• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV - DOCRPIJM 0b9904933b BAB IVBAB 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV - DOCRPIJM 0b9904933b BAB IVBAB 4"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

BAB IV

ANALISA SOSIAL, ANALISA EKONOMI DAN ANALISA

LINGKUNGAN

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi

kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam

menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat

dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk itu,

pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi

dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya

berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi

menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh

karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga

memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta

kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya

alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor

pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya

alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin.

Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang

bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan da n pembangunan

berkelanjutan.

Peraturan dan perundang – undangan yang berhubungan dengan SAFEGUARD

adalah :

 Undang-undang No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang 

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman

Ukuran dampak Lingkungan 

(2)

2 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya

Pemanfaatan lingkungan (UPL) 

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19

Maret 1994, tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD 

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19

Maret 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi 

SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19

Maret 1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD Keputusan

Menteri 

 Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Petapan Jenis Usaha dan/atau

Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi

dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. 

Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan

pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari

bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup

merupakan hal yang penting.

Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan

memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat

dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat

terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk kerusakan hutan lindung,

pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi

alam, dan sebagainya.

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman

(3)

3 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

4.1

ASPEK SOSIAL

4.1.1 Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan

pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut

maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif

gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul

sebegai pembelajaran di masa datang.

4.1.2 Kebutuhan Penangan Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan,

dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya

konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa

langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian

kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat

mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi

pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga

pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan

akses pelayanan tersebut. Hasil identifikasi aspek social pasca pelaksanaan

pembangunan bidang Cipta Karya.

Prinsip Dasar

Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian

mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang

diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini

penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial.

Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu -isu

strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain

sebagai berikut :

a. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap

terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap

(4)

4 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki

ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh

penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja,

kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat

baik formal maupun informal.

b. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran

dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian

masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan,

perencanaan maupun tahap pembangunan.

c. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan

dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di

masyarakat.

d. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal

(local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan

yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau

rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya nilai-nilai

kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demo krasi dan

penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar

bangunan kearifan lokal.

e. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas

berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi

dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat

dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan

keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke

proses pelaksanaan pembangunan.

f. Transparansi dan Akuntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang

berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan

akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana

(5)

5 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

g. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola

hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap

persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola

hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk

sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun

terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan

penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap

pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social

dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

h. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan,

pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan

yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun

horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang

menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan,

termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat

desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan

kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena

terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun

kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

i. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan

dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk

berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana

bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas

keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya

-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan -kegiatan

tersebut.

j. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang

sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal,

akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah

kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi

munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re

(6)

6 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam

jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi

menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau

seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta)

yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam

implementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah

tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan

menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan

secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu

pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

Tujuan Kegiatan

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis

dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga

Donor dan Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek

berjalan.

Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :

a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang

berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat.

Dampak penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik

langsung maupun tidak langsung.

b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak

pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan

diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masya rakat.

c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi

terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif

maupun negatif.

d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak

yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar

masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

e. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau da mpak yang ny ata dan

terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial

a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi

(7)

7 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan pembangunan.

c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

sosial.

Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak

positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan

(8)

8 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u 4.2 Aspek Ekonomi

4.2.1 Kemiskinan

Kemiskinan absolut (absolute poverty) adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar (Todaro dan Smith; 2004). Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil minimum tertentu atau dibawah garis kemiskinan.

Ada tiga indikator mengukur kemiskinan yang diperkenalkan oleh Foster dkk 1984 (dalam Tambunan 2009) yang sering digunakan dalam banyak studi empiris. Pertama, the incidence of poverty; persentase dari populasi yang hidup

dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan. Kedua the

depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah

yang diukur dengan Indeks Jarak Kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan Poverty Gap Index. Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan Indeks Keparahan Kemiskinan

Kemiskinan menjadi salah satu indicator penting untuk mengamati kemajuan pembangunan, karena masuk sebagai unsur penting dalam tujuan pembangunan. Kota Kotamobagu selang 3 tahun terakhir memperlihatkan penurunan yang sangat berarti terhadap jumlah orang miskin. Pada tahun 2009 jumlah orang miskin masih tercatat sebanyak 11463 orang kemudian menurun pada 2010 dan 2011 menjadi 8.122 orang dan 7.242 orang.

