• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Cal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Cal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa

Universitas Islam Indonesia terhadap Indeks

Prestasi Kumulatif Mahasiswa

Irwan Nuryana Kurniawan, Arief Fahmie Tim Penelitian Institusi Fakultas Psikologi

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Abstract

This research aims to know, is the UPCM Test can predict the successful of the acceptance student in UII measuring by GPA. The hypothesis of This research is that there is a positive correlation between score of the UPCM Test with the student's GPA. The sample of this research consist of 2400 respondents from 12 study program in the UII from 1999 and 20000 periods. The measuring of UPCM Test variable and the student's GPA are by using seconder data taken from the Center Information of UII. The hypothesis of this research is generally measured by statistic by using the double regression analysis with stews method. The result of this research shows that UPCM Test is not becomes as a significant predictor yet and consistence for getting the student's academic grade forwards. The next research about the UPCM tests qualities, reliability and distribution restriction score of academic grade variable, and also the psychology factor as a non cognitive will give a comprehensive description for UPCM Test predictions.

Key words: The validity predictive, UII UPCM, and GPA

Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang telah dilakukan dengan manusia sejak dahulu. Secara sadar atau tidak sadar manusia telah mendidik diri sendiri maupun orang lain dengan berbagai cara. Metode, materi, tujuan, dan permasalahan yang ada di sekitar proses pendidikan tentu pada awalnya dalam bentuk yang sederhana dan seiring dengan berjalannya waktu akan berkembang ke arah yang kompleks.

Perkembangan kehidupan manusia dari jaman ke jaman juga terjadi dalam bidang pendidikan. Secara sederhana, bila dibandingkan 10 tahun yang lalu maka dinamika di dunia pendidikan akan berbeda dengan 10 tahun yang akan datang. Masrun (2000) mengungkapkan bahwa dalam dunia modern, di mana masalah yang dihadapi pendidikan sangat kompleks, maka bentuk sistem maupun tujuan pendidikan jelas berbeda dengan dunia yang masih diliputi oleh suasana hidup yang serba primitif. Bahkan di negara-negara yang sudah berkembang, tujuan pendidikan tetap menunjukkakn lebih banyak perbedaan daripada persamaan.

Berbagai inovasi baru dikembangkan dan menghasilkan kompleksitas yang baru pula. Banyak metode dan sistem yang baru diterapkan di dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tentu saja sejalan dengan perkembangan tersebut permasalahan yang muncul juga semakin bervariasi.

(2)

merupakan kebanggan dalam mengarahkan dan membiayai sekolah anak mereka; sedangkan bagi siswa sendiri tentu sebagai sarana untuk membuktikan kemampuan akademiknya.

Universitas Islam Indonesia telah melakukan berbagai macam usaha secara menyeluruh untuk mendapatkan mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang tinggi. Salah satu usaha yang dilakukan UII adalah menyeleksi secara ketat calon-calon mahasiswanya lewat proses seleksi yang dinamakan Tes UPCM (Ujian Potensi Calon Mahasiswa). Tes UPCM UII adalah tes yang dilakukan calon mahasiswa UII dengan materi bahasa Inggris, Matematika, Logika, Analitik, dan Agama Islam. Tes UPCM UII yang dimulai diterapkan sejak tahun 1997 ini, bertujuan untuk mengetahui apakah calon mahasiswa mempunyai potensi yang cukup untuk mengikuti sistem perkuliahan di UII sehingga dapat memperoleh gelar sarjana. Calon mahasiswa harus memiliki skor minimal tertentu agar dapat dinyatakan lolos seleksi. Diharapkan dari skor UPCM dapat diprediksi bahwa calon mahasiswa tersebut dapat mempunyai IPK yang memuaskan. Kajian tentang validitas prediktif UPCM berkaitan dengan IPK perlu dilakukan sehingga diperoleh gambaran kelayakan UPCM UII sebagai alat untuk menyeleksi calon mahasiswa dan memprediksi prestasi belajar mahasiswa setelah menempuh studi di UII.

Rumusan Masalah

Menjadi pertanyaan adalah sudahkah Tes UPCM UII terbukti mampu memprediksi prestasi belajar mahasiswa UII? Hal ini penting diketahui mengingat sampai saat penelitian ini akan dilakukan, salah satu sasaran mutu yang ditetapkan UII yaitu tepat waktu masa studi minimal 80%, sampai saat ini masih belum dapat dicapai. Belum tercapainya sasaran mutu tersebut kemungkinan berhubungan dengan masih banyaknya mahasiswa UII yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Salah satu bukti adanyan permasalahan tentang lamanya masa studi terkait dengan prestasi belajar yang rendah, ditemukan dalam penelitian Pusat Psikologi Terapan F. Psikologi UII (2003) di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah benar Tes UPCM UII mampu memprediksi IPK mahasiswa UII?

