• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara uji kelulusan air untuk lapisan tan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cara uji kelulusan air untuk lapisan tan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Cara uji kelulusan air untuk lapisan tanah pondasi

dengan cara pemompaan di lapangan

1

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan cara uji kelulusan air untuk lapisan tanah pondasi dengan cara pemompaan di lapangan.

Standar ini membahas ketentuan dan persyaratan, cara uji dan laporan hasil uji.

2

Acuan

SNI 03-2411-1991, Metode pengujian lapangan tentang kelulusan air bertekanan

SNI 03-2435-1991, Metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air untuk contoh tanah.

SNI Pd M-25-1998-03, Metode pengujian sifat hidraulik akuifer dengan cara theis.

SNI 03-2817-1992, Metode pengujian akuifer tertekan dengan pemompaan papadopulos cooper.

BS 5930, 1981, section 25, Pumping Tests.

3

Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut. 3.1 kerucut depresi

adalah bentuk kerucut dari permukaan freatik atau pisometrik suatu lapisan yang berbentuk di sekitar sumur uji akibat pemompaan.

3.2 kondisi air tanah terkekang

adalah kondisi air tanah yang berada di dalam suatu akuifer yang diapit di atas dan dibawahnya oleh suatu lapisan kedap air.

3.3 kondisi air tanah bebas

adalah kondisi air tanah yang berada di dalam suatu akuifer yang dialasi oleh suatu lapisan kedap air.

3.4 sumur uji

adalah suatu sumur yang dibuat menembus seluruh ketebalan akuifer dimana pemompaan dilakukan.

3.5 sumur pengamatan

adalah sumur yang terletak di sekitar sumur uji yang menembus akuifer baik secara penuh maupun sebagian yang digunakan untuk mengamati muka air tanah.

3.6 muka air statik

(2)

3.7 muka air dinamik

adalah muka air yang terdapat di dalam sumur uji baik selama masa uji pemompaan maupun uji pemulihan berlangsung.

3.8 surutan muka air

adalah perbedaan dalam satuan panjang antara muka air statik dan muka air dinamik.

3.9 isotropik

adalah sifat orentasi arah aliran yang sama (kelulusan air sama) ke semua arah.

3.10 akuifer

adalah lapisan lulus air.

4

Ketentuan dan persyaratan

4.1 Prinsip umum

Metode pengujian dengan cara pemompaan ini mencakup pemompaan dengan debit tetap dari sumur uji dan melakukan pengamatan terhadap penurunan muka air tanah pada jarak tertentu dari lokasi pemompaan. Muka freatik dan pisometrik di sekitar lokasi pemompaan akan turun dan membentuk kerucut depresi, karena pengaruh pemompaan. Penampang kerucut terlihat pada Gambar 1a dan 1b. Kelulusan air lapisan tanah dapat diperoleh dengan mempelajari bentuk kerucut depresi yang dinyatakan oleh tinggi muka air sekitar sumur uji dan di dalam sumur pengamatan. Bentuk kerucut depresi tergantung dari laju pemompaan, lama waktu pemompaan (debit), kondisi tanah, bentuk muka air tanah dan kondisi pemulihan.

Kelulusan air, transmisivitas dan simpanan air untuk massa tanah yang lebih luas dapat ditentukan berdasarkan data uji pemompaan. Hasil pengujian ini dapat digunakan untuk keperluan pengeringan (dewatering), evaluasi sumber air tanah dan desain dinding halang kedap air pada pondasi bendung.

Transmisivitas dapat diperoleh berdasarkan sebaran kelulusan air pada kedalaman yang berbeda. Apabila pengujian dimaksudkan untuk evaluasi nilai kelulusan air pada desain bendungan maupun bangunan air lainnya (di mana rembesan merupakan hal yang penting), penggunaan profil kecepatan "down the hole" pada debit aliran yang konstan dapat memberikan gambaran mengenai profil kelulusan air dari lapisan tanah.

(3)

a. Kondisi terkekang

(4)

Kondisi muka air tanah alami harus ditentukan melalui pemantauan yang cukup hati-hati dan dengan waktu yang cukup, sebelum uji pemompaan dilaksanakan. Kondisi muka air yang stabil dalam sumur uji sangat diperlukan. Fluktuasi muka air dalam sumur uji, akibat pengaruh gelombang, atau tekanan maupun gangguan selama pemasangan pompa di sekitarnya perlu dicatat. Keadaan ini penting pada tanah yang memiliki kelulusan tinggi dan proses pemulihan yang cepat.

