• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjawab Kompleksitas Masa Depan peradaba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menjawab Kompleksitas Masa Depan peradaba "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Menjawab Kompleksitas

Masa Depan

Sedikitnya ada tiga alasan pentingnya Kurikulum 2013 (K13). Pertama, mengacu pada buku Six Simple Rules: How To Manage Complexity Without Getting Complicated (Morieux and Tollman, 2014) yang

menyebutkan tingkat kompleksitas dalam periode 20-30 tahun meningkat 35 kali lipat. Artinya, persoalan dan solusi di masa depan bertambah rumit.

Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menghadirkan kompleksitas tersendiri, sehingga diperlukan orang-orang yang berpikir kritis seperti disinggung dalam buku Critical Thinking: Tools for Taking Charge of Your Prefessional and Personal Life (Paul and Elder, 2014). Pada dua alasan pertama inilah, maka anak-anak harus kita ajari mampu berpikir kritis dan menyelesaikan persoalan yang tambah rumit.

Alasan ketiga, pendekatan partisipatory teaching methode dalam K13 memberikan hasil yang jauh lebih baik dibanding passive teaching methode. Metode pembelajaran partisipasi yang mencakup diskusi kelompok, praktik di laboratorioum atau kerja sosial, dan presentasi, daya serapnya terhadap siswa 50-90 persen. Karena itu, K13 mengedepankan observasi, bertanya, bereksperimen, berpikir nalar, dan menyampaikan pendapat.

Terlepas dari kritik, konsep yang kita kembangkan dalam K13, diyakini bisa menjawab kompleksitas persoalan di masa depan.

Ada hal yang sangat menggembirakan, hasil survei terhadap narasumber, instruktur nasional, dan guru sasaran, terkait keyakinan implementasi K13, menyatakan diyakini akan berhasil. Hasil survei tersebut, baik di jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK, berkesimpulan sama.

Sementara terkait terhadap cara penilaian peserta didik yang mengalamii perubahan, terutama berkaitan dengan pengolahan nilai yang harus dilakukan secara otentik terus menerus, sepanjang proses pembelajaran, bagi sebagian besar guru memang masih membingungkan, karena selama ini yang mereka pahami, penilaian selalu berkaitan dengan angka-angka atau kuantitatif.

Tentu ini tidak menyurutkan dalam hal implementasi, karena aspek lainnya seperti cara pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan konsep, serta proses pembelajaran saintifik angka rata-ratanya cukup baik dipahami.

Sebelumnya, hasil sensus pelaksanaan K13 di 6.329 sekolah pada pelaksanaan tahun pertama 2013, menunjukkan hasil positif. Sedikitnya ada delapan hal yang disensus waktu itu, yakni daya nalar, hasrat membaca, pembentukan karakter, keaktifan bertanya dan berpendapat, semangat belajar, kreativitas, proses pembelajaran, dan motivasi melakukan observasi. Dari delapan pertanyaan sensus, poin proses pembelajaran memiliki angka rata-rata 90 persen.

Inilah yang menjadi pegangan kuat dan komitmen untuk terus

mengimplementasikan K13. Seandainya hasil sensus itu di bawah, mungkin akan lain jalan ceritanya.

K13 dirumuskan bermula dari potensi, permasalahan, dan tantangan yang dihadapi, baik bersifat evaluatif maupun antisipatif, termasuk fenomena negatif (tawuran, korupsi), hasil PISA dan TIMSS. Dari sinilah K13 berisikan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran dan penilaian. Keempat aspek ini dikembangkan dalam K13.

Dari sisi kompetensi lulusan, anak-anak, kita harapkan memiliki keutuhan kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari sisi isi, kita lakukan penataan ulang materi pembelajaran, dipeluas dan diperdalam. Kedudukan bahasa Indonesia, PPKN dan Sejarah kita pertegas, termasuk kita tambah Agama dan Budi Pekerti.

Proses pembelajaran kita gunakan pendekatan saintifik-partisipatif dengan anak dilatih dan dibiasakan untuk mengamati, dan bertanya, mencoba dan bernalar, hingga mengkomunikasikan baik lisan maupun tulisan. Sedangkan penilaian pun dikembangkan, tidak semata kuantitatif-numerik, tapi juga kualitatif-deskriptif.