Tinjauan Pustaka

Prestasi belajar merupakan indikator dari kualitas proses belajar seseorang yang dapat diketahui dari suatu pengukuran yang dibakukan. Prestasi belajar secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi fisik dan psikologis (Azwar, 1996). Fisik dalam arti panca indra dan kondisi fisik secara umum, sedangkan psikologis terdiri dari kemampuan kognitif (bakat, inteligensi) dan non kognitif (minat, motivasi, kepribadian). Faktor eksternal terdiri dari fisik dan sosial. Fisik meliputi kondisi tempat belajar, sarana, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar, sedangkan sosial yang terdiri dari dukungan sosial dan pengaruh budaya. Prestasi belajar di perguruan tinggi tentu juga disebabkan oleh faktor-faktor yang seperti yang telah disebutkan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Sorenson (Alsa dan Hardjito, 2001) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah inteligensi, kondisi fisik dan psikis anak, kemmpuan belajar, sikap siswa terhadap guru dan pelajaran, dan bimbingan belajar yang diterima siswa; sedangkan Walgito (Alsa dan Hardjito, 2001) mengemukakan bahwa faktor individu siswa, lingkungan, instrumen, dan bahan yang dipelajari akan mempengaruhi prestasi belajar.

(3)

nilai IPK maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya, sebaliknya semakin kecil nilai IPK maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Komponen pemberian nilai untuk tiap mata kuliah biasanya terdiri dari tugas atau praktikum, ujian tengah semester, dan ujian akhir. Perhitungan IPK adalah jumlah nilai tiap mata kuliah dikalikan SKS mata kuliah tersebut lalu dibagi jumlah SKS yang telah diselesaikan.

Azwar (1997) mengatakan bahwa salah satu indikator terpenting suatu alat ukur psikologis dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik jika alat ukur psikologis tersebut memiliki validitas yang tinggi—selain reliabel, standar, ekonomis, dan praktis. Validitas, menurut Messick (1999) merupakanthe appropriateness or correctness of inferences, decisions, or descriptions made about individuals, groups, or institutions from test results. Tidak ada tes yang valid secara umum. Kebenaran validitas harus ditekankan pada ketepatan sebuah kesimpulan untuk mereka yang mengikuti pengetesan.

Meskipun terdapat berbagai sumber pembuktian yang berbeda, validitas merupakan sebuah konsep yang tunggal. Menurut Azwar (1997) dan Messick (1999) secara umum pembuktian validitas terbagi menjadi tiga bentuk:Content, ConstructandCriterion-related evidence.

Content-related Validity

Sampel-sampel pertanyaan dalam sebuah tes seharusnya merepresentasikan isi, keterampilan atau perilaku yang penting dari domain of interest. Bukti validitas isi biasanya diperoleh dengan bertanya pada orang yang ahli tentang aitem-aitem test yang dikembangkan dan meminta mereka melakukan penilaian atas ketepatan setiap aitem dan mencakup keseluruhan domain.

Criterion-related Validity

Kadang-kadang, hasil tes digunakan untuk membuat inferensi tentang bagaimana kemungkinan penampilan seseorang dalam domain yang berbeda. Bukti validitas berdasar kriteria dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan tentang performansi seseorang saat ini atau masa mendatang dengan menunjukkan bahwa skor tes secara sistematik berhubungan dengan indikator-indikator atau kriteria-kriteria lain.

Construct-related Validity

Dari hasil tes kita membuat kesimpulan tentang tingkatan sejauhmana seseorang memiliki sejumlahtraitor konstrak teoritis yang diungkap. Validitas konstrak menanyakan: Sebenarnya skor tes ini menggambarkan apa?

Bukti validitas konstrak melibatkan pembuatan hipotesis dan mengumpulkan informasi selama periode waktu tertentu, menggunakan berbagai sumber dan metode. Sebagai tambahan, untuk meyakinkan bahwa inferensi yang diambil dari tes adalah tepat, para pengguna tes seharusnya juga mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan skor tes untuk pembuatan keputusan. Adakah konsekuensi-konsekuensi sosial, baik potensial maupun aktual, dari interpretasi tes yang dilakukan dan apakah mendukung tujuan pengukuran? Apakah hal tersebut juga konsisten dengan nilai-nilai sosial lain?

