MENUJU HUKUM PIDANA
YANG BERKEADILAN,
BERDAYA JERA,
RESTORATIF, DAN RESPONSIF
OLEH :
Latar Belakang Pembicara
T. J. Gunawan, S.T., MIMS., M.H.
S1 Program Teknik Informatika Universitas Surabaya (UBAYA) tahun 2002.
S2 Master of Management Information and Systems
dengan gelar MIMS di Monash University - Australia tahun 2004 dengan spesialisasi Business Intelligence Systems* dan e-business. *(Decision Support System)
S2 Magister Hukum di Universitas Bhayangkara Surabaya (UBHARA) tahun 2014.
KONSEP PEMIDANAAN BERBASIS
NILAI KERUGIAN EKONOMI
Menuju Sistem Pidana yang
Berkeadilan, Berkepastian, Berdaya Jera, & Mengikuti Perkembangan
Ekonomi
Bedah buku Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi pada tanggal 6 Juni 2015 yang dibedah oleh:
•Prof. Dr. H. Barda Nawawi Arief, S.H., M.H. •Prof. Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.H.
•Dr. H. Artidjo Alkostar, S.H., L.LM. •Dr. Bernard L. Tanya, S.H.
•Dr. Gazalba Saleh, S.H., M.H.
DAFTAR ISI MATERI
FAKTA-FAKTA DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA
KONSEP PEMIDANAAN BERBASIS NILAI KERUGIAN EKONOMI (PBNKE)
RANCANG BANGUN HUKUM PIDANA INDONESIA YANG DITUJU (Ke Depan) MASALAH NILAI INFINITI
FAKTA # 1
Tahukah anda bahwa Hukum Pidana (KUHP & RUU KUHP-nya) di Indonesia saat ini tidak
dapat memastikan crime does not pay?
Bagaimana menjerakan seseorang jika hukum pidana tidak bisa memastikan perbuatan
kriminal/ kejahatan tidak menguntungkan pelaku?
FAKTA # 2
PERTANYAAN: 4 Milyar vs 5 Tahun
Apakah pelaku dalam kurun waktu yang
ditentukan tersebut bisa memperoleh nilai uang yang sama kalau bekerja sah?
Apa orang lain yang bekerja secara sah dalam kondisi paling tidak menguntungkan bisa…? Belum lagi potongan oleh putusan hakim
FAKTA # 3
HUKUM PIDANA INDONESIA
Undercriminalization & Overcriminalization
Kelemahan Hukum Pidana -> Tidak bisa menjerakan dan tidak adil
– Jonaedi Effendy & Andi Hamzah,
Alasan Karena:
Tidak Memenuhi Crime Does Not Pay;
FAKTA # 4
Kosmologi Hukum Pidana:
Teori Pemidanaan Retributif/ Absolut -> Penistaan, menyakiti –Bernard L Tanya
Konflik Norma: Tujuan Pemidanaan Retributif >< Sosiologi
Menyakiti untuk memperbaiki sikap mental yang sakit? Bagaimana bisa?
FAKTA # 5
Jika Nilai UMR:
Rp.2.500.000,- (/Bulan) atau (1 bulan = 26 hari) Rp.96.154,-(/ hari)
Nilai Kerugian atas Tindak Pidana besar- sangat besar:
Kejahatan Korporasi Kejahatan Lingkungan Tindak Pidana Korupsi
Di sisi lain: Penanganan Tindak Pidana Sangat
Ringan: 1 Juta, 500rb, 250rb / >
Nilai Kerugian Menurut Konsep (/ Tahun)Lama Sanksi Pidana
FAKTA & KESIMPULAN
RUU KUHP harus segera disahkan
KUHP & RUU KUHP sudah pasti tidak adil dan tidak menjerakan:
Tidak memenuhi kriteria Crime Does Not Pay; Restorative Justice yang tambal sulam;
Tidak memperhatikan kerugian korban;
Tertinggal dengan perkembangan bangsa lain: US Sentencing Commission (sejak 1984);
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori -1
Kondisi Hukum Pidana Saat ini:
Ada 3 Pilar dalam Hukum Pidana (Soebekti) :
1.Perbuatan Pidana,
2.Pertanggungjawaban Pidana (criminal liability), 3.Penentuan Hukuman: Beban Pemidanaan.
Aspek ke 3: Beban Pemidanaan belum ada
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori - 2
JADI:
Tidak adanya standart “efek jera”.
Tidak ada Pedoman Pemidanaan, dalam RUU KUHP (versi 2013, Vide Pasal 55) ->bersifat abstrak (kecuali Pasal 56): sehingga tidak
mampu memberi petunjuk bagaimana menghitung pembebanan pemidanaan.
