• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN MAKALAH ILMU KALAM MACAM MACAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBAIKAN MAKALAH ILMU KALAM MACAM MACAM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN MAKALAH ILMU KALAM

MACAM-MACAM AKIDAH POKOK

DAN AKIDAH CABANG

DOSEN PENGAMPU

Mursidin, S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH :

Dede Ridwan

Selly Kamila Sari

SEMESTER II

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS ADAB DAN USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM

SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji sukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kemurahan rahmat, kasih sayang dan cinta-Nya pada saat ini saya dapat menyelesaikan penulisan tugas singkat untuk memenuhi Tugas Terstruktur mata kuliah Ilmu Kalam pada semester II ini.

Penulisan tugas ini dibuat dengan mengacu kepada beberapa sumber dan tentunya atas bantuan beberapa pihak sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Mursidin, S.Ag, M.Ag, selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan banyak konstribusi dalam penulisan tugas ini.

Mungkin dalam penulisan makalah singkat ini, terdapat beberapa kesalahan penulisan kata ataupun kesalahan dalam sistematika penulisan yang tidak kami sadari. Maka dari itu, kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penulisan tugas yang selanjutnya.

Akhir kata, semoga penulisan makalah singkat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semoga memenuhi persyaratan untuk mendapatkan nilai yang akan diberikan.

Sambas, Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... ii

BAB I ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan pembahasan ... 3

BAB II ... 4

1. Pengertian Akidah ... 4

2. Akidah Pokok dan Macam-Macamnya ... 6

a. Iman kepada Allah ... 6

b. Iman kepada Malaikat Allah ... 7

c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah ... 7

d. Iman kepada Rasul Allah ... 8

e. Iman kepada Hari Akhir ... 8

f. Iman kepada Qadar ... 9

3. Akidah cabang dan Macam-Macamnya ... 10

a. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Allah... 11

b. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Rasul Allah ... 11

c. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Qadar ... 12

d. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Kitab Allah ... 12

e. Hukum Fiqih dan pembagiannya ... 12

BAB III... 14

1. Kesimpulan ... 14

2. Saran ... 14

(4)

BAB I

1. Latar Belakang

Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim. Tiada kata yang pantas untuk kita ucapkan untuk mengawali penulisan makalah singkat ini selain puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan begitu banyak nikmat-Nya kepada kita, yang mana karena nikmat itu pulalah kami dapat meyelesaikan penulisan makalah ini.

Solawat serta salam semoga selalu Allah limpahkan kepada nabi junjungan alam, yakni Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah Islam sehingga pada saat ini kita dapat merasakan manis dan indahnya iman dalam islam. Semoga keselamatan juga selalu Allah limpahkan kepada para

Sahabat, Tabi‟in, Tabi‟ut Tabi‟in, dan kepada kita semuanya yang mengikuti

ajaran beliau hingga akhir zaman kelak.

Rasulullah diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, baik itu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada alam. Sebagaimana yang telah Rasulullah sampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda

sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Diantara Akhlak

kepada Allah adalah mentauhidkan Allah, yaitu meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satuNya Robb tanpa ada sekutu bagiNya, dan inilah yang disebut dengan Akidah Islam.

Berbicara tentang Akidah adalah berbicara tentang keyakinan, dan berbicara tentang keyakinan adalah berbicara tentang keimanan. Pada masa

(5)

2

Awalnya peristiwa ini hanya sebuah permasalan politik yang akhirnya berkembang menjadi persoalan teologi sehingga melahirkan berbagai aliran dengan pandangan yang berbeda-beda. Pada masa ini umat islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidahnya, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang sebelumnya terkunci.

Akibat ketidak puasan terhadap pemerintahan pada saat itu, munculah kelompok pemberontak yang kemudian dikenal sebagai kaum Khawarij.

Persoalan-persoalan politik yang terjadi ini akhirnya menimbulkan persoalan teologi. Timbulah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir.

