• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN KERJASAMA DGN RUMAH SAKIT MM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERJANJIAN KERJASAMA DGN RUMAH SAKIT MM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA

PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

DENGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. M. DUNDA

LIMBOTO

TENTANG

PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

JALAN

DAN PENUMPANG UMUM SECARA TERPADU

NOMOR : P / R / /2014

(2)

Pada hari ini, Senin tanggal dua Juni Tahun dua ribu empat belas ( 02-06-2014 ) bertempat di Gorontalo, kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1.Kun Wahyu Wardana, SH.,LLM.,AAA-IK.,AMII.,ACII., selaku Kepala Cabang PT.Jasa Raharja (Persero) Sulawesi Utara berkedudukan di Jalan Ahmad Yani No. 25-27 Manado, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama jabatannya untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2.dr. H. Supandi M. Abdullah, M. Kes. Selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Limboto berkedudukan di

Jl. Achmad A. Wahab No. 53.

, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama jabatannya selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Berdasarkan :

1. Undang - undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang – undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan;

2. Kesepakatan bersama Antara POLRI, Departemen Kesehatan, Dan PT. Jasa

Raharja (Persero)No Pol : KEP/43/XI/2008,NOMOR :

HK.06.01/11/3997/2008,NOMOR:SKEB/13/2008 Tanggal 15 Juli 2008 Tentang Penanganan Dan Santunan Korban Kecelakaan Lalu Lintas;

3. Undang - undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4. Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ;

5. Undang - undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 6. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang RumahSakit;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 dan Peraturan Pemerintah Nomor : 18 Tahun 1965;

8. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Pebruari 2008;

9. Keputusan Bersama Kapolri dan Direktur Utama Jasa Raharja (Persero) No Pol :KEP/18/IV/2004 dan SKEP/01/2004 tanggal 22 April 2004;

10. Quick Wins Kapolri STR/226/IV/2009 tanggal 1 April 2009 tentang peningkatan pelayanan masyarakat sesuai program Quick Wins sebagai program unggulan Polri;

11. Surat Telegram Kababinkum Polri ST/320/XI/2009 tanggal 19 Nopember 2009 tentang pembentukan kantor pelayanan terpadu penanganan laka lantas.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya secara bersama - sama disebut

PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama tentang Penanganan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan Penumpang Umum Secara Terpadu, dengan ketentuan sebagai berikut:

(3)

LINGKUP PERJANJIAN

PIHAK KEDUA akan memberikan Pelayanan Kesehatan (sebagaimana diartikan dibawah) kepada Peserta (sebagaimana diartikan dibawah) di Rumah Sakit (sebagaimana diartikan dibawah) dengan tujuan untuk membantu upaya perawatan dan pengobatan yang ditimbulkan oleh kecelakaan bagi Peserta yang dijamin sesuai Undang - undang Nomor 33 dan 34 Tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah No.17 dan 18 Tahun 1965

PASAL 2

ISTILAH DAN PENGERTIAN

Istilah - istilah yang digunakan dalam Perjanjian ini, kecuali yang diartikan secara tersendiri dalam bagian - bagian tertentu dari Perjanjian ini, akan mempunyai arti sebagai berikut :

1. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Limboto yang dikelola oleh PIHAK KEDUA berlokasi di

Jl. Achmad A. Wahab No. 53 Kab.

Gorontalo

2. Peserta adalah korban kecelakaan yang dijamin sesuai dengan UU No. 33 dan 34 Tahun 1964 jo PP No. 17 dan 18 Tahun 1965;

3. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah Pelayanan Kesehatan dalam rangka upaya penyembuhan penyakit serta pemeliharaan kesehatan peserta;

4. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

PIHAK KEDUA kepada korban kecelakaan yang dijamin sesuai dengan UU No.33 dan 34 Tahun 1965 jo PP No. 17 dan 18 Tahun 1965, untuk tindakan pertolongan pertama, perawatan, pengobatan dan rawat inap;

