• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI TRANSPERSONAL MELALUI SOLAT TAHAJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TERAPI TRANSPERSONAL MELALUI SOLAT TAHAJ"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI TRANSPERSONAL MELALUI SOLAT TAHAJUD UNTUK

MENERAPKAN “FORGIVENESS "PADA KELUARGA KORBAN PEMBUNUHAN YANG MENGALAMI TRAUMATIK PASCA KEJADIAN.

Nur Yulita Saputri ¹ Linda Fatmawati ²

¹ Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. ² Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182 ¹ Email : saputrinuryulita@gmail.com

ABSTRAK

Forgiveness diasumsikan memiliki efek intrapersonal positif pada penyesuaian psikologis individu yang memaafkan. Sehingga dengan memafkan pihak yang dirugikan oleh pelaku tidak ada keinginan untuk balas dendam. Dalam bukunya Forgive and Forget: Healing The Hurts We Don‘t Deserve. Smedes (1984) yang membagi empat tahap pemberian maaf. Yaitu Pertama adalah membalut sakit hati. Kedua yaitu meredakan kebencian. Ketiga adalah upaya penyembuhan diri sendiri. Keempat yaitu berjalan bersama. Memberikan maaf dan memaafkan dalam keadaan jiwa dan hati yang tenang maka individu dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Karena maaf dilakukan dengan berdialog dengan diri sendiri hingga akhirnya perkataan negatif terkalahkan dengan perkataan positif. Itu sebabnya berserah diri pada Rabb juga penting melalui ibadah solat, khususnya di waktu sepertiga malam. Karena waktu tersebut mengandung unsur meditasi dan relaksasi yang begitu besar akibat keheningannya. Dengan metode tersebut di harapkan keluarga yang di tinggalkan karena harus menjadi korban dari kejahatan orang lain dapat bermeditasi dan berelaksasi sehingga terbentuk jiwa yang tenang dan mengikhlaskan sepenuhnya atas kepergiannya.

(2)

ABSTRACT

Forgiveness is assumed to have a positive effect on the psychological adjustments intrapersonal individuals who forgive. So as to forgive the injured party by the offender no desire for revenge. In his book Forgive and Forget: Healing the Hurts We Do not Deserve. Smedes (1984) which divides the four stages of forgiveness. Namely First is bandaged hurt. Secondly, the ease of hatred. The third is self-healing efforts. The fourth is to walk along. Forgiveness and forgiving heart and soul in a state of calm, the individual can feel real happiness. Because forgiveness is done by having a dialogue with myself until downs unbeaten with positive words. That's why surrender to Rabb is also important through worship prayer, especially at night a third time. Because of the time it contains elements of meditation and relaxation that is so large due to the silence. With this method the expected family will stay behind because they have become victims of crime other people can meditate and relax to form a quiet soul and mengikhlaskan entirely on his departure.

Keywords: Forgiveness, tahajud prayer, serenity

PENDAHULUAN

Kata tahajjud terambil dari kata hujud yang berarti tidur. KataTahajjud dipahami oleh al-Biqai dalam arti tinggalkan tidur untuk melakukan sholat. Sholat ini juga dinamakan sholat lail/sholat malam, karena dilaksanakan di waktu malam yang sama dengan waktu tidur. Sebagaimana dalam surah al-Muzzammil ayat 6-7, berbunyi: ” Sesungguhnya bangun di waktu malam, dia lebih berat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya bagimu di siang hari kesibukan yang panjang”. Dari ayat tersebut ada 2 hal yang begitu mengesankan.

(3)

mendekatkan diri kepada Rabb-nya akan menimbulkan ketenangan dan keikhlasan yang lebih mendalam.

PEMBAHASAN

Seperti yang kita ketahui dalam keseharian setiap manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Kalaupun kita sendiri yang tidak melakukan kesalahan bisa saja kitalah yang menjadi korban dari kesalahan orang lain. Apalagi kalau kesalahan tersebut sampai membuat kita merasa sangat menjengkelkan karena harus kehilangan orang yang kita sayangi selama-lamanya. Apabila hal tersebut di biarkan tanpa adanya penanganan pribadi maka dapat menimbulkan dendam yang berkepanjangan antara orang sekitar korban, khusunya keluarganya kepada pelaku pembunuhan. Selain itu dapat mengganggu kondisi psikologis pada keluarga yang di tinggalkannya seperti memiliki traumatik pasca kejadian. Trauma yang di timbulkan bisa saja membuatnya khawatir, cemas, stres bahkan depresi apabila tidak ada pengendalian dari dalam dirinya.

Oleh karena itu pengendalian diri sangat di butuhkan untuk menstabilkan kembali emosi yang pernah terluapkan menggunakan terapi transpersonal dengan cara berdialog dengan diri sendiri dalam keheningan dan kesunyian di sertai pengucapan melalui dalam hatinya seperti selalu mengucapkan makasih, maaf, memaafkan dan mencintai kepada seluruh anggota tubuhnya yang sudah memberikan banyak manfaat dan membiarkan apa yang terjadi atas KehendakNYA.khususnya adalah pemberian maaf atau memaafkan pelaku karena tanpa adanya maaf dari keluarga, sama halnya membuat korban pembunuhan tidak merasa tenang di sisinya begitu juga untuk korban yang di tinggalkan, akan di pebuhi rasa amarah yang berujung pada balas dendam berkepanjangan. Sehingga terapi ini di maksudkan agar yang melakukannya lebih merasa ikhlas dan melapangkan.