Khawarij menganggap Ali, Mu‟awiyah, Amr Ibn al-„As, Abu Musa al-

Asy‟ari dan lain-lain yang telah menerima arbitase adalah kafir. Karena

keempat pemuka ini dianggap kafir dalam arti telah keluar dari islam, kaum Khawarij menganggap mereka harus dibunuh. Disamping kelompok khawarij,ada juga orang yang membela ali bin abi thalib dengan berlebihan mereka ini yang disebut kelompok syiah. Adapun mayoritas muslim yang lebih memilih diam dan tidak mau terjebak dalam persoalan kafir/mengkafirkan seseorang mereka ini yang disebut murji'ah..

Inilah awal mula terjadinya perpecahan dikalangan umat islam, dan merupakan awal terbentuknya sekte-sekte atau aliran-aliran baru dikalangan ummat islam. Masing-masing aliran menganggap bahwa aliran atau kelompoknya adalah yang paling benar.

Pada dasarnya, perbedaan faham antar kelompok ini bersumber pada perbedaan pemahaman terhadap akidah atau keyakinan, terutama perbedaan

pemahaman dalam masalah tauhid, yang merupakan pokok akidah islam. Hal yang paling sering diperdebatkan dalam masalah tauhid adalah persoalan

tauhid asma‟ wa sifat, dimana setiap kelompok atau aliran memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam memahami nama dan sifat Allah.

(6)

3

juga mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan manusia sehingga manusia melakukan perbuatan itu sendiri. Kelompok ini juga berpendapat bahwa segala kejadian atau urusan terjadi begitu saja tanpa adanya takdir sebelumnya.

Kemudian adanya kelompok Murji‟ah, kelompok ini berpendapat bahwa kemaksiatan tidak akan mempengaruhi keimanan seseorang. Maksudnya adalah, jika seseorang sudah beriman, maka ia boleh melakukan apapun yang dia sukai, kerena hal itu tidak akan berpengeruh kepada kualitas keimanan.

Hanya saja, pendapat Qodariyah dan Murji‟ah yang pernah dibantah pada masa para sahabat tidak berkaitan dengan sifat-sifat Allah, pada waktu itu bantahan yang diberikan oleh para sahabat pada saat itu hanya berkaitan denganhal ketaatan dan kemaksiatan saja.

Meskipun bantahan sahabat kepada kelompok-kelompok baru tersebut tidak berkaitan dengan masalah sifat-sifat Allah, namun pada dasarnya perbedaan pendapat yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah menunjukkan adanya peredaan pemahaman dalam masalah keyakinan atau akidah. Sehingga munculah istilah-istilah akidah pokok dan akidah cabang, yang insyaallah akan kita bahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.

2. Rumusan Masalah

Pada pendahuluan diatas, telah kita ketahui bahwa terjadi perbedaan pemahaman dalam cabang Akidah, sehingga munculah istilah Akidah Pokok dan Akidah Cabang. Maka pada kesempatan kali ini penulis menjelaskan beberapa persoalan yang berkaitan dengan akidah pokok dan akidah cabang,

diantaranya :

1. Pengertian dan Bagian Akidah Pokok

2. Pengertian dan Bagian Akidah Cabang

3. Tujuan Pembahasan

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Akidah

Secara bahasa, akidah berarti simpulan, ikatan, perjanjian atau kokoh1. Adapun secara istilah, Akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang teguh oleh orang yang mempercayainya.

Menurut Hasan al-Banna aqa‟id (jama‟ akidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.

Dan menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia baik secara akal, dan fitroh. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini keshahihannya dan keberadaannya secara pasti2.

Sedangkan M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah pondasi yang di atasnya dibangun hukum syariat. Syariat merupakan perwujudan dari akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat adalah hukum yang lahir dari

akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa syariat dan tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada akidah3.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan akidah adalah keyakinan didalam hati dalam memegang teguh sebuah kepercayaan islam, dan keyakinan adalah keimanan. Jadi antara akidah dan keimanan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan pengertiannya dan pembahasannya. Berbicara tentang akidah adalah berbicara tentang keyakinan, dan berbicara tentang keyakinan adalah berbicara tentang keimanan. Adapun pengertian dari iman adalah segala sesuatu yang diyakini

1

Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses pada 31 April 2016

2

Siroj. 2014. akidah Pokok dan Cabang Dalam Islam. dalam http://www.siroj.cf/2014/08/akidah-pokok-dan-cabang-dalam-islam.html . diakses pada 31 April 2016

3

(8)

5

dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan kemudian direalisasikan dengan perbuatan.

