Dampak Lahirnya
Beberapa UU terhadap
Kelembagaan Ekonomi –
IMPLIKASI UU PKN, UU OJK,
PERKOPERASIAN DAN UU
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
Beberapa Persoalan
1. Masalah distribusi kepemilikan tanah, yang ditandai dengan kesenjangan antara pertumbuhan real estate dan penyusutan lahan pertanian
2. Sentra produksi, menyangkut kehidupan orang banyak dikuasai beberapa orang saja.
3. Oligarki sekitar 500 orang,
mempunyai kekayaan lebih dari 245 juta rakyat Indonesia (ditandai dg a.l. koefsien Gini 0.42).
4. Proses termarginalkannya 90% penduduk Indonesia di era globalisasi.
5. Masalah korupsi dan in efsiensi disegala bidang
6. Masalah ketahanan pangan dan energi
7. Tingkat pendidikan, masyarakat Indonesia, rata2 masih rendah dan terbelakang.
8. Masalah kependudukan, penyebaran penduduk yg masih pincang
9. Otonomi yang tanpa atau paling tidak, minim committment nasional. 10. Mandegnya perkembangan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
11. Belum ada tanda-tanda konversi pengiriman TKI/TKW menjadi pengiriman tenaka kerja trampil. 12. UU bidang Ekku yang dilahirkan,
sebagian besar mematikan swadaya dan kreativitas masyarakat, sehingga sosial kapital yang dimiliki bangsa Indonesia tidak bisa dikonversi
menjadi fnansial kapital (berawal dari : UU OJK, UU Koperasi 2012, UU
Lembaga Keuangan Mikro 2013, yang mematikan BMT). UU bidang ekku yang dilahirkan tersebut hanya memuluskan proses-proses “korporatokrasi” yang akan meniadakan kemampuan
swadaya/kemandirian masyarakat
UU 17/2003 ttg Keuangan
Negara (1)
• BAB II
• KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA Pasal 6
(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) : a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku
UU 17/2003 ttg Keuangan
Negara (2)
• BAB VIII
• PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN • APBN DAN APBD
•
Pasal 30
• (1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBNkepada DPR berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
• (2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi
Implikasi UU 17/2003
•
DenganUU 17/2003 ini, praktis kebijakan
fskal Indonesia/APBN tidak mempunyai
kaitan dengan perencananaan jangka
panjang.
•
Menkeu menjadi dominan dalam menentukan
alokasi-alokasi anggaran (pasal6 ayat 2)
yang bersifat hanya tahunan.
•
BUMN tidak bisa bergerak secara korporasi,
karena pemeriksaan keuangan oleh BPK
UU No. 17 tahun 2012
tentang Perkoperasian
(sdh
dibatalkan MK bln Mei 2014 lalu)
• Hanya dikenal empat jenis koperasi: konsumen, produsen, simpan pinjam dan jasa.
• Koperasi Serba Usaha (KSU) sudah tidak
diperbolehkan lagi. Bagi KSU yang masih memiliki unit simpan pinjam, diberi waktu 3 tahun agar unit simpan pinjamnya dapat berdiri sendiri menjadi Koperasi Simpan Pinjam.
• Modal: setoran pokok dan sertifkat modal koperasi.
(pasal 68-73 UU 17/2012)
Modal Koperasi
•
Calon Anggota koperasi harus membayar
setoran pokok untuk menjadi Anggota
Koperasi.
•
Anggota Koperasi wajib membeli Sertifkat
Modal Koperasi.
•
Dana disetor dalam wujud Sertifkat Modal
Koperasi tidak bisa ditarik, hanya bisa dipindah
tangankan pada Anggota lainnya atau ahli
waris.
•
Implikasi: tidak menarik untuk memupuk
UU No. 1 / 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro
(LKM)
•
Badan Hukum harus berbentuk :
Perseroan
Terbatas
atau
Koperasi
(UU No. 1 / 2013
tentang LKM).
•
Jika badan hukumnya PT, sahamnya paling
sedikit 60% dimiliki oleh Pemda Kabupaten/kota
atau Badan Usaha Milik Desa/kelurahan.
•
Implikasi: bagi perorangan/kelompok perorangan
yang ingin mendirikan LKM tidak punya pilihan
bentuk badan hukum, kecuali Koperasi
•
LKMSyariah, yang dimiliki perorangan/kelompok
perorangan pilihan badan hukumnya hanya
koperasi.
Peran OJK (UU 21/2011)
•
Otoritas Jasa Keuangan,
yang selanjutnyadisingkat OJK,adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini
• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:
a.kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b.kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
c.kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Struktur Pengaturan dan
pengawasan pola lama
(sebelum ada UU OJK)
BM
BMT dilahirkan oleh
swadaya masyarakat sendiri untuk mengatasi persoalan keuangan yang berbasis kepercayaan (trust
Struktur pengaturan dan pengawasan pola
baru?
