TUGAS PRESENTASI KELOMPOK
“ ( , )
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TIDAK MAMPU
F , , & ”
Mata Kuliah: Kajian Al-Islam
Oleh:
Siti Meurah Dani
20130510002
Syamsudinnoor
20130510003
Regina Maharani
20130510005
Alfredha Shinta Putri
20130510006
Ganendra Widigdya
20130510007
Indah Fitria Dewi
20130510008
Diani Safitri
20130510009
PENYAJI:
KELOMPOK 1 - KELAS REGULER A
SEMESTER I
METODA PENYUSUNAN PRESENTASI
Oleh:
Diani Safitri
ALUR PENYUSUNAN PRESENTASI
Studi
KEGIATAN WAWANCARA
NO. INSTANSI UNSUR LOKASI NARASUMBER
1 Lazis Muhammadiyah Pusat Yogyakarta (Senin, 28 Oktober 2013)
LAZ ORMAS Jln. K.H.
2 BAZNAS Provinsi DIY (Selasa, 29 Oktober 2013)
BAZ Pemerintah Kanwil Agama Provinsi D.I.Y. (Rabu, 30 Oktober 2013)
LAZ Umum Kecamatan Jetis
Bp. Jumarsono
Kepala Cabang DIY
4 Rumah Zakat Wilayah Yogyakarta (Kamis, 31 Oktober 2013)
LAZ Umum Jln. Veteran Bp. Setiawan
KERANGKA PERTANYAAN WAWANCARA:
1.
Bentuk dan Proporsi Pemberdayaan di LAZ/BAZ
terkait.
2.
Metode Pemberdayaan di LAZ/BAZ terkait.
3.
Ciri Khas Pemberdayaan di LAZ/BAZ terkait.
4.
Masalah-masalah terkait ZIS yang digunakan untuk
pemberdayaan masyarakat tidak mampu.
5.
Peran pemuda / mahasiswa dalam ZIS yang dapat
DOKUMENTASI WAWANCARA (1)
Bersama Bp. Sigit Nugroho (LAZISMU)
DOKUMENTASI WAWANCARA (2)
Bersama Bp. Yusuf Wibisono (BAZNAS)
DOKUMENTASI WAWANCARA (3)
Bersama Bp. Jumarsono (PKPU)
DOKUMENTASI WAWANCARA (4)
Bersama Bp. Setiawan (Rumah Zakat)
Oleh:
Ganendra Widigdya
Hasil Studi Jurnal / Informasi Internet (1)
Zakat, Infak dan Sadaqah memiliki kemiripan makna.
Sadaqah adalah sesuatu yang diberikan seseorang dapat berbentuk materi (uang atau barang) dan juga non-materi (senyuman).
Infaq adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang baik yang sunnah (kotak amal) maupun yang wajib (zakat).
Zakat adalah menyisihkan harta dalam waktu tertentu, nilai tertentu dan sasaran tertentu.
Hasil Studi Jurnal / Informasi Internet (2)
Hasil Studi Jurnal / Informasi Internet (3)
Pada masa sejarah Islam, Zakat menjadi sarana efektif pengentasan kemiskinan (Cth: Masa Gubernur Yaman Muaz bin Jabal dan Masa Gubernur Baghdad Yazid bin Abdurrahman), (PKPU, 2013).
Lebih baik melakukan Zakat di lembaga, karena (PKPU, 2013): 1. Sesuai firmal Allah S.W.T. (QS. Al Maidah: 103),
2. Dilakukan oleh Rasulullah dan sahabatnya.
3. Muzaki lebih dapat memelihara keikhlasan dan harga dirinya.
4. Amil adalah lembaga yang konsentrasi mengurusi zakat dan lebih
proporsional.