Dalam islam, akidah merupakan ajaran islam yang paling utama, karena akidah membahas bagian yang mendasar dalam islam. Akidah diumpamakan sebagai dasar seluruh bangunan agama Islam yang berdiri diatasnya. Hancurnya akidah berakibat hancurnya dan runtuhnya keyakinan terhadap agama secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman tentang akidah dalam agama islam akan mempengaruhi kuat tidaknya iman yang dimiliki oleh

seorang muslim.

Akidah merupakan bentuk dari keimanan seseorang muslim terhadap nilai-nilai yang menyangkut tentang keyakinan terhadap hal-hal yang ghaib terutama keimanan kepada Allah yang menyangkut keimanan terhadap adanya Allah, beriman terhadap Rububiyahnya Allah, beriman kepada

Uluhiyahnya Allah, dan kepada Asma‟ wa SifatNya4.

Tidak hanya itu, akidah juga membahas tentang beberapa segi keimanan yang lainnya, yaitu keimanan kepada Malaikat, kepada Kitab, kepada Rasul,

kepada Hari Akhir (Hati Kiamat), dan kepada Qada‟ dan Qadar. Yang mana

perkara ini biasanya kita sebut dengan rukun iman.

Pada dasarnya dalam memahami masalah akidah dalam islam, maka akidah terbagi menjadi dua, yaitu akidah pokok dan akidah cabang. Dimana kedua pembahasan tersebut akan menjadi intisari dari pembahasan yang ada pada makalah ini, yaitu tentang akidah pokok dan akidah cabang beserta pembagiannya.

2. Akidah Pokok dan Macam-Macamnya

Akidah pokok adalah akidah yang nilai-nilainya masih tidak mengalami perubahan sejak zaman Nabi. Dimana pada masa itu persoalan masalah

akidah masih sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dipecah belahkan.

4

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. 1996. Syarah Aqidah al-Washithiyah. Terj. Izzudin Karimi, Lc.Riyadh : Dar ats-Tsurayya.. Hlm.86.

(9)

6

Adapun yang dimaksud dengan akidah pokok adalah 6 aspek yang kesemuanya merupakan rukun Iman. Adapun keenam aspek tersebut adalah :

a. Iman kepada Allah hadits yang sohih mengenai perkara iman.

ْْن

َ

أ

Bahwa engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat. Dan juga engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk.” ( HR. Muslim )5

Penjelasan masing-masing bagian dalam rukun iman tersebut adalah :

a. Iman Kepada Allah

Yang dimaksud dengan iman kepada Allah adalah kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang tidak ada sekutu baginya. Meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta. Meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat untuk menyembah, dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah memiliki nama-nama yang mewakili sifat-sifat Allah.

Pada masa Rasulullah, hal inilah yang diajarkan kepada para Sahabatnya dan tidak ada sedikitpun perselisihan didalam hal keimanan ini, dan tidak ada perbedaan pendapat dari para sahabat dalam mengimani Allah.

5

(10)

7

b. Iman kepada Malaikat Allah

Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya (meskipun tidak ada dalil dalam

Al-Qur‟an yang menyebutkan hal ini) dan Allah menjadikan mereka selalu

taat dan tunduk kepadaNya. Masing-masing diantara mereka memiliki tugas yang Allah khususkan kepada mereka. Diantaranya adalah malaikat Jibril yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para Rasul. Malaikat Israfil yang akan meniup sangkakala, dan malaikat

Mika‟il yang ditugaskan mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan6.