(4)

Perbedaan validitas prediktif dengan validitas konkuren adalah waktu pengukuran kriteria. Pengukuran kriteria untuk mengetahui validitas konkuren dilakukan bersamaan dengan pengukuran prediktor, contohnya tes seleksi masuk bagi mahasiswa baru UII sebagai prediktor dan besarnya sumbangan Tri Dharma mahasiswa baru yang harus dibayar ketika registrasi mahasiswa baru UII. Sedangkan pengukuran kriteria untuk mengetahui validitas prediktif dilakukan setelah beberapa waktu dari pengukuran prediktor, contohnya Tes UPCM UII sebagai prediktor dan Indeks Prestasi Akademik Kumulatif sebagai kriteria pada saat seleksi masuk bagi karyawan. Sebagai ilustrasi, perbandingan antara validitas prediktif dan validitas konkuren dapat dilihat pada gambar berikut:

Penalaran Analitis Agama Islam Bahasa Inggris

Penalaran Logis Matematika Bahasa Indonesia

Besarnya Sumbangan Tri

Dharma UII Indeks Prestasi

Kumulatif Mahasiswa

UPCM UII

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian

Kuat lemahnya hubungan antara prediktor dan kriteria ditentukan dengan besarnya harga mutlak koefisien yang bergerak dari 0,0 sampai dengan 1,0. Koefisien tersebut bersifat kontinum, artinya koefisien bergerak dalam koefisien 0 sampai dengan 1 dan semakin besar nilai koefisiennya maka semakin kuat hubungan antara prediktor dan kriteria. Koefisien 0 berarti bahwa tidak terdapat hubungan sama sekali antara prediktor dan kriteria, sedangkan koefisien 1 menunjukkan bahwa hubungan tersebut sempurna. Suatu alat ukur yang baik tentu diharapkan memiliki koefisien sebesar 1,0 tetapi dalam kenyataan sangat sulit untuk mencapainya sehingga terdapat kesepakatan umum yang menyatakan bahwa koefisien validitas dianggap memuaskan bila melebihi nilai koefisien 0,3 (Azwar, 1996).

(5)

Landasan Teori

Setiap tahun beribu-ribu pelajar sekolah menengah atas berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi, termasuk Universitas Islam Indonesia. UPCM UII adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah para pendaftar tersebut mempunyai potensi yang cukup untuk mengikuti sistem perkuliahan di UII. Peserta harus memiliki skor minimal tertentu agar dapat dinyatakan lolos seleksi.

Bila dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar maka UPCM UII merupakan alat untuk memilih calon mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif yang sesuai dengan persyaratan dari bidang ilmu yang akan ditekuni mereka. Diharapkan dari skor UPCM dapat diprediksi bahwa calon mahasiswa tersebut dapat mempunyai IPK yang memuaskan. Kajian tentang validitas prediktif UPCM berkaitan dengan IPK perlu dilakukan sehingga diperoleh gambaran kelayakan UPCM UII sebagai alat untuk menyeleksi calon mahasiswa dan memprediksi prestasi belajar mahasiswa setelah menempuh studi di UII. UPCM UII mirip denganScholastic Aptitude Test(SAT I) yang digunakan di Amerika Serikat sebagai tes masuk perguruan tinggi. Berbeda dengan SAT II yang merupakan tes prestasi maka SAT I adalah tes potensi yang menitikberatkan pada pengukuran kemampuan verbal dan matematika. Materi tes berbeda dengan kurikulum sekolah menengah umum sehingga memungkinkan bagi siswa yang punya potensi tinggi tetapi prestasinya rendah untuk masuk perguruan tinggi (Atkinson, 2001).

UPCM UII adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah calon mahasiswa mempunyai potensi yang cukup untuk mengikuti sistem perkuliahan di UII sehingga dapat memperoleh gelar sarjana. Materi UPCM adalah Bahasa Inggris, Matematika, Logika, Analitik, dan Agama Islam. Calon mahasiswa harus memiliki skor minimal tertentu agar dapat dinyatakan lolos seleksi. Bila dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar maka UPCM UII merupakan alat untuk memilih calon mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif yang sesuai dengan persyaratan dari bidang ilmu yang akan ditekuni mereka.

