) Dalam hal bangunan dan/ at au t anah milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

yang akan dipert ukarkan berupa Rumah Negara besert a t anahnya, bangunan

penggant inya diperunt ukan kembali unt uk Rumah Negara sesuai dengan st at us golongan

semula dan selebihnya dapat berupa rumah dan/ at au bangunan lainnya.

(6) Pengadaan Rumah Negara dengan cara pembangunan, pembelian, t ukar menukar at au

t ukar bangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c harus

sesuai dengan st andar t ipe dan kelas Rumah Negara bagi pej abat dan Pegawai Negeri.

(7) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai st andar t ipe dan kelas Rumah Negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (6) diat ur dengan Perat uran Ment eri.

BAB III

TATA CARA PENETAPAN STATUS RUMAH NEGARA

Pasal

4

(1) Pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk mendaf t ar dan mengaj ukan usul Penet apan

St at us Rumah Negara Golongan I at au Rumah Negara Golongan II kepada Pimpinan

Inst ansi yang bersangkut an yang diperoleh dari Pengadaan Rumah Negara dan/ at au

perubahan f ungsi menj adi Rumah Negara paling lambat 6 (enam) bulan sej ak dimiliki

oleh negara.

(2) Usul Penet apan St at us Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaj ukan

dengan melampirkan dokumen sebagai berikut :

a. bukt i kepemilikan Rumah Negara;

b.

gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi; dan

c.

t anda bukt i kepemilikan hak at as t anah.

(3) Berdasarkan usul penet apan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Inst ansi

yang bersangkut an menet apkan st at us Rumah Negara dalam lingkup wewenangnya ke

dalam Rumah Negara Golongan I dan/ at au Rumah Negara Golongan II paling lambat 1

(sat u) t ahun sej ak dimiliki oleh negara.

(4)

(5) Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an menyampaikan daf t ar Rumah Negara Golongan I

dan Rumah Negara Golongan II sebagai barang milik negara yang berada dalam lingkup

wewenangnya kepada :

a. Ment eri selaku Pembina Rumah Negara; dan

b. Ment eri Keuangan selaku Pengelola Barang Milik Negara.

(6) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pendaf t aran Rumah Negara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diat ur dengan Perat uran Ment eri.

Pasal

5

(1) Penet apan St at us Rumah Negara Golongan I at au Rumah Negara Golongan II yang

berupa Sat uan Rumah Susun dilakukan unt uk sat u Blok Rumah Susun.

(2) Penet apan St at us Rumah Negara unt uk sat u Blok Rumah Susun sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dengan sat u Penet apan St at us Rumah Negara

Golongan I at au Rumah Negara Golongan II.

Pasal 6

Penet apan St at us Rumah Negara Golongan III dilakukan oleh Ment eri dengan cara

Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III

sebagaimana diat ur dalam Bab IV Perat uran Presiden ini.

BAB IV

TATA CARA PENGALIHAN STATUS RUMAH NEGARA

Pasal 7

Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III waj ib

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. umur Rumah Negara paling singkat 10 (sepuluh) t ahun sej ak dimiliki oleh negara at au

sej ak dit et apkan perubahan f ungsinya sebagai Rumah Negara;

b. st at us hak at as t anahnya sudah dit et apkan sesuai dengan ket ent uan perat uran

perundang-undangan;

c. rumah dan t anah t idak dalam keadaan sengket a berdasarkan surat pernyat aan dari

inst ansi yang bersangkut an;

d. penghuninya t elah memiliki masa kerj a sebagai Pegawai Negeri paling singkat 10

(sepuluh) t ahun;

e. penghuni rumah memiliki Surat Izin Penghunian (SIP) yang sah dan suami at au ist ri yang

bersangkut an belum pernah membeli at au memperoleh f asilit as rumah dan/ at au t anah

dari negara berdasarkan ket ent uan perat uran perundang-undangan;

f . penghuni menyat akan bersedia mengaj ukan permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara

paling singkat 1 (sat u) t ahun t erhit ung sej ak rumah t ersebut menj adi Rumah Negara

Golongan III dengan ket ent uan: karena kelalaian mengaj ukan permohonan t ersebut ,

kepada penghuni dikenakan sanksi membayar sewa 2 (dua) kali dari sewa set iap

bulannya yang dit et apkan sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan;

dan

g. unt uk Rumah Negara yang berbent uk Rumah Susun, sudah mempunyai perhimpunan

penghuni yang dit et apkan Pimpinan Inst ansi.