Interpretasi data hasil uji pemompaan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah dan penentuan pengaruh batas lapisan yang kedap air.

5

Kondisi air tanah

Ada dua jenis utama kondisi air tanah, yaitu kondisi terkekang dan kondisi bebas yang diperlukan untuk analisa dan desain:

a) Terkekang. Jika tanah yang diselidiki bersifat jenuh sempurna dan berada di antara dua lapisan tanah yang kedap air, lihat Gambar 1 (a).

b) Bebas. Jika muka freatik berada dimana saja di bawah permukaan tanah dan berada dalam kondisi bebas, lihat Gambar 1 (b).

Di antara kedua kondisi air tanah tersebut di atas, dijumpai kondisi antara atau semi terkekang, yaitu kondisi dengan lapisan tanah yang jenuh air sempurna berada di atas lapisan yang dialasi oleh lapisan kedap air dan ditutup oleh lapisan semi kedap. Kebocoran terjadi pada batas kedua lapisan. Analisis data dari kondisi semi terkekang mungkin saja dilakukan, akan tetapi dibandingkan dengan kedua jenis kondisi tanah yang lain, kondisi ini jarang ditemukan. Ketiga jenis kondisi air tanah ini dapat diketahui dari hasil plot selama pengujian dimana muka pisometrik turun sesuai dengan waktu selama pemompaan berlangsung (Gambar 2).

6

Lokasi pengujian

Lokasi pengujian dapat ditentukan dengan pertimbangan praktis, seperti adanya jalan masuk dan lubang bor, namun lokasi uji harus mewakili daerah tersebut. Kondisi geohidrologis di daerah tersebut tidak boleh berubah. Adalah air hasil pemompaan tidak boleh kembali ke dalam lapisan tanah selama dilakukan pengujian.

7

Sumur uji

Lubang sumur uji harus mempunyai diameter yang cukup untuk memasukkan pipa utama, pompa dengan jenis dan kapasitas yang cocok, pipa tegak dan alat ukur kecepatan bila diperlukan. Sumur tersebut harus dilengkapi dengan pipa saringan dan selubung kerikil untuk mencegah terbawanya partikel halus dari tanah di sekelilingnya. Lubang bor harus berukuran minimum 300 mm agar keadaan tersebut dapat dicapai. Lubang tersebut harus menembus kedalam lapisan pembawa air yang akan diuji. Jika tanah terdiri dari dua atau lebih lapisan yang berbeda, maka setiap lapisan harus diuji secara terpisah. Bila kondisi tersebut di atas tidak dapat dipenuhi data harus sudah dikoreksi terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis, lihat 6.4. Pada umumnya, luas saringan pengambilan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menjamin kecepatan maksimum air yang masuk ke dalam sumur supaya tidak melebihi ± 30 mm/s agar kehilangan tinggi tekan masih dalam batas yang diterima. Perkiraan nilai kelulusan air bisa salah jika terjadi perubahan bentuk kerucut depresi yang diakibatkan oleh penyebab dari luar yang mempengaruhi pemompaan (baik sebelum maupun selama pengujian). Pengaruh ini dapat dikoreksi dengan melakukan pemantauan. Laju pemompaan harus dipilih sedemikian rupa, sehingga penurunan muka air akibat pemompaan lebih besar dari yang diakibatkan oleh penyebab lainnya.

(5)

Debit air diusahakan konstan selama pengujian dan semua pengamatan muka air dilakukan pada skala waktu yang disesuaikan dengan mulainya pemompaan.

Laju pemompaan harus dipertahankan konstan, ketika kecepatan aliran vertikal dalam sumur sedang diukur (dengan tujuan untuk menentukan nilai kelulusan relatif lapisan tanah tertentu yang sedang diuji). Laju pemompaan dapat dikontrol dengan katup pada pipa pengeluaran atau dengan mengatur variasi kecepatan pompa atau kedua-duanya. Untuk mengukur debit aliran digunakan 1) alat ukur debit aliran, 2) alat flowmeter ukur berlubang Orifice, 3) bahan dengan sekat ukur dan 4) pencatatan automatik.