UPCM UII merupakan salah sat jenis tes psikologi sehingga mengikuti konsep umum dari validitas. Validitas UPCM UII adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan UPCM UII melaksanakan fungsi ukurnya. Berkaitan validitas prediktif maka validitas prediktif UPCM UII dapat didefinisikan sebagai ketepatan UPCM UII untuk memprediksikan prestasi belajar setelah menempuh kuliah dengan satuan ukurannya adalah Indeks Prestasi Kumulutatif (IPK). Diharapkan dari skor UPCM dapat diprediksi bahwa calon mahasiswa tersebut dapat mempunyai IPK yang memuaskan. Konsep ini sesuai dengan pengertian tes bakat dan tes prestasi. Anastasi (Woolfolk, 1995) mengatakan bahwa tes prestasi adalah tes yang mengukur prestasi belajar sedangkan tes bakat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang dapat mengikuti proses belajar mengajar.

Tinggi rendahnya validitas prediktif ditentukan dengan besarnya harga mutlak koefisien yang bergerak dari 0,0 sampai dengan 1,0. Koefisien tersebut bersifat kontinum, artinya koefisien bergerak dalam koefisien 0 sampai dengan 1 dan semakin besar nilai koefisiennya maka semakin kuat hubungan antara UPCM dan IPK. Koefisien 0 berarti bahwa tidak terdapat hubungan sama sekali sedangkan koefisien 1 menunjukkan bahwa hubungan tersebut sempurna. Penyusunan UPCM UII tentu diupayakan agar dapat mempunyai validitas prediktif yang tinggi atau dengan kata lain nilai koefisien hubungan antara UPCM dan IPK mendekati 1,0.

(6)

fisik secara umum, sedangkan psikologis terdiri dari kemampuan kognitif (bakat, inteligensi) dan non kognitif (minat, motivasi, kepribadian). UPCM UII tergolong tes bakat sedangkan IPK dapat disimpulkan sebagai skor dari tes prestasi UPCM UII yang berisi Matematika, Agama Islam, Bahasa Inggris, Logika, dan Analitik merupakan alat ukur untuk mengetahui bakat yang dimiliki seorang calon mahasiswa sehingga dapat berprestasi dengan baik. Contohnya untuk belajar di Fakultas Psikologi dibutuhkan mahasiswa yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang tinggi sedangkan Logika, Analitik, dan Matematika dalam taraf sedang, sedangkan di Fakultas Hukum skor yang tinggi di tes Matematika tidak dibutuhkan. Hal in sejalan dengan yang dilakukan di Amerika Serikat yang menggunakan SAT I untuk persyaratan masuk perguruan tinggi. SAT I merupakan tes terhadap kemampuan mental dasar yang dapat memberikan gambaran prestasi belajar di masa yang akan datang (Atkinson, 2001).

Hipotesa Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara nilai-nilai komponen UPCM dengan indeks prestasi akademik mahasiswa UII.

Metodologi Penelitian

Identifikasi variabel

Variabel Independen : Skor Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UPCM UII).

Variabel Dependen : Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan tahun 1999-2000 UII pada 2400 mahasiswa UII angkatan 1999 dan angkatan 2000 yang tersebar pada 12 program studi yaitu Ekonomi Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Hukum, Psikologi, Teknik Industri, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, Teknik Informatika, Teknik Kimia, dan Farmasi.

Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder, yaitu skor UPCM UII dan nilai IPK. Skor UPCM UII diperoleh dari skor UPCM UII tahun 1999 dan 2000 sedangkan nilai IP dihitung dari nilai IP mahasiswa angkatan tahun 1999 dan 2000 dari program studi Ekonomi Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Hukum, Psikologi, Teknik Industri, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, Teknik Lingkungan, Teknik Kimia, dan Farmasi. Kedua data tersebut dapat diperoleh dari Pusat Informasi UII.

Metode analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dengan stepwise methods untuk melihat apakah UPCM UII dapat digunakan sebagai prediktor yang valid bagi IPK mahasiswa berdasar semester dan program studi. Perhitungan dalam analisis data menggunakan Program SPSS 11.00 for Windows.