Sebagai catatan akhir perlu ditegaskan kembali bahwa K13 merupakan kebijakan mendasar. Sebab menyangkut rencana aksi untuk membangun

Indonesia ke depan. Pendidikan karakter yang dibentuk pada K13 sejalan dengan Revolusi Mental yang tengah didengungkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla. (*)

2

Desain Perwajahan & Tata letak: vien.adrian

Fotografer: Seno PIH

Keterangan Foto:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh menyerahkan paket buku Kurikulum 2013 kepada siswi SMP di Sasana Krida, Kantor Gubernur Papua, Selasa (15/7).

Mendikbud mengharapkan di masa depan tidak ada lagi perbedaan kualitas yang sangat tajam antar daerah manapun.

Seperti kata peribahasa, berdiri sama tinggi duduk sama rendah.

Implementasi Kurikulum 2013: Anak jadi lebih aktif, orang tua ikut belajar.

Ayo, para orang tua, jangan mau ketinggalan dari murid.

Pemenang International Biology Olympiad (IBO) ke-25 dipersilakan memilih perguruan tinggi manapun, baik di dalam maupun di luar negeri.

Selamat kepada para pemenang.

Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh; Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim; Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na’im; Pengarah: Sukemi; Penanggung Jawab: Ibnu Hamad; Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih; Dewan Redaksi: Hawignyo; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Arifah, Seno Hartono, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Dina Ayu Mirta; Fotografer: Arif Budiman, Ridwan Maulana; Desain dan Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin; Sekretaris Redaksi: Tri Susilawati; Redaktur Eksekutif: Priyoko; Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kemdikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 021-5701088. Laman: www.kemdikbud.go.id

Bersemangatlah Memupuk dan

Merawat ‘Pohon Kurikulum 2013’

Akhirnya seluruh tahapan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 dapat dituntaskan dengan baik. Hal itu berkat kerjasama semua pihak, baik yang berada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun yang berada di pemerintahan kota/kabupaten serta provinsi.

Pada tahapan pelatihan guru, secara menyeluruh dapat dirampungkan pada Agustus 2014 ini. Pelatihan terakhir dilakukan terhadap kurang lebih 44.000 guru. Terdapat sekitar 1,3 juta guru selesai dilatih untuk mempersiapkan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, yang dilaksanakan secara bertahap dan menyeluruh. Artinya, seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta, mengimplementasikannya tanpa kecuali. Jumlah sekolah sasaran mencapai 206.779 buah dari tingkat SD hingga SMA/SMK, sedangkan jumlah siswa mencapai sekitar 31.244.844 orang.

Pengimplementasian Kurikulum 2013 tersebut membuat orang tua berani bermimpi besar akan masa depan pendidikan putra-putrinya. Sudah dapat dibayangkan bagaimana output dari sekolah yang melaksanakan pembelajaran dengan metode kurikulum baru ini. Mereka, para peserta didik, akan terbiasa berpikir komprehensif tapi tetap santun, berani, mandiri, dan berakhlak mulia.

Peserta didik demikianlah kiranya yang sejak dulu

diidam-idamkan oleh para orang tua. Hanya saja waktu itu belum ditemukan metode pembelajaran untuk mewujudkannya. Berganti-ganti

kurikulum, tetap saja output pendidikan nasional dibuat cemoohan, terutama oleh bangsa lain yang terlebih dulu dapat mencapai impian akan kualitas generasi mudanya. Dengan melaksanakan metode pembelajaran yang terdiri dari lima langkah (mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan) secara konsisten dan persisten sebagaimana “diamanatkan” Kurikulum 2013, hampir dapat dipastikan bahwa sumber daya manusia Indonesia akan mampu bersaing dalam segala hal dengan bangsa lain. Ibarat lari maraton, generasi muda kita saat ini sedang melakukan start, siap berlari sekencang-kencangnya mengejar impian yang berada di depannya. Kita berharap, impian itu akan tergapai ketika bangsa Indonesia merayakan HUT ke-100 RI pada 17 Agustus 2045 mendatang, di mana para pemenang tongkat estafet kepemimpinan adalah anak-anak yang saat ini sedang mengikuti pembelajaran dengan Kurikulum 2013.