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori - 3
Pemidanaan adalah esensi Hukum Pidana: Bobot Pemidanaan yang tepat lah yang
mengembalikan keadaan dari tidak adil untuk kembali menjadi adil;
Bobot Pemidanaan yang memastikan kejahatan merugikan adalah efek deteren;
Bobot Pemidanaan yang tidak adil
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori - 4
Jadi:
Selama Kejahatan menguntungkan bagaimana menjerakan?
Tidak boleh Undercriminalization
Selama Kejahatan disanksi terlalu berat dan tidak adil bagaimana jera? -> Social Unrest
Tidak boleh Overcriminalization
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori - 5
Keberhasilan Hukum Pidana dan Pemidanaan harus:
Adil – Fair (Persamaan Perlakuan);
Memenuhi Kriteria Crime Does Not Pay;
Menekankan tujuan akhir yaitu mengembalikan pada masyarakat:
mengobati sikap mental yang sakit; Hak manusia untuk diberdayakan;
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori - 6
Butuh Model yang mewakili positivisme ilmu hukum yang memprediksi sikap manusia: manusia sebagai
agen rasional -> didorong oleh faktor ekonomi Model/Teori pendukung:
Teori Pilihan Rasional -Gary Becker (1968);
G. Von Mayr - Criminology and Economic Condition ; Teori Willem Boger (1905) – unsur penyebab kejahatan nomor 2 (dua)-nya adalah “kesengsaraan” yang tak lain adalah timbul dari faktor ekonomi
Teori Economic Analysis Of Law / Law and economic -
Richard Posner;
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai
Kerugian Ekonomi # Dasar Teori - 7
Jika Hukum bisa dianalisa dengan rumusan ekonomi maka tentu bisa dibentuk suatu “sistem” Hukum yang menggunakan rumusan-rumusan Ekonomi.
Interpretasi Variabel Ekonomi, Sistem Hukum, dan Keadilan dalam Pola Proses Pertukaran dari Bredemeier dan Produk Keluarannya
Variabel-variabel seperti: Nilai Ekonomi Kerugian Korban, Nilai Ekonomi Kerugian Negara untuk penegakan hukum: termasuk Insentif untuk Aparat
Timbangan Pemidanaan Pada Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian
Ekonomi
• Jeremy Bentham : Nilai penghukuman harus tidak boleh kurang dalam segala kasus terhadap apa yang cukup untuk menimbang berat keuntungan pelanggaran”
Nilai Ekonomi (NE) Pemidanaan = Nilai Keuntungan Pelaku
• Sue Titus Reid : beratnya sanksi seharusnya didasarkan atas beratnya perbuatan pelanggar :
NE Pemidanaan = NE Kerugian Korban
• Aristoteles :
“To restore both parties to equality, a judge must take the amount that is greater than the equal that the offender possesses and give that part to the victim so that both have no more and no less than the equal. Dikutip dari: Nicomachean Ethics,
http://en.wikipedia.org/wiki/Nicomachean_Ethics
Timbangan Pemidanaan Pada Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian
Ekonomi
Crime Does Not Pay/Kejahatan Tidak Menguntungkan:
1. Nilai Ekonomi Pemidanaan ≥ Nilai Ekonomi Kerugian
Korban
- Nilai Ekonomi Kerugian Korban -> Teori Pemidanaan Retributif - Nilai Ekonomi Kerugian Sosial -> Teori Pemidanaan Relatif:
-> mengobati pelaku; yang dianut oleh sistem hukum pidana saat ini.
-> menghitung bobot Mens Rea
Nilai Ekonomi Pemidanaan = Nilai Kerugian Ekonomi Korban + Nilai Kerugian Sosial
2. Nilai Ekonomi Sanksi Pidana Penjara / waktu =
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 1
1. Merupakan Pemodelan Keadilan dengan acuan Nilai Ekonomi – mendalami Teori Keadilan Distributif & Korektif
Aristoteles, & metode berpikir John Rawls yang dimodereniasi dalam draft Buku edisi revisi Konsep PBNKE.
2. Penerapan Keadilan yang berketuhanan dengan
memastikan harus memenuhi Crime Does Not Pay; 3. Penerapah Keadilan Restoratif:
Moderenisasi keadilan korektif – Aristoteles: mengutamakan pengembalian keadaan;
Pengembangan Daad-dader-slachtoffer Strafrecht – M Arief Amrullah -> tidak hanya berupaya mengembalikan keadaan korban, juga HARUS menentukan besar
kerugian korban.