Hasil Penelitian

(7)

Subtes UPCM menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswa UII

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediktif yang baik, menurut Anastasi dan Urbina (1997), dan Kline (1986), jika tes tersebut mampu meramalkan secara konsisten sesuatu yang menjadi tujuan tes tersebut disusun. Artinya ketika sebuah tes disusun dengan tujuan memprediksi keberhasilan akademik seseorang dalam mengikuti sebuah program pendidikan, maka tes tersebut harus mampu meramalkan secara konsisten-semester demi-semester, kemungkinan-kemungkinan prestasi akademik yang dicapai selama mengikuti program pendidikan tersebut. Pada kelompok ini, subtes UPCM Matematika/Aritmatika merupakan prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa UII, secara sendiri-sendir maupun bersama-sama subtes UPCM yang lain. Pada ke-12 program studi yang mahasiswanya dijadikan dasar analisis penelitian ini, UPCM Matematika/Aritmatika memenuhi persyaratan untuk menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten. Artinya apakah seorang mahasiswa UII akan menunjukkan prestasi akademik yang tinggi, sedang, atau rendah dapat diramalkan secara signifikan dan konsisten dengan melihat peroleh skor UPCM subtes Matematika/Aritmatika. Bahkan, untuk Program Studi Ekonomi Akuntansi, skor UPCM subtes Matematika/Aritmatika merupakan prediktor yang signifikan dan konsisten bagi mahasiswanya untuk meraih prestasi akademik, baik tahun demi tahun maupun prestasi akademik kumulatif,. di program studi tersebut. Beberapa subtes UPCM lainnya juga mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten bagi prestasi akademik mahasiswa UII, tetapi hanya pada program studi tertentu dan angkatan tertentu. Misalnya, Penalaran Logis untuk prestasi akademik mahasiswa angkatan 1999 Pro-gram Studi Ekonomi Manajemen UII, Skor Total UPCM maupun Bahasa Inggris untuk prestasi akademik mahasiswa angkatan 1999 dan 2000 Program Studi Teknik Informatika UII

Subtes UPCM menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswa UII program studi tertentu, tetapi memerlukan kajian lebih lanjut

Pada kelompok ini sebenarnya terdapat subtes UPCM, baik sendiri maupun bersama subtes lain, yang mampu menjadi prediktor signifikan dan konsisten prestasi akademik mahasiswa UII program studi tertentu. Akan tetapi subtes tersebut sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan prestasi akademik mahasiswa di program studi tersebut. Contohnya adalah daya prediksi yang baik dari subtes Agama untuk prestasi akademik secara keseluruhan dari mahasiswa Program Studi Teknik Arsitektur angkatan 2000. Dalam tugas-tugas ilmu keteknikan, secara teoritis kemampuan matematika/aritmatika, penalaran logis, dan penalaran analitis sangat dibutuhkan. Akan tetapi, pada kenyataannya ketiga subtes yang mengukur kemampuan tersebut tidak dapat menjadi prediktor yang signifikan dan justru subtes Agama yang menjadi prediktor.

Subtes UPCM tidak mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswa UII

Pada kelompok ini, tidak ada satupun subtes, baik sendiri maupun bersama, yang dapat menjadi prediktor yang baik bagi prestasi akademik mahasiswa. Hal ini berarti bahwa berapapun nilai UPCM yang diperoleh mahasiswa maka hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan untuk memprediksi prestasi akademik yang akan diraihnya pada waktu kuliah. Contoh dari kelompok ini adalah pada prestasi akademik mahasiswa Program Studi Ekonomi Manajemen UII Angkatan 2000. Pada program studi ini, seluruh subtes baik sendiri maupun bersama-sama tidak dapat dijadikan patokan untuk memprediksi prestasi akademik dari tahun pertama sampai tahun keempat.

(8)

akademik mahasiswa UII di masa yang akan datang. Belum sepenuhnya UPCM UII mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswanya kemungkinan berkaitan dengan Tes UPCM itu sendiri maupun dengan prestasi akademik mahasiswa.

Pembahasan

Terkait dengan tes UPCM, belum sepenuhnya tes UPCM UII mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswa UII kemungkinan disebabkan oleh kualitas UPCM yang belum sempurna, baik kualitas pelaksanaan tes UPCM maupun kualitas isi tes UPCM itu sendiri.

Proses pelaksanaan tes yang tidak terstandar, menurut Azwar (1999) akan membuat hasil tes yang dicapai tidak mampu mencerminkan sepenuhnya potensi yang ingin diungkap dari orang yang dikenai tes. Bahkan, bisa jadi orang-orang yang memiliki potensi tinggi untuk sukses dalam kuliah tidak lolos seleksi disebabkan tidak terstandarnya prosedur pelaksanaan tes. Pelaksanaan tes dikatakan terstandardisasi, menurut Aiken (1997) ketika seluruh peserta tes mendapatkan situasi dan perlakuan yang sama.

