• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN SISTEM INFORMASI PENERTIBAN AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RANCANGAN SISTEM INFORMASI PENERTIBAN AN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN SISTEM INFORMASI PENERTIBAN ANTRIAN BAGI

PENGGUNA ALAT TRANSPORTASI UMUM (BIS TRANSJAKARTA)

1)

ARDHANI RESWARI YUDISTARI

2)

DAMAI SUBIMAWANTO

3)

DONNY AJIE BASKORO

4)

FUJI IHSANI

5)

LILY WULANDARI

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma

Jl. TB. Simatupang Kav. 38 Jakarta Selatan 12540, Indonesia

(2)

ABSTRAK

Penyediaan layanan jasa transportasi umum dewasa ini cukup berkembang pesat. Beberapa diantaranya yaitu penyediaan busway milik PT. Transjakarta yang memiliki jalur perjalanan sendiri dan penyediaan kereta rel listrik (KRL) commuter line

untuk memperbaiki kinerja sistem kereta api di Indonesia. Pada penelitian ini kami membahas tentang penerapan sistem informasi untuk pengguna jasa transportasi umum khususnya busway, yang mendukung kinerjanya dalam hal mengantisipasi terjadinya lonjakan penumpang yang cukup tinggi dan menyediakan layanan antrian agar terhindarnya ketidakteraturan akibat banyaknya penumpang yang ada. (Rahmat, M.S., Soewirdjo, B. 2012). Untuk itu kami membuat sebuah sistem yang berfungsi untuk mengetahui ketersediaan tempat di dalam angkutan umum dengan menggunakan sensor dan melakukan pemberian nomor antrian kepada penumpang saat masuk ke dalam ruang tunggu alat transportasi umum. Kami berharap penumpang bis lebih tertib dan teratur saat menggunakan jasa transportasi umum dengan adanya pemodelan sistem informasi tersebut.

Kata kunci: antrian, busway, sensor, Seminar Nasional, SNEEMO 2012.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat banyak sekali jenis alat transportasi umum di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti di daerah Ibukota Jakarta, diantaranya ialah Transjakarta Busway dan Kereta Api Commuter Line. Para penggunanya juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta ataupun yang memiliki tempat bekerja di daerah Jakarta. Mereka banyak memilih alat transportasi umum yang memiliki tarif murah sehingga dapat meminimalkan biaya untuk ongkos mereka menuju ke tempat kerja dan kembali lagi pulang ke rumah.

Tetapi kondisi arus hilir mudik mereka setiap hari tidak didukung dengan penertiban yang diberlakukan oleh pihak dari penyedia jasa alat transportasi tersebut, atau bahkan mereka sendiri yang tidak menjalankan peraturan yang sudah diberlakukan oleh pihak penyedia jasa alat transportasi umum tersebut. Sehingga terkadang terjadi penumpukan penumpang di tempat pemberhentian alat transportasi tersebut dan di dalam alat transportasi itu sendiri yang dapat menyebabkan banyak kecelakaan yang tidak diinginkan. (Rahmat, M.S., Soewirdjo, B., 2012). Hal ini seharusnya dapat diantisipasi oleh pihak penyedia jasa alat transportasi dan juga dari pengguna, sehingga jumlah kecelakaan dapat berkurang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah yang kami jadikan sebagai batasan dalam pembuatan paper ini antara lain :

1. Bagaimana perancangan sistem yang kami buat untuk meningkatkan ketertiban ?

2. Apakah sistem informasi yang kami buat dapat diterapkan ?

3. Gambaran sistem informasi yang dilakukan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari sistem ini adalah untuk memperbaiki layanan sistem transportasi umum yang sudah ada. Dengan dibuatnya sistem antrian ini, maka diharapkan dapat membantu meningkatkan ketertiban dan keamanan dalam penggunaan transportasi umum agar tingkat kecelakaan dan kejahatan dapat berkurang serta menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk menggunakan alat transportasi umum. Sistem ini juga bertujuan meningkatkan kenyamanan pengguna transportasi umum agar tidak lagi berdesakan saat berada di dalam transportasi umum dengan adanya sensor untuk mengetahui kapasitas penumpang yang tersedia di dalam transportasi proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa langkah dan pada sistem yang besar, masing-mas-ing langkah dikerjakan oleh tim yang berbeda.