5. RawatInap adalah semua pelayanan yang disediakan rumah sakit kepada para korban kecelakaan yang dijamin sesuai dengan UU No. 33 dan 34 Tahun 1965 jo PP No. 17 dan 18 Tahun 1965 dalam upaya perawatan dan pengobatan kesehatan atau pemulihan kesehatan dimana korban harus menginap;

6. Operasi adalah tindakan spesialis yang menggunakan sayatan pada organ tubuh dengan atau tanpa tenaga anatesis pada organ tertentu;

7. Pelayanan Farmasi adalah pelayanan obat standar rumah sakit atau standar yang disepakati sesuai dengan kebutuhan medis;

8. Tindakan Medis Diagnostik adalah suatu tindakan yang menggunakan alat / fasilitas kesehatan dengan tujuan menentukan diagnosis suatu penyakit antara lain laboratorium, radiology, USG, ECG, Treadmill, Spirometer, Audio meter, CT Scan, Uro Flometri;

(4)

(orangtua,suami/istri dan anak-anaknya) yang telah mendapatkan penjelasan tentang biaya maksimum PIHAK KEDUA maupun PIHAK PERTAMA;

10.Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan umum yang datangnya tidak disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan bermotor dengan atau tanpa pemakai jalan lainya, mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda;

11.Santunan adalah sejumlah uang atau dana yang diberikan oleh Pemerintah kepada korban kecelakaan Lalu Lintas atau ahli warisnya melalui PIHAK PERTAMA berupa penggantian biaya perawatan, santunan meninggal dunia atau cacat tetap dan apabila terdapat perbedaan data korban maka dilakukan pengecekan oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dilapangan termasuk pengecekan tabrak lari;

12.Surat Jaminan adalah surat jaminan atas biaya perawatan dan pengobatan yang dikeluarkan dan ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang;

13.Kartu Identitas adalah kartu tanda pengenal yang syah dikeluarkan oleh Pemerintah;

14.Dokter adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis yang telah memiliki SIP dan melakukan Praktek Kedokteran di Rumah Sakit; 15.Surat Izin Praktek atau SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh

pemerintah kepada Dokter yang akan menjalankan praktik Kedokteran setelah memenuhi persyaratan;

16.Praktik Kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Dokter terhadap pasien dalam melakukan Upaya Kesehatan;

17.Upaya Kesehatan adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pasien dalam bentuk pelayanan kesehatan; 18.Gawat Darurat adalah Pelayanan Kesehatan yang harus segera dilakukan

dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam dan tidak dapat ditunda terkait dengan masalah kesehatan/penyakit atau kecelakaan yang dapat membahayakan nyawa atau menyebabkan kecacatan tubuh;

19.Rawat Inap adalah Pelayanan Kesehatan yang memerlukan perawatan lebih dari 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam termasuk ruang perawatan khusus dan kamar operasi;

20.Rawat Jalan adalah Pelayanan Kesehatan yang tidak memerlukan Rawat Inap; 21.Surat Persetujuan Penempatan Kamar Perawatan adalah surat yang

(5)

selisih biaya dalam hal kamar perawatan lebih tinggi 1 (satu) tingkat tau lebih dari Kelas Perawatan;

22.Rekam Medis adalah Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;

(6)

Pasal 3

PENYEDIAAN DOKTER

PIHAK KEDUA akan menyediakan Dokter guna memberikan Pelayanan Kesehatan kepada Peserta di Rumah Sakit.

Pasal 4

JENIS – JENIS PELAYANAN KESEHATAN

(1) Pelayanan kesehatan yang diberikan PIHAK KEDUA kepada peserta / korban kecelakaan meliputi:

a. Pelayanan Gawat Darurat;

b. Pelayanan RawatInap, ICU, Ruang Perawatan khusus, Kamar Operasi; c. Perawatan rawat jalan.

