BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial ia tak dapat hidup sendiri, karena itu ia selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, baik lisan maupun tertulis.
Dalam pemakaian bahasa lisan, seseorang relatif tidak mengalami kesulitan, karena bahasa lisan dapat dibantu dengan gerak-gerik, gaya, mimik dan sebagainya. Berbeda dengan bahasa tulis, dalam pemakaian bahasa tulis, seseorang hanya terbatas dengan menggunakan kata-kata, tidak dibantu dengan gaya dan mimik.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai banyak kekeliruan dalam menggunakan bahasa tulis, terutama bahasa tulis yang tertuang dalam bentuk surat, sebab pada zaman sekarang ini surat dapat memiliki peranan penting dalam komunikasi. Surat dipergunakan sebagai alat komunikasi, dapat berfungsi sebagai penyebar informasi, pemberi kabar, maupun sebagai media tertulis. Dalam lingkup kampus, penggunaan surat memiliki perhatian yang lebih tinggi.
Banyaknya Organisasi di kalangan IAIN Sunan Ampel Khususnya di fakultas Syariah membuat daya saing kualitas positif yang sangat besar. Organisasi merupakan sarana penyebar informasi intern. Penggunaan bahasa surat yang diterbitkan oleh organisasi HIMA PRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya menarik perhatian peneliti untuk mengkajinya lebih mendalam.
Sehubungan dengan itu, masalah pokok yang hendak dijawab dalam penelitian yang berkaitan dengan latar belakang diatas, antara lain:
1. Bagaimanakah penggunaan bahasa baku pada surat resmi di Organisasi HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel ?
2. Bagaimanakah Standar Penulisan Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel ?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui penggunaan Bahasa Baku pada Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.
2. Mengetahui Standar Penulisan Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya adalah: 1. Bagi Penulis
Dapat Meningkatkan kemampuan penulisan dalam membuat karya tulis, serta menambah wawasan tentang standar penulisan surat resmi dan efsiensi dalam pembuatan surat resmi.
2. Bagi Pembaca
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bahasa Baku
2.1.1. Pengertian Bahasa Baku
surat menyurat dinas, lamaran pekerjaan, karangan ilmiah, buku pelajaran, undang-undang, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Secara lisan misalnya, sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, rapat-rapat dinas, pidato kenegaraan, khotbah, penerangan, dan sebagainya.
Menurut Halim (dalam Cahyono, 1995: 251) bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat pemakainya sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya. Sedangkan ragam yang tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma bahasa baku.
2.1.2. Fungsi Bahasa Baku
1. Fungsi Pemersatu
2. Fungsi Pemberi Kekhasan
3. Fungsi Pembawa Kewibawaan
4. Fungsi Sebagai Kerangka Acuan
2.1.3. Contoh Bahasa Baku
1. Menggunakan awalan me- atau ber- pada kata kerja yang menjadi predikat didalam kalimat. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku Bahasa Baku
Jalan : Berjalan
Tinjau : Meninjau
Sudah dibaca oleh saya : Sudah saya baca
Nggak : Tidak
2. Selalu menggunakan fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek, dan sebagainya). Misalnya :
Bahasa Tidak Baku Bahasa Baku
Ghofar akan ke Australia Ghofar akan berangkat ke Australia Adikku ini dari Mesir Adikku ini datang dari Mesir
3. Selalu menggunakan kata penghubung bahwa atau karena didalam
kalimat majemuk. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku Bahasa Baku
Ia tahu anaknya tidak lulus Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus Ani tidak sekolah hari hujan Ani tidak sekolah karena hari hujan 4. Selalu dalam bentuk sintesis, misalnya :
Bahasa Tidak Baku Bahasa Baku
Dia punya harga Harganya
Bikin bersih Membersihkan
Dia orang Mereka
Kasih tau Memberitahukan
5. Tidak menggunakan unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek regional, atau bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap unsur bahasa indonesia. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku Bahasa Baku
Gue Aku
Situ Anda, Saudara
Gini Begini
Gimana Bagaimana
Bilang Mengatakan
Kasih Memberi
Coba Harap
Di malam itu Pada malam itu
Tapi Tetapi
Nggak Tidak
6. Dalam bahasa tulis selalu menggunakan ejaan resmi seperti yang diatur dalam pedoman Ejaan Yang Disempurnakan, baik dalam penulisan kata, penulisan gabungan kata, maupun penulisan kalimat. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku Bahasa Baku
Administratip Administratif
Lafat, lafaz, lapadz, lapal lafal
Prilaku Perilaku
Suka dengan Suka akan
Sukur Syukur
7. Dalam bahasa lisan selalu menggunakan lafal baku. Sesungguhnya lafal
baku Indonesia belum pernah ditetapkan. Namun, ada konsesus di kalangan para pakar bahwa lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal bahasa daerah. Misalnya:
Lafal Bahasa Tidak Baku Lafal Bahasa Baku
[Atep] [Atap]
2.1.4 Kaidah Ejaan dalam Aspek Penulisan Tanda Baca
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa. Sedangkan penulisan tanda baca menurut Gorys Keraf (1997:1-30) membagi tanda baca ke dalam beberapa macam, yaitu, tanda baca titik, koma, titik dua, tanda utip, tanda tanya, tanda seru, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis(titik-titik), tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis dan garis miring.
Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Tanda baca ini umumnya dipakai pada :
a. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan. Misalnya : Bapak sudah pergi ke kantor.
Tidak ada yang perlu ditakuti.
b. Singkatan nama orang, gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya : A.S. Sumbawa adalah nama cerpenis asal Lamongan.
Dr. Saiful Munir adalah suami Ny. Faizah. Kol. Suparmin memimpin rapat.
c. Singkatan kata atau ungkapan kata yang sudah umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu titik.
Misalnya :
d. Di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya :
e. Untuk memisahkan angka, jam, menit, detik yang menyatakan waktu. Misalnya :
Pukul 6.35.50 (pukul enam lewat 35 menit 50 detik)
f. Untuk memisahkan angka, jam, menit, yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya :
2.40.23 (2 jam, 40 menit, 23 detik)
g. Diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya :
2.2 Teori Penulisan Surat
Surat adalah salah satu alat komunikasi tertulis berasal dari salah satu pihak yang ditujukan kepada pihak lain untuk menyampaikan pesan atau warta (Marjo, 1994:15), sedangkan menurut Ahmad Muliadi (1983 : 9), surat adalah sarana komunikasi tertulis atau alat untuk mengadakan hubungan dengan orang lain yang menggunakan kertas dan tulisan sebagai medianya. Menurut Bratawidjaja (1995:5) menyebutkan surat sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan informasi tertulis dari satu pihak ke pihak yang lain. Informasi itu bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan pemikiran, sanggahan, dan sebagainya.
2.2.1 Jenis Surat
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengenalberbagai macam jenis surat. Secara garis besar, Bratawidjaja (1995:6-7) menyebutkan surat sebagai berikut :
a. Menurut isi dan asalnya :
Surat Resmi atau dinas pemerintah, Surat Niaga, Surat Pribadi.
b. Menurut maksud dan tujuannya :
Perjanjian, Surat Pesanan, Surat Laporan, Surat Pengantar, Surat Lamaran Kerja.
c. Menurut wujudnya :
Kartu Pos, Warkat Pos, Surat Bersampul, Telegram, Teleks, Faksimili.
d. Menurut sasaranya :
Surat Biasa, Surat Edaran, Surat Pengumuman.
e. Menurut jaminan dan keamanan isinya :
Surat Sangat Rahasia, Surat Rahasia, Surat Konfidesil(terbatas), Surat Biasa.
f. Menurut urgensinya :
Biasa, Penting, Sangat Rahasia.
g. Menurut cara penyampainnya :
Biasa, Kilat, Kilat Khusus.
2.2.2 Bentuk Tubuh Surat
surat itu ada dua macam (Bratawidjaja, 1995:7), yaitu bentuk lurus atau bentuk balok dan bentuk lekuk atau bentuk gerigi. Sedangkan bentuk yang lain merupakan bentuk varian atau perkembangan dari kedua bentuk tersebut. Bentuk tubuh surat tersebut antara lain : bentuk lurus penuh, bentuk lurus, bentuk setengah lurus, bentuk sederhana, bentuk persegi, bentuk alinea gantung, bentuk lekuk, bentuk resmi dinas pemerintah (Marjo, 1994:49-51).
2.2.3 Ciri-ciri surat yang baik
Menurut Marjo (1994:23-24) menjelaskan bahwa surat yang baik itu harus objektif, sistematis susunannya, singkat dan tidak bertele-tele, jelas maksud dan asalnya, lengkap isinya, sopan bahasanya, dan menarik wujud fisiknya. Wujud surat dapat dilihat dari mutu kertas, bentuk surat, ketikan dan sebagainya. Dalam tulisan ini wujud fisik surat dibatasi pada kualitas kertas, bentuk lipatan, kerapian, dan kebersihan tulisan.
