MAKALAH
PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran”
Dosen Pengampu : Erista Zulki Fahrudi,M.Pd
Disusun oleh :
Mega Hemaswari (1584202015)
Kasipah (1584202016)
Program Studi Pendidikan Matematika Semester 3
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tentang “Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum” ini dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari Zaman jahiliah menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bisa menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca.
Kani memohon maaf apabila ada kesalahan di dalam penulisan makalah ini, karena manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Kritik dan saran pembaca selalu kami tunggu, agar kedepannya kami menjadi lebih baik dalam penyusunan makalah. Terima kasih.
Pacitan, 2 Januari 2017
DAFTAR ISI
JUDUL...
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... i
BAB I : PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 1
1.3. Tujuan ... 2
BAB II : PEMBAHASAN ... 3
2.1. Konsep Dasar Kurikulum... 3
2.1.1. Pengertian Kurikulum... 3
2.1.2. Fungsi Kurikulum... 3
2.2. Landasan Pengembangan Kurikulum... 5
2.3. Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum... 9
2.4. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum...11
2.5. Fenomena Ganti Menteri Ganti Kurikulum...12
BAB III : PENUTUP...15
3.1. Kesimpulan...15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pendidikan dalam kegiatan pembelajaran atau dalam kelas, akan bisa berjalan lancar, kondusif, interaktif, dan lain sebagainya apabila dilandasi oleh dasar kurikulum yang baik dan benar. Pendidikan bisa dijalankan dengan baik ketika kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses belajar mengajar. Kurikulum mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya pembelajaran terlaksana dengan optimal. Sejumlah pakar kurikulum berpendapat bahwa jantung pendidikan berada pada kurikulum. Baik dan buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangunn kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak.
Prof. Dr. S. Nasution. M. A. mengatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada tangan kreatif generasi muda. Mutu bangsa dikemudian hari tergantung pada pendidikan yang dinikmati anak anak saat ini, terutama dalam pendidikan formal yang diterima di bangku sekolah. Apapun yang akan dicapai di sekolah harus ditentukan oleh kurikulum sekolah. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum maka ia memegang peran penting dalam mengatur nasib bangsa dan negara kedepannya.
Kurikulum menjadi vital bagi perkembangan bangsa. Para guru atau pengajar harus pula memahami seluk beluk kurikulum hingga batas-batas tertentu dalam skala mikro. Kurikulum dirancang sepatutnya berdasarkan atas dasar kepentingan bersama. Kurikulum dibuat bukan untuk melegitimasi kepentingan kekuasaan tertentu.
Kurikulum bukan ditujukan untuk merusak karakter bangsa dan lain seterusnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan kurikulum?
2. Apa saja landasan dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pengembangan kurikulum? 4. Apa saja tahap-tahap pengembangan kurikulum ?
5. Benarkan politik mempengaruhi kurikulum? 1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan kurikulum.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Kurikulum
2.1.1 Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani , yaitu curir yang berarti pelari, dan curere yang berarti tempat berlari. Dalam bahasa perancis kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari. Kurikulum adalah jarak yang ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan. Kurikulum juga bermakna seperti kereta pacu pada zaman dulu, yaitu suatu alat yang
membawa seseorang dari garis start sampai finish. Kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah seumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh guna mencapai satu ijasah atau tingkat tertentu. Kurikulum berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh satu lembaga pendidikan tertentu.
2.1.2 Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dapat dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), dari sisi peserta didik , dan dapat juga ditinjau dari dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi Kurikulum dalam Mencapai Tujuan Pendidikan
Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, termasuk sebagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk program, yaitu kegiatan dan
pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Program tersebut harus dirancang secara sistimatis, logis, terencana, dan sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat dijadikan acuan bagi para guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien,
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.