Pasal 5 SURAT JAMINAN

(1) Setiap peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan akan diterbitkan Surat Jaminan oleh PIHAK PERTAMA

(2) Dalam hal peserta mendaftarkan diri di Rumah Sakit maka PIHAK KEDUA akan meminta konfrmasi dari PIHAK PERTAMA melalui telepon dan / atau faksimili paling lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak peserta mendaftarkan diri di Rumah Sakit (selanjutnya disebut “Batas Pemberitahuan”) dan PIHAK PERTAMA harus menerbitkan Surat Jaminan kepada PIHAK KEDUA paling lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak konfrmasi dari PIHAK PERTAMA (selanjutnya disebut “Batas Penyerahan”)

(3) Dalam hal peserta mengalami kecelakaan tunggal dan terlambat lapor kepada PIHAK PERTAMA dan KEDUA tidak diterbitkan Surat Jaminan, maka peserta akan diperlakukan sebagai pasien umum

Pasal 6

PROSEDUR PELAYANAN PENGOBATAN DAN PERAWATAN

(1) PIHAK PERTAMA akan memberikan surat jaminan kepada PIHAK KEDUA

untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta dalam batas penyerahan;

(2) Dalam hal surat jaminan tidak dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA dalam batas penyerahan, maka seluruh biaya pelayanan kesehatan yang timbul menjadi tanggungan peserta yang harus dibayar secara langsung dan tunai sebelum peserta meninggalkan Rumah Sakit

(7)

PIHAK PERTAMA, maka selisih biaya yang timbul adalah tanggungan peserta yang harus dibayar secara tunai dan langsung sebelum peserta meninggalkan Rumah Sakit. PIHAK KEDUA selanjutnya akan memberikan kwitansi asli dan dokumen pendukung atas selisih biaya pelayanan kesehatan kepada peserta. (4) Apabila batas penyerahan jatuh pada hari libur, maka PIHAK PERTAMA akan

lebih dulu memberikan PIHAK KEDUA persetujuan lisannya (yang harus dikonfrmasikan kemudian oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA melalui email atau faksimili) dan kemudian menerbitkan dan/atau menyerahkan Surat Jaminan pada hari kerja berikutnya. Namun, apabila PIHAK KEDUA telah memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta di Rumah Sakit berdasarkan persetujuan lisan PIHAK PERTAMA dan kemudian PIHAK PERTAMA tidak juga menerbitkan Surat Jaminan, maka biaya pelayanan kesehatan yang timbul adalah tanggungan penuh PIHAK PERTAMA

(5) Khusus untuk tindakan-tindakan medis yang kurang dari 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam yang untuk mana peserta tidak perlu menjalani Rawat Inap, seperti operasi kecil dan anestesi lokal tanpa penyulit, PIHAK KEDUA harus, sebelum melakukan tindakan-tindakan tersebut, lebih dulu mendapatkan : (i) Surat Jaminan; atau (ii) persetujuan lisan PIHAK PERTAMA (yang harus dikonfrmasikan kemudian oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA melalui email atau faksimili). Khusus untuk persetujuan lisan PIHAK PERTAMA, alinea ke-2 ayat 4 pasal ini pun akan berlaku.

(6) Apabila peserta atau PIHAK PERTAMA menyerahkan Surat Jaminan kepada PIHAK KEDUA dalam Batas penyerahan, maka peserta akan dibebaskan dari kewajiban untuk membayar uang muka Rawat Inap pada saat pendaftaran di Rumah Sakit atau sebelum menjalani Rawat Inap dengan syarat-syarat dan dengan kelas perawatan tersedia, akan ditempatkan pada kamar perawatan yang lebih rendah atau lebih tinggi 1 (satu) tingkat dari kelas perawatan dan biaya yang dibebankan kepada peserta adalah sesuai dengan biaya kamar perawatan yang ditempati