Boleh jadi karena impian itulah, banyak orang tua peserta didik berjibaku pada saat awal implementasi Kurikulum 2013 dilakukan. Sebuah pemandangan aneh tapi dapat dimengerti jika ada orang tua ikut sibuk searching pengetahuan tertentu di internet, hanya karena khawatir tidak mampu memberi jawaban memadai jika putra-putrinya melontarkan sebuah atau beberapa buah pertanyaan. Kurang lebih demikianlah yang dilakukan oleh orang tua dari seorang peserta didik kelas 2 SD Pengasinan 02 Bekasi Timur, baru-baru ini.

Keyakinan akan memiliki anak hebat terpancar dari semangat para orang tua peserta didik jika mereka diminta bercerita mengenai pengalaman putra-putrinya di sekolah sejak implementasi Kurikulum 2013 dilakukan. ‘Percaya diri’, ‘aktif’, dan ‘kreatif’, merupakan kata-kata yang sering diucapkan untuk menggambarkan perkembangan sikap peserta didik di dalam kelas ketika mereka mengikuti

pembelajaran.

(2)

Bertambah lagi satu sarana wisata edukasi di Indonesia, yaitu Balai Kirti. Balai Kirti merupakan sebuah museum yang didirikan untuk menyimpan dan melestarikan benda-benda peninggalan presiden Republik Indonesia, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie,

Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Kirti berasal dari Bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta, yang berarti tindakan yang membawa kemasyuran. Apabila digabungkan, Balai Kirti berarti bangunan

yang menampung berbagai benda bersejarah, peninggalan perjalanan sejarah kepemimpinan para presiden Republik Indonesia.

Berada di kawasan Istana Bogor, gedung seluas 9.000 m2 ini sangat menjaga estetika bangunan utama sebagai cagar budaya. Ini terlihat dari keseluruhan bangunan Balai Kirti yang menjorok ke dalam dan tidak lebih tinggi dari bangunan istana. Selain itu, bentuk atap yang menyerupai bangunan sekitar istana, yaitu berbentuk

segitiga dengan warna putih terang mendominasi. Pemilihan lokasi pintu masuk Balai Kirti yang berada di pintu gerbang III Istana Bogor berupaya menjaga keharmonisan kegiatan harian presiden di istana, agar tidak terganggu dengan kunjungan

masyarakat ke Balai Kirti.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),

Mohammad Nuh yang meninjau kemajuan pembangunan Balai Kirti, Minggu (3/8) menjelaskan, bangunan ini

memiliki tiga lantai yang mencakup fungsi perpustakaan, museum, dan ruang pamer. Terlihat masing-masing lantai sudah ditandai untuk keperluan peletakan barang-barang peninggalan.

Berada di lantai dua, Mendikbud bersemangat menerangkan fungsi masing-masing ruangan kepada rombongan wartawan. “Untuk masing presiden, kita berikan masing-masing ruangan untuk dapat meletakkan barang-barang peninggalan tersebut,” ujarnya. Ruangan sebesar 8 x11 meter itu akan diisi koleksi pidato, lukisan, pencapaian para presiden, bahkan patung replika presiden itu sendiri.

Selain ruang pamer presiden, perpustakaan pun menjadi daya tarik dari Balai Kirti. Perpustakaan ini akan memuat koleksi buku yang menjadi bacaan para presiden. “Kita berikan buku yang asli, yang pernah dibaca masing-masing presiden, bahkan

yang pernah

Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemdikbud, Kacung Maridjan, yang ikut mendampingi menambahkan, perpustakaan itu akan menampung sebanyak 3.000-an buku. Sementara itu di lantai tiga, terdapat ruang terbuka dengan tanaman hijau, dan rerumputan yang sudah ditanami. Lantai itu digunakan sebagai sarana berkumpul bagi para pengunjung. “Di sini tempat

bersantai, bahkan akan dibangun patung presiden dengan posisi dalam keadaan santai, tapi itu baru direalisasikan tahun 2015,” jelas Kacung.

Mendikbud mengungkapkan pembangunan museum Balai Kirti merupakan wujud penghargaan terhadap prestasi masing-masing presiden Republik Indonesia. “Selama ini kan museum peninggalan dari presiden dikelola sendiri, jadi sekarang ini dikumpulkan menjadi satu,” ujarnya.

Barang peninggalan akan berdasarkan persetujuan dari masing-masing keluarga presiden. ”Jadi, kita biasakan beri penghargaan bagi presiden, karena kadang kita lupa siapa saja presiden kita, dan bagaimana sejarah presiden kita,” ujarnya. Ia berharap pembangunan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi generasi penerus. “Jadi, anak-anak yang berkunjung bisa langsung mengerti tentang presiden-presiden

mereka, semacam wisata edukasi,” tuturnya.