Adapun makna dari beriman kepada malaikat adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat sebagai makhluknya yang memiliki tugas-tugas tertentu dari Allah. Dan mereka adalah makhluk yang tidak pernah menentang Allah dan senantiasa taat dan patuh kepada Allah.

c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah

Maksudnya adalah kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para Nabi dan RasulNya, terutama beriman kepada AL-Qur‟an dan kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Baik itu Taurat, Zabur, Injil, ataupun suhuf-suhuf lainnya yang telah diberitakan dan dikabarkan dalam Al-Qur‟an.

Sebagaimana firman Allah, “dan kami tellah menurunkan Kitab-Kitab

(Al-Qur‟an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya

(Q.S. Al-Ma‟idah : 48)

d. Iman kepada Rasul Allah

Beriman kepada Rasul-Rasul Allah ialah meyakini bahwa Allah telah memilih

beberapa orang diantara manusia, memberikan wahyu kepada mereka dan

menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia kejalan

6

Ibid. hal 90. Juga terdapat dalam, Maulana Muhammad Ali. 1977. The Reigion of Islam

(11)

8

yang benar. Mereka diutus Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidah,

membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak7.

Pada hakikatnya, para Nabi dan Rasul adalah manusia biasa seperti kita, namun mereka Allah beri keistimewaan untuk menerima wahyu dariNya baik itu untuk disampaikan kepada umatnya ataupun tidak.

e. Iman kepada Hari Akhir

Sebagai seorang yagn beriman kepada Allah, merupakan kewajiban bagi kita untuk beriman kepada hari akhir. Karena iman kepada hari akhir

merupakan salah satu rukun dalam iman, sebagaimana yang telah

disebutkan dalam hadits pada pembahasan sebelumnya, “...dan hari

akhirat. Dan juga engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim)

Mengenai hari akhir sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur‟an, diantaranya adalah dalam surah Az-Zalzalah ayat 1-5 yang artinya : “Jika bumi di goncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat) dan

bumi telah mengeluarkanbeban-beban berat (yang dikandung) nya, dan

manusia bertanya, „mengapa bumi jadi begini.? Pada hari itu bumi

menceritakan beritanya, karena sesunggunya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (QS al-Zalzalah: 1-5)”

Hal tentang adanya hari akhir atau hari kiamat dan segala yang terjadi tentang kerusakan alam ini, telah di beritakan oleh rasulullah SAW dengan riwayat mutawatir tentang kebangkitan dari dalam kubur, pengumpulan di padang mahsyar, pemeriksaan dan hari pembalasanm. Maka Allah memberi keputusan tentang perbuatan hambaNya, lalu ada yang masuk neraka selama-lamanya dan tidak keluar daripadanya, ada yang masuk kemudian keluar dari neraka, dan ada yang masuk surga dan

kekal, yaitu orang-orang mukmin yang benar-benar beriman kepada

7

(12)

9

Allah. Adapun waktu dan tanda-tanda hanya Allah SWT yang tahu kapan akan terjadinya hari akhir tersebut8.

“mereka bertanya kepadamu tentang hari kiamat, “kapankah terjadinya?” katakanlah, “ sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu

ada pada sisi Tuhanku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba” mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahinya. Katalkanlah,

“sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada di sisi Allah

namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS al-A‟raf: 187)”

f. Iman kepada Qadar

Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa

Allah SWT. Tidak menjadikan segala makhluk dengan Kudrat dan Iradat-Nya

dan dengan segala hikmah-Nya.

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya.” (Q.S.Al -Qamar : 49)

Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk

menjadikan manusia lemah, pasif, statis atau menyerah tanpa usaha. Bahkan

dengan beriman kepada takdir mengharuskna manusia untuk bangkit dan

berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai kehendak yang diinginkan9.

3. Akidah Cabang dan Macam-Macamnya

(13)

10

faham-faham atau golongan-golongan dalam Islam seperti yang kita temukan pada saat ini, dimana masing-masing kelompok dan aliran membenarkan keompoknya sendiri dan kemudian mengatakan sesat terhadap kelompok lain, sehingga menjadi perpecahan dalam umat Islam.