Pasal 8

(5)

(2) Penghuni mengaj ukan usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah

Negara Golongan III kepada pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk pada inst ansi

yang bersangkut an.

(3) Pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk melakukan kaj ian t erhadap usul Pengalihan

St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dengan memperhat ikan :

a.

st at ist ik Rumah Negara yang ada;

b.

j umlah Rumah Negara; dan

c.

analisis kebut uhan Rumah Negara.

(4) Pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk menyampaikan hasil kaj ian sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) kepada Pimpinan Inst ansi dengan melampirkan dokumen :

a.

salinan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II;

b.

salinan Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara Golongan II;

c.

surat ket erangan st at us kepegawaian t erakhir pemegang Surat Izin Penghunian (SIP)

Rumah Negara Golongan II dari inst ansi yang bersangkut an; dan

d.

gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi.

(5) Berdasarkan kaj ian yang dilakukan pej abat eselon I at au pej abat yang dit unj uk

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an

mempert imbangkan usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II yang berdiri

sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun besert a at au t idak besert a t anahnya

menj adi Rumah Negara Golongan III.

(6) Pimpinan Inst ansi memberikan perset uj uan secara t ert ulis at as usul Pengalihan St at us

Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(7)

Dalam hal Pimpinan Inst ansi menolak usul Pengalihan St at us Rumah Negara

sebagaimana dimaksud pada ayat (5), maka penolakan t ersebut disampaikan kepada

pemohon dalam j angka wakt u paling lama 4 (empat ) bulan dengan disert ai alasan

penolakan.

(8) Dalam hal usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara

Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berupa Rumah Susun, maka

Pengalihan St at us Rumah Negara t ersebut diusulkan unt uk sat u Blok Rumah Susun.

Pasal 9

Berdasarkan perset uj uan at as usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi

Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6), Pimpinan

Inst ansi yang bersangkut an mengaj ukan permohonan Pengalihan St at us Rumah Negara

kepada Ment eri, dengan mengisi f ormulir permohonan dan melampirkan dokumen sebagai

berikut :

a. gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi;

b. salinan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II yang dilegalisir

paling rendah oleh pej abat eselon II inst ansi yang bersangkut an;

c. salinan t anda bukt i hak at as t anah at au surat ket erangan t ent ang penguasaan

t anah;

d. salinan keput usan ot orisasi pembangunan rumah/ surat ket erangan perolehan dari

inst ansi yang bersangkut an;

e. salinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) at au surat ket erangan membangun dari

inst ansi yang bersangkut an;

f . salinan Surat Izin Penghunian (SIP) Rumah Negara Golongan II;

(6)

h. berit a acara pemeriksaan at as rumah dan t anah yang dibuat oleh inst ansi yang

bersangkut an;

i. surat ket erangan dari inst ansi yang bersangkut an bahwa rumah dan t anahnya t idak

dalam sengket a;

j . surat pernyat aan kesanggupan membeli Rumah Negara oleh penghuni; dan

k. surat izin dari pemegang hak at as t anah apabila Rumah Negara t ersebut berdiri di

at as t anah pihak lain.

Pasal 10

(1) Berdasarkan usul Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara

Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Ment eri melakukan kaj ian

berdasarkan persyarat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

(2) Dalam hal Ment eri menerima usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ment eri

menet apkan st at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan III.

(3) Dalam hal Ment eri menolak usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ment eri

menyampaikan penolakan kepada Pimpinan Inst ansi yang mengusulkan disert ai dengan

alasan penolakan.

(4) Keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) t embusannya disampaikan kepada Ment eri Keuangan dan Pimpinan Inst ansi

yang bersangkut an.

(5) Ment eri menyampaikan daf t ar Rumah Negara Golongan III sebagai barang milik negara

yang berada dalam lingkup wewenangnya kepada Ment eri Keuangan.

