Berawal dari Angin,
Hembusan Kasih
Sayang Allah
kepadaku
September, 2004.
Semua nya tercampur aduk. Sejak hari itu semangatku hilang. Aku sering sekali diam. Selalu malas untuk berangkat sekolah. Seminggu kemudian aku mulai malas dengan kemalasanku. Kesabaranku habis. Aku memutuskan bahwa bukan diam yang dapat menyelesaikan masalah. Sejak saat itu kuputuskan bahwa aku harus berubah. Aku bisa menjadi lebih baik. Setiap hari aku belajar dengan giat. Aku tidur jam 11 malam, dan terbangun jam 3 pagi. Seperti itu setiap harinya disaat teman – teman seumurku yang lain sedang asik bermain.
----
Waktu berlalu dan kini tiba saatnya pengambilan rapot. Ambisiku sangat besar karena mengira nilaiku akan sangat melesat naik. Namun kalian tau apa yang terjadi? Ya benar nilaiku naik. Namun prestasiku turun. Karena yang aku kejar hanya ambisi. Aku sedih sekali. Karena fakta berbeda dengan apa yang aku harapkan. Waktu berlalu aku tidak lelah untuk mewujudkan ambisiku. Rutinitas belajar aku jalani terus – menerus.
Juni, 2005
Pengambilan rapot semester genap pun tiba. Dengan percaya diri aku merasa bahwa hasilku akan meningkat. Ternyata benar, usahaku kini berhasil. Aku mendapat peringkat 4. Prestasi yang kucapai dengan segala usahaku selama ini.
----
September, 2005
Hari ulang tahunku tiba. 3 September. Namun tak ada satupun yang mengucapkan apapun kepadaku. Keluargaku terlalu sibuk menyiapkan pesta pernikahan tanteku. Aku merasa sendirian. Disaat lain tertawa bersama dipesta itu, aku lebih memilih keluar dari keramaian dan memisahkan diriku menuju sebuah pohon besar yang ada disebelah rumah nenekku. Aku duduk dibawahnya. Memandangi pemandangan kosong lapangan didepannya. Sendiri. Sepi. Aku memikirkan banyak hal. Mencoba mencari tau apa yang sedang terjadi dengan aku dan hidupku. Aku gagal dan aku telah mencoba untuk memperbaiki kegagalan itu. Tapi mengapa disaat kegagalan itu sudah berhasil aku benahi, hidupku justru terasa kosong. Aku pun mulai menyadarinya. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri. Aku terlalu terobesi untuk berhasil dan memecahkan masalah sendirian. Aku pun tersadar bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri, tapi juga tentang orang lain. Tetiba ditengah kediamanku kala itu angin lembut berhembus. Menggerakkan daun daun pepohonan, menjatuhkannya dan menggerakkannya ke tengah lapangan sehingga ia tidak kosong. Dikala itu juga tiba – tiba aku memiliki pemikiran untuk mengenakan hijab. Aneh? Ya aku pun hingga saat ini belum mengerti apa korelasinya. Tapi itulah yang aku pikirkan saat itu. Aku... ingin mengenakan hijab.
Membuatku menjadi orang yang berjalan dijalan-Nya. Hembusan kasih sayang yang Ia kirimkan kepadaku. Bahkan bahasan ilmiah belum tentu bisa menjelaskan korelasi nya namun aku menyadari itu. Allah ingin aku melewati suatu proses yang membuatku menjadi lebih baik dengan segala teka – tekinya. Alhamdulillah.
Ukhti, kenakan hijabmu. Percayalah ketika kita berada di sisi-Nya maka segalanya akan menjadi baik. Aku pun merasakan itu. Segala keajaiban terus bermunculan dikala aku mulai menjulurkan hijabku. Bahkan kala itu musim hijab belum hadir, hal itu keputusan berat yang kuambil. Mengapa tidak kau gunakan hijabmu sekarang? Temukanlah keajaiban hidupmu. Karena hidupmu sangat singkat maka berusahalah untuk mencari keajaiban-Nya dengan berada di sisi-keajaiban-Nya. Seperti aku. Berawal dari angin, hembusan kasih sayang Allah kepadaku.