Awal perpecahan umat islam dimulai dari wafatnya Rasulullah, yang kemudian persalan pertama yang memulai perpecahan umat Islam adalah masalah politik, yaitu mengenai siapakah yang menjadi khalifah sepeninggalnya Rasulullah. Hal ini semakin meruncing pada masa

pemerintahan Utsman bin Affan, karena semakin banyak kelompok yang merasa tidak senang dengan pemerintahan pada saat itu. Sehingga muncullah kelompok-kelompok yang memberontak yang disebut dengan Khawarij10.

Pada dasarnya perpecahan pada masa itu adalah dimulai dengan perebutan kekuasaan dan masalah politik. Namun seiring berjalannya waktu, persoalah politik ini berubah menjadi permasalahan teologi (ketuhanan), dimana antara satu kelompok saling mengkafirkan, saling menyesatkan, bahkan salinng membunuh.

Beranjak dari permasalahan ini pula lah mulai bermunculan perbedaan pemahaman dalam masalah akidah atau keimanan. Sehingga munculah cabang-cabang dan perbedaan dalam memahami rukun iman yang 6 tersebut. Sehingga munculah hal yang disebut dengan akidah cabang.

Adapun beberapa perbedaan pemahaman dalam memahami akidah diantaranya adalah :

a. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Allah

Penjelasan mengenai iman kepada Allah telah kita bahas sebelumnya. Adapun beberapa cabang pemahaman dalam memahami iman kepada

Allah berkenaan tentang (Asma‟ wa Sifat ) Nama dan Sifat Allah, bukan pada Rububiyah dan UlluhiyahNya Allah. Umumnya semua aliran dalam Islam bersepakat bahwa yang wajib disembah hanyalah

10

(14)

11

Allah, dan semua aliran berpendapat bahwa yang berhak disembah hnayalah Allah..

Namun, ketika memahami masalah Asma‟ wa Sifat maka mereka berbeda pendapat. Jabariyah misalnya, mereka mengatakan bahwa Allah tidak memiliki sifat, mereka tidak mau memberikan sifat kepada Allah dikarenakan menurut mereka merupakan hal yang baru, sedangkan Allah adalah yang pertama awal (Qadim). Jadi menurut kelompok ini mustahil Allah memiliki sifat, dimana sifat diciptakan

setelah adanya subjek yang disifati11.

Sedangkan kelompok Ahlussunnah berpendapat bahwa Allah memiliki nama yang mewakili sifat-sifat Allah. Namun sifat Allah tidaklah sama dengan sifat yang dimiliki oleh makhluk.

b. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Rasul Allah

Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlahnya. Hanya Allah

yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama‟ mengatakan bahwa

jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari jumlah itu yang diangkat menjadi Rasul sebanyak 313 orang12. Selain itu, masalah yang sangat sering diperselisihkan dalam masalah iman kepada Rasul

adalah perbedaan pendapat antara kelompok ahlussunnah dan Syi‟ah.

Kelompok Syi‟ah berpendapat bahwa Ali lebih berhak menjadi Nabi

daripada Muhammad.

Ataupun kelompok Ahmadiyah yang meyakini bahwa adanya nabi setelah Nabi Muhammad, yaitu Mirza Ghulam Ahmad13.

c. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Qadar / Takdir

Sebagai seorang muslim, wajib bagi kita untuk meyakini bahwa segala

sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditakdirkan oleh Allah. Bahkan

11

Ibid. hlm. 40

12

Herliansyah S. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang. dalam http://iandadonara .blogspot.co.id/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html diakses pada 31 Maret 2016

13

(15)

12

takdir sesuatu telah diciptakan sebelum sesuatu itu ada. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits bahwa takdir segala sesuatu telah Allah ciptakan ribuan tahun sebelum sesuatu itu diciptakan. Mengenai masalha takdir ini, golongan Mu‟tazilah berpendapat bahwa segala sesuatu yang terjadi pada manusia karena usaha tangan mereka sendiri, tanpa ada campur tangan Allah14.