Aspek Ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan

mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang

perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek Ekonomi lebih

menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai

penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga

kebutuhan penanganannya.

untuk mewujudkan Kota Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

berbasis jasa serta mempertahankan keunikan sebagai kawasan pengembangan

pertanian organik serta penghasil beras dan kopi yang memiliki karakteristik

kota yang khas berbasis kearifan lokal, didukung oleh ketersediaan infrastruktur

perkotaan yang memadai, teknologi informasi dan komunikasi yang modern.

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat

Pengembangan infrastruktur yang baik dan berkelanjutan sangat berpengaruh

pada peningkatan ekonomi masyarakat. Kota Kotamobagu merupakan daerah

dengan capaian ekonomi yang diatas rata-rata Kabupaten/Kota yang ada di

Sulawesi Utara.

(9)

9 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

4.3 ASPEK LINGKUNGAN

Prinsip Dasar

Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan

yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan

serta telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk :

(i) AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung

kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan

kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang

ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

b. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan

kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak

terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan

keuangan setiap usulan proyek.

c. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak

negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek,

harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya,

proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat

dimaksimalkan.

d. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya

tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus

disertai dengan AMDAL.

e. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan

(IVP), kawasan lindung, atau merupakan kawasan sengketa. Di samping itu,

produksi, atau penggunaan :

 Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau. 

 Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan. 

 Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi,

menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau

eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak

dapat dibiayai. 

 Pestisida, herbisida, dan insektisida. 

 Konstruksi bendungan (dam). 

(10)

10 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

spiritual, tidak dapat dibiayai. 

f. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak te rmasuk

proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat

diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

Kategori Proyek

Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek,

seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek

tiap proyek atau kegiatan yang diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah

satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan peraturan

-perundangan Nasional juga dicantumkan dalam table 5.1.

Tabel 5. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup untuk Dinas

Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

No. Jenis Rencana Usaha/Kegiatan Besaran

1. Persampahan

a.

Pembuangan dengan sistem controlled landfill, sanitary landfilldengan

≥ 40 Ha luas landfill

b. TPA di daerah pasang surut dengan luas landfill ≥ 25 Ha

c. Pembangunan transfer station dengan kapasitas ≥ 1.000 ton/hari

2. Pembangunan Perumahan/Permukiman

a. Kota sedang dan kecil dengan luas ≥ 200 Ha

b. Kota besar dengan luas ≥ 100 Ha

c. Kota Metropolitan dengan luas ≥ 50 Ha

3. a. IPLT dan/IPAL dengan luas kolam ≥ 3 Ha

b. Pembang unan sistem perpipaan air limbah dengan luas layanan ≥ 500 Ha

4. Drainase Permukiman

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

- lebar ≥ 5 m

- atau panjang ≥ 10 km

b. Pembangunan saluran di kota sedang

- lebar ≥ 10 m

- atau panjang ≥ 15 km

5. Air Bersih di kota besar/metropolitan

a. Pembang unan jaringan distribusi dengan luas layanan ≥ 1.500 Ha

b. Pembangunan jaringan transmisi, dengan panjang ≥ 25 Km

6. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air atau sumber air lainnya dengan ≥ 500 liter /detik debit pengambilan

(11)

11 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 5. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

1. Persampahan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Perubahan bentang alam

dengan system control ladfill dan bentuk lahan, pengaruh Gangguan kesehatan, estetika,

atau sanitary landfill penggunaan teknologinya bau, asap pembakaran, emisi bio

a. terhadap lingkungan fisik - gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin),

Luas <10 Ha kimia dan sosial ekonomi pencemaran air tanah maupun air budaya, introduksi jenis permukaan

Kapasitas <10.000 ton hewan

TPA di daerah pasang surut

b. Luas <5 Ha Ke dalam proses

Kapasitas <5.000 ton pembusukan, keculai untuk Leachate (air lindi), gangguan c. Pembangunan Transfer Station<1.000 ton/hari lokasi yang berada di cacing, gangguan lalat, keluhan

(kapasitas operasional) bantaran sungai, tidak penduduk sekitar terhadap

dibangun di sekitar keberadaan tempat pembuangan d. Pembangunan incenerator Semua Ukuran sungai/berbatasan langsung sampah di sekitar, dll

e. Bangunan Komposting dan daur > 4 ton/hari, >500 m2dengan sungai

ulang (kapasitas sampah baku)