Sumur uji harus dibuat dengan memadai, yaitu dengan cara menyusun kembali partikel sekeliling saringan (yaitu dengan memasang butiran yang lebih kasar dan lebih seragam) .Pemasangan pipa secara maksimum diperoleh jika rasio laju pemompaan (debit) terhadap surutan muka air dalam sumur uji mencapai maksimum. Selama proses pemasangannya bahan berbutir halus harus dikeluarkan sehingga media yang lulus air di sekeliling sumur. Kondisinya menjadi stabil.

Walaupun kelulusan air dapat dihitung dari data surutan muka air dalam sumur uji itu sendiri, nilai yang lebih dapat dipercaya dapat diperoleh dengan menggunakan data dari satu atau beberapa sumur pengamatan. Empat buah sumur pengamatan adalah jumlah minimum yang disarankan untuk mendapatkan hasil yang cukup mewakili. Keempat sumur diatur dalam dua lajur tegak lurus satu sama lain. Jarak keempat sumur pengamat terhadap pipa uji, kira-kira mempunyai jarak geometri yang sama. Jika sumur-sumur tersebut menghasilkan data yang menyimpang, maka perlu ditambahkan beberapa sumur pengamat lagi. Bila kondisi batas berkaitan dengan kondisi lapangan, misalnya sungai, saluran atau gawir batuan dasar yang kedap air atau sesar, dua baris dari pipa pengamatan diatur sejajar dan tegak lurus terhadap batas tersebut.

Jarak minimum antara sumur pengamatan dan sumur uji harus sepuluh kali radius sumur uji. Sekurang-kurangnya dapat satu sumur pengamatan dalam setiap lajur harus berada pada jarak radial dua kali lebih besar dari ketebalan tanah yang diuji. Tanah yang mempunyai kelulusan rendah pada kondisi bebas, surutannya mungkin kecil pada jarak tersebut. Oleh karena itu diperlukan laju pemompaan yang tinggi dan waktu pemompaan yang lama. Perhitungan pendahuluan dengan asumsi perkiraan nilai kelulusan yang diperoleh dari lubang bor, akan membantu menunjukkan respon sumur pengamatan terhadap pemompaan yang digunakan untuk memperkirakan jarak terhadap sumur uji dan lamanya waktu pengamatan.

Selain sumur pengamatan seperti diuraikan di atas, perlu ditambahkan sebuah pipa tegak di dalam sumur uji untuk memperoleh pengukuran yang tepat dari surutan muka air di dalam sumur uji itu sendiri. Kedalaman muka air harus diukur dengan ketelitian ± 5 mm yang berarti skala pada pita ukur baja pada alat ukur perlu diperiksa secara berkala.

9

Prosedur pengujian

(6)

dalam selang waktu 1 menit untuk 15 menit pertama dan setelah itu dilakukan dalam selang waktu dengan skala logaritmik yang teratur. Kadang-kadang pada awal pemompaan diperlukan selang waktu yang lebih pendek. Dengan demikian setiap sumur perlu dipantau paling sedikit oleh seorang pengamat selama 100 menit pertama. Untuk lokasi sumur pengamatan yang jauh dengan perubahan tinggi muka air yang kecil dapat digunakan alat pencatat automatik. Akan tetapi peralatan tersebut umumnya memerlukan sumur pengamatan dengan diameter 100 mm atau lebih.

Selama proses pemompaan, data pengamatan perlu diplot pada graft log-log untuk mengevaluasi kualitas data dan respon pemompaan dari lapisan tanah. Respon pemompaan dari tiga kondisi air tanah yang dibahas pada butir 5 tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva-kurva ini dapat digunakan untuk memilih jenis analisis maupun lamanya waktu pemompaan. Lebih mudah untuk mempelajari perilaku akuifer selama pengujian dilakukan, jika data diplot pada kertas semi-logaritmik dengan data waktu sebagai absis logaritmik.

Untuk akuifer bebas yang menggunakan analisis keadaan langgeng, pemompaan dan pembacaan perlu dilanjutkan sampai muka air tidak turun lagi (konstan). Pada grafik log-log, kurva yang diperoleh di lapangan agak mendatar sebelum kembali berimpit dengan kurva Theis setelah beberapa ratus sampai ribu menit. Penting untuk diketahui bahwa pemompaan dilanjutkan sampai beberapa waktu, sehingga mencapai tahap ketiga yang muka airnya turun dengan lambat sebelum mencapai keseimbangan. Namun, lebih baik menggunakan analisis keadaan tak langgeng dimana pemompaan dilanjutkan sampai kurva lapangan yang diplot pada grafik log-log kembali pada kurva Theis pada tahapan ketiga (seperti terlihat pada Gambar 2).