Namun dilain sisi kaum Jabariyyah mempunyai I‟tiqod yang bertolak

belakang dengan I‟tiqod kaum Qodariyah. Jabariyyah berpendapat

bahwa manusia tidak punya daya apa-apa karena segalanya telah ditentukan oleh Allah. Manusia tidak punya usaha, tidak punya ikhtiar sebab seluruhnya yang menentukan adalah Allah.15.

d. Perbedaan pemahaman dalam Iman kepada Kitab Allah

Permasalahan yang diikhtilafkan dikalangan orang islam ialah apakah

Al-Qur‟an itu Qadim (kekal) atau Hadis (baru). Golongan Asy‟ariyah

dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur‟an adalah Qadim bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Qur‟an tidak Qadim karena Al-Qur‟an itu makhluk (diciptakan)16.

e. Hukum Fiqih dan Pembagiannya

Selain beberapa pembagian aqidah cabang diatas, termasuk juga didalamnya adalah hukum syari‟at, yang biasanya disebut dengan hukum Fiqih. Dimana didalam hukum fiqih ini ditemukan sangat banyak perbedaan pemahaman dalam memahami hukum Islam, dikarenakan adanya perbedaan pemahaman dalam memahami

dalil-dalil dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Adapun beberapa dasar dalam berkata bahwa Allah tidak mentakdirkan perbuatan manusia, perbuatan manusia diluar kehendak Allah dan tidak diciptakan Allah.

15

Herliansyah S. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang

16

(16)

13

1) Tentang Hukum-Hukum Syariat

Yakni pembahasan tentang apa-apa saja yang diputuskan oleh syari‟at islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh al-Utsaimin, yang dimaksud dengan hukum adalah “apa-apa saja yang ditetapkan oleh seruan syari‟at yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf (orang yang dibebani syari‟at) dari tuntutan atau pilihan atau peletakan”17.

Adapun bagian-bagian dari hukum-hukum Islam diantaranya adalah tentang apa yang diwajibkan, apa yang mandub, apa yang diharamkan, apa yang mubah, dan apa yang makruh. Termasuk juga didalamnya adalah pembagian tentang sah tidaknya suatu ibadah dan amalan.

2) Ijma’

Ijma‟ atau yang biasanya disebut dengan kesepakatan para Ulama juga termasuk kedalam bagian dari aqidah cabang, dimana dalam ijma‟ juga terdapat sangat banyak perbedaan keputusan oleh para ulama. Diantara pembagian ijma‟ diantaranya adalah ijma‟ Qoth‟i dan Ijma Dzonni. Ijma. Qoth‟i adaah ijma‟ yang diketahui keberadaannya dikalangan umat ini dengan pasti, seperti ijma‟ atas wajibnya solat 5 waktu dan haramnya zina. Ijma‟ seperti ini tidak ada seorangpun ulama yang mengingkarinya, dikarenakan ada hujjah yang jelas dari Al-Qur‟an dan Sunnah.

Adapun Ijma‟ Dzonni adalah ijma‟ yang tidak diketahui kecuali

dengan dicari dan dipelajari hukum-hukumnya. Disinilah para ulama banyak berbeda pendapat, karena jumhur ulama memiliki

banyak perbedaan pendapat dengan ijma‟ ulama yang lainnya18.

17

Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin. 2007. Judul asli “Al-Ushul min „Ilmil Ushul” terj. Abu Shilah dan Ummu Shilah “Prinsip Ilmu Ushul Fiqih”. Bab Hukum-Hukum. Hlm. 6. Tp.

18

(17)

14

3) Qiyas

Adalah penyamaan hukum yang masih belum ada dalam Al-Qur‟an dan Sunnah dengan cara melihat kesamaan dari sebab akibat sesuatu tersebut19.

Sebagaimana dengan penetapan hukum terhadap rokok yang tidak terdapat didalam Al-Qur‟an. Maka untuk menetapkan hukumnya sebagian Ulama meng-qiyas kan hukum rokok dengan hukum khamar dan dalil-dalil tentang larangan untuk mendzalimi diri

sendiri dan mendzalimmi orang lain.