Pada beberapa pelaksanaan tes UPCM peneliti melihat standardisasi pelaksanaan tes UPCM belum sepenuhnya terpenuhi. Sejumlah peserta tes UPCM mengikuti ruangan tes yang nyaman, bahkan beberapa ruangan ber-AC, sementara peserta lain mengikuti tes UPCM dengan kondisi ruangan tes yang kurang nyaman seperti kursi yang tidak ada tempat untuk menulis. Belum lagi masalah psikologis berupa kecemasan peserta tes akibat sulitnya mencari kursi tempat dia akan mengikuti ujian. Belum terstandarnya pelaksanaan UPCM ini dapat mengakibatkan mereka-mereka yang mendapat kondisi yang nyaman akan mampu mengerjakan tes UPCM dengan baik, dan peluang mereka lolos menjadi lebih besar meskipun potensi mereka tidak begitu tinggi. Sebaliknya, tekanan psikologis yang kuat akibat ketidaknyamanan yang dia terima akan membuat mereka-mereka yang sebenarnya potensi untuk sukses di kuliah menjadi tidak lolos seleksi akibat mereka tidak optimal dalam pengerjaan tes UPCM.

Belum sepenuhnya tes UPCM UII mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswa UII kemungkinan juga terkait dengan kualitas tes UPCM itu sendiri. Kualitas tes UPCM akan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana proses pembuatan tes UPCM UII telah mengikuti tahapan-tahapan dalam pengembangan tes-tes psikologi dan pendidikan yang baku.

Proses pengembangan tes-tes psikologi dan pendidikan yang baku, menurut Kline (1986) dan Aiken (1997) mencakup tahapan-tahapan berikut, yaituTest Conceptualization, Test Con-struction, Test Try-out, Items Analysis, Revision. Pada tahapantest conceptualization, Tes UPCM belum dirumuskan secara definitif tentang kompetensi umum minimal apa yang disyaratkan setiap program studi yang ada di lingkungan UII sehingga siapapun calon mahasiswa yang diterima karena memenuhi

kompetensi umum minimal tersebut diprediksikan akan sukses mengikuti proses akademik di UII hingga selesai. Selain itu, karena setiap prodi memiliki kekhasan tersendiri dan kekhasan menuntut kompetensi spesifik minimal yang berbeda-beda antar setiap prodi, maka penting juga untuk dirumuskan kompetensi spesifik minimal yang mesti dipenuhi setiap calon mahasiswa sehingga peluang mereka untuk sukses dalam studi yang mereka jalani lebih besar lagi.

(9)

memiliki karakteristik yang sama dengan calon mahasiswa UII. Melaluitry-out tes UPCM tersebut kita akan mendapatkan informasi tentang kualitas soal-soal UPCM UII, mana soal-soal yang layak dipakai, mana soal-soal yang perlu diperbaiki, dan mana soal-soal yang tidak layak sama sekali digunakan untuk menseleksi calon mahasiswa UII.

Jika try-out ini tidak mungkin dilakukan dengan alasan kerahasiaan soal UPCM UII, maka sebenarnya ada yang dapat dilakukan yaitu menjadikan data-data pengerjaan soal UPCM tahun sebelumnya sebagai dasar untuk melakukan tahapan pengembangan tes berikutnya yaituitems analysis. Data-data tersebut dipakai untuk menganalisis apakah soal-soal UPCM yang disajikan pada tahun sebelumnya itu memang soal-soal yang valid dan reliabel sehingga UII memang benar-benar mendapatkan mahasiswa yang secara potensial akan sukses dalam proses studinya. Faktor lain yang menyebabkan tes UPCM UII belum sepenuhnya mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten dalam memprediksi prestasi akademik mahasiswa UII adalah UPCM hanya mengukur aspek kognitif. Syah (1997) mengatakan faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat, dan motivasi. UPCM cenderung mengukur bakat dan tingkat kecerdasan calon mahasiswa sedangkan kemampuan afeksi, seperti motivasi, kecerdasan emosi, daya adaptasi, minat, belum diujikan dalam proses penerimaan mahasiswa baru. Hal ini diperkuat oleh penelitian-penelitian yang dilakukan Lalonde & Gardner Gal & Ginsberg dalam Nasser (1999) yang menemukan bahwa bakat dalam pelajaran matematika sama pentingnya dengan motivasi berprestasi dan tingkat kecemasan dalam menentukan prestasi belajar. Tentu saja bahwa aspek afeksi tidak harus semuanya diukur dalam proses seleksi mahasiswa. Tindakan yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah penelitian yang lebih mendalam tentang proses belajar mengajar di UII sehingga diperoleh gambaran tentang faktor-faktor afeksi yang mempengaruhi prestasi belajar. Hasil tersebut selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar penyusunan ujian seleksi yang mampu mengukur aspek kognisi dan afeksi.