Ada beberapa model SDLC. Model yang cukup populer dan banyak digunakan adalah waterfall. Beberapa model lain SDLC misalnya fountain, spi-ral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan synchronize & stabilize. Namun dalam rancangan sistem ini, kami menggunakan model prototyping sebagai metode yang akan digunakan dalam membangun rancangan tersebut. hal ini dikarenakan, model prototype memungkinkan para pengguna sistem yang masih awam dengan sistem ini untuk mengerti bagaimana cara kerja dan skema sistem ini berjalan. berikut penjelasan singkat mengenai model prototyping. (Yulia. 2008)

Prototype

(3)

sistem. Prototyping, dimulai dengan pengumpulan kebutuhan, mendefinisikan objektif keseluruhan dari software, mengidentifikasikan segala kebu-tuhan, kemudian dilakukan “perangcangan kilat” yang difokuskan pada penyajian aspek yang diper-lukan. (Siti Ummiati. 2011).

Kelebihan:

1. Prototype melibatkan user dalam analisa dan desain.

2. Punya kemampuan menangkap require-ment secara konkret daripada secara ab-strak.

3. Untuk digunakan secara standalone.

4. Digunakan untuk memperluas SDLC.

5. Mempersingkat waktu pengembangan Sis-tem Informasi.

Kekurangan:

1. Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.

2. Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah.

3. Bisanya kurang fleksible dalam mengah-dapi perubahan.

4. Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah.

5. Prototype terlalu cepat selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Teori Penunjang (Chuter. 2012)

 Penggunaan alat sensor dan cara kerja sensor yang ada pada sistem yang di rancang  Sensor Pyroelectric

Gambar 1. Contoh sensor Pyroelectric

Dibuat dari material serupa Kristal yang membangkitkan muatan elektrik ketika permukaan diekspos pada panas dalam bentuk radiasi infra merah. Ketika jumlah radiasi yang mengenai Kristal berubah maka jumlah muatan juga berubah dan dapat diukur dengan FET yang sensitif yang terdapat dalam sensor. Elemen-elemen sensor sensitif terhadap radiasi dnegan jangkauan luas sehingga jendela filter ditambahkan ke paket TO5 untuk membatasi radiasi yang datang ke jangkauan 8 sampau 14 µm yang sangat sensitif terhadap radiasi tubuh manusia.

 Lensa Fresnel

Dibuat dari material yang mentransmisikan

infrared yang memiliki jangkauan transmisi IR dari

8.14 µm yang paling sensitif terhadap radiasi tubuh manusia. Radiasi ini dirancang agar alur-alur patahnya menghadap ke sisi subjek dari lensa dimana biasanya menjadi bagian luar dari penutup yang menaungi sensor. Elemen lensa berbentuk bundar dengan diameter 1 inch dan memiliki bingkai persegi berukuran 1.5 inch. Bingkai ini digunakan untuk menempatkan lensa pada frame yang tepat atau penutup. Penempatan dilakukan dengan baik dan mudah dengan kepingan

scotchtape. Lensa Fresnel memiliki panjang fokal

(4)

Gambar 2. Contoh Lensa Fresnel

 Sketsa Area Deteksi Infra Merah

Gambar 3.Sketsa Area Deteksi Infra Merah

Sensor pendeteksi gerakan ini tidak dipengaruhi oleh perbedaan intensitas cahaya, sekalipun keadaan gelap sensor ini tetap dapat mendeteksi gerakan seperti dalam keadaan ruang terang. Sensor gerakan ini terpengaruh oleh suhu. Jika keadaan ruangan lebih hangat, kepekaan dari sensor ini akan berkurang.

Sensor ini selain mendeteksi infrared yang dipancarkan manusia juga mendeteksi gerakan objek benda mati. Ketika yang terdeteksi manusia maka sensor ini akan merespon meskipun orang itu tidak bergerak, selama infrared dari orang itu masih terpancar maka sensor ini akan terus mendeteksi

infrared dari tubuh manusia. Ketika yang terdeteksi

adalah benda mati, sensor ini baru akan merespon jika objek itu bergerak, jika objek itu tidak digerakkan maka sensor tidak akan merespon lagi.

2.2 Penggambaran Flowchart dari sistem yang dirancang

Gambar 4. Flowchart Alur Sistem Informasi Antrian

 Keterangan:

1. SM= Sensor Masuk 2. SK= Sensor Keluar 3. KT= Kapasitas Tersedia

2.3 Penggambaran Data Flow Diagram dari sistem yang dirancang

Sistem antrian yang saat ini sudah diterapkan oleh pihak penyedia alat transportasi umum adalah seperti berikut :

Setelah pengguna transportasi umum membeli karcis, lalu mereka masuk ke dalam ruang tunggu untuk menunggu bis transjakarta yang akan masuk ke dalam shelter dengan urutan antrian yang tidak teratur. Sehingga banyak pengguna jasa transportasi umum yang saling berdesakan untuk memilih posisi terdepan agar dapat masuk ke dalam bis secepat mungkin. Hal ini membuat pengguna yang berada di barisan depan dan telah lebih dahulu menunggu menjadi resah karena ulah dari penumpang yang tidak sabar menunggu antrian. Penjaga yang bertugas pun sering kali kewalahan untuk mengatur penumpang yang sangat banyak pada waktu berangkat maupun pulang kerja.