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Psikologi Transpersonal

(4)

yang dikenalkan oleh Ramachandran dan Ian Marshal (Agustian, 2003). Maka psikologi transpersonal sebenarnya ingin melihat potensi manusia secara utuh, menyeluruh dan menggali potensi manusia yang terdalam, salah satunya adalah Spiritual Question(SQ). Penggalian dan pengembangan manusia secara utuh sebagai pribadi, dalam segala dimensi dan kompleksitasnya. Jangan hanya pertumbuhan sebagai realisasi yang terfokus pada yang simpel tentang aspek fisik/emosi atau intelektual dari pribadi dengan meninggalkan lebih banyak alam ke-dalam-an yang tak tergali, dan karenanya tak terealisasikan.

Noesjirwan (2000) menyebutkan obyek psikologi transpersonal sedikitnya memuat antara lain sebagai berikut :

a. Keadaan –keadaan kesadaran

b. Potensi-potensi tertinggi atau terakhir c. Melewati ego atau pribadi ( trans-ego) d. Transendensi

e. Spiritual

Pada kenyataannya banyak psikoterapi Barat (termasuk psikonalisasi, dan aliran behavior) telah membuang dimensi transpersonal ke fantasi atau psikosis, yang sekarang dirasa kurangtepat dan ternyata dengan metode penyembuhan dan metode pengembangan diri yang lebih memakai transpersonal gejala-gejala yang dulu dianggap fantasi atau gejala psikosis, terpecahkan dan mempunyai aktualisasidiri yang lebih baik. 2. Forgiveness

A. Pengertian forgiveness

(5)

menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Enright (dalam McCullough dkk., 2003) mendefinisikan memaafkan sebagai sikap untuk mengatasi hal- hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti

a. Aspek-aspek Memaafkan

Mc Cullough membagi memaafkan dalam beberapa aspek, yakni : 1. Avoidance motivation.

Semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap suatu hubungan mitra, membuang keinginan untuk balas dendam terhadap orang yang telah menyakitinya.

2. Revenge motivations

Semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang keinginan untuk menjaga kerenggangan (jarak) dengan orang yang telah menyakitinya

3. Beneviolence motivations

Semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku meskipun pelanggarannya termasuk tindakan berbahaya, keinginan untuk berdamai atau melihat well being orang yang menyakitinya

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memaafkan

(6)

memaafkan biasanya mengasah tumbuhnya kemarahan dan dendam. Rasa sakit hati dapat menciptakan krisis pemberian maaf. Hal ini terjadi tatakalarasa sakit hati tersebut selalu bersifat pribadi, tidak adil dan mendalam (Smedes, 1984)

3. Kaitannya dalam islam

Al Qur’an juga berbicara tentang daya batin manusia yang belum termasuk dalam trikotomi manusia di atas, yakni hati, akal dan shudur (dada). Hati (qalb) berarti bolak-balik, yang mengisyaratkan bahwa hati mudah terpengaruh. Karena itu hati dapat dipengaruhi baik oleh jiwa maupun roh, dengan segala konsekuensinya. Ketika hati mendapat pengaruh dari roh, dia akan tercerahkan karena roh berasal dari Tuhan yang Esa dan menjadi prinsip kesatuan, roh akan membimbingnya kepada tauhid. Jika sudah begitu, maka hati akan menjadi jiwa rasional (al nafs al nathiqiyyah), atau dengan kata lain jiwa menjadi akal. Tapi ketika hati mendapat pengaruh dari jiwa, maka ia akan terkuburkan dengan jiwa yang bersentuhan dengan materi yang merupakan sumber keanekaan, maka hati akan terpecah jauh dari ketauhidan, bisa jadi hati manusia akan menyekutukan Tuhan, karena pemujaannya kepada selain diri-Nya, sehingga dia akan menodai keikhlasan dan ketauhidannya. Jiwa yang seperti ini yang disebut dalam Al Qur’an sebagai shudur(dada), tempat setan membisik-bisikkan rayuannya (Kartanegara, 2006: 93).