(iii) Apabila peserta harus menempati kamar perawatan yang lebih tinggi 1 (satu) tingkat atau lebih dari kelas perawatan, maka peserta harus mengisi dan menandatangani Surat Persetujuan penempatan kamar perawatan dan selisih biaya yang timbul adalah tanggungan peserta yang harus dibayar secara tunai dan langsung sebelum meninggalkan Rumah Sakit

(8)

(v) Untuk selisih biaya yang timbul, pihak pertama akan memberikan secara langsung kwitansi asli dan dokumen pendukung kepada peserta

(7) Dalam hal pelayanan rawat jalan, maka tata cara sebagaimana dimaksud diatas serta merta berlaku untuk pelayanan Rawat Jalan

(8) Apabila, setelah menjalani Rawat Darurat, ada indikasi medis bagi peserta untuk menjalani rawat inap, maka biaya yang timbul dari rawat darurat dan rawat inap yang dijalani oleh peserta, sepanjang peserta atau PIHAK PERTAMA telah menyerahkan Surat Jaminan kepada PIHAK KEDUA akan ditagihkan kepada PIHAK PERTAMA, namun apabila tidak ada indikasi medis bagi peserta untuk menjalani rawat inap, maka biaya yang timbul dari rawat darurat yang dijalani oleh peserta, sepanjang peserta telah menyerahkan Surat Jaminan kepada PIHAK KEDUA, akan ditagihkan kepada PIHAK PERTAMA

Pasal 7

BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan FARMASI

(1) Biaya/tarif pelayanan kesehatan dan farmasi yang berlaku adalah biaya/tarif yang berlaku di Rumah Sakit;

(2) Biaya yang timbul akibat dari Pelayanan Kesehatan dan farmasi bagi peserta akan ditanggung oleh PIHAK PERTAMA maksimal Rp. 10,000,000,- (sepuluh juta rupiah) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 36 dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Pebruari 2008 (selanjutnya disebut “Tanggungan Maksimum”; pelayanan kesehatan (jika ada atau berdasarkan permintaan PIHAK PERTAMA); serta (e) resume rekam medis peserta (selanjutnya disebut “Dokumen Tagihan”) paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak pelayanan kesehatan diberikan kepada peserta di rumah sakit atau peserta meninggalkan Rumah Sakit;

(9)

secara penuh atas akibat-akibat yang timbul (jika ada) yang berkaitan dengan pengungkapan resume rekam medis peserta; dan (c) melepaskan PIHAK KEDUA dari dan mengganti kerugian PIHAK KEDUA yang timbul dari setiap dan segala tuntutan dan/atau gugatan yang diajukan oleh peserta;

(3) Dalam hal PIHAK KEDUA lalai untuk mengirimkan dokumen tagihan dalam waktu sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk tidak membayar tagihan pelayanan kesehatan yang terlambat tersebut. Namun apabila PIHAK KEDUA memberikan pemberitahunan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA terkait keterlambatan pengiriman dokumen tagihan dan disetujui oleh PIHAK PERTAMA maka ketentuan dalam alinea ke 1 ayat ini menjadi tidak berlaku;

(4) PIHAK PERTAMA harus membayar kepada PIHAK KEDUA dalam waktu selambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah dokumen tagihan dinyatakan lengkap oleh PIHAK PERTAMA

(5) Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 pasal ini harus dilakukan oleh PIHAK PERTAMA melalui pemindah bukuan dana ke rekening bank PIHAK KEDUA dan pada bank Mandiri cabang Gorontalo, dengan nomor rekening 150.00.0647100.5, atas nama BLUD RSU Dr. M. M. Dunda Limboto

(6) Apabila PIHAK PERTAMA lalai untuk membayar PIHAK KEDUA dalam waktu tetap berkewajiban membayar pelayanan kesehatan yang tertunggak

Pasal 9

PENAGIHAN PEMBAYARAN

(1) Susai ketentuan pasal 17 ayat (2) UU NO. 33 DAN 34 JO PP No 17 dan 18 tahun 1965 dinyatakan secara tegas bahwa untuk membuktikan kebenaran tuntutan dana cukup didasarkan bukti-bukti sebagaiman dimaksud dalam pasal tersebut yang antara lain proses verbal polisi lalu lintas