2.2.4 Bagian Surat dan Fungsinya
1. Bagian Surat
Menurut (Brawidjaja, 1995:17) Pada dasarnya, surat resmi dan surat bisnis bagian-bagiannya adalah sebagai berikut :
b. Kepala surat,
c. Nomor surat,
d. Tanggal, bulan, dan tahun surat,
e. Lampiran,
f. Hal atau perihal,
g. Alamat,
h. Salam pembuka,
i. Isi surat,
j. Salam penutup,
k. Nama organisasi,
l. Nama terang dan tanda tangan penanggung jawab surat,
m. Tembusan,
2. Fungsi Bagian Surat
2.1. Kepala Surat
Setiap surat resmi biasanya mencantumkan kepala surat. Kepala surat ini gunanya sebagai identitas diri lembaga atau instansi yang mengirim surat. Di dalam kepala surat terdapat nama dan alamat instansi atau lembaga tersebut.
Contoh :
DEPARTEMEN AGAMA
JALAN LAPANGAN BANTENG 3-4 JAKARTA PUSAT
KONTAK POS 46 KODE POS 12590
2.2. Nomor Surat
Setiap surat resmi yang keluar biasanya diberi nomor surat. Pada nomor surat sering menggunakan nomor dan kode tertentu. Nomor surat berguna untuk : memudahkan pengaturan dan penyimpanan arsip, alat pengukur kegiatan, memudahkan mencari surat itu, mengetahui jumlah surat keluar masuk pada periode, sebagai refrensi bila diperlukan.
Nomor : 085/DP-PJ/VI/08
Penjelasan : 085 = Nomer surat : 085
DP = Direktur Pemasaran yang menandatangani
PJ = Singkatan nama PT Purnama Jaya
VI = Bulan surat dibuat : bulan mei
08 = Tahun surat dibuat : 2008
2.3. Tanggal Surat
Dalam surat resmi, penulisan tanggal surat tidak perlu didahului nama tempat/ kota karena nama itu telah tercantum pada kepala surat, sedangkan pada surat pribadi perlu dicantumkan nama kota atau tempat surat itu ditulis. Tanggal, bulan, dan tahun harus ditulis lengkap dan dibelakang angka tahun diberi titik. Misalnya :
24 Maret 2008
Surabaya, 24 Maret 2008.
Fungsinya : refrensi, alat pemberi informasi tentang waktu kapan surat itu dibuat.
Surat yang melampirkan sesuatu, misalnya proposal, kuitansi, akte notaris, brosur dan sebagainya, dalam bagian surat perlu dituliskan kata “lampiran” yang diikuti jumlah yang dilampirkan. Contoh :
Lampiran : 2(dua) bendel proposal
Lampiran berfungsi sebagai petunjuk tentang dokumen yang harus disertakan bersama surat yang bersangkutan.
2.5. Hal atau Perihal Surat
Setiap surat resmi, baik dinas pemerintah maupun surat swasta (bisnis), selalu dicantumkan pokok atau inti surat tersebut yang lazim disebut “Hal atau Perihal”. Dengan membaca hal atau perihal yang ada dalam surat, pembaca akan langsung mengetahui apa yang dibicarakan dalam surat tersebut, sedangkan penulisannya lebih baik singkat asal cukup bagi pembaca mengetahui persoalan pokok meskipun belum membaca lengkap seluruh isi surat. Contoh:
Nomor : 132/A/UKKI/XI/99
Lampiran : 1 (satu) bendel proposal
2.6. Alamat Surat
Pada umumnya alamat surat ada dua macam, yakni alamat yang tertera pada sampul dan alamat yang tercantum pada surat itu sendiri. Dalam menuliskan alamat surat, sebaiknya disebut nama orang yang dituju dan di depan nama dicantumkan sebutan “ Saudara, Bapak, Ibu, Nyonya, Tuan, Nona”, tergantung kepada siapa surat itu dikirim. Namun, apabila pengirim surat menyebut secara resmi dengan jabatan atau gelar akademis, maka ditulis tanpa didahului sebutan Bapak, Nyonya, Saudara, dan sebagainya.