Gambar 2. Contoh bentuk kurva, respon surutan - waktu (Theis)

Catatan 1: bentuk kurva di atas tidak dapat digunakan langsung, karena dalam pemaduan dua gambar diperlukan dua skala yang sama.

(7)

pemompaan. Hasil pengujian lebih baik diperiksa kembali dengan mengulangi pelaksanaan uji pada debit aliran yang berbeda.

Untuk semua kasus, muka air harus dipantau lebih lanjut mulai dari waktu penghentian pemompaan sampai pemulihan. Seperti pada tahap penyusutan muka air, data

Pada prinsipnya pengumpulan data adalah sama untuk semua metode analisis. Plotting dan evaluasi data harus dilakukan selama pelaksanaan pengujian untuk mendapatkan waktu pemompaan yang cukup. Ada dua bentuk analisis yaitu:

1) Analisis keadaan langgeng. Jika proses pemompaan berlangsung cukup lama, muka air berhenti untuk turun (konstan), kondisi hidraulik air tanah dikatakan berada dalam

1) Akuifer menyebar tidak terhingga pada arah lateral

2) Tanah bersifat homogen, isotropik dan mempunyai ketebalan yang tetap (konstan); 3) Gradien muka air tanah sangat kecil sebelum pemompaan;

4) Pemompaan dilakukan pada laju aliran yang konstan;

5) Sumur uji menembus seluruh ketebalan lapisan tanah uji dan dilengkapi dengan saringan.

6) Aliran air tanah yang masuk ke dalam sumur bersifat laminer.

10.2. Analisis keadaan langgeng 10.2.1 Pendahuluan

Bentuk analisis yang paling sederhana adalah analisis keadaan langgeng, tetapi waktu pemompaan yang diperlukan akan lebih lama daripada yang diperlukan untuk analisa keadaan tak langgeng. Apabila pencapaian kondisi langgeng ini memerlukan jangka waktu yang lama, maka memungkinkan untuk melakukan analisis keadaan langgeng tanpa kehilangan ketelitian yang signifikan jika perubahan laju surutan muka air terhadap waktu adalah cukup kecil.

10.2.2 Kondisi terkekang 10.2.2.1 Asumsi;

Selain asumsi yang diuraikan dalam sub bab 10.1, untuk kondisi terkekang yang menggunakan analisis keadaan langgeng ditambahkan asumsi bahwa muka pisometrik telah stabil.

10.2.2.2 Dua atau lebih sumur pengamatan;

(8)

10.2.2.3 Satu sumur pengamatan;

Apabila tersedia data hanya dari satu sumur pengamatan, maka persamaan pada Gambar 1 dapat digunakan dengan mensubstitusikan salah satu dari yang berikut di bawah dengan persyaratan bahwa yang dipompa kurang dari 10 L/s:

S2 =0, jika r2 =750m atau S1 = SW , jika r1 = rw

keterangan :

SW adalah surutan muka air sumur uji yang telah terkoreksi (lihat 10.2.2.5)

rW adalah radius efektif sumur uji (lihat 10.2.2.5)

10.2.2.4 Tanpa sumur pengamatan;

Jika uji pemompaan telah selesai dilaksanakan tanpa ada data sumur pengamatan, masih mungkin untuk menghitung nilai k secara kasar. Untuk kondisi terkekang.

SWho

Q

k 1,22 /

keterangan :

h0 adalah ketebalan akuifer terkekang

Sw adalah surutan muka air sumur uji yang telah terkoreksi.

