• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Internal Locus of Control dalam Pelayanan Konseling dan Implikasinya terhadap Perbedaan Budaya Klien

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Internal Locus of Control dalam Pelayanan Konseling dan Implikasinya terhadap Perbedaan Budaya Klien"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

dan Info Artikel:

Diterima 08/06/2013 Direvisi 26/06/2013 Dipublikasikan 30/06/2013

Pengembangan I

Pelayanan Kons

Perbedaan Buda

Marjohan

1

1Fakultas Ilmu Pendidikan, Un

Abstract

The goal of counseling, amon especially in western cultures characters, they are: hard w achievement motivation. Howe locus of control in the counseli

client’s internal locus of contro

Keyword:Locus of Control, b

Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved

Indonesian Institute for Counseling and Education(IICE) Multikarya Kons

PENDAHULUAN

Pelayanan konseling telah pendidikan di sekolah dan d keterampilan, nilai dan sika berkembang secara optimal (P konseling ini dalam sebuah sis menyatakan bawa kehadiran karakteristik dari sistem pend tersebut juga dapat dilihat da Menteri Pendidikan Nasional pelayanan konseling di sekola kehidupan pribadi, kehidupan konseling memfasilitasi peng dengan kebutuhan, potensi, ba ini juga membantu mengatasi dalam Permendiknas itu juga

dan

gan Internal Locus of Control d

onseling dan Implikasinya terhad

daya Klien

Universitas Negeri Padang

mong other thing, is to develop an internal locus of co res, has shown that those with an internal locus of con work, problem solving skilss, optimistic, engaging in wever, for clients who are not from western cultures a seling process should be considered properly. This pap

trol for those who do not embrace western cultures

l, budaya,konseling

Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved

Indonesian Institute for Counseling and Education(IICE) Multikarya Kons

lah lama dipandang oleh para ahli sebagai bagian yang didisain untuk membantu peserta didik mengembang kap berkenaan dengan diri dan lingkungannya sehi l (Prayitno dan Erman Amti, 1994; Shertzer & Stone, sistem pendidikan juga diakui oleh para pendidik. Gibso n layanan konseling pada program sekolah merupak ndidikan di berbagai negara saat ini. Di Indonesia, p dari berbagai aturan dan perundang-undangan pendid nal (Permendiknas) No. 22 tahun 2006 tentang Sta olah/madrasah merupakan usaha membantu peserta d an sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pen engembangan peserta didik, secara individual, kelomp bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-pelu si kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihada ga dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan

dan

Ikatan Konselor Indonesia (IKI)

ol dalam

rhadap

control of a clients. Research, control were correlated to their in social activities and high in a tendency to foster an internal aper describes how to enhance

Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved

Indonesian Institute for Counseling and Education(IICE) Multikarya Kons

(2)

bantuan untuk peserta didik, b secara optimal, dalam bidang perencanaan karir, melalui be berlaku.

Salah satu upaya da kehidupan mereka adalah pen dikemukakan oleh Julian F. R mereka menentukan apa yang seseorang mengontrol berbagi interaksinya dengan orang lai mereka serta akan menjadi pe selama ini lebih banyak men mandiri, tidak menyerah pada kepada orang lain. Ada semac otonomi, individualisme, komp

Bagaimanapun juga dibesarkan dalam budaya bar kompetisi dan otonomi belum

pandangan seperti itu. Speight values or life style”. Ide ini jug

pola-pola pikir dan cara-cara b masyarakat sekeliling mereka. untuk hidup sejahtera di lingku klien dan memahami dengan b yang mereka ambil sehari-hari.

as well as individual differenc

that disregard the influence of

(p. vii).