(6) Berdasarkan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan III, Pimpinan Inst ansi

yang bersangkut an menerbit kan keput usan penghapusan dari daf t ar pengguna barang.

(7) Keput usan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disampaikan kepada

Ment eri dan Ment eri Keuangan.

Pasal 11

(1) Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an dapat melakukan perubahan st at us Rumah Negara

Golongan I menj adi Rumah Negara Golongan II dengan ket ent uan :

a.

adanya perubahan at au penggabungan organisasi; dan/ at au

b.

sudah t idak memenuhi f ungsi sebagaimana dit et apkan semula.

(2) Sebelum melakukan perubahan st at us Rumah Negara Golongan I menj adi Rumah

Negara Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Inst ansi mengaj ukan

permohonan pert imbangan t eknis kepada Ment eri dengan melampirkan :

a.

surat keput usan adanya perubahan at au penggabungan organisasi dan/ at au surat

keput usan t idak memenuhi f ungsi sebagaimana dit et apkan semula;

b.

j umlah rumah j abat an yang ada;

c.

analisis kebut uhan rumah j abat an;

d.

salinan keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan I; dan

e.

gambar legger/ gambar arsip berupa rumah dan gambar sit uasi yang akan diusulkan

perubahannya menj adi Rumah Negara Golongan II.

(3) Ment eri melakukan kaj ian at as permohonan Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan menet apkan pert imbangan t eknis.

(7)

(5) Berdasarkan pert imbangan t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pimpinan

Inst ansi yang bersangkut an menet apkan perubahan st at us Rumah Negara Golongan I

menj adi Rumah Negara Golongan II.

(6) Keput usan perubahan st at us Rumah Negara Golongan I menj adi Rumah Negara

Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (5) t embusannya disampaikan kepada

Ment eri dan Ment eri Keuangan.

Pasal 12

(1) Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an dapat melakukan perubahan st at us Rumah Negara

Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan I unt uk memenuhi kebut uhan rumah

j abat an dengan ket ent uan harus secara t eknis memenuhi syarat sebagai rumah j abat an

berdasarkan t ipe dan kelas Rumah Negara, sert a t ersedia rumah penggant i.

(2) Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan I

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan oleh Pimpinan Inst ansi yang

bersangkut an.

(3) Keput usan Penet apan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara

Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) t embusannya disampaikan kepada

Ment eri dan Ment eri Keuangan.

BAB V

TATA CARA PENGALIHAN HAK RUMAH NEGARA

Pasal 13

(1) Ment eri menyelenggarakan pengelolaan Rumah Negara Golongan III.

(2) Permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara Golongan III diaj ukan oleh penghuni sah

kepada Ment eri dengan t embusan kepada Pimpinan Inst ansi t empat bekerj a at au

inst ansi asal bekerj a.

(3) Ment eri mengaj ukan permint aan perset uj uan Pengalihan Hak Rumah Negara Golongan

III sebagaimana dimaksud pada ayat (2) besert a at au t idak besert a t anahnya baik yang

berdiri sendiri dan/ at au berupa Sat uan Rumah Susun kepada Ment eri Keuangan dengan

melampirkan daf t ar rekapit ulasi Rumah Negara Golongan III yang diusulkan unt uk

dialihkan haknya kepada penghuni.

(4) Ment eri Keuangan memberikan perset uj uan Pengalihan Hak Rumah Negara Golongan III

sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Berdasarkan perset uj uan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Ment eri menet apkan

keput usan Pengalihan Hak Rumah Negara dan penet apan harga rumah besert a at au

t idak besert a t anahnya berdasarkan penaksiran dan penilaian oleh panit ia yang

dibent uk Ment eri.

(6) Keput usan Pengalihan Hak Rumah Negara dan penet apan harga Rumah Negara Golongan

III sebagaimana dimaksud pada ayat (5) t embusannya disampaikan kepada Ment eri

Keuangan dan Pimpinan Inst ansi yang bersangkut an.

(8)

Pasal 14

(1) Ment eri at au pej abat yang dit unj uk melaksanakan Pengalihan Hak Rumah Negara dan

menandat angani surat perj anj ian sewa beli Rumah Negara Golongan III at as nama

Pemerint ah Republik Indonesia.