Berdasarkan UU 21/2011-OJK, UU
17/2012-Koperasi dan UU 1/2013-LKM
Regulator Pengawasan & Perijinan
Implikasi OJK
•
Karena menurut UU, OJK harus mengawasi
semua lembaga keuangan, maka lembaga
keuangan mikro, koperasi dan lembaga
keuangan apapun harus dalam pengawasan
OJK. Akibat dari keadaan ini,
lembaga-lembaga keuangan bukan bank diperlakukan
se-olah-olah bank, sehingga dalam waktu
Saran Untuk UU OJK
•
Sesuai dengan kjonsistensi UU Bank
Indonesia, maka seharusnya OJK hanya
difungsikan untuk pengawasan lembaga
perbankan sebagai pengganti BI.
•
Lembaga keuangan bukan bank
dikembalikan lagi kepada instansi yang
sesuai dengan karakteristik lembaga
keuangan masing-masing. Misal Koperasi
simpan-pinjam kembali ke Kementrian
Rekomendasi Normatif
Apabila OJK tetap seperti apa adanya,
maka :
•
Perlu memberi petunjuk dan
pendampingan bagi daerah-daerah yang
telah mendirikan LKM berbentuk BMT
agar bisa memiliki badan hukum yang
sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku.
•
Implikasi : Modal sosial tidak bisa lagi
dikonversi menjadi modal fnansial, krn
berbagai “UU terkait” yang baru
tersebut bersifat
korporatisme based,
k
eadaan tersebut bertentangan dg
Landasan Konstitusional:
Pasal 33 UUD 1945
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan (bukan kinship) . 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efsiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Penjelasan Usaha Bersama
dan
Asas Kekeluargaan
•
“Kebersamaan” adalah suatu “
mutuality
” dan
“asas kekeluargaan” adalah “
brotherhood
”
(bukan
kinship
) atau “
broederschap
”, bahasa
agamanya adalah
ukhuwah,
yang mengemban
semangat kolektivitas dan solidaritas sosial
.
•
Jadi asas kekeluargaan yang
brotherhood
ini
bukanlah asas keluarga atau asas kekerabatan
(bukan
family system
atau
kinship
) yang
nepotistik. Kebersamaan dan kekeluargaan
adalah asas ekonomi kolektif (
cooperativism
)
yang dianut Indonesia Merdeka, sebagai lawan
dari
asas
individualisme yang menjadi dasar
sistem ekonomi kolonial yang dipelihara oleh
Penjelasan Pasal 33 UUD
1945
•
“… Perekonomian berdasar atas
demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi
semua orang. Sebab itu cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak
harus dikuasai oleh negara. Kalau
Relevansi Pasal 33 UUD
1945 dengan Kondisi Global
Saat Ini
•
Pasal 33 UUD 1945 sebenarnya makin relevan
dengan tuntutan global untuk menumbuhkan
global solidarity
(solidaritas global) dan
global
mutuality
(kerjasama saling menguntungkan
secara global), karena untuk kesejahteraan
bersama, bukan orang-perorang.
•
Makin berkembangnya aliran sosial-demokrasi
(Anthony Giddens, Tony Blair, dll) makin
meningkatkan relevansi Pasal 33 UUD 1945
saat ini. Saat ini 13 dari 15 negara Eropa
MODAL SOSIAL SEBAGAI SUMBER
KEKUATAN TERBESAR HADAPI PERSAINGAN
GLOBAL
DI MASA MENDATANG
MODAL APA YANG
Evolusi Peran Sumber Pertumbuhan
Ekonomi dan Kegagalan
Pembangunan
•
Pertumbuhan ekonomi bersumber pada:
– Sumberdaya alam Tenaga kerja Kapital Sumberdaya manusia Sumberdaya sosial
•
Kegagalan pembangunan di samping
disebabkan karena faktor-faktor kendala
seperti ketidakstabilan politik, sistem politik,
perang, dan perpecahan karena suku atau
agama, juga bisa oleh kurangnya
Kendala Sosial yang
‘dianggap’ Menghambat
Pembangunan
Asumsi yang selalu dikembangkan
:
• Tatanan sosial dan budaya masyarakat yang sangat kuat ikatan-ikatan tradisional dan primordialnya.
• Lemahnya solidaritas sosial antar kelompok dalam masyarakat.
• Keterbatasan sumber daya.
• Penempatan prioritas yang rendah pada “proyek-proyek sosial” dibandingkan dengan “proyek-proyek ekonomi” atau “proyek-proyek prestise”.
Padahal seharusnya
:
•
Nilai sosial itu, yang seharusnya dikonversi menjadi
Kendala
Sosial....lanjutan
•
Lembaga-lembaga dan pranata-pranata
yang dibutuhkan untuk pembangunan belum
berkembang, sedangkan yang ada seringkali
justru dianggap menjadi penghalang, baik
lembaga dan pranata ekonomi, sosial,
politik, maupun hukum.