Faktor lain yang perlu dicermati berkaitan dengan belum tinggi daya prediksi UPCM terhadap IPK adalah tidak diketahui reliabilitas dari IPK yang dalam penelitian ini menjadi kiteria. Hal ini disebabkan tinggi rendah reliabilitas akan menentukan korelasi antara prediktor, dalam penelitian ini UPCM, dengan kiteria, dalam hal ini IPK. Azwar (1999) menyebutkan bahwa kondisi tersebut adalah efek atenuasi yang akan menghasilkan perkiraan yang lebih rendah dari yang sesungguhnya (underestimation) terhadap validitas tes. Efek atenuasi dalam penelitian ini terjadi karena IPK yang dijadikan data penelitian berasal dari seluruh dosen di UII sehingga terdapat variasi dalam proses pemberian nilai akhir suatu mata kuliah.

Faktor lain yang mungkin menyebabkan Tes UPCM UII belum sepenuhnya menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten bagi prestasi akademik mahasiswa UII adalah suatu keadaan yang disebut dengan restriksi sebaran (restriction of range). Restriksi sebaran, menurut Azwar (1999) merupakan keadaan menyempitnya variasi skor, baik pada distribusi skor prediktor maupun distribusi skor kriteria, dikarenakan berkurangnya jumlah subjek atau sangat homogennya skor subjek. Restriksi sebaran ini tampaknya terjadi pada Tes UPCM maupun IPK mahasiswa karena kedua distribusi skor yang dikorelasikan adalah distribusi skor Tes UPCM UII yang lolos seleksi saja dan distribusi skor IPK yang homogen yaitu mahasiswa yang telah lulus dan telah menempuh studi selama empat tahun. Kondisi ini akan mengakibatkan underestimasi terhadap koefisien validitas yang sesungguhnya.

Simpulan

(10)

pula yang tidak mampu menjadi prediktor, bahkan ditemukan subtes yang menjadi prediktor negatif artinya semakin rendah skor pada subtes tersebut maka semakin tinggi indeks prestasinya.

Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah:1) Penggunaan UPCM sebagai dasar upaya peningkatan prestasi akademik perlu dilakukan dengan hati-hati karena UPCM belum sepenuhnya mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten bagi indeks prestasi akademik. 2) Diperlukan penelitian–penelitian lanjutan dengan topik sebagai berikut: a) Analisis item terhadap UPCM; b) Faktor-faktor non kognitif yang mempengaruhi prestasi akademik.

Pustaka Acuan

Aiken, L. R. 1997.Psychological Testing and Assessment (7th ed). Boston: Allyn and Bacon.

Alsa, A., Hardjito, P. 2001. Pola Belajar Siswa Kelas VI SD dan Nilai EBTANAS Murni.Psikologika, No. 12, 43-50.

Anastasi, A., dan Urbina, S. 1997.Psychological Testing(7th ed). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Andrianto, S., Hartiwi, Muslimah. 2001.Buku Panduan Akademik Tahun 2001 Fakultas Psikologi Universitas Islam Indoensia. Yogyakarta: Jentera Intermedia.

Atkinson, R.C. 2001.Achievement Versus Aptitude Tests In College Admissions.www.ucop.edu/ pres/speeches/achieve.htm - 25k. 20-07-2004.

Azwar, S. 1996.Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______.1997.Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______.1999.Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hermawanta, R.F. 2000. Validitas NEM SLTP guna Memprediksi Prestasi Belajar Siswa SMU 2 Wates Kulonprogo Angkatan tahun 1997/1998.Skripsi(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Kline, P. 1986.A Handbook of Test Construction: Introduction to Psychometric Design. London: Methuen & Co Ltd.

McIntire, S.A., Miller, L.A. 2000.Foundation of Psychological Testing. Boston: McGraw-Hill Com-panies.