10.2.2.5 Koreksi;

Nilai hasil pengamatan Sw perlu dikoreksi sebelum digunakan dalam penghitungan nilai

kelulusan air. Biasanya, untuk mengurangi nilai hasil pengamatan S,, digunakan nilai sebesar 25%, kecuali jika kehilangan tinggi tekan di dalam sumur ternyata lebih besar. Misalnya saja bila sebuah sumur konstruksinya jelek dan dipompa pada laju yang tinggi. Dalam keadaan ini perlu untuk menentukan besar kehilangan tinggi tekan dengan uji surutan muka air secara bertahap. Pengujian ini tidak memerlukan sumur-sumur pengamatan, jika pengujian dilaksanakan dengan hati-hati, hasilnya dapat dianalisis untuk evaluasi karakteristik akuifer (kelulusan, transmisivitas, penyimpanan dan sebagainya), disamping kehilangan tinggi tekan di dalam sumur uji.

Radius efektif, sumur uji rw dengan mempertimbangkan terganggunya lapisan akuifer sekitar saringan, pada umumnya dianggap 20% lebih besar daripada radius sumur yang sebenarnya; koreksi ini harus diperhitungkan.

Catatan 2 : Apabila sumur pengamatan terletak lebih dekat dengan lokasi sumur uji, dianjurkan untuk menghitung k dengan metode Borelli.

10.2.3 Kondisi bebas

Disamping asumsi yang diuraikan dalam sub bab 10.1, juga diasumsikan bahwa untuk kondisi bebas yang menggunakan analisis keadaan langgeng, muka freatik pada kondisi yang stabil. Analisis yang diberikan pada Gambar 1 (keadaan 2) dan 10.2.2 dapat digunakan untuk kondisi bebas, dengan syarat bahwa surutan muka air besarnya signifikan jika dibandingkan terhadap ketebalan akuifer dalam kondisi jenuh. Jika surut muka air merupakan bagian signifikan dari kondisi awal ketebalan akuifer yang jenuh, tinggi muka air tersebut harus dikoreksi seperti dibawah, atau dikoreksi terhadap hl dan

(9)

Sc adalah surutan muka air yang dikoreksi S adalah surutan muka air yang diamati

hoadalah ketebalan awal akuifer dalam kondisi jenuh

Selain itu, apabila hanya digunakan satu sumur pengamatan, salah satu substitusi di bawah ini harus dilakukan dengan menggunakan persamaan pada Gambar 1, dengan syarat bahwa debit pemompaan kurang dari 10 L/s.

S2 = 0 apabila r2 = 750 m atau

S1 = SW bila r1 = rW

SW perlu dikoreksi dengan kehilangan tinggi tekan dalam sumur uji seperti dijelaskan pada 10.2.2.5, tetapi tidak perlu dilakukan koreksi akibat adanya bidang rembesan. Apabila muka air belum stabil, dianjurkan untuk menganalisis data surutan muka air tahap ketiga seperti dijelaskan dalam 10.3.3.

10.3. Analisis keadaan tak langgeng. 10.3.1Pendahuluan

Beberapa metode analisis keadaan tak langgeng dapat digunakan. Penggunaan metode ini pada beberapa kasus dapat menghemat jumlah hari dan waktu pemompaan. Analisis berikut ini umumnya digunakan untuk data surutan muka air, analisis serupa dapat digunakan untuk data pemulihan (karena pada saat penghentian pemompaan, muka pisometrik kembali pada level semula). Analisis data pemulihan dapat digunakan untuk memeriksa analisis surutan muka air karena analisis tersebut tidak mengalami kehilangan tinggi tekan di dalam sumur selama tahap pemompaan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus selalu diamati. Akan tetapi data pemulihan dapat menyimpang karena adanya udara yang terperangkap dalam lapisan akuifer.

10.3.2 Keadaan terkekang 10.3.2.1Asumsi;

Disamping asumsi-asumsi yang diuraikan pada butir 10.1, asumsi-asumsi berikut dibuat untuk keadaan terkekang dengan menggunakan analisis keadaan tak langgeng:

a) akuifer dalam keadaan terkekang; b) muka pisometrik belum stabil

c) air dipompa dari simpanan dan dikeluarkan secara cepat sesuai dengan perubahan tinggi tekan;

d) simpanan air dalam sumur diabaikan.

10.3.2.2 Analisis Theis.

Metode analisis yang biasanya digunakan mencakup perubahan plotting muka pisometrik untuk setiap sumur pengamat terhadap tahapan waktu yang digunakan sejak pemompaan dimulai.

Analisis menggunakan metode Theis ini diuraikan secara detil dalam SNI SNI Pd M-25-1998-03 Metode pengujian sifat hidraulik akuifer dengan cara Theis.