Potensi Zakat Indonesia sangat besar sebesar Rp217 Triliun atau 3,4% dari Pertumbuhan GPD Tahunan Indonesia, dimana total himpunan BAZ dan LAZ di Indonesia hanya Rp1,7 Triliun / 0,8% dari potensi Zakat. (Baznas, 2013)
Hasil Studi Jurnal / Informasi Internet (4)
Dalam penghimpunan potensi Zakat di Indonesia dipengaruhi oleh:
aspek sosiologis (minim koordinasi antara BAZ, LAZ, Pesantren,
Mesjid, dll), aspek yuridis (aturan yang masih lemah penerapannya
dan masih belum diterima umum), serta aspek manajemen
(pengelolaan zakat yang belum profesional). Sumber: (Dwisari et al,
2013).
Di Indonesia, masalah zakat bertumpu terutama pada
penghimpunan yang berlum optimal, namun di Malaysia masalah
bertumpu pada
“excess”
bantuan yang berlum terbagi dan tidak
disegerakan. (Awang and Rohimah, 2013).
Hasil Studi Jurnal / Informasi Internet (5)
Hidayat (2013) juga menemukan bahwa 6 penyebab utama penyaluran zakat tidak optimal: (1) SDM terbatas kualitas dan kuantitas, (2) Tidak seimbang antara penghimpunan dan kebutuhan penyaluran, (3) Sosialisasi yang kurang tentang pentingnya zakat, (4) Program dan kebutuhan yang tidak cocok, (5) Masih banyak pengusaha muslim yang belum ber-zakat, (6) pemahaman yang terbatas tentang zakat.
Beik (2009) menemukan bahwa keberadan ZIS di Indonesia terbukti mampu mengurangi jumlah keluarga miskin dan memperbaiki aspek kedalaman kemiskinan dan penerima manfaat.
Guermat, et al (2002) menemukan bahwa di negara-negara Teluk, penyaluran Zakat lewat lembaga bukan hal yang populer dikarenakan persepsi masyarakat bahwa zakat adalah kewajiban yang kaitannya antara individu langsung dengan Tuhan.
Oleh:
LAZIS MUHAMMADIYAH PROVINSI DIY (1) BENTUK PEMBERDAYAAN
(75% charity, 25% pemberdayaan)
1. Pendidikan (beasiswa dan alat tulis), langsung ke sekolah 2. Ekonomi (intervensi modal dan barang)
3. Tanggap Bencana
METODE PEMBERDAYAAN:
1. Usulan program dari masyarakat / dari Muzakki (terutama
dari CSR Perusahaan),
2. Keputusan dari Lazis MU Pusat
3. Survey penerima manfaat (prioritas)
4. Cenderung memberikan barang daripada uang.
CIRI KHAS:
Tidak hanya pembagian uang, tapi juga diiringi dengan pembangunan karakter (mental) – Relawan Psikososial.
Kerjasama dengan lembaga MU dan Komunitas Keagamaan (Internal) dan Komunitas Profesi dan Hobi (Eksternal).
LAZIS MUHAMMADIYAH PROVINSI DIY (2)
MASALAH
1. Masih banyaknya Mustahik “jadi-jadian”.
2. LAZ masih lemah dengan pendataan (sehingga
terjadi pendanaan tumpang tindih dan penipuan).
3. Zakat tidak hanya ketika Ramadhan.
4. Pemahaman masih rendah terhadap KEMANA
harus menyalurkan ZIS.
PERAN PEMUDA / MAHASISWA
1. Relawan pada saat bencana. 2. Magang di LAZISMU.
Oleh:
BAZNAS Provinsi D.I.Y (1)
BENTUK PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan masih belum banyak karena masih berkonsentrasi pada penghimpunan dana
1. Pendidikan (SPP sampai lulus langsung ke sekolah) 2. Dakwah (Sinergi likuiditas BMT).
3. Sosial Ekonomi
METODE PEMBERDAYAAN:
1. Usulan program dari masyarakat / dari Muzakki (terutama dari CSR Perusahaan), 2. Survey dilakukan oleh Takmir dan KUA (selaku pembiina agama wilayah).
3. Penentuan pemberian bantuan (cenderung barang).
CIRI KHAS:
Sebagai lembaga pemerintah, BAZNAS melakukan penyaluran 100% (tidak mengambil hak amil sebesar 12,5%).