Masrun. 2000. Beberapa Peranan Psikologi dalam Pendidikan. DalamPeran Psikologi di Indo-nesia. Editor: Supratiknya; Faturochman; Haryanto, S. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Messick, S. 1989. Validity. In R. L. Linn (Ed.),Educational measurement(3rd ed., pp. 13-103). Washington, DC: American Council on Education.

Nasser, F. 1999. Prediction of college students achievement in introductory statistics course. http://www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications.php?show=5.21-07-2004.

Syah, M. 1997.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Airlangga.

(11)

Profil Penerapan Manajemen Masjid

di Kecamatan Ngemplak Sleman

M. Hajar Dewantoro Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Jogjakarta

Abstract

This research aims at acquiring a description of mosque managerial implementation sur-rounding Ngemplak Sleman Sub districts. The used theory is perfect mosque management that becomes a guide line of religious Affairs Department Mosque of DIY. Using survey, simple random sampling and description technique, prove that managerial implementation of mosques management surroundings Ngemplak Sleman Sub District have relatively worked, despire can not conducted optimally , either viewed in aspect ofriayah, idarah and imarah. Viewed in aspect of riayah (physical building), most of mosques, Religious Foundation land have been certified for Religious foundation. Building mosques have been generally sufficient as worship place. Weekly and every daily mouse clearing keeps be being main-tained well. Viewed in aspect of idarah (management) of mosque, most ofthem have imple-mented a planning, a staffing, and controling, though have not been very perfect. Viewed in imarah (management) of mosque, the worship implementation of either five times prayer or jum’at prayer have been active enough, despite the number of community is not too signifi-cant caused by work activity. The recitation and qur’anic education garden have been a very good media of people education and building in the frame work of managing their mosque. Community economy potency such as; qur’ban, zakat, infak, and shadaqah have been working,yet have not been managed optimally.

Key wards: Management, Riayah, idarah, imarah.

Reformasi yang telah berjalan di Republik Indonesia lebih dari lima tahun belum mampu membasmi “penyakit” korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Otonomi daerah sebagai buah reformasi banyak disinyalir memicu desentralisasi penyakit KKN dari pusat (Jakarta) ke daerah. Menurut Abdurrahman Wahid, reformasi bukannya mengikis penyakit masyarakat seperti KKN, tapi justru menyuburkannya. Selain itu, tindak kriminal merajalela sementara aparat keamanan dan penegak hukum tidak mampu mengatasinya. Situasi demikian berlarut hingga pada satu titik masyarakat tidak lagi percaya pada pemerintah. Kini, obrolandisobidience peoplebanyak kita dengarkan dari perbincangan masyarakat. Di sisi lain, pemerintah kesulitan mengatasi kompleksitas permasalahan yang harus diselesaikan.

Berbagai pendapat telah dilontarkan para ahli dalam rangka mencari solusi keluar dari kompleksitas permasalahan bangsa. Umumnya mereka berpijak pada potensi dan asset yang dimiliki republik ini. Di antaranya yang telah diformulasikan dalam skenario “Paska IMF Indone-sia Bangkit” (Ramli dkk, 2000). Selain itu, optimalisasi potensi masjid banyak terlupakan dalam perbincangan para ahli. Padahal pada situasi krisis demikian, optimalisasi segenap potensi dan asset bangsa benar-benar dibutuhkan.

Gambar

Gambar 1.

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan, pengelolaan dan ketepatan dalam memilih alat berat sesuai dengan pekerjaan dan fungsi alat berat itu sendiri itu merupakan peranan yang sangat

Kedalaman, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen pada sungai model Shazy Shabayek sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya kecepatan aliran lateral yang masuk ke

Jenis – jenis burung yang memanfaatkan hutan mangrove pada umumnya burung pemakan ikan antara lain : raja udang, belibis, kangkareng dan tledekan. Dari hasil pengumpulan

Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan mulai dari yang paling baik secara berurutan adalah Desa Tunggulsari, Dusun

Akibat anemia bagi janin adalah hambatan pada  pertumbuhan janin, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan BBLR, serta lahir dengan cadangan zat besi kurang sedangkan

Dari data persentase keaktifan per siklus dan data nilai per siklus yang dihasilkan pada penelitian ini mendukung diterimanya hipotesis bahwa dengan metode STAD dapat

Dari dasar pemikiran tersebut penulis kiranya menganggap penting terhadap pemahaman siswa tentang materi Ilmu Tajwid beserta pengaruhnya terhadap kemampuan membaca