Ia berharap keberadaan Balai Kirti dapat menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak. “Jadi kalau mau tahu tentang presiden Indonesia, sudah dikumpul menjadi satu, siapa saja yang masuk ke sini sudah dapat informasi keenam presiden kita,” katanya.

Apresiasi Presiden

Pada kesempatan lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani Yudhoyono juga turut meninjau museum Balai Kirti, Kamis (7/8). Presiden mengapresiasi pembangunan yang pekerjaan konstruksi fisiknya dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Sementara Kemdikbud mengisi interior bangunan sesuai arahan Presiden agar dapat menampilkan peristiwa penting dan bersejarah setiap masa kepemimpinan Presiden Republik Indonesia.

Ikut serta dalam kunjungan tersebut antara lain Mendikbud, Mohammad Nuh, yang didampingi Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti; Mensesneg, Sudi Silalahi; Sekretaris Kabinet, Dipo Alam; Menteri PU, Joko Kirmanto, dan Menparekraf, Marie Elka Pangestu. (Gloria, Ratih)

Apa dan bagaimana presiden Republik Indonesia di masa lalu? Sulit menelusur satu persatu sejarah mengenai presiden RI, karena “peninggalan” para presiden tersebut berada dalam tempat yang

terpisah-pisah. Dengan keberadaan Balai Kirti, setiap pengunjung dapat lebih mudah mengenal mereka karena semua peninggalannya terkumpul menjadi satu di Balai Kirti. Museum itu juga dilengkapi perpustakaan yang dapat menampung sekitar 3.000 buah buku. Sebuah sarana wisata dan edukasi yang bakal membangun inspirasi generasi muda.

Balai Kirti

museum Balai Kirti

(3)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh didampingi Gubernur Papua, Lukas Enembe, meluncurkan implementasi Kurikulum 2013 di Sasana Krida, Kantor Gubernur Papua, Selasa (15/7). Tema pencanangan implementasi Kurikulum 2013 di Provinsi Papua adalah “Melalui Pencanangan Implementasi Kurikulum 2013, Diharapkan Dapat Meningkatkan Mutu Pendidikan dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Papua yang Cerdas,

Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera.” Peluncuran tersebut dihadiri sejumlah pejabat eselon I dan II di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, Elias Wonda, serta sekitar 800 undangan dari jajaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, para kepala sekolah, guru, serta perwakilan peserta didik di Provinsi Papua.

Dalam sambutannya, Mendikbud mengatakan, tema pencanangan

implementasi Kurikulum 2013 di Provinsi Papua sangat menarik. Dengan semangat yang baru, dapat membuat masyarakat Papua yang cerdas, bangkit, mandiri, dan sejahtera. Kenapa dalam tema kata cerdas ditaruh di depan? “Hal tersebut seratus persen benar. Kalau kita ingin mandiri, bangkit, dan sejahtera cara yang paling utama adalah meningkatkan kecerdasan, dan kata kuncinya ada di pendidikan,” tuturnya.

Ia menyampaikan rasa terima kasih atas inisiatif Gubernur Papua melakukan pencanangan implementasi Kurikulum 2013 di tahun pelajaran 2014/2015 secara serentak di seluruh sekolah yang ada di Provinsi Papua. “Kami mengucapkan terima kasih telah mendapatkan kesempatan meluncurkan Kurikulum 2013 ini di Provinsi Papua,” ujarnya.

Peluncuran implementasi Kurikulum 2013 di tahun pelajaran 2014/2015 yang dilaksanakan di Provinsi Papua, kata Mendikbud, tidak lain karena kecintaan pemerintah kepada Papua. Mendikbud mengharapkan ke depan tidak ada lagi perbedaan yang sangat tajam antara kualitas pendidikan

di daerah manapun, karena pemerintah ingin memajukan seluruh anak bangsa.

Esensi dari Kurikulum 2013 adalah membangun anak-anak Indonesia memiliki lima karakter dasar, yaitu jujur, kasih sayang atau cinta kasih, disiplin, bersih, dan toleransi. “Lima karakter tersebut akan sempurna apabila ditambahkan dengan cinta dan bangga menjadi anak Indonesia. Maka, menjadikan Indonesia negara besar, berjaya, dan sukses akan terwujud,” ungkap Mendikbud.