3. Fungsi Kurikulum bagi Guru
Guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekalius pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor kunci dalam keberhasilan suatu kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat bergantung pada
kemampuan guru dilapangan. Efektifitas suatu kurikulum tidak akan tercapai jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Artinya guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak dan harga mati. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh guru dan disampaikan pada peserta didik harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
4. Fungsi Kurikulum bagi Pengawas
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
5. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.
6. Fungsi Kurikulum bagi Pemakai Lulusan
Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat, sebagai pemakai kelulusan dapat melaksanakan :
Ikut memberikan kritik dan saran kontruktif dan penyempurnaan program pendidikan sekolah.
2.2 Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan, apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan yang kuat, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri.
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum
diantaranya Robert S. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : Philosopy and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning theory
1. Landasan Filosofis
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
2. Landasan Psikologis
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik maupun lingkungan sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral, intelektual, maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat dari intervensi program pendidikan.
Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik.
Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan potensial menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana
perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Kondisi Psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya dalam lingkungan. Prilakunya merupakan cirri dari kehidupannya yang tampak maupun yang tidak tampak, yakni prilaku kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar.
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Untuk dijadikan landasan dalam mempertimbangkan bobot belajar pada masing-masing tingkatan dan jenjang serta beban belajar yang mesti diselaraskan dengan tingkat perkembangan psikologi dan kejiwaan peserta didik.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari
masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita mengharapkan melalui pendidikan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Karena itu, para pengembang kurikulum harus:
Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.
Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada.
Menganalisis kekuatan serta potensi daerah.
Menganalisis syarat dan tuntunan tenaga kerja.
Dari penjelasan tersebut dapat diungkapkan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus
berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi.
Terlebih berkaitan dengan teknologi komunikasi dan jaringan. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan sangat canggih, maka disinilah diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar dalam mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian karena berbagai penemuan teknologi baru terus berkembang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Dalam suatu perkembangan kurikulum, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan suatu kurikulum tersebut perlu dirubah. Beberapa faktor tersebut adalah:
1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain.
Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian. Perubahan praktek pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian serius, agar pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi tentu
perubahan kurikulum harus disesuaikan denga kondisi setempat, kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi karena adanya perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial, maupun budaya.
2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.
Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi makhluk terasing yang akanhidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan dunia sendiri yang baru bukan hanya mampu mengikuti dunia itu.
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan.
Praktek politik kenegaraan memegang peranan penting dalam perubahan kurikulum. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu tidak dapat terlepas dari perpolitikan suatu bangsa. Oleh karena itulah orientasi politik Negara harus diarahkan pada pemantapan demokrasi yang sejati, sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa dibayangi ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa.
4. Pandangan intelektual yang berubah.
mulai dirintis kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013 dengan basis yang sanma dengan perubahan dan penekanan pada aspek tertentu.
5. Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar.
Banyak sekali pemikiran, konsep atau teori baru dalam proses pembelajaran, walaupun pemikiran itu kadang hanyalah perubahan pada titik tekannya saja.
Misalnya mengenai active learningatau (CBSA),contextual learning, quntum teaching-learning dan lain-lain, untuk dapat mengaktifkan seorang individu siswa dan mengaktifkan kelompok.
6. Perubahan dalam masyarakat.
Masyarakat adalah suatu komunitas yang dinamis dan akan selalu berubah, baik perubahan kearah positif maupun negatif perubahan positif antara lainadalah kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan anak, terutama lagi kalangan menengah ke atas, dengan menyediakan fasilitas yang memadai seperti alat
komunikasi, transportasi, komputer dan internet. Perubahan kearah negatif sesungguhnya lebih banyak terjadi akibat efek tidak baik karena kemudahan-kemudahan yang dialami oleh manusia modern, seperti mudahnya berkomunikasi antar individu yang kemudian disalahgunakan untuk kejahatan.