(5)

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, kami merancang sebuah sistem yang dapat berguna untuk memecahkan beberapa kendala dalam sistem sarana transportasi umum yang ada saat ini. Sistem yang kami rancang adalah sebagai berikut:

Pengguna transportasi umum melakukan pembelian karcis yang sekaligus merupakan nomor antrian untuk masuk ke dalam bis Transjakarta. Lalu masuk dengan tertib dan sesuai nomor antrian ke dalam ruang tunggu. Di dalam ruang tunggu telah tersedia layar yang menampilkan beberapa informasi yang berguna mempermudah pengguna jasa bis Transjakata. Informasi yang tertera pada layar tersebut antara lain: lamanya waktu bis Transjakarta yang akan masuk ke shelter tempat mereka menunggu bis Transjakarta tersebut, jumlah kapasitas yang tersedia di dalam bis Transjakarta tersebut sehingga para penumpang dapat mengetahui berapa orang yang dapat masuk ke dalam bis Transjakarta yang akan segera datang. (Isharmaya, D. 2012).

Selanjutanya ketika bis Transjakarta tiba di shelter, para penumpang di dalam bis Transjakarta yang akan berhenti di shelter tersebut dipersilahkan keluar dari bis Transjakata melalui pintu khusus penumpang keluar. (Gunawan, A. 2009). Pada pintu keluar bis dan pintu masuk ke dalam bis telah dipasang sensor untuk menghitung berapa jumlah penumpang yang keluar dari bis dan berapa jumlah penumpang yang telah masuk ke dalam bis. (Julianto, D. 2012). Jumlah penumpang keluar dan jumlah penumpang masuk bis Transjakarta tersebut dihitung pada saat bersamaan sehingga jumlah kapasitas tersedia di dalam bis tersebut berubah berdasarkan perhitungan tersebut. Ketika kapasitas di dalam bis mencapai maksimum, maka layar juga akan menampilkan kapasitas tersedia adalah 0, dan jika pada saat tersebut ada penumpang tidak tertib yang menerobos masuk ke dalam bis, maka akan berbunyi alarm yang menandakan kapasitas melebihi maksimum.

Gambar 5. Diagram Konteks Sistem Informasi Antrian

Gambar 6. Data Flow Diagram Sistem Informasi Antrian

Gambar 7. Prototype Sistem Informasi Antrian

Pada Gambar 7 di atas, terlihat bahwa penumpang yang baru masuk akan menuju ke kasir elektronik untuk membayar sejumlah uang sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan penyedia jasa angkutan bis Transjakarta. Kemudian penumpang akan langsung mendapatkan tiket berikut dengan nomor urut antrian yang ia miliki agar bisa masuk ke dalam bis Transjakarta. Setelah itu, penumpang akan menunggu di ruang tunggu yang telah disediakan di dalam shelter. Di dalam ruang tunggu tersebut terdapat sebuah layar monitor dan juga pengeras suara, yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang keberadaan posisi bis dan ketersediaan sisa tempat di dalam bis Transjakarta selanjutnya yang sedang menuju ke shelter tersebut. Sehingga penumpang yang sedang menunggu di dalam shelter dapat bersiap-siap saat bis akan memasuki shelter tersebut.

(6)

mengetahui bahwa kita bisa masuk pada bis yang sudah ada atau telah melewati shelter tempat kita menunggu, maka kita akan diperbolehkan masuk pada bis selanjutnya.

Pada bis Transjakarta, kami menggunakan pintu masuk yang berada pada bagian depan dan pintu keluar yang berada pada bagian belakang bis. Dimana pada masing-masing pintu, kami menempatkan sebuah alat yaitu sensor (Chuter. 2012) yang berfungsi untuk menghitung jumlah orang yang turun dan naik pada shelter tersebut. Ini dimaksudkan agar pihak penyedia jasa angkutan bis Transjakarta dapat mengkalkulasi jumlah penumpang di dalam bis tersebut agar dapat diinformasikan pada penumpang di shelter

berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada sub bagian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan nomor antrian cenderung efektif bagi penyedia jasa layanan transportasi untuk menertibkan para penumpang, karena penumpang masuk dan mengantri sesuai dengan nomor antrian yang dimilikinya.