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 2
4. Satu (1) Standart Perhitungan Nilai: Nilai Ekonomi:
Pengembangan Analisis Ekonomi Terhadap
Hukum – Economic Analysis of Law / Law and Economic;
Jika hukum bisa dianalisa dengan ilmu ekonomi maka “sistem” hukum sangat
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 3
5. Gabungan Teori Tujuan Pemidanaan Retributif (– I. Kant) & Relatif (J. Bentham): Dengan Metode
Mufakat Nilai (Reflective Equilibrium – John Rawls) menyatukan menjadi 1.
Rumusannya:
NE Pemidanaan = Kerugian Ekonomis Korban + Kerugian Sosial Negara
Ratio Legis Pemidanaan (dalam Draft Buku Konsep PBNKE Edisi Revisi), yaitu Pidana Penjara:
Bukan Penistaan / bertujuan menyakiti pelaku;
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 4
6. Pengembangan Double Track System – M.
Sholehuddin: kesetaraan sanksi pidana penjara, sanksi tindakan/administrasi, dan pengembalian.
Fairness untuk terpidana maka kumulasi setiap beban
pidana / pemidanaan baik sanksi (pidana) penjara, sanksi administratif, sanksi denda dan/atau gugatan perdata atau ke depan disatukan dengan pengembalian harus memiliki kesetaraan nilai ekonomi.
4th Generation of Sentencing -> variasi Sanksi Tindakan
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 5
7. Konsep kesetaraan sanksi pidana penjara yang nilai ekonomis per waktu harus
menggambarkan kesetaraan dengan nilai
ekonomis orang lain bekerja secara sah dalam kondisi yang kurang beruntung per waktu
yang sama.
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 6
8. Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi adalah:
NE Sanksi Pidana + NE Sanksi Tindakan + Pengembalian =
Kerugian Ekonomis Korban + Kerugian Sosial
Pidana Penjara (/Bulan) x UMR + NE Sanksi Tindakan + Pengembalian = Kerugian Ekonomis Korban + Kerugian Sosial
Pidana Penjara (/Bulan) x UMR =
Kerugian Ekonomis Korban + Kerugian Sosial - NE Sanksi Tindakan – Pengembalian
Jika ada sanksi Pidana Penjara biasanya Sanksi Tindakan adalah tidak ada (0), maka:
Pidana Penjara = Kerugian Ekonomis + Kerugian Sosial – Pengembalian
Timbangan Pemidanaan Pada Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian
Ekonomi
Kepentingan Pelaku Kepentingan Korban + Negara
Kerugian Ekonomis Korban
Pengembalian Kerugian Sosial
Pemidanaan, dan/atau Tindakan
Kepentingan Pelaku Kepentingan Korban + Negara
Kerugian Ekonomis Korban
Pengembalian Kerugian Sosial
Pemidanaan, dan/atau Tindakan
Kepentingan Pelaku Kepentingan Korban + Negara
Kerugian Ekonomis Korban
Pengembalian Kerugian Sosial
Pemidanaan, dan/atau Tindakan
Kepentingan Pelaku Kepentingan Korban + Negara
Kerugian Ekonomis Korban
Pengembalian Kerugian Sosial
RANCANG BANGUN HUKUM
PIDANA INDONESIA YANG
DITUJU
Sedikit mundur ke belakang dalam konsepsi:
Konsep PBNKE ini diajukan merefleksikan diri dari Hukum Karma dan mufakat nilai dari
Pancasila.
Dari itu, dan sesuai dengan tema sentral acara penataran ini maka diajukan sedikit tambahan: skema Rancang Bangun Hukum Pidana
• Rekonstruksi Hukum Pidana dengan Konsep PBNKE mengacu pada teori-teori yang ada dari para senior seperti:
1. Prof. Dr. H. Barda Nawawi Arief, S.H. dengan
integrasi konsep mediasi penal law atau ADR untuk penerapan restorative justice;
2. Prof. Dr. H. Romli Atmasasmita, S.H., L.LM. dengan
konsep hukum pidana yang restoratif dan responsif & Asas Tiada Pidana Tanpa Manfaat;
3. Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono , S.H., M.H.
• Prof. Dr. M. Arief Amrulloh, S.H., M.H. dengan konsep hukum pidana yang memperhatikan korban ->termasuk mengusahakan pengembalian dan menentukan besar kerugian korban untuk menentukan pengembaliannya.
• Dr. M. Sholehuddin, S.H., M.H. dengan konsep
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi # Ringkasan - 7
Jadi: Merujuk Prof. Dr. H. Romli Atmasasmita, S.H.,L.LM.
Analisis Ekonomi Mikro tentang Hukum Pidana (dengan Kodrat Wibowo)-> Hukum Pidana yang Restoratif dan
Responsif
Konsep PBNKE – penerapan keadilan restoratif, dan
mampu mengikuti perkembangan jaman dengan mengikuti perkembangan ekonomi,
Asas Tiada Pidana Tanpa Manfaat:
Konsep PBNKE – Pidana ada selama ada hutang yang timbul pada korban dan negara yang belum terbayar.