2. Pembangunan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d 25 Ha Perubahan bentang alam Perubahan tata guna lahan skala

kota, bangkitan LHR, bangkitan

pemanfaatan sumber daya b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 Ha

sampah dan limbah, perubahan alam yang menimbulkan tingkat konsumsi air bersih,

pemborosan dan

perubahan koefisien KDB & KLB,

kemerosotan, pengaruhnya

terhadap lingkungan fisik - perubahan volume run - off,

perubahan kawasan resapan air,

kimiawi, biologi, sosial

kesenjangan sosial dengan c. Kota Sedang, Kecil (luas) 2 Ha s/d 100 Ha ekonomi dan budaya

masyarakat sekitar

3. Peremajaan Perumahan dan Permukiman

a. Kota Metropolitan & Besar ≥ 1 Ha Perubahan kepadatan penduduk,

Perubahan bentuk lahan, perubahan tingkat pelayanan

Revitalisasi Kawasan cagar budaya bangunan bersejarah atau

peningkatan nilai asset bangunan

c. (Memfungsikan kembali ≥ 1 Ha

bersejarah kawasan)

4. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

a. IPLT < 2 Ha Perubahan bentuk lahan, Gangguan kesehatan, estetika,

pengaruh proses teknologibau, pembahan kualitas air tanah

terhadap lingkungan fisik, maupun air permukaan sekitar

b. IPAL < 3 Ha kimiawi, biologi, sosial,ekonomi dan budaya PILT/IPAL, pembahan pola matapencaharian masyarakat sekitar

(12)

12 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

Lanjutan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

5. Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (Sewerage)

Penerapan teknologinya

Gangguan lalu lintas, kerusakan

mempengaruhi lingkungan

Kota besar/metropolitan (luas

< 500 Ha

prasarana dan sarana umum,

layanan) fisik - kimiawi, proses dan ketidakpuasan atas nilai

hasil kegiatannya

kompensasi

mempengaruhi lingkungan

6. Drainase Permukiman Perkotaan

a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan

Drainase Utama (panjang) < 5 Km

Gangguan lalu lintas, kerusakan Drainase Sekunder dan Tertier

1 Km - 5 Km prasarana dan sarana umum,

(panjang) Perubahan bentang alam ketidakpuasan atas nilai

dan bentuk lahan, kompensasi kerusakan property b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang penerapan teknologinya atau kompensasi pembebasan

mempengaruhi lingkungan lahan, perubahan kualitas air di Drainase Utama (panjang) < 10 Km fisik - kimiawi, proses dan bagian hilir saluran.

hasilnya mempengaruhi

c. Pembangunan Salurang di Kota > 5 Km sekunder dan tertier di kota

Kecil (panjang) sedang kemungkinan melewati

pemukiman padat

7. Pembangunan Bangunan Gedung

Gangguan lalu lintas, kebisingan, kesehatan, getaran, gangguan Perubahan bentuk lahan, genangan lokal (dewatering), proses teknologinya gangguan cahaya, kebakaran, mempengaruhi lingkungan bangkitan LHR, air limbah, fisik - kimia, hasilnya sampah, peningkatan kebutuhan (luas lantai) < 10.000 m2 mempengaruhi lingkungan pelayanan prasarana dan sarana sosial, ekonomi, budaya, perkotaan (air bersih, air limbah, flora fauna, perubahan jalan akses, drainase, area intensitas bangunan gedung parkir), perubahan KDB, KLB, terhadap lingkungan peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas, bahan yang bersifat ozon

8. Air Bersih Perkotaan

a. Pembangunan jaringan distribusi 100 Ha s/d < 500 Ha Gangguan lalu lintas,

(luas layanan) kecemburuan sosial antar

Pembangunan jaringan pipa

b. 2 Km s/d < 10 Km konsumen air bersih, konflik

transmisi (panjang) Penerapan teknologinya

pemakaian sumber daya air, Pengambilan air baku dan sungai, mempengaruhi lingkungan

c.

50 liter/det s/d 250 perubahan pasokan air,

danau dan sumber air lainnya liter/det fisik kimiawi, proses dan penurunan muka tanah (land

(debit) hasilnya mempengaruhi

subsident) akibat penyedotan air

Pembangunan Instalasi lingkungan sosial budaya,

tanah yang berlebihan, intrusi air d. Pengolahan Air dengan > 50 liter/det eksploitasi sumber daya air asin, perubahan kualitas air

Pengolahan Lengkap (debit) yang pemanfaatannya

berpotensi menimbulkan *) Skala besaran wajib UKL/UPL pemborosan maupun untuk pengambilan dari mata air