•
Birokrasi kurang memahami keterkaitan
antara proses pembangunan ekonomi dan
pembangunan sosial, sehingga memberikan
kesan acuh tak acuh dan sikap kurang
berpihak dan kurang memberi perhatian
kepada masalah sosial, terutama bila
Pembangunan, Modal Sosial,
Energi Sosial
•
Nancy Birdsall (1993), seorang pakar Bank
Dunia, menyatakan secara tegas, “
social
development is economic development
” untuk
menggarisbawahi proposisi bahwa investasi di
bidang sosial tidak sia-sia dari segi ekonomi.
•
Modal sumberdaya manusia (SDM) atau
human
capital
mendapat kedudukan yang sentral
Modal Manusia dan Modal
Sosial
•
Apabila modal SDM tadi adalah umumnya
berkenaan dengan manusia sebagai
individu, maka ada pula modal manusia
lain, yaitu manusia sebagai masyarakat,
atau yang sering disebut sebagai modal
atau sumber daya sosial atau
social
capital
.
•
Modal sosial
ini adalah sumber kekuatan
Konversi Modal Sosial ke
Ekonomi
Trust dan kekerabatan
Perlu adanya kelembagaan
Potret Perkembangan
Usaha
Tahun
2005
Tahun 2009
Usaha
Mikro
45 juta
52 juta
Usaha
Kecil
1,6 juta
0,5 juta
Usaha
Menengah
105 ribu
41 ribu
Usaha
Besar
5.022
4.677
27
Usaha Kecil, Menengah dan Besar turun jumlahnya; Usaha Mikro meningkat pesat. Apa maknanya? Terjadi penurunan kelas struktur pelaku usaha.
Deindustrialisasi? Pada 2010, usaha mikro sdh mencapai 53.82 juta. Usaha mikro merupakan penyelamat dari menurunnya usaha lainnya.
Potret Perkembangan
Usaha
Jenis
Usaha
Tahun
2005
Tahun
2010
Tahun
2013
Usaha Mikro
45 juta
52 juta
54.5 juta
Usaha Kecil
1,6 juta
0,5 juta
0.6 juta
Usaha
Menengah
105 ribu
41 ribu
44.2 ribu
Usaha
Besar
5.022
4.677
4952
Sumber: BPS, 2010 dan Kompas, 30 Agustus 2013
Usaha Kecil, Menengah dan Besar turun jumlahnya; Usaha Mikro justru
Potret Redupnya Sektor
Pertanian
2001
2005
2010
Pertumb.
Ekonomi
3,81%
5,76%
6,1%
Pertumb.
Sektor
Pertanian
4,08%
1,79%
2,9%
29
Sektor pertanian yang menyerap 41% tenaga kerja semakin redup akibat keberpihakan pada sektor ini melemah. Dua fakta diatas sdh cukup
Kesimpulan Umum
•
Dengan lahirnya UU 17/2003, seluruh
proses perencanaan APBN dilaksanakan
oleh Kemenkeu, yang meniadakan
‘keniscayaan’ pentingnya perencanaan
jangka menengah dan panjang.
•
APBN yang berjangka setahun, akan
menyulitkan penyelesaian masalah nasional
yang berdurasi jangka menengah – panjang.
•
Regulasi saat ini, anggaran
multi-years
hanya berdasarkan
committment
dg
Menteri terkait, dan prosedur tertentu,
Implikasi pasal 30
UU17/2003 KN
•
Dari pasal 30 UU Keuangan Negara,
merupakan dasar hukum BPK periksa
BUMN. Ini juga merupakan keadaan yang
paradoks, mestinya BUMN diperiksa
akuntan publik menggunakan kaidah
korporasi, menjadi diperiksa/diaudit oleh
BPK dg kaidah tertib APBN/D; keadaan
ini membuat BUMN secara obyektif sulit
berkembang (‘terbonsai’) dan sulit
menjalankan misi sebagai instrumen
negara, untuk program-program
KESIMPULAN
• Sistim keuangan nasional yang masing-masing aktivitas
berbeda entitasnya, disatukan dalam satu lembaga OJK yang tidak mempunyai keterkaitan struktural dalam pemerintahan dan hanya diikat dalam suatu rapat koordinasi, merupakan bentuk perlucutan
(amputasi) peran negara dalam fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan warga negaranya.
• Terbukti sejak 2000 sampai 2013 koef Gini telah
berubah dari 0.32-an menjadi 0.41, yang artinya kesenjangan ekonomi maupun kesenjangan
kesejahteraan melebar.
• Meng-eleminasi peluang konversi modal sosial menjadi
Usulan (1)
• Revisi UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, yang memungsikan kembali keterkaitan antara perencanaan pembangungan (Bappenas) dan penyusunan APBN (Kemenkeu).
• Revisi UU 21/2011 tentang OJK, agar OJK hanya mengawasi sektor perbankan saja.
• Revisi UU 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, agar semangatnya dikembalikan pada semangat koperasi dan kemampuan swadaya masyarakat dan bukan ‘korporasi’.