Dengan demikian up didasarkan kepada pemahaman mereka dan tentu saja akan me

KAITAN ANTARA BUDAYA

Kaitan antara budaya pentingnya dalam pelayanan ko Lee, 1984; Pedersen, 1988; R budaya, seperti masalah etnis, bidang konseling. Semua wac budaya (multicultural counselin

, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mam ang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sos berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, ber

dalam membantu kemandirian dan perkembangan o engembangan locus of control mereka. Locus of con . Rotter (1966) yang menjelaskan sejauh mana indivi ang akan terjadi pada diri mereka. Dia menegaskan gi kejadian dalam hidupnya akan mempengaruhi keputu lain. Lefcourt (1982) menyatakan bahwa individu per penentu terhadap nasib mereka. Pelayanan konselin engarahkan perhatiannya untuk membantu para klien da nasib dan idividu yang mampu mengatasi masalah acam tradisi pada teori-teori konseling di dunia bara mpetisi dan sejenisnya dalam kehidupan.

a perlu dipahami bahwa bagi individu yang hidup barat di atas, agaknya penghargaan yang tinggi terh

m menjadi pandangan hidup mereka yang dominan da

ght, et al., (1991: 29) menyatakan “all humans differ in juga diakui oleh Pedersen (1991) yang menyatakan sebe

a bagaimana seseorang mestinya bertingkah laku telah a. Pola pikir dan cara-cara bertingkah laku itu akan m gkungannya. Konsekuensinya, konselor perlu menyadari n baik bagaimana budaya mereka tersebut mempengaruh ari. Dalam kaitan ini Pedersen (1988) menyatakan:Und ences, is important to the accurate interpretation of beh

of a client’s cultural context are unlikely to interpret a

upaya-upaya atau strategi yang diterapkan dalam la an terhadap budaya klien akan membuahkan interpreta mengakibatkan pelayanan tersebut tidak efektif

YA DAN KONSELING

ya dengan konseling telah diakui oleh sejumlah ahli. konseling telah banyak mendapat perhatian dalam berb Ridley, et al., 1994; dan Sue & Sue, 1990). Berbagai is, ras, pandangan hidup, dan sebagainya telah banyak d wacana itu berkisar dalam suatu tema yang sering dik

eling).

ampu mandiri dan berkembang osial, kemampuan belajar, dan berdasarkan norma-norma yang

optimal peserta didik dalam control merupakan konsep yang ividu meyakini bahwa perilaku an bahwa kualitas atau derajat tusan yang akan diambilnya dan erlu efektif dan menyadari diri ling, khususnya di dunia barat, en untuk menjadi pribadi yang lahnya dengan tidak tergantung arat yang menghargai nilai-nilai

p di negara-negara yang tidak erhadap budaya individualisme, dan bahkan tidak cocok dengan

in terms of cultural background, ebelum seseoranglahir ke dunia, ah disiapkan oleh orang tua dan menjadi pedoman bagi individu ari perbedaan nilai yang dibawa ruhi tingkah laku dan keputusan

Understanding group differences, behaviors. Counseling strategies

et a client’s behavior accurately

layanan konseling yang tidak etasi yang salah tentang perilaku

(3)

Ada sejumlah alasan konseling. Pertama, konseling masyarakat sekitarnya (Sue & from which we encounter the kerangka sosial budaya setem yang dianut, atau gaya hidupn multi budaya (Ibrahim, 1991; bahwa setiap hubungan dalam nilai, dan gaya hidupnya (Sue pemahaman perbedaan indivi Ketiga, secara luas disadari membentuk keunikan mereka d Pandangan hidup yang dianut penyelesaian masalah, pengam karenanya, adalah penting sek keefektifan konseling tergantun pengalaman-pengalaman indiv karena itulah mengapa perlu se memahaminya dari sudut kont bahwa pemahaman budaya ma orang lain dan akan menggiring

Menurut Carter (1991 penting yang perlu diperhatik variabel itu adalah nilai budaya