(2) Dalam tuntutan santunan, proses verbal polisi lalu lintas adalah untuk membuktikan apakah benar telah terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan peserta, sesuai dengan pasal 10 ayat (1) UU No 34 tahun 1964 jo PP 18 tahun 1965 tentang ketentuan pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

(3) KeputusanBersamaKapolri dan DirekturUtama Jasa Raharja (Persero) No Pol : KEP/18/IV/2004 dan SKEP/01/2004 tanggal 22 April 2004, bukti-bukti berupa laporan polisi dan berita penelitian bersama kecelakaan lalu lintas untuk mempercepat proses penetapan kepastian jaminan;

(10)

Pasal 10

HAK DAN KEWAJIBAN

(1) Hak PIHAK PERTAMA:

a. Meminta persyaratan administrasi yang diperlukan dalam dokumen tagihan yang diajukan dari PIHAK KEDUA sampai dengan tanggungan maksimum b. Apabila diperlukan, PIHAK PERTAMA meminta penjelasan secara tertulis

dari PIHAK KEDUA tentang resume rekam medis peserta;

c. Melakukan verifkasi atas kebenaran kasus kecelakaan lalulintas (terjamin atau tidak), identitas korban, maupun ahliwaris korban serta menunda atau menolak pembayaran santunan sebelum ada kepastian jaminan;

d. Memastikan atau menetapkan bahwa korban kecelakaan tersebut berada di dalam ruang lingkup jaminan sebagaimana diatur dalam UU No. 33 dan 34 tahun 1964 jo PP No.17tahun 1965.

(2) Kewajiban PIHAK PERTAMA :

a. Menyediakan penyediaan formulir pengajuan santunan; b. Menerima Dokumen Tagihan

c. Memberikan surat jaminan kepada PIHAK KEDUA bagi peserta

d. Membayar kepada PIHAK KEDUA seluruh tagihan biaya pelayanan kesehatan dan farmasi yang ditimbulkan peserta, yang telah memenuhi syarat - syarat dan ketentuan - ketentuan Perjanjian ini;

e. Menyelenggarakan registrasi / pendataan kecelakaan lalu lintas;

f. Menyelenggarakan sistem informasi dan pembukuan penyelesaian dana santunan korban kecelakaan lalu lintas jalan.

(3) Hak PIHAK KEDUA:

a. Mengajukan biaya pelayanan kesehatan dan farmasi yang diberikan oleh

PIHAK KEDUA terhadap peserta di Rumah Sakit;

b. Mendapat pembayaran dari PIHAK PERTAMA atas biaya pelayanan kesehatan dan farmasi yang diajukan dari PIHAK KEDUA, sepanjang Dokumen Tagihan memenuhi persyaratan PIHAK PERTAMA.

(4) Kewajiban PIHAK KEDUA :

a Memberikan pelayanan kesehatan dan farmasi bagi peserta di Rumah Sakit; b. Menyerahkan dokumen tagihan kepada PIHAK PERTAMA;

c. Melakukan pengisian formulir Keterangan Kesehatan Korban Akibat Kecelakaan yang disediakan oleh PIHAK PERTAMA dan ditandatangani oleh PIHAK KEDUA untuk diserahkan kepada PIHAK PERTAMA;

(11)

untuk proses percepatan pembuatan laporan polisi dan keadaan kondisi peserta.

e. PIHAK KEDUA dapat mengkoordinasikan tagihan biaya pelayanan kesehatan dan farmasi peserta yang tidak dijamin PIHAK PERTAMA

f. Menanggapi saran / usulan / komplain / keluhan yang disampaikan PIHAK PERTAMA maupun para peserta sehubungan dengan perjanjian ini dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak diterima.