Contoh :
Alamat yang ditujukan kepada perorangan
Contoh : Yth. Bapak Haris Supratno
Jln. Kenanga 102A
Jakarta 10410
Alamat yang ditujukan kepada nama jabatan
Contoh : Yth. Direktur PT SINDU UTAMA
Jln. Raya Sawunggaling 614
Madiun.
2.7. Salam Pembuka
Dalam kehidupan sehari-hari, jika seseorang bertemu dengan orang lain lazimnya memberi salam terlebih dahulu, lebih-lebih terhadap orang yang belum dikenalnya. Pemberian salam itu sebagai tanda hormat terhadap orang tersebut. Demikian pula halnya dengan “salam pembuka”. Salam pembuka dalam surat merupakan tanda hormat kepada penerima surat sebelum memulai pembicaraan.
Contoh : Dengan hormat, Salam Hormat, Assalamualaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera.
2.8. Tubuh Surat atau Isi Surat
Isi surat disebut juga tubuh surat yang terdiri atas alinea pembuka, isi surat yang sesungguhnya, dan alinea penutup.
a. Alinea pembuka
Alinea pembuka merupakan pengantar ke isi surat yang sesungguhnya. Alinea pembuka berfungsi untuk menarik pembaca kepada pokok pembicaraan dalam surat tersebut.
Contohnya : Dengan ini kami memberitahukan bahwa ...
b. Isi surat sesungguhnya
Isi surat yang sesungguhnya memuat suatu yang disampaikan penulis kepada penerima surat. Sesuatu itu dapat berupa laporan, pemberitahuan, pernyataan, dan lain-lain.
Dalam hal ini, Isi surat hendaknya ditulis secara singkat dan jelas. Hal ini untuk menghindarkan salah tafsir dan efisiensi. Ungkapan-ungkapanya harus tepat dan hormat. Untuk itu, penulis surat perlu menghindari pemakaian kata-kata atau istilah-istilah yang belum lazim dan belum dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengakibatkan tujuan dan sasaran surat tidak tercapai. Rumusan surat harus disusun sebaik mungkin dan tidak membosankan, akan tetapi tetap hormat dan sopan.
c. Alinea penutup
Alinea penutup merupakan simpulan dari isi surat. Alinea ini berfungsi sebagai kunci atau penegas isi surat. Selain itu, alinea penutup biasanya mengandung harapan penulis atau ucapan terima kasih kepada penerima surat. Adanya alinea penutup menandakan pembicaraan telah selesai.
Contohnya :
Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
Salam penutup terdapat diantara alinea penutup dan tanda tangan. Salam penutup berfungsi untuk menunjukkan rasa hormat dan keakraban pengirim terhadap penerima surat.
Contoh : Hormat kami, Salam kami, Wassalam, Salam takzim,
2.10. Tanda Tangan, Nama Jelas, dan Jabatan
Surat resmi dianggap sah jika telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang untuk itu, yaitu pemegang pimpinan suatu instansi, lembaga, atau organisasi. Nama jelas penanda tangan dicantumkan dibawah tanda tangan dengan huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital, tanpa diberi kurung, dan tanpa diberi tanda apa pun. Di bawah nama penanda tangan dicantumkan nama jabatan sebagai identitas penanda tangan tersebut.
Contoh : Hormat kami,
ttd
Ir. Purbaya
Kepala
2.11. Tembusan
diberi bernomor urut. Dalam tembusan tidak perlu digunakan kata Yth., sebagai laporan, sebagai undangan, dan sebagainya kata arsip tidak perlu dicantumkan, sebab surat dinas sudah pasti mempunyai arsip.
Contoh :
1. Direktur Sarana Perhubungan
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Sdr. Lusia Patria
2.12. Inisial
Inisial atau bentuk sandi surat, yaitu kode pengenal yang berupa singkatan nama pengonsep dan pengetikan surat, sehingga bila terjadi kesalahan dalam surat tersebut, pengonsep dan pengetik surat dapat dihubungi dengan mudah. Letaknya dibagian bawah sebelah kiri.
Contoh : AS/AN
AS singkatan nama pengonsep surat : Amin Suudi AN singkatan nama pengetik surat : Alim Noor 2.3. Organisasi HIMAPRODI
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
Karya tulis ini menggunakan metode pengumpulan data dengan studi literatur, yaitu memperoleh informasi dan data kualitatif dengan memperkaya bacaan dari berbagai literatur seperti buku, internet, jurnal penelitian, makalah, bahan ajar kuliah, artikel-artikel ilmiah dan sebagainya, yang dapat mendukung atau menjawab masalah yang telah dirumuskan.