Pandangan hidup yan diperhatikan oleh konselor d budaya akan dapat menjadi ke sebagai variabel antara dalam hidup yang dimiliki klien meru budaya, sejarah sosial dan p pengambilan keputusan. Lebi seseorang tidak hanya men mempengaruhi bagaimana me dialaminya atau yang dilihatny

Dimensi individualism konselor dalam memahami bu (1986), dimensi individualism dengan variabel keperibadian. beberapa hal. Ada sejumlah memberikan pertimbangan ba berbagi dalam hal sumber-sum pengaruh-pengaruh sosial; (5) dalam kehidupan orang (Hui &

an mengapa konsep-konsep tentang budaya perlu diper ling tidak terjadi dalam keadaan kosong yang terpisah & Sue, 1990). Pedersen (1985) menegaskan bahwa "c the world, ourselves,and life” (p.6). Karenanya, profes

empat. Kedua, seluruh manusia berbeda dalam hal lata upnya. Oleh karena itu seluruh layanan konseling per 1; Pedersen, 1990; Speight, et al., 1991). Pemikiran i am konseling melibatkan dua atau lebih peserta yang be ue & Sue, 1990). Dengan demikian, pemahaman buday

ividu merupakan hal yang penting dalam hubungan ri bahwa individu berbeda dalam hal sikap budaya a dalam memandang kehidupan (Schwebel, 1980; Sue & nut manusia secara langsung mempengaruhi sistem ke

ambilan keputusan, dan pemecahan konflik-konflik m sekali bagi konselor untuk memahami pandangan hidu tung kepada pemahaman klien sebagai individu yang un dividu yang unik itu sebagai akibat dari proses budaya sekali konselor, dalam rangka memahami secara penu onteks sosial budaya (Segall, et al., 1990). Atas

alasan-manusia akan memperjelas pemahaman konselor terha ring mereka untuk bertindak secara efektif dalam hubung

91), Ibrahim (1991), Hui & Triandis (1986) dan Sue & tikan konselor ketika ia melaksanakan interaksi dalam aya atau pandangan hidup klien dan dimensi individualis

yang dianut klien adalah komponen penting dari kepe dalam hubungan konseling. Ibrahim (1991) menega kehilangan makna kecuali bila konselor dapat menggu am setiap kekhususan pertemuan konseling. Dia men erupakan suatu mekanisme bagi konselor dan klien untuk

politik, dan gaya hidup mempengaruhi pilihan-pilih ebih lanjut Sue & Sue (1990) mengemukakan bahwa pa

enyumbang kepada sikap, nilai, pendapat, dan ko mereka berpikir, membuat keputusan dan menjelaskan tnya.

lisme dan kolektivisme juga merupakan aspek penting budaya klien (Hui & Triandis, 1986; Triandis, 1989) lisme dan kolektivisme dapat dilihat sebagai variabel an. Sebagai suatu variabel budaya, individualisme dan lah karakteristik individu yang berada dalam dimen bahwa implikasi keputusan atau tindakan yang diam sumber materi (3) berbagi dalam hal sumber-sumber no 5) berbagi akibat-akibat seperti penderitaan atau kebahag i & Triandis, 1986, p. 229-232).

pertimbangkan dalam pelayanan ah dari pengaruh sosial budaya "culture is a frame of reference

fesi konseling dipengaruhi oleh

atar belakang budaya, nilai-nilai erlu bersifat lintas budaya atau n ini didasarkan atas keyakinan berbeda latar belakang budaya, aya sebagaimana halnya dengan an konseling (Pedersen, 1988). ya, nilai, dan keyakinan yang e & Sue, 1990; Sundberg, 1981). kepercayaan, asumsi, cara-cara mereka (Ibrahim, 1991). Oleh idup kliennya. Keempat, karena unik, konselor perlu mengaitkan ya (Ridley, at al., 1994). Oleh nuh tingkah laku manusia, perlu an-alasan ini, dapat disimpulkan rhadap perilakunya dan perilaku

ngan konseling.