Masing-masing individu hendaknya memiliki kesiapan jiwa yang bisa menjadi bekal menghadapi keadaan apapun dengan tepat. Di antaranya adalah sikap tabah dan lapang dada yang didukung oleh ilmu syariat. Bisa dikatakan, secara umum orang itu siap untuk dipuji dan diberi, namun sangat berat jika dicela dan dinodai. Di sinilah ujian, apakah seseorang mampu menguasai dirinya saat pribadinya disinggung dan haknya ditelikung. Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang mampu menahan amarahnya seperti firman-Nya:

َظْيَغْلا َنيِمِظاَكْلاَو

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya.” (Ali ’Imran: 134)

(7)

ِبَضَغْلا َدْنِع ُهَسْفَن ُكِلْمَي يِذّلا ُديِدّشلا اَمّنِإ ِةَع ْرّصلِاب ُدْيِدّشلا َسْيَل

“Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Al-Bukhari no. 6114)

Memaafkan

Adalah amalan yang sangat mulia ketika seseorang mampu bersabar terhadap gangguan yang ditimpakan orang kepadanya serta memaafkan kesalahan orang padahal ia mampu untuk membalasnya. Gangguan itu bermacam-macam bentuknya. Adakalanya berupa cercaan, pukulan, perampasan hak, dan semisalnya. Memang sebuah kewajaran bila seseorang menuntut haknya dan membalas orang yang menyakitinya. Dan dibolehkan seseorang membalas kejelekan orang lain dengan yang semisalnya. Namun alangkah mulia dan baik akibatnya bila dia memaafkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َنيِمِلاّظلا ّبِحُي َل ُهّنِإ ِا ىَلَع ُهُر ْجَأَف َحَل ْصَأَو اَفَع ْنَمَف اَهُلْثِم ٌةَئّيَس ٍةَئّيَس ُءاَز َجَو

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)

Ayat ini menyebutkan bahwa tingkat pembalasan ada tiga:

Pertama : Adil, yaitu membalas kejelekan dengan kejelekan serupa, tanpa menambahi atau mengurangi. Misalnya jiwa dibalas dengan jiwa, anggota tubuh dengan anggota tubuh yang sepadan, dan harta diganti dengan yang sebanding

Kedua: Kemuliaan, yaitu memaafkan orang yang berbuat jelek kepadanya bila dirasa ada perbaikan bagi orang yang berbuat jelek. Ditekankan dalam pemaafan, adanya perbaikan dan membuahkan maslahat yang besar. Bila seorang tidak pantas untuk dimaafkan dan maslahat yang sesuai syariat menuntut untuk dihukum, maka dalam kondisi seperti ini tidak dianjurkan untuk dimaafkan.

Ketiga: Zalim yaitu berbuat jahat kepada orang dan membalas orang yang berbuat jahat dengan pembalasan yang melebihi kejahatannya. (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 760, cet. Ar-Risalah)

KESIMPULAN

(8)

melalui setiap prosesnya seperti yang di jelaskan dalam bukunya Forgive and Forget: Healing The Hurts We Don‘t Deserve. Smedes (1984) yang membagi empat tahap pemberian maaf. Yaitu Pertama adalah membalut sakit hati. Sakit hati yang dibiarkan berarti merasakan sakit tanpa mengobatinya sehingga lambat laun akan mengrogoti kebahagian dan kententraman. Kedua yaitu meredakan kebencian. Kebencian adalah respon alami seseorang terhadap sakit hati yang mendalam dan kebencian yang memerlukan penyembuhan. Ketiga adalah upaya penyembuhan diri sendiri. Seseorang tidak mudah melepaskan kesalahan yang dilakukan orang lain. Akan lebih mudah dengan jalan melepaskan orang itu dari kesalahannya dalam ingatannya. Keempat yaitu berjalan bersama. Bagi dua orang yang berjalan bersama setelah bermusuhan memerlukan ketulusan

DAFTAR PUSTAKA

Al Qahthani. 2003. Tahajjud Nabi. Yogyakarta: Media Hidayah

Anwar, Qomari. 2003. Manajemen Stres Menurut Pandangan Islam. Jakarta: PT. Mawardi Prima

Muhyidin, Muhammad. 2009. Misteri Shalat Tahajjud. Yogyakarta. Diva Press. Sulaiman Al-Kumai (2014). "Pengertian Meditasi", diakses dari

http://afindonesia.com/meditasi-danrelaksasi-sufi/ (pada tgl 08-03-2017) http://etheses.uin-malang.ac.id/2108/5/07410013_Bab_2.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi kestabilan dilakukan dengan pengamatan uji organoleptik, volume krimming, homogenitas, pH, tipe emulsi, viskositas dan aliran sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan

Lampiran 1 Tabel Data Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Air Rebusan Daun Bungur (Lagerstroemia speciosa. Pers) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. secara

aeruginosa dan disalut dengan protein pili hemaglutinin pada potongan pili ketiga dengan berat molekul 38,19 kDa dengan berbagai dosis pengenceran menunjukkan

Berdasarkan hasil analisis, didapatkan hasil bahwa organisme makanan dengan nilai indeks bagian terbesar selama pengamatan, baik pada ikan motan jantan maupun ikan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata waktu TMSH pekerja

Beberapa permasalahan yang dihadapi para penjual jamu tradisional dari sisi produksi yang telah disepakati untuk diupayakan jalan solusinya antara lain adalah

Masyarakat memiliki tingkat kepentingan yang tinggi pada unsur-unsur pelayanan ini yang diindikasikan oleh nilai indeks harapan masyarakat yang tinggi (di atas

Pemilihan ikan bandeng karena ikan ini bersifat euryhalin (memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas), dapat ditebar dengan kepadatan tinggi, mudah dalam pengadaan