19

(18)

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Akidah berarti simpulan atau ikatan, secara istilah dapat kita artikan sebagai sesuatu keyakian yang mengakar didalam hati seseorang dalam meyakini Allah, akidah disebut juga dengan iman.

Akidah pokok adalah akidah yang nilai-nilainya masih tidak mengalami perubahan sejak zaman Nabi. Dimana pada masa itu persoalan masalah akidah masih sangat kokoh, sehingga tidak mudah untuk dipecah belahkan.

Adapun yang dimaksud dengan akidah pokok adalah 6 aspek yang kesemuanya merupakan rukun Iman. Adapun keenam aspek tersebut adalah : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-Kitab Allah, Iman kepada Rasul-Rasul Allah, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadar.

Akidah cabang adalah perbedaan pemahaman dalam memahami masalah akidah atau keimanan dalam keompok-kelompok atau aliran dalam Islam. Sehingga munculah cabang-cabang dan perbedaan dalam memahami rukun iman yang 6 tersebut. Termasuk juga didalam aqidah cabang adalah apa yang disebut dengan hukum syari‟at atau yang biasa disebut dengan hukum fiqih.

Diantaranya yang membahas tentang apa itu yang haram, wajib, mubah, sunnah, makruh, apa yang sah, apa yang membatalkan, dan yang sejenisnya.

2. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Shalih al-Utsaimin, Syaikh Muhammad. 1996. Syarah Aqidah al-Washithiyah.

Terj. Izzudin Karimi, Lc.Riyadh : Dar ats-Tsurayya.

Shalih al-Utsaimin, Syaikh Muhammad. 2007. Judul asli “Al-Ushul min „Ilmil Ushul” terj. Abu Shilah dan Ummu Shilah “Prinsip Ilmu Ushul Fiqih”. Tp. Ismail, Ahmad Munawar, dkk. 2012. Islam dan Pembentukan Jati Diri Bangsa

Melayu. Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia

Atjeh, H. Aboebakar. 1966. Ilmu Ketuhanan (Ilmu Kalam). Jakarta : Tintamas. Ali, Maulana Muhammad. 1977. The Reigion of Islam “Islamologi”. Terj. CV

Darul Kutubil Islamiyah. Jakarta : CV Darul Kutubil Islamiyah.

Syam, Nur. 2014. Buku Siswa Akidah Akhlak MA. Kementrian Agama Republik Indonesia. Cet. Ke-1.

Murodhi, Muhammad. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html

S, Herliansyah. 2014. Makalah Akidah-Akidah Pokok dan Cabang. dalam http://iandadonara .blogspot.co.id/2014/11/makalah-aqidah-aqidah-pokok-dan-cabang.html

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien gastritis di Puskesmas Wonorejo Samarinda Periode Agustus 2016 - September 2016 2016 lebih banyak terdapat pada

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 151 Tahun 2019 Tentang Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di Kementrian Agama tahun Akademik

Juga mengkaji fungsi dan peran unsur-unsur tersebut dalam kesatuan sistem sosial sehingga introduksi teknologi baru tidak sekedar pengenalan teknologi baru kepada suatu

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain tahun 2005 yang kami sebut di atas,laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas

a) Peneliti memberikan penjelasan tentang materi keliling dan luas persegi dan persegi panjang secara detail sampai siswa tidak ada yang bertanya lagi. b) Belajar

Selain itu, keterbatasan lainnya yang dapat ditindaklanjuti dalam penelitian selanjutnya, yaitu (1) bagaimana mekanisme dalam mendorong keterlibatan masyarakat yang

Hasil penelitian berdasarkan analisis SEM dengan 2 hipotesa yang diajukan menunjukkan bahwa atribut website online shop mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan

Sistem pengisi informasi dapat memberikan pemberitahuan sesuai pemeriksaan informasi yang dimasukkan, dapat memeriksa data waktu pada informasi yang sedang