& Sue (1990), ada dua variabel am hubungan konseling. Kedua alisme-kolektivisme klien.

peribadian individu yang perlu gaskan bahwa konseling multi gunakan pandangan hidup klien enambahkan bahwa pandangan tuk memahami bagaimana etnis, pilihan hidup dan kemampuan pandangan hidup yang dimiliki konsepnya, tetapi juga dapat kan kejdian-kejadian baik yang

(4)

Dari sudut pandanga pandangan hidup mereka y berpandangan kolektivisme c menguntungkan keluarga, atau dengan cara meminjamkan, m norma kelompok, dan menunj merasa bahwa apa bila mereka atau kelompok mereka. Para ko tidak kepada kehidupannya (H

Sebaliknya, Hui dan mereka yang beraliran individu bahwa mereka mampu mengu sendiri, dan kurang peduli pada

PENGEMBANGAN INTER

LINTAS BUDAYA

Locus of control me menjelaskan konsep tersebut kemampuannya dalam mengen menginterpretasikan peristiwa-yang bersifat internal (internal Apabila mereka meyakini bahwa kebetulan, nasib atau kekuatan individu menginterpretasikan kemampuan atau usaha mereka control.

Para ahli tampaknya memiliki sifat-sifat yang meng antara derajat locus of control (dalam Sue & Sue, 1982) m internal locus of control berk menemukan strategi pemecaha untuk merasa cemas, (5) ting memberikan penghargaan yang Denton, & Matson, 1995 m dibandingkan teman-temannya dari depresi, tidak mau mengg tingkat kelas di SMA, cenderu di sekolah atau di masyarakat. remaja yang mempunyai intern orang lain dan datang meminta memiliki external locus of cont

ngan Hui and Triandis, adalah bisa dimengerti unt yang kolektivis dibandingkan dengan yang indi

cenderung mengambil keputusan atas dasar pandang tau anggota kelompoknya. Mereka juga cenderung men meminjam, memberikan harta mereka pada yang lain, njukkan kepedulian yang amat dalam terhadap penerim eka gagal atau bertindak tidak tepat hal itu akan mendat

kolektivis juga percaya bahwa kehidupan orang lain dap (Hui & Triandis, 1986).

an Triandis mencatat bahwa karakteristik kolektivisme idualisme. Lebih lanjut dikemukakannya, karena indivi gurus diri mereka, mereka memberi nilai tinggi pada k ada orang lain.

ERNAL LOCUS OF CONTROL KLIEN DALAM

merupakan konsep nilai yang pertama kali diperkenal but sebagai sejauhmana individu memahami diriny endalikan atau mengontrol lingkungan. Lebih lanjut dik wa-peristiwa atau hasil-hasil yang diperolehnya dalam d nal locus of control) dan kontrol yang bersifat ekstern ahwa suatu peristiwa atau hasil dari suatu tindakan meru tan orang lain, mereka dikategorikan kepada external loc an bahwa peristiwa atau apa yang mereka dapatkan

eka sendiri, mereka itu digolongkan sebagai individu ya

ya sangat mendorong upaya-upaya untuk mengemban ngarah kepada internal locus of control. Sejumlah peneliti rol yang dimiliki remaja dengan berbagai aspek kehidu

menyimpulkan temuan-temuan penelitian berkaitan d erkorelasi dengan (1) kerja keras menguasai lingkung ahan masalah, (3) lebih baik dalam memproses informa tinggi motivasi berprestasi, (6) lebih banyak terlibat da ang tinggi terhadap penguasaan keterampilan. Selanjutny menemukan bahwa remaja yang cenderung memilik ya yang external locus of control, menunjukkan karakt ggunakan obat-obat terlarang, memperoleh prestasi bel rung menjadi pemimpin dalam kelompoknya, dan tidak at. Selanjutnya Belle dan Burr (1991) , Wintre dan Crowl

ernal locus of control cenderung mengemukakan masala nta bantuan layanan konseling bila mereka membutuhka ontrol.