Pengambilan air tanah dalam > 5 liter/det dan < 50 kerusakan sumber daya >5 liter/det s/d <50 liter/det

e. alam, ekologi waduk (khususnya di P. Jawa dan pulau

-(debit) liter/det

pulau kecil lainnya)

(13)

13 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

Lanjutan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL - UPL untuk Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya

No. Jenis Usaha/Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimb angan Alasan Ilmiah Khusus

9. Pembangunan Kawasan Terpadu :Pembangunan meliputi Permukiman, perkantoran, pendidikan, olahraga, kesehatam, tempat ibadah, pusat perdagangan dan perbelanjaan

Gangguan lalu lintas, kebisingan, Lua s Lahan 5 Ha Peruba ha n bentuk lahan, getaran, genanga n lokal,

penera pa n teknolog inya bangkit a n LHR, sampa h, air mempengaruhi lingkungan limbah, peningkatan kebutuhan fisik - kimia, biologi, proses pelaya na n prasara na dan sarana da n hasilnya perkotaan (air bersih, sanitasi, Lua s Lantai Bangunan < 10.000 m2 mempengaruhi lingkungan sampah, drainase, areal parkir),

sosial, ekonomi dan budaya peruba ha n KLB, KDB, peningkatan PKL 10. Pemba ngunan Ka wasan Permukiman untuk Pemindahan Penduduk dan a tau Permukiman Kembali

Peruba han ta ta guna lahan kawasa n, ketida kpuas a n atas pemberian kompensasi penggantian dan bangunan, a da ptasi dengan penduduk a. Juml ah penduduk yang 50 KK - 200 KK Peruba ha n bentang alam sekita r, peruba ha n ekosistem

di pindahkan da n bentuk l ahan, ka wasan, perubahan daya eksploita si sumber daya dukung kawasan (lahan, sumber alam, proses dan hasilnya daya air, pertanian, kehutanan, mempengaruhi lingkungan perkebuna n, dll), peruba ha n sosial ekonom i, buda ya , koefisien run off, peruba ha n penera pa n teknolog inya KDB, KLB

mempengaruhi lingkungan

fi s ik - ki mia - biologi, Catatan : *) ke dalam kegiatan ini mempengaruhi pelestarian terma suk kawasan ya ng kawasan konservasi sumber dipersiapkan untuk menampung da ya alam pengungs i dan memukimka n b. Lua s Lahan Kawasan 2 Ha - 100 Ha kembali, penduduk yang

di pindahkan a kibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana alam dan bencana s osial, dll Sumber : Keputusan Menteri Permukima n dan Prasarana Wilayah, Nomor : 17/KPTS/M/ 2003, Tanggal : 3 Februari 2003

Keterangan :

1.

Semua kegiatan yang memerlukan disposal area dan/atau borrow area dengan luas > 1 Ha (kawasan perkotaan) dan/atau > 5 Ha (kawasa n perdesaa n), memerluka n UKL/UPL

2. Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) : a .Kota Metropolitan Populasi >1.000.000 ji wa

(14)

14 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

Pengadaan Lahan/Tanah

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan

didanai berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati

oleh usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tan ah

adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar

kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini.

Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara :

a. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan

secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak.

Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah,

bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena;

b. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP)

harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan

lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman

kembali;

c. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga

yang terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan

kompensasi yang memadai, seperti tanah alternatif dan/atau uang

kompensasi yang sama dengan harga pasar tanah dan aset. Biaya terkait

lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus

ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan

untuk membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui

syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau pemukiman kembali;

d. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah,

berdasarkan nilai pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau

keuntungan lokasional yang sama, yang berlaku pada saat pembayaran

ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan nilai pasar setempat untuk

kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman, sesuai dengan harga

pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non-material; dan iv). aset lain,

diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan

besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama.

e. Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan

hukum, atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak

dalam bentuk seperti: a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman,

(15)

15 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

ke tempat kerja, infrastruktur, dan sebagainya. Berdasarkan alas haknya,

kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai berikut:

i).pemilik – orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat

pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah

berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan pemilik tanah;

iii). penggarap – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa

alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). nadzir – orang atau

pihak yang mengelola tanah wakaf.

f. Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi

tertentu, atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan

sebagian tanah dan asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di

kalangan warga atau pihak yang terkena, difasilitasi oleh Forum

Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa warga atau pihak

tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

g. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang

terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah

(dibuktikan dengan perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak),

sama dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan

oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah

mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di

atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau

Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut

untuk memberikan tanahnya secara sukarela. Persetujuan ini harus

didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).

h. Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang

dibutuhkan, jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum

tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar

tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh

formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan

atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang

berlaku di Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka

pengadaan tanah ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk

(16)

-16 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga implementasi kerangka ini

dapat berlangsung efektif :

- Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.

- Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak

negatif yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

- Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup

waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara

independen.

- Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada orang-orang yang dipindahkan.

Yang berhak menerima santunan :

 Pemilik-pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat), bangunan, tanaman, atau aset lainnya; 

Penyewa-menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan pemilik lahan;

Penggarap-menguasai lahan secara fisik tanpa alas hak, dengan atau tanpa

ijin pemilik lahan; 

Nadzir,bagi lahan wakaf

Cara menghitung kompensasi :

Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan

warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya

sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya.

Contoh cara menghitung :

Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan

lokasi yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi; 

Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas

bangunan yang sama; 

Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian

immaterial 

Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan

(17)

17 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan disampaikan ke :

Pemda, sebagai Pemrakarsa

Forum Stakeholders

Tim Pengawas Safeguards

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL :

Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana

kegiatan, dan alamat kantor.

a. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen

rencana kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

b. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber

dampak, jenis, dan besaran dampak

c. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah

untuk mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi

keadaan darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai

efektivitas pengelolaan lingkungan.

d. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk

melaksanakan UKL/UPL tersebut.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program

dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)

perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah

bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4)

penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih

fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin

atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat;

dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun

teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tahap selanjutnya setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses

penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM

tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan

(18)

18 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa

KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM

dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh

terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas

lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya.

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu

Wilayah

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau

program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan

kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan

berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan,

rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak

negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan

beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah

kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.

Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan

kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan

antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,

rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan

dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan

berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan

kebijakan, rencana, dan/atau program.

(19)

19 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012

tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana

Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi

dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Tabel 5.3 Identifikasi Isu Pembangunan

NO PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA PENJELASAN SINGKAT

(1) (2) (3)

4.1 Sosial

1. Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah

penyakit Pencemaran mengakibatkan berkembangnya penyakit

dan yang sering dialami adalah disentri disebabkan karena pencamaran air 4.2 Ekonomi

1. Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan

lingkungan Banyaknya sehingga alternative mencari penggangguran

nafkah dengan penebangan

pohon secara liar,

pertambangan liar, ect

2. Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan

infrastruktur permukiman Dapak yang positive karena pembangunan infrastruktur banyak memberikan manfaat 2. Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang

tidak berfungsi maksimal Belum ada

3. Dampak kumuh terhadap kualitas lingkungan Sangat berdampak buruk,

(20)

20 | B a b I V – K o t a K o t a m o b a g u

4. Dampak perubahan iklim terhadap kawasan

(21)

Gambar

Tabel 5. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Tabel 5. 2 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi UKL-UPL untuk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya
Tabel 5.3 Identifikasi Isu Pembangunan

Referensi

Dokumen terkait

Buah naga dengan berat 0.65 kg yang dikemas menggunakan stretch film pada wadah styrofoam berukuran 12 cm x 18 cm masih dapat diterima konsumen hingga hari ke-25 pada suhu

Demikian sejarah ekonomi rakyat berawal jauh sebelum Indonesia merdeka, namun tidak banyak pakar mengenalnya karena para pakar, khususnya pakar-pakar ekonomi, memang hanya

Maksud dari cerita ini adalah untuk menegur orang kafir karena mereka mendustai risalah dari Rasul yang dikirim Allah kepada mereka, cerita ini dikhususkan kepada

yang telah memberikan kesehatan kesempatan kepada keluargahesar.Prograrn Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Program

Nilai aktivitas kitin deasetilase dalam menghasilkan glukosamin merupakan suatu fungsi dari reaksi substrat glikol kitin (yang berasal dari glikol kitosan) terhadap enzim

Qtrap digunakan untuk mendeteksi email-email yang masuk apakah mengandung kata-kata tertentu yang dilarang atau tidak. Jika mengandung kata-kata yang dilarang, maka program ini

I Nabi Yesaya telah melukiskan zaman damai sebagai berikut, “Orang takkan berbuat jahat dan tidak merusak di seluruh gunug-Ku yang kudus, sebab hati segenap penduduk

Untuk mengetahui apakah Rasio Profitabilitas pada Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) Desa Kembung Luar sudah sesuai dengan perspektif syari‟ah..