Lokasi dan citra adalah salah satu penentu besarnya penghimpunan dana.
Saat ini sedang melakukan upaya penghimpunan dana pada PNS, TNI, Polri dan PNS Pusat di Daerah (Potensi hingga Rp360 Juta per bulan)
Komitmen pemimpin daerah penting bagi BAZNAS sebagai lembaga pemerintah.
BAZNAS Provinsi D.I.Y (2)
MASALAH
1. Pengurus di BAZNAS hanya menjadi “simbolisasi” sehingga
pemerintah akan melakukan “rasionalisasi”.
2. Karakteri masyarakat Indonesia yang masih suka
“meminta-minta”, lemah dengan jiwa “enterpreneur”.
3. Lembaga PNS, TNI dan Polri masih mengelola zakat
sendiri-sendiri (ego sektoral).
PERAN PEMUDA / MAHASISWA
1. Sosialisasi masyarakat untuk aktif cari tahu BAZ/LAZ.
2. Ajak keluarga untuk melakukan pembayaran ZIS di instansi
Oleh:
PKPU Perwakilan Yogyakarta (1)
BENTUK PEMBERDAYAAN (70% charity, 30% pemberdayaan)
1. Pendidikan (Beasiswa terhadap 130 anak).
2. Kesehatan (air bersih permanen di Guning Kidul)
3. Sosial Ekonomi (telah ada 250 peserta binaan)
METODE PEMBERDAYAAN:
1. Aktif terjun ke masyarakat menanyakan kebutuhan.
2. Diberikan pelatihan dasar minimal hingga 6 (enam) kali pertemuan simultan dengan survey.
3. Pemberian bantuan (cenderung dana).
4. Apabila program terbukti baik (sistem bagus, diterima masyarakat dan quality life penerima manfaat meningkat), akan dilakukan berulang.
CIRI KHAS:
Dalam program pemberdayaan ekonomi (terkait intervensi modal), PKPU tidak akan bersaingan dengan BMT / Bank dikarenakan targetnya sangat mikro.
Menjadikan Forum Zakat (FOZ) sebagai sarana untuk sinergi program (antar wilayah agar tidak terjadi tumpang tindih dengan LAZ lain).
Pemberdayaan ekonomi dilakukan terhadap KELOMPOK (social pressure).
PKPU Perwakilan Yogyakarta (2)
MASALAH
1. Pemberdayaan adalah program yang berdurasi panjang, biaya tinggi (pendampingan, nilai bantuan, pelatihan).
2. Masyarakat Indonesia cenderung orang yang tidak mau Dzribetdz sehingga kurang betah ikut pelatihan.
3. Amil yang terkadang Dzterburu-burudz mendapatkan hasil sehingga intervensi modal terlalu dini dan tidak tepat (sasaran / program)
4. Masih ditemukan penyaluran Zakat pada non-muslim di wilayah tertentu.
5. Bekerja di BAZ/LAZ masih belum dilirik kaum muda.
PERAN PEMUDA / MAHASISWA
1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang KEMANA membayar ZIS yang benar dan tepat.
2. Berpartisipasi pada BAZ/LAZ dengan menjadi relawan.
Oleh:
BENTUK PEMBERDAYAAN (70% charity, 30% pemberdayaan)
1. Pendidikan (Beasiswa terhadap 130 anak).
2. Kesehatan (air bersih permanen di Guning Kidul)
3. Sosial Ekonomi (telah ada 250 peserta binaan, fokus pada makanan dan kerajinan).
METODE PEMBERDAYAAN:
1. Menerima usulan dari mustahik (umumnya perusahaan).
2. Survey dan pendampingan 6 bulan.
3. Program berjalan harus minimal 3 tahun.
4. Setelah program selesai, dilakukan evaluasi selama 6 bulan.
CIRI KHAS:
1. Branding dan pencitraan menjadi hal penting bagi Rumah Zakat agar menarik
perhatian umum (logo, iklan, produk). Ingin menjadikan Zakat sebagai
lifestyle.