Pasal 11

PEJABAT YANG DITUNJUK DAN TANDA TANGAN

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan perjanjian Kerjasama ini masing - masing pihak menunjuk Pejabat untuk mewakili pihaknya dalam pembuatan dan menandatangani korespondensi, Dokumen Tagihan dan sebagainya yang berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian ini sebagaimana dimaksud dibawah:

PIHAK PERTAMA

Nama : H. Salim Cadullah, SH

Jabatan : Kepala Perwakilan Jasa Raharja Gorontalo PIHAK KEDUA

Nama : dr. H. Supandi M. Abdullah. M. Kes Jabatan : Direktur RSUD Dr. M. M. Dunda Limboto

(2) Penggantian Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, cukup diberitahukan secara tertulis oleh pihak yang mengubah kepada pihak lain dengan memberikan surat pemberitahuan yang mana pemberitahuannya sekaligus berlaku sebagai pengubahan atas aya - 1 pasal ini sehingga para pihak tidak perlu menandatangani pengubahan perjanjian ini terkait dengan itu

Pasal 12 KORESPONDENSI

(1) Setiap dan seluruh pemberitahunan, permintaan, permohonan dan/atau komunikasi lain sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini harus dibuat secara tertulis dan dapat dikirimkan melalui surat tercatat, kurir, faksimili (yang harus dikonfrmasikan kemudian melalui telpon atau hand phone), email atau dalam hal mendesak, telpon dan hand phone (yang harus dikonfrmasikan kemudian melalui email) dan ditujukan ke Alamat korespondensi sebagai berikut:

PIHAK PERTAMA

(12)

No. Telp. : 081341056127 No. Fax. : 0435-822148

PIHAK KEDUA

Nama : Syafri. SH

Unit Kerja : RSUD Dr. M. M. Dunda Limboto No. Telp. : 085342843132

No. Fax. : srudunda@gmail.com

(2) Setiap pengubahan alamat korespondensi harus diberitahukan secara tertulis oleh pihak yang melakukan perubahan kepada pihak lain dalam waktu selambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum perubahan dimaksud

Pasal 13

EVALUASI DAN PERIODE

(1) Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal ditandatanganinya perjanjian ini sampai dengan tanggal, ... ... Dua Ribu ... (selanjutnya disebut “Periode”), dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama atau ditentukan oleh para pihak (2) Para Pihak dapat melakukan evaluasi setiap akhir tahun selama periode atas

pelaksanaan perjanjian ini

Pasal 14

PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN PENGAKHIRAN

(1) Setiap dan segala perselisihan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian ini (selanjutnya disebut “perselisihan”), akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah mufakat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak perselisihan timbul (selanjutnya disebut masa musyawarah);

(2) Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat dalam masa musyawarah maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui pengadilan negeri yang berwenang;

(3) Selama masa musyawarah, PARA PIHAK wajib tetap melaksanakan kewajiban – kewajiban lainnya menurut Perjanjian Kerjasama ini;

(4) Perjanjian ini akan berakhir pada saat periode berakhir;

(13)

(6) Dalam hal terjadi pengakhiran perjanjian ini, para pihak dengan ini mengenyampingkan keberlakuan pasal 1266 alinea ke-2, ke-3 dan ke-4 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata yang mengharuskan ada penetapan pengadilan dalam pengakhiran suatu perjanjian;

(7) Dalam hal pengakhiran perjanjian ini, maka segala tagihan pelayanan kesehatan harus ditagihkan oleh PIHAK KEDUA, selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan pengakhiran perjanjian kepada PIHAK PERTAMA;

(8) Apabila batas waktu sebagaiman dimaksud ayat 7 pasal ini berakhir, maka PIHAK PERTAMA dapat meolak pembayaran tersebut;

(9) Pengakhiran Perjanjian ini tidak serta merta menghapus kewajiban PARA PIHAK yang belum terpenuhi berdasarkan perjanjian ini

Pasal 15 ADDENDUM

(14)