untuk memprediksi bagaimana dividualis. Orang-orang yang angan apakah tindakan mereka enjaga hubungan sosial mereka in, berbagi rasa, patuh terhadap rimaan kelompok. Mereka juga datangkan malu kepada keluarga dapat berpengaruh langsung atau

me di atas tidak didukung oleh ividualisme merasa dan berpikir a kebebasan dan kecukupan diri

AM LAYANAN KONSELING

nalkan oleh Rotter (1966). Dia inya dalam kaitannya dengan dikemukakannya bahwa individu dua cara, yaitu melalui kontrol rnal (external locus of control). erupakan akibat dari nasib baik, locus of control. Sebaliknya jika an sekarang adalah akibat dari yang memiliki internal locus of

(5)

Pelayanan konseling membantu para klien memiliki dimaksud (Trusty dan Lamp melukiskan dan mengekploras membantu mereka mengatasi meningkatkan kontrol diri m pendekatan tersebut. Strong, Yo klien untuk memperkuat keku semua klien hendaknya diarah menyatakan bahwa meningkatk Strupp, 1970).

Kecenderungan untuk dikemukakan di atas menurut S uniqueness, independence, dan berasal dari budaya barat agak control dalam konseling seperti

Pada masyarakat yan lainnya, penekanan pada intern tidak produktif. Williams (200 internal locus of control belu Sebagaimana dikemukakan te keluarga atau kelompok dala mementingkan kekuatan dirin masyarakat kolektivisme. Den seimbang dalam memenuhi ke Marks (1998) menyatakan ba mengatakan bahwa internal loc

Dalam kaitan ini cara konseling pada klien-klien yan etnis dan budaya klien, apak mereka atau bukan. Ada aspe pula hal-hal yang menyangku klien. Dalam kaitan ini kondis dengan kemampuan atau usaha pelayanan konseling menjadi a dengan peristiwa-peristiwa yan insidental yang diyakini oleh k

internal locus of controlpada d efektif dan produktif. Klien ya peristiwa atau kondisi insident menerima secara positif serta sewaktu menghadapi peristiwa

ng yang berorientasi kepada pandangan hidup ind iliki sifat dan karakteristik yang menggambarkan konsep mpe, 1997). Menurut Corsini dan Wedding, 1989) rasi persepsi yang dimiliki individu dan meningkatka asi masalahnya. Pendekatan konseling kognitif dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pros g, Yoder dan Corcoran (1995) menegaskan bahwa upay kuatan dirinya adalah aspek fundamental dalam konseli rahkan untuk berjuang memiliki internal locus of con

atkaninternal locus of controlklien adalah tujuan utam

tuk memberikan nilai yang tinggi pada internal lo ut Sue & Sue (1982) adalah cerminan dari budaya Amer an self-reliance pada setiap individu. Namun demikian gaknya kecenderungan untuk memberikan harga yang erti yang lazim berlaku di dunia barat perlu diteliti lebih

ang berorientasi kolektivisme seperti Indonesia, Malay ternal locus of control saja agaknya tidak sesuai denga

003) menyatakan strategi pelayanan konseling yang me elum tentu cocok untuk masyarakat yang memakai pa terdahulu masyarakat yang berbudaya kolektivisme l alam mengambil keputusan, dan dalam bertingkah irinya dalam bertindak dapat merupakan individu y Dengan demikian pribadi yang sehat dalam budaya kole kebutuhan dirinya dengan kebutuhan keluarga atau ke bahwa konselor mestinya menghindari menerapkan

locus of control selalu lebih baik dari external locus of co

ara yang lebih bijak berkaitan dengan pengembangan in ang berorientasi kolektivisme ini adalah bahwa konselo akah konsep tersebut dapat membantu mereka meng spek dalam konseling yang perlu diperkuat internal lo kut external locus of control yang perlu dipahami dan disi dan peristiwa yang dialami klien yang berkaitan den aha mereka sendiri, pengembangan internal locus of con