2. Penggunaan sensor memudahkan sistem dalam melakukan perhitungan kapasitas jumlah penumpang sehingga kendaraan tidak mengalami kelebihan muatan dan dapat menghindari kecelakaan akibat terlalu padatnya penumpang didalam kendaraan tersebut. (Julianto, D. 2012). 3. Pemberian informasi tentang sisa kapasitas

dan lamanya waktu bis yang akan masuk

ke shelter akan memudahkan penumpang

yang akan naik untuk bersiap masuk ke bis, agar tidak berdiri menunggu terlalu lama di depan pintu masuk yang ada

shelter busway tersebut. (Isharmaya, D.

2012).

4. Keakuratan informasi yang disampaikan kepada penumpang pada layar di dalam

shelter, akan membuat penumpang merasa

nyaman dan menambah kepercayaan penumpang untuk selalu menggunakan alat transportasi umum, juga dapat memberantas kemacetan di Ibukota Jakarta karena berkurangnya jumlah pengguna kendaraan pribadi.

5. Sistem informasi ini hanya sebagai rancangan. Kami belum pernah menerapkan dan melakukan pada pelaksanaannya. Sehingga, kami belum mempunyai bukti yang dapat dijadikan

sebagai hasil penerapan dari sistem yang kami buat.

1.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas ada beberapa saran bagi pihak terkait dalam upaya meningkatkan layanan bagi pengguna sarana transportasi umum, yakni:

1. Penumpang harus menjaga ketertiban saat menggunakan alat transportasi umum agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Karena dengan menjaga ketertiban akan menambah suasana nyaman saat menggunakan alat transportasi umum bersama-sama.

2. Pihak penyedia transportasi umum harus menjaga kestabilan jumlah armada bis yang beroperasi agar dapat mengantisipasi lonjakan penumpang di saat arus orang pergi dan pulang kerja.

3. Penyedia jasa alat transportasi umum harus selalu menjaga aspek yang membuat

[1] Chuter. (2010). PENGGUNAAN SENSOR INFRA MERAH PADA SISTEM

KEAMANAN GEDUNG. Diakses 30

Agustus 2012, dari http://chuger.blogspot.- com/2010/01/penggunaan-sensor-infra-merah-pada.html

[2] Gunawan, A. (2009). SISTEM KEA-MANAN PADA SEBUAH PINTU BERBA-SIS MIKROKONTROLER AT89S51.

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[3] Isharmaya, D. (2012). RANCANG BANGUN PENDETEKSI POSISI BUS TRANSJAKARTA MENGGUNAKAN

GELOMBANG RADIO. Repository

Universitas Gunadarma, Depok.

[4] Julianto, D. (2012). PERANCANGAN OTOMATISASI PINTU PADA SHELTER BUSWAY DENGAN MIKROKONTROLER

AT89S51. RepositoryUniversitas

Gunadarma, Depok.

[5] Rahmat, M.S., Soerowirdjo, B. (2012).

PROTOTIPE BUSWAY MASA DEPAN.

Repository Universitas Gunadarma, Depok.

(7)

WATERFALL. Diakses 19 September 2012, dari

http://sitiumiati.wordpress.com/2011/04/28 /penjelasan-antara-sdlc-prototype-dan-waterfall/

[7] Yulia. (2008). SYSTEM DEVELOPMENT

LIFE CYCLE (SDLC). Diakses 19

(8)

Gambar

Gambar 1. Contoh sensor Pyroelectric
Gambar 2. Contoh Lensa Fresnel
Gambar 5. Diagram Konteks Sistem Informasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam melakukan pengambilan keputusan pembelian, perilaku konsumen dipengaruhi oleh : Selain faktor-faktor lingkungan ekstern,

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan faktor utama pendukung penurunan kebakaran hutan dan lahan serta mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara biologis kambing PE induk sangat potensial sebagai kambing perah di Indonesia, yang ditunjukkan dengan tingkat produksi,

Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg ; makanan padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makanan di rumah... Prinsip pengobatan diare

Penelitian terhadap semua aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan keadaan sarana dan prasarana belajar, keadaan siswa, kemajuan prestasi

Langkah Awal dilakukan identifikasi masalah yang terjadi di SMA Kristen 2 Salatiga, Hasil penelitian menemukan, bahwa sampai saat ini masih mengandalkan

Penelitian ini merupakan penelitian yang menguji pengaruh independence board of directors, CEO duality, board size, managerial ownership, board composition, institutional