2. Memiliki Member Relationship Officer (MRO) sebagai agen pemberdaya.
3. Pengelolaan Rumah Zakat yang seperti dunia perbankan.
4. Mempunyai jejaring international philantrophy .
MASALAH:
1. Situasi ekonomi yang cukup memburuk bagi kaum ekonomi lemah
(inflasi) diiringi dengan konsumsi tinggi bagi kaum menengah dan ekonomi kuat.
PERAN PEMUDA/MAHASISWA:
1. Sosialisasi Zakat. (Tidak hanya Zakat fitrah tapi juga ada Zakat
Maal)
2. Sosialisasi bahwa Zakat Produktif itu adalah penting dan ada
lembaga profesional (BAZ, LAZ) yang mampu menyalurkan.
KESIMPULAN & REKOMENDASI
Oleh:
KESIMPULAN:
1. Bahwa ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqah) adalah sarana strategis dalam pengembangan masyarakat secara sosial ekonomi.
2. Bahwa di Indonesia potensi ZIS sangat besar namun pemahaman yang masih rendah tentang penyaluran ZIS kepada Lembaga Amil serta kelembagaan amil yang kurang sinergis menjadi hambatan.
3. Penyaluran ZIS di Indonesia masih umumnya berbentuk charity, serta bentuk pemberdayaan BAZ dan LAZ di Indonesia masih terbatas pada program pendidikan dan kesehatan (relatif jangka panjang) dan kebencanaan (reaktif).
4. Keterbatasan sumber daya, keterbatasan teknologi dari pihak Amil serta diiringi dengan mental entrepreneur, mental peminta-minta dan sifat terburu-buru dari mustahik menjadikan banyak program pemberdayaan menjadi tidak optimal.
REKOMENDASI:
1.
Seluruh elemen masyarakat harus bahu membahu dalam membantu
mensosialisasikan zakat (bukan hanya pembayarannya namun
kepedulian akan dimana membayar dan proses penyalurannya).
2.
Perlu ada gerakan pembangunan mental untuk menjadi bangsa yang
lebih berusaha dan menjauhi tipu daya, rasa malas dan
peminta-minta terutama pada lembaga sosial seperti lembaga amil.
3.
Lembaga Amil harus saling sinergis dan mengembangkan
profesionalitas dengan mengikuti perkembangan terkini sehingga
simpati masyarakat meningkat.
4.
Perlu ada Political Will nyata dari Pemerintah untuk
BIBLIOGRAPHY (1):
Abdullah, Naziruddin, Moh. Wahyudi Moh. Yusop, Che Omar Hj. Awang, A Technical Note On the Derivation of Zakat Effectiveness Index, International Journal of Economics, Management and Accounting, The International Islamic University Malaysia, 2012.
Awang, Rohila, Rashidah Abdul Rahman, Effective Governance in Zakat Distribution, Universiti Malasysia Trengganu, 2013.
Beik, Irfan Syauqi, Analisis Peran Zakat Dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Institut Pertanian Bogor. 2009.
Dwisari, Mutiara, Zakaria Bahari, Zahri Hamat, Review on Indonesian Zakah Management and Obstacle, Journal Social Science, Universiti Sains Malaysia, 2013.
BIBLIOGRAPHY (2):
Guermat, C., A.T. Al-Utaibi, J.P. Tucker, A Practice of Zakat: An Empirical Examination of Four Gufl Countries, Economics Department Discussion Paper Serius, University of Exeter, 2002.
Kaslam. Shawal, Governing Zakat As a Social Institution: The Malaysian Perspective, International Journal of Governance, Universiti Teknologi MARA, 2011.
PKPU, Buku Panduan Zakat Praktis, Website PKPU, 2013.
Wawancara Bapak Sigit Nugroho (LAZISMU Yogyakarta), Senin 28 Oktober 2013. Wawancara Bapak Yusuf Wibisono (BAZNAS Provinsi D.I.Y), Selasa 29 Oktober 2013. Wawancara Bapak Jumarsono (PKPU Yogykarta), Rabu, 30 Oktober 2013.