i amat relevan. Tetapi apabila kondisi dan masalah yan yang tak dapat dikendalikan klien seperti masalah yang h klien sebagai suatu takdir yang berasal dari kemahak a diri klien tidak akan membuat mereka mengarah kepa yang mengalami kasus-kasus seperti itu perlu didorong ental yang mereka alami itu sehingga dengan demikian rta dapat mengambil berbagai langkah yang tepat untu wa dimaksud (Prayitno, 2004).

ndividualisme bertujuan untuk ep nilai internal locus of control 9) kebanyakan teori konseling tkan kontrol diri dalam rangka n behavioral, misalnya upaya roses layanan konseling kedua aya konselor dalam mendorong seling, dan implikasinya adalah

ontrol. Malahan sejumlah ahli ma dari konseling (Frank, 1982:

locus of control sebagaimana erika yang mengagungkan " the an bagi klien yang berasal bukan ng tinggi pada internal locus of

ih lanjut.

laysia dan negara-negara timur gan budaya mereka dan bahkan menyokong upaya-upaya kearah pandangan hidup kolektivisme. e lebih menekankan pentingnya h laku. Seseorang yang lebih yang tidak diinginkan dalam olektivisme adalah pribadi yang kelompoknya. Dalam kaitan ini n secara menyeluruh ide yang f control.

(6)

KEPUSTAKAAN

Belle, D.; & Burr, R. (1991). W 217-233.

Carter, R.T. (1991). Cultural v

of Counseling & Deve

Dalley, M.B; Bolocofsky, DN; style, dysfuncytional disabilities school. Ps

Gibson, R.L., & Mitchell, M.H. Millan Publishing Com Hill, C. (1991). Race/ethnicit psychotherapy. Journ

Hui, C.H., & Triandis, H.C.

Journal of Cross-cultu

Ibrahim, F.A. (1991). Contrib

Counseling & Develop

Lee, D.J. (1984). Counseling a Lefcourt, H.M. (1982). Locu

Erlbaum Associates, P Pedersen, P.B. (1985). A Han

Press.

Pedersen, P.B. (1988). A Han

for Counseling Develo Pedersen, P.B. (1990). The m

Health Counseling, 12

Pedersen, R.B. (1991) Multi

Development, 70, 6-12 Peraturan Menteri Pendidikan Powell, J.W; Denton, R.; & M

adolescent dyad and lo Prayitno, & Amti, E. (1994).

Pendidikan Tinggi, De Ridley, C.R., Mendoza, D.W multicultural counseli 136.

Rotter, J. (1966). Generali

Psychological Monogr

Schwebel, M. (1980). Epilogu

of counseling psycholo

Segall, M.H., Dason, P.R., Be

introspection to

cross-Shertzer, B. & Stone, S.C. (198 Speight, S.L., Myers, L.J., C

Journal of Counselling

Sue, D.W., & Sue, D. (1990).C

& Sons.

Sundberg, N.D. (1981). Cro Mansella& Pedersen Pergamon.

). Why children do not confide: An exploratory analysis

l values: A review of empirical research and implication

velopment, 70, 164-173.

DN; Alcorn, M.B; & Baker, C. (1992). Depressive sy al attitude and social competency in adolescents w

Psychology Review, 21, 444-458.

.H. (1990). Introduction to counselling and guidance, ompany.

icity in counseling process and measuring session ou

rnal of Counseling Psychology, 41, 123.

H.C. (1986). Individualism-collectivism: A study of c

ltural Psychology,17, 225-248.

ribution of cultural worldview to generic counseling and

lopment, 70, 13-19.

g and culture: Some issues. The Personnel and Guidanc cus of control: Current trends in theory and researc

, Publishers.