10.3.2.3 Analisis Cooper-Jacob.

Apabila u = (r2S) / (4Tt) < 0.01, maka analisis dapat disederhanakan. Dengan anggapan

bahwa bila u bernilai kecil maka asumsi cukup memadai untuk kondisi tertekan. Analisis mencakup langkah-langkah berikut dan memakai data penurunan muka air waktu ataupun data penurunan muka air.

(10)

10.3.3 Kondisi bebas 10.3.3.1 Asumsi.

Di samping asumsi yang diuraikan dalam butir 10.1, asumsi berikut ini dibuat untuk kondisi bebas, dengan menggunakan analisis keadaan tak langgeng :

1) Akuifer dalam kondisi bebas yang menunjukkan drainase gravitasi tertunda dari plot hasil data lapangan (lihat Gambar 2).

2) muka freatik belum stabil.

3) simpanan air dalam sumur dapat diabaikan.

10.3.3.2 Analisis Theis dan Analisis Cooper-Jacob;

Metode yang diuraikan dalam 6.3.2 dapat digunakan dengan syarat bahwa surutan muka air dikoreksi menurut 6.2.3 dan plot surutan muka air terhadap waktu pada kertas log-log telah menunjukkan bahwa kurva lapangan masuk ke tahapan ketiga dan menyamai kurva Theis.

Catatan 3: Prosedur analisis data uji kondisi tidak terkekang dan keadaan tak langgeng juga dijelaskan oleh Prickett.

11

Keabsahan data surutan muka air

Data surutan muka air yang terkumpul di lapangan sering berbeda dari hasil ideal yang ditunjukkan pada Gambar 2, 10.3.2.2 dan 10.3.2.3. Hal ini disebabkan karena akuifer tidak mempunyai sifat ideal seperti diuraikan dalam analisis. Contohnya apabila ditemui kondisi anisotropik (kebanyakan akuifer lebih lulus air sepanjang perlapisan dasar) dan homogen (khususnya untuk retakan terbuka). Alasan kedua adalah bahwa tata letak uji pompa mungkin berbeda dari kondisi ideal. Contohnya adalah ditemuinya hambatan kedap air lateral (hunjaman atau sesar; sungai atau laut; resapan akuifer bebas akibat curah hujan dan sumur uji yang tidak sepenuhnya menembus akuifer).

Di samping itu, pengaruh variasi laju pemompaan perlu dipertimbangkan dan perlu dicatat bahwa pada beberapa keadaan kecepatan aliran yang tinggi disekitar sumur dapat membuat tidak berlakunya hukum Darcy yang menjadi dasar metode analisis. Kondisi tersebut dapat diterima sepenuhnya, sehingga analisis dapat diubah dan disesuaikan. Penyelesaian secara analitis untuk beberapa kasus dan kondisi yang rumit. Metode analisis yang biasa mungkin tidak dapat digunakan lagi. Untuk itu kadang-kadang digunakan metode model numerik.

(11)

Daftar istilah

Uji pemompaan : pumping test

Kehilangan tinggi tekan

atau energi dalam sumur : well losses

Terkekang : confined

Bebas (tidak terkekang) : unconfined

Keadaan langgeng : steady state

Keadaan tak langgeng : unsteady state

Hambatan : barrier

Kelulusan air : permeability

Surutan atau penurunan : drawdown

Sumur uji : pumped well

Simpanan : storage

Pemulihan : recovery

Laju aliran : rate of f low

Sumur pengamatan : observation well

Uji surutan bertahap : step-drawdown test

Sesar atau patahan : fault

Hunjaman : dyke

Pendugaan kecepatan dengan

menggunakan alat ukur kecepatan yang dumaksukkan ke dalam sumur

uji pada kedalaman tertentu : down the hole

Selimut kerikil : gravel pack

Lampiran B

(12)

1) Pemrakarsa

Pusat Litbang Teknologi Sumber Daya Air, Badan Litbang Kimbangwil

2) Penyusun

N a m a Lembaga

Ir. Tatang Sutardjo, M.Eng. Pusat Litbang Teknologi SDA

Gambar

Gambar 1. Pola surutan muka air tanah akibat uji pemompaan
Gambar 2. Contoh bentuk kurva, respon surutan - waktu (Theis)

Referensi

Dokumen terkait