(2) Pembayaran harga Rumah Negara Golongan III secara angsuran diset or oleh penyewa

beli ke rekening Kas Umum Negara.

(3) Depart emen Keuangan cq. Kant or Pelayanan Perbendaharaan Negara melaporkan hasil

penerimaan negara dari pembayaran angsuran sewa beli Rumah Negara Golongan III

kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan.

Pasal 15

(1) Ment eri at au pej abat yang dit unj uk menyerahkan surat keput usan penyerahan hak milik

rumah dan pelepasan hak at as t anah yang berdiri sendiri at au berupa Sat uan Rumah

Susun kepada penghuni yang t elah membayar lunas harga rumah besert a harga

t anahnya sesuai dengan perj anj ian sewa beli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (7).

(2) Penghuni yang t elah memperoleh surat keput usan penyerahan hak milik rumah dan

pelepasan hak at as t anah yang berdiri sendiri at au berupa Sat uan Rumah Susun

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) waj ib mengaj ukan permohonan hak unt uk

memperoleh sert if ikat hak at as t anah kepada Kant or Pert anahan set empat sesuai

dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan.

(3) Ment eri menyampaikan daf t ar Rumah Negara Golongan III yang t elah diserahkan hak

milik rumahnya dan pelepasan hak at as t anahnya kepada Ment eri Keuangan unt uk

dihapuskan dari daf t ar barang milik negara.

(4) Tembusan surat keput usan penyerahan hak milik rumah dan pelepasan hak at as t anah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Ment eri Keuangan.

Pasal 16

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pedoman t eknis Penet apan St at us, Pengalihan St at us, dan

Pengalihan Hak at as Rumah Negara diat ur dengan Perat uran Ment eri.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Permohonan Pengalihan St at us Rumah Negara Golongan II menj adi Rumah Negara Golongan

III dan permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara yang t elah diaj ukan kepada Ment eri

sebelum dit et apkannya Perat uran Presiden ini, diselesaikan menurut ket ent uan perat uran

perundang-undangan yang berlaku pada saat permohonan t ersebut diaj ukan.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Pada saat Perat uran Presiden ini mulai berlaku maka:

(9)

b.

Keput usan Presiden Nomor 40 Tahun 1974 t ent ang Tat a Cara Penj ualan Rumah

Negeri;

dicabut dan dinyat akan t idak berlaku.

Pasal 19

Pada saat Perat uran Presiden ini mulai berlaku, segala perat uran pelaksanaan di bidang

Rumah Negara yang t elah ada t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan

Perat uran Presiden ini.

Pasal 20

Perat uran Presiden ini muIai berlaku pada t anggal dit et apkan.

Dit et apkan di Jakart a

pada t anggal, 26 Pebruari 2008

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

t t d.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

Deput i Sekret ariat Kabinet

Bidang Hukum,

t t d.

Referensi

Dokumen terkait

MAHASISWA JURUSAN FARMASI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS UDAYANA ANGKATAN 2007 SEMESTER GANJIL 2012 / 2013. NO NIM NAMA MAHASISWA NAMA

Tipe entitas PELANGGAN dengan atribut

Tapi si baju hitam tetap tidak mengaku dan juga tidak menyangkal, katanya dengan tertawa, “Bahwa dalam pertarungan sengit dengan sendirinya sukar terhindar daripada saling melukai,

Sultra dan sesuai dengan hasil evaluasi Kelompok Kerja 02 Biro Layanan Pengadaan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan ini kami mengundang saudara untuk

With mild winters and summers, Gatlinburg and small towns nearby are a common destination for people who enjoy hiking, fishing, horseback riding, bike riding, canoeing,

Menindaklanjuti hasil evaluasi dokumen penawaran pekerjaan konstruksi Pembangunan Embung untuk Irigasi Pertanian di Kabupaten Jeneponto , dengan ini Pokja Jasa Konstruksi dan

[r]

The learner here is students of Junior High School or middle school. They are considered as teenagers. It should be different about the way to teach English to them