Pasal 16

KEADAAN MEMAKSA

(1) Keterlambatan atau kegagalan salah satu pihak dalam melaksanakan salah satu kewajibannya berdasarkan perjanjian ini bukan merupakan suatu pelanggaran terhadap perjanjian ini apabila dan selama hal demikian disebabkan oleh keadaan memaksa. Dalam hal demikian pihak yang mengalami keadaan memaksa harus memberitahukan secara tertulis kepada pihak lain dalam waktu selambatnya 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam

(2) Apabila keadaan memaksa berakhir atau telah teratasi, maka pihak yang mengalami keadaan memaksa harus segera melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini yang tertunda karena keadaan memaksa. Namun demikian, dalam hal keadaan memaksa berlangsung selama lebih dari 14 (empat belas) hari kalender, maka para pihak berhak untuk mengakhiri perjanjian ini

Pasal 17 KETERPISAHAN

Apabila ada ketentuan dari perjanjian ini yang menjadi tidak sah, tidak berlaku atau tidak dapat dilaksanakan, maka ketentuan-ketentuan lain dari perjanjian ini tetap berlaku, namun demikian para pihak akan segera mungkin mengganti ketentuan tersebut dengan ketentuan baru yang sedapat mungkin mempunyai penafsiran yang paling dekat dengannya.

Pasal 18 PENGALIHAN

Masing-masing pihak tidak boleh mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini kepada pihak ketiga siapapun tanpa persetujuan tertulis lebih dulu pihak lain

Pasal 19

HUKUM YANG BERLAKU

Perjanjian ini di atur oleh dan harus ditafsirkan menurut hukum Republik Indonesia

Pasal 20 LAIN-LAIN

(15)

(2) Lampiran-lampiran perjanjian ini (jika ada) berikut pengubahan mereka serta pemberitahuan permintaan permohonan dan/ atau komunikasi lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat 1 perjanjian ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini

Perjanjian Kerjasama ini berlaku sejak ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana disebut pada awal Perjanjian Kerjasama ini, dibuat dalam rangkap 4 (empat) asli masing bermetari cukup, masing-masing pihak memperolehnya dan mempunyai kekuatan hukum yang sama bagi PARA PIHAK.

PIHAK PERTAMA

PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG SULAWESI UTARA

KUN WAHYU WARDANA, SH.,LLM.,AAA-IK.,AMII.,ACII

KEPALA CABANG

PIHAK KEDUA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M. M. DUNDA LIMBOTO

dr. H. Supandi M. Abdullah, M. Kes

Referensi

Dokumen terkait

PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan dari PIHAK KEDUA kepada Peserta dan terhadap kerugian maupun tuntutan yang

Pembayran dilakukn PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA adalah dengan menerbitkan Usance Acseptasi Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) sebagai alat bayar

Bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan kerjasama pelayanan laundry yang diatur Bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan kerjasama pelayanan laundry yang diatur

PIHAK PERTAMA akan memberikan kepada PIHAK KEDUA bagian atas jasa-jasa pelayanan medis dan/atau pelayanan kesehatan lainnya yang dilakukan PIHAK KEDUA di Klinik berdasarkan standar

4) Pihak pertama akan membantu promosi pihak kedua, begitu juga sebaliknya. 5) Pihak kedua melaporkan hasil penjualan kepada pihak pertama setiap bulannya, diawal bulan

Penggunaan perjanjian ini oleh PIHAK KEDUA adalah untuk ditampilkan oleh PIHAK Penggunaan perjanjian ini oleh PIHAK KEDUA adalah untuk ditampilkan oleh PIHAK

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai Pasal 2 Perjanjian ini karena kelalaian PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA akan memberikan Pelayanan Rohani serupa

Umum Pelayanan kesehatan diberikan oleh Pihak Kedua kepada siswa di sekolah yang dikelola oleh Pihak Pertama dengan ketentuan : Antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah sepakat dan