MASALAH NILAI INFINITI # 1
Problematika ini diidentifikasi ada pada semua sistem pemidanaan yang membatasi diri
dengan maksimum angka tertentu kemudian loncatan berikutnya adalah hukuman mati / seumur hidup yang mewakili NILAI
INFINITY (∞)
MASALAH NILAI INFINITI # 2
NILAI INFINITY (∞) >
9.999.999.999.999.999.999.999.999.999…. Bahkan > dari nilai 9 dengan 1 juta angka (9 ^ 1 Juta)
Misal UMR Rp.2,5 Juta
Ketika Hukum Pidana membatasi diri dengan 15 Tahun (Rp.450 Juta), 20 Tahun (Rp.600 Juta), 30 Tahun
(Rp.900 Juta)…
Ada gap besar yang nilai di atas dengan NILAI INFINITY (∞).
Pertanyaan, bagaimana cara memulihkan keadaan
ketika opsi yang diberikan setelah tembus angka yang cukup ringan ini disetarakan tidak terbatas / Infinity?
PERLUNYA TIMBANGAN
NILAI #1
Hukum Pidana Saat ini: Win – or – Lose total; dan tidak terlihat upaya sistematis mencari titik tengah.
Mengandalkan aparat masing2x (Polisi, Jaksa, Hakim).
Mendorong para pihak segala cara untuk menang.
Apakah sistem sudah memberi jaminan
PERLUNYA TIMBANGAN
NILAI #2
Ketika Superman menyatakan: Tiada
seorangpun dapat tetap baik di dunia ini, apakah para aparat sekuat Superman?
Timbangan Pemidanaan = Timbangan Nilai = corong hukum dalam menjatuhkan sanksi yang transparan, akutabel, dan adil.
Kesimpulan & Penutup
Konsep Pemidanaan Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi:
•merupakan suatu konsep hukum pidana yang dapat mendorong sistem hukum pidana dimasa yang akan datang agar dapat berjiwa “Progresif”- menegakkan keadilan, berorientasi pada sistem positifistik, utilitarian untuk mewujudkan tujuan utama hukum pidana yang berdaya jera.
• Paling tidak bisa menjawab tantangan atas kebutuhan sistem hukum pidana yang adil, berkepastian, restoratif, responsif, dan mampu menjawab tujuannya untuk
menjerahkan pelaku;
• Berisi musyawarah nilai dari teori-teori hukum pidana, pemidanaan, alasan pemidanaan yang ada; -> pendekatan eklektik dari teori-teori yang ada.
• Mengadopsi keadilan Tuhan dengan mengadopsi hukum karma;
• Berjiwa Pancasila -> refleksi keadilan Tuhan dan berlandaskan musyawarah untuk mufakat nilai;
• Dapat diterapkan hampir pada semua aspek dengan nilai kerugian sangat ringan hingga sangat besar:
• pelanggaran Lalu-lintas (250 Ribu, 500 Ribu, 1 Juta);
• Pidana ringan (Nilai Kerugian kurang dari 1xUMR: 2,5 Juta);
• Pidana Korporasi (ex kerugian Rp.480 Milyar) • Pidana Korupsi (ex Kerugian Rp.40 Milyar)
Mengatasi Undercriminalization &
Overcriminalization;
Mengatasi Overreach of Criminal Justice System
dengan penerapan Restorative Justice yang tegas namun welas asih yang:
mendorong sanksi pidana penjara sebagai upaya
terakhir dan yang paling tidak menguntungkan bagi pelaku;
Adegan Batman v Superman – Dawn of Justice 2016: Superman berpamitan pada Louise Lane untuk
Sanksi Pidana Penjara Beban bagi
Terpidana # 1
Memang seperti yang diungkap J. Bentham dan dilontarkan kembali Romli Atmasasmita:
Penjara membebani negara->operasional LP. Indikasinya: kesalahan managemen Lembaga Pemasyarakatan mengelola sumber daya
Sanksi Pidana Penjara Beban bagi
Terpidana # 2
Beban Terpidana
Sanksi Penjara 24 jam
Vs manusia bebas bekerja 24 Jam dapat Lembur 1, lembur 2, dan 3, setelah 8 Jam Kerja. Jam Kerja standart terpidana = 8 jam;
Pekerjaan dan pencapaian lebih mengurangi masa hukuman-> mendorong Produktifitas
Beban Negara
Efisiensi dari pengaturan lingkungan LP -> banyak orang makin efisien biaya pengamanannya;
Selama kurang dari Crime Does Not Pay: Beban
Terpidana > Beban Negara
Law of Deminising return:
Overcriminalization
merugikan Negara ->