7. Eksploitasi ilmu pengetahuan.
Dengan pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tentu ilmu
pengetahuan mendapat porsi dalam kehidupan manusia. Banyak sekali disiplin ilmu pengetahuan baru yang pada dekade sebelumnya belum dikenal. Oleh karena itu kurikulum paling tidak harus disesuaikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, agar anak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi kehidupan di masa depan.
Perbaikan kurikulum biasanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulum. Sedangkan perubahan kurikulum mengenai perubahan-perubahan dasarnya, baik mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai tujuan itu.sebelum merubah kurikulum hendaknya diadakan penilaian tentang kirikulum yang sedang di jalankan
Menurut Arih Lewy (1997) tahap-tahap pengembangan kurikulum meliputi hal-hal berikut ini.
1. Penentuan Tujuan Umum
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum merumuskan tujuan umum kurikulum yang berisi nilai-nilai dan perangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didi setelah mengikuti kegiatan kurikulum. Dalam merumuskan tujuan ini, para pengembang kurikulum tidak bisa bekerja sendirian. Mereka harus bekerja sama dengan para ahli disiplin ilmu termasuk psikologi, sosiologi, antropolog dan pakar-pakar ilmu lain.
2. Perencanaan
Selanjutnya menyusun perencanaan kurikulum, mulai dari silabus (perencanaan umum) sampai dengan RPP (perncanaan khusus) dalam berbagai kegiatan. Perencanaan ini meliputi bahan/materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem penilaian, sarana prasarana, biaya serta cara-cara penyampaian kepada guru agar mereka dapat menggunakannya. Untuk itu, tim pengembang kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip utama dalam perencanaan, yaitu (a) semua materi pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan kemajuan iptek, (b) proses pembelajaran harus serasi dan tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (c) sistem penilaian yang digunakan harus menggambarkan profil kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
3. Uji Coba dan Revisi
Tujuan umum dari uji coba ini adalah untuk menguji perencanaan yang telah disusun sesuai dengan kondisi objectif di lapangan sehingga perencanaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan khusus uji coba yang
dilakukan adalah untuk melihat kelemahan atau kekurangan dari perencanaan, sehingga dapat dilakukan perbaikan (revisi). Dalam uji coba ini, pengembang kurikulum dapat melakukan observasi langsung di kelas dan/atau meminta pendapat dari peserta didik tentang pengalaman belajar mereka selama mengikuti kurikulum baru. Begitu juga pendapat dari para pakar pendidikan, pakar psikologi, pakar bidang study, dan lain-lain termasuk kepala sekolah, guru dan orang tua. 4. Uji Lapangan
Tujuannya adalah untuk menganalisi kondisi-kondisi pelaksanaan kurikulum agar diperoleh hasil yang lebih memadai dan sempurna
Setelah kurikulum dilakukan uji lapangan, kemudian diberikan pelatihan-pelatihan kepadan kepala sekolah dan guru secara bertahap dan kontinu, maka selanjutnya kurikulum siap dilaksanakan secara serentak.
6. Pengawasan Mutu Kurikulum
Kurikulum itu sifatnya dinamis yang akan terus mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Jika suatu kurikulum dianggap banyak memiliki
kekurangan dan kelemahan, maka perlu dilakukan perubahan dan pembaharuan kurikulum. Untuk itu, pengawasan mutu kurikulum merupakan tahap penting yang harus dilakukan.
2.5. Fenomena Ganti Menteri Ganti Kurikulum
“Ganti menteri ganti kebijakan, berubah kebijakan berubah pula kurikulum pendidikan”. Demikianlah komentar yang muncul ketika melihat realitas pendidikan saat ini.
Kurikulum memang bukan merupakan sesuatu hal yang statis, tetapi ia harus dinamis mengikuti perkembangan zaman. Pembaruan kurikulum ini juga harus melihat dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat, karena kurikulum tidak bebas dari realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam sejarah perjalanan
pendidikan yang dialami negeri ini, cukup banyak hal yang membuat pendidikan kita disusupi kepentingan politik golongan tertentu. Sederhana saja, kurikulum yang berganti mengikuti bergantinya menteri merupakan potret tidak jelasnya arah pendidikan. Pendidikan yang diharapkan memiliki tujuan pasti demi mengubah kondisi bangsa menuju kemajuan, telah diboncengi sekian banyak kepentingan.