Handbook of cross-cultural counseling and therapy. W

Handbook for developing multicultural awareness. Virgin elopment.

e multicultural perspective as a fourth force in couns

12, 93-95.

ulticulturalism as a generic approach to counseling -12.

n Nsional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Mattson, A. (1995). Adolescent depresion: Effects of locus of control.American Journal of Orthopsychiatry, ). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: P

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I.

D.W., Kanitz, B.E., Angermeir, L., & Zenk, R. (1994 eling: A perceptual schema model. Journal of Counse

ralized expectations for internal versus external c

ograph, 80,1-28.

gue: 2000 AD. In J.M. Whiteley & B.F. Fretz (Eds.).

ology. Monterey, California: Brooks/Cole.

Berry, J.W., Portinga, Y.H. (1990). Human behavior i ss-cultural psychology. New York: Pergamon.

1980) Fundamental counseling(3rd.Ed.), Boston: Houg Cox, J.C., & Highlen, P. (1991). A redefinition of

lling and development, 70,29-36.

).Counseling the culturally different: Theory and practic Cross-cultural counseling and psychotherapy: A res

n (Eds.). Cross-cultural counseling and psychotherapy

sis.Child Study Journal, 21, tions for counselling. Journal

symptomology, attributional with and without learning

ce, (3rd Ed.). New York: Mc outcome in counseling and

f cross-cultural researchers.

and development. Journal of ance Journal, 62,592-597.

arch. New Jersey: Lawrence Westport, C.T: Greenwood

rginia: American Association

nseling. Journal of Mental

ng. Journal of Counselling

of mutuality in the

mother-try, 65, 263-273.

: P3TK Direktorat Jenderal

94). Cultural sensitivity in

nseling Psychology, 41, control of reinforcement.

). The present and the future ior in global perspective : An

ughton Mifflin.

of multicultural counselling.

tice. New York: John Wiley

research overview. In A.J.

(7)

Triandis, H.C. (1989). The se 506-520.

Trusty, J., & Lampe, R.E (1997 control to seniors' locu Williams, B. (2003). The wo

counseling.Journal of

Wintre, M.G; & Crowley, J

Adolescence, 22,369-3

self and social behavior in differing cultural contexts.

997). Relationship of high-school senior's perceptions of cus of control.Journal of Counselling and development

worldview dimensions of individualism and colle

l of Counselling and development, 81, 370-374.

, J.M. (1993). The adolescent of consultant prefere 9-383.

. Psychological Review, 96, of parental Involvement and

ment, 75, 375-384.

llectivism: Implications for

Referensi

Dokumen terkait

Discretionary accruals adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen, artinya manajer memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan,

Karyawan tidak diperkenankan untuk menerima pemberian dari rekanan atau calon rekanan baik berupa uang, barang, tip, komisi, atau sesuatu apapun yang dapat menyebabkan “hutang

Melakukan tindakan positif dan konstruktif dalam mengatasi sumber stres di dalam pekerjaan, misalnya segera mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan,

Pompa adalah peralatan mekanis yang mengubah kerja mekanis poros menjadi energi mekanis fluida dan energi yang diterima oleh fluida ini digunakan untuk menaikkan

Solusi yang dilakukan pengelola lembaga Al Ghozali hendaknya memperbaiki kondisi sarana prasarana dan terus menerus memberikan motivasi pada santri, ustadz/ustadzah

Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan hasil dengan menggunakan rumus Kendall Tau bahwa tidak ada hubungan antara peran orang tua dalam pendidikan seks dengan perilaku seksual

(2) Rencana Pola Ruang laut Pulau Raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 45 digambarkan dalam peta rencana Pola Ruang laut dengan skala 1: 50.000 (satu

Bola Basket yang banyak dimainkan oleh setiap orang memiliki karakteristik khas dan sangat unik, yaitu berbentuk bulat, berwarna dasar oranye dan bergaris hitam