3.2. Metode Analisis Data
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Mengetahui penggunaan Bahasa Baku pada Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.
Berdasarkan pembahasaan pada bahasa baku dapat dipahami sebagai salah satu ragam bahasa yang telah ditetapkan penggunaannya dan dijadikan tolak ukur sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik lisan maupun tulisan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemiskinan banyak terjadi di daerah pedesaan. Hal tersebut diakibatkan karena belum maksimalnya distribusi pendapatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat.
ditekan adalah di daerah desa, karena hampir 60 persen kemiskinan terjadi di desa.
3. Lembaga pengelolaan zakat yang ada di Indonesia masih belum berjalan dengan sempurna, hal tersebut disebabkan beberapa faktor. Faktor utamanya adalah kurang percayanya masyarakat untuk membayar zakat kepada lembaga tersebut.
4. Lembaga Bina Zakat Mandiri Desa (BAZMADA) adalah salah satu lembaga yang menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat untuk membayar zakat yang mereka miliki. Lembaga ini dibentuk dengan menyatukan pihak ta’mir masjid dan pemerintah desa, serta orang yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya untuk mengelola zakat yang ada di desa. Lembaga ini juga sebagai media sosialisasi pentingnya membayar zakat bagi masyarakat yang sudah mampu membayarnya.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan melalui karya tulis ini adalah: 1. Perlu adanya upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap masyarakat miskin yang ada di Negara Indonesia, terutama di desa melaui sektor zakat.
berupa lembaga Bina Zakat mandiri Desa (BAZMADA) yang menyatukan antara pihak ta’mir masjid pemerintah desa serta masyarakat yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya untuk mengelola zakat di desa. Sehingga lembaga tersebut dapat menjadi mitra kerja bagi pemerintahan desa untuk membangun desa dalam beberapa bidang kerja. Seperti bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan yang pada akhirnya kemiskinan yang ada di Indonesia bisa diminimalisir dan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.
DAFTAR PUSTKA
Almahera, Lilis. 2010. Analisis Kondisi Ekonomi Indonesia Tahun 1945-2010. (www.bebyhaney.blogspot.com, diakses Mei 2011).
Badan Pusat Statistik No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010. (http://www.bps.go.id, diakses Mei 2011).
Beik, Irfan Syauqi dan Raditya Sukmana. 2009. Mengakselerasi Pertumbuhan Zakat. (www.muchroji.multiply.com, diakses Mei 2011).
Gamal, Merza. 2008. Memahami Zakat Sebagai Sarana Distribusi Kesejahteraan PKPU . (http://hariaeconomy.blogspot.com, diakses Mei 2011)
Hasani Ahmad Said. 2010. Peran Strategis Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan. (www.hasanibanten.blogspot.com, diakses Mei 2011)
Hidayat, Ach. Syaful. 2010. Analisis Tata Kelola dan Distribusi Zakat Pada Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqoh (LAGZIZ) di Malang. (www.research-report.umm.ac.id, diakses Mei 2011)
Hertina. Pemberdayaan Eknomi Masyarakat Melalui Zakat (Studi Tentang Upaya BAZDA Kebupaten Kampar dalam Menghimpun dan Mengelola). (www.uinsuska.info, diakses Mei 2011).
Mulana, Ilham. 2007. Pemberdayaan Mayarakat Desa Melalui Penyadaran alokasi Dana Desa (ADD). (www.formala.multyply.com, diakses Mei 2011).
Prasetyo, Djoko dan Dofa Purnomo .2010. BBM Bersubsidi dan Masyarakat Terpencil. (www.mediaindonesia.com,diakses Mei 2011).
Qardawi, Yusuf. 1999. Hukum Zakat. Bandung: Mizan.
Rahayu, MG Ana Budi. 2011. Pemberdayaan Masyarakat Desa. (www.ebookbrowse.com, diakses Mei 2011).
Waidl, Abdul. 2011. Islam dan Upaya Mendorong Pro Poor Budget. (www.nujombang.org, diakses Mei 2011).
__________. 2009. Jadikan Desa sebagai Ujung Tombak Kemakmuran. (www.bataviase.co.id , diakses Mei 2011).
__________. 2011. 98, 5 Persen Potensi Zakat Belum Tergali. (www.krjogja.com, diakses Mei 2011).
___________. Pemerintah Daerah dan Organisasi Perangkat Daerah. Bandung: Fokusindo Mandiri.