Menurut Rakhmat Hidayat, kurikulum adalah jantung pendidikan. Kurikulum mampu mengonstruksi wajah pendidikan suatu bangsa, bila berkualitas kurikulum yang dihasilkan maka berkualitas pula pendidikan bangsa tersebut atau sebaliknya. Meskipun demikian, kurikulum bukanlah hanya sekedar menyangkut materi,
pendekatan, metode, instrumen dan proses pembelajaran yang terjadi di level mikro, tetapi kurikulum juga menyangkut hubungan-hubungan sosial berbagai agen yang terlibat dan berkepentingan di belakangnya. Kurikulum sangat terkait dengan
politik. Oleh sebab itu yang terjadi selanjutnya adalah kurikulum yang selama ini berjalan selalu bernuansa kepentingan politik. Kekuasaan dan pendidikan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Mengapa hal ini masih dipertahankan ? sangat susah untuk menjawabnya, sebab masyarakat tidak mampu melawan atau mencoba lari dari kurikulum yang ada. Mengutip pendapat M. Sirozi, politisasi kurikulum sesungguhnya berpeluang besar dalam membangun pendidikan sesuai dengan kepentingan penguasa sehingga rakyat bisa ditundukkan dan diarahkan sesuai dengan keinginan penguasa.
Dalam sejarah Indonesia, kita bisa lihat bagaimana kurikulum tidak bebas dari relasi kekuasaan. Orde Baru melalui kurikulum mata pelajar Sejarah dan P4
(Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) menjadikan pendidikan sebagai aparat negara yang bersifat ideologis (ideological state apparatus). Melalui buku-buku teks para pelajar digiring untuk mempunyai pemahaman sejarah versi resmi Orde Baru. Dengan penataran-penataran P4 di setiap tingkatan, para pelajar, mahasiswa, dan bahkan PNS juga dicocok hidungnya agar tunduk dan patuh kepada rezim Orde Baru. Penafsiran kritis terhadap sejarah maupun Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di luar kurikulum yang telah dirumuskan oleh Pemerintah dianggap haram atau subversif.
Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik sangat menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Mereka
melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesan-pesan politik melalui metode dan bahan ajar pendidikan. Di negara-negara Komunis, misalnya, metode brain washing digunakan secara luas membentuk pola pikir kaum muda, agar sejalan dengan doktrin komunisme.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kurikulum berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh satu lembaga pendidikan tertentu.
2. Menurut Robet . S. Zais, Landasan- landasan pengembangan kurikulum adalah :
Landasan filosofis
Landasan psikologis
Landasan sosial-budaya
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Faktor-faktor pengembang kurikulum antara lain :
Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain
Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi
Orientasi politik dan praktek kenegaraan
Pandangan intelektual yang berubah
Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar
Perubahan dalam masyarakat
Eksploitasi ilmu pengetahuan
4. Tahap-tahap pengembangan kurikulum antara lain :
Penentuan tujuan umum
Perencanaan
Uji coba dan revisi
Uji lapangan
Pelaksanaan kurikulum
Pengawasan mutu kurikulum
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
H, Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Indonesia: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya. Bandung: Mandar Maju
Hamalik, Oemar . 1990. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar – dasar Pengembangan Kurikulum . Jakarta : Grafindo
Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Herry, Asep. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka
Hidayat, Rahman. 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum . Jakarta : Raja grafindo persada.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Syadih, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
http://mudzakkirology.blogspot.co.id/2014/02/politik-pendidikan-dan-kurikulum.html
https://irmaalhanaah.wordpress.com/2014/12/12/telaah-kurikulum-pengaruh-politik-terhadap-perubahan-kurikulum/