Pada kesempatan ini,

Gubernur Papua, Lukas Enembe, menginstruksikan kepada bupati dan walikota di Papua, serta tim Anggaran Provinsi Papua untuk mengalokasikan anggaran pendidikan 30 persen guna memastikan ketersediaan anggaran untuk pelatihan, sosialisasi, dan implementasi Kurikulum 2013. Ia juga mengingatkan kepada para bupati dan walikota, bahwa dengan melaksanakan Kurikulum 2013 target untuk mencapai Papua bangkit, mandiri, dan sejahtera akan segera tercapai. Oleh sebab itu dukungan terhadap penerapan Kurikulum 2013 perlu dilakukan.

Memperhatikan tahun pelajaran 2014/2015 yang sudah mulai berjalan, Lukas mengharapkan adanya kerja sama dari berbagai pihak dalam menyukseskan penerapan Kurikulum 2013. “Kami sampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memberikan perhatian pendidikan di Papua dalam rangka implementasi Kurikulum 2013,” ujarnya.

Lima Regional

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, Elias Wonda, menyampaikan bahwa di tengah berbagai kesulitan terkait letak geografis Papua, jajaran dinas pendidikan dan sekolah, serta berbagai pihak di bidang pendidikan, tetap bersemangat dan

bertekad untuk melaksanakan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015.

Kesulitan tersebut membutuhkan kerja sama yang saling bersinergi, mulai dari perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring, dan evaluasi program. Sinergi juga diperlukan dalam mengelola sumber dana sebesar 30 persen yang telah dialokasikan oleh pemerintah Provinsi Papua untuk pendidikan.

Elias menambahkan, pihaknya telah melakukan sosialisasi implementasi Kurikulum 2013 yang terbagi dalam lima regional, yaitu:

1. Regional Jayapura, meliputi Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kota Jayapura, dan Kabupaten Mamberamo Raya. 2. Regional Merauke, meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel,

Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Mappi.

3. Regional Nabire, meliputi Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Paniai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Puncak, dan Kabupaten Puncak Jaya.

4. Regional Biak, meliputi Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Yapen, Kabupaten Waropen, dan Kabupaten Supiori.

5. Regional Wamena, meliputi Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Nduga, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Tolikara, dan Pegunungan Tengah Manteng.

Pada tahun 2013, Elias menuturkan, penerapan Kurikulum 2013 di Provinsi Papua sudah mencapai 69 sekolah sasaran. Sekolah tersebut terdiri dari 36 SD, 19 SMP, 11 SMA, dan 4 SMK. “Dengan dicanangkannya implementasi Kurikulum 2013 di tahun pelajaran 2014/2015 ini, maka Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah di Papua,” katanya.

Sementara itu untuk pelatihan guru sendiri, Dinas Pendidikan Provinsi Papua bersama Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan serta dinas pendidikan kabupaten/kota gencar melaksanakan pelatihan bagi sekitar 26.923 pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan pelatihan dilakukan di sejumlah tempat, bahkan ada pula pelatihan yang diselenggarakan di pulau Jawa. Contohnya Dinas Pendidikan dan Pengajar Kabupaten Yalimo yang melaksanakan pelatihan bagi kepala sekolah di LPMP DI Yogyakarta.

Dukungan lain dari dinas pendidikan Provinsi Papua dalam mempersiapkan Kurikulum 2013 di tahun pelajaran 2014/2015 adalah melaksanakan

program pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) bagi guru-guru SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru-guru SMP, SMA, dan SMK. Melalui program tersebut diharapkan para guru yang berasal dari sekolah sasaran, secara mandiri, dapat membantu para guru dari sekolah yang belum menjadi sekolah sasaran. (Seno)

Semangat Baru

Cerdaskan Masyarakat Papua

Mendikbud

mengharapkan di masa

depan tidak ada lagi

perbedaan yang sangat

tajam antara kualitas

pendidikan di daerah

manapun, karena

pemerintah ingin

memajukan seluruh

anak bangsa.

Mendikbud dalam Peluncuran Implementasi Kurikulum 2013 di Papua:

Gubernur Papua,

Lukas Enembe,

menginstruksikan

kepada bupati dan

walikota di Papua,

serta tim Anggaran

Provinsi Papua untuk

mengalokasikan

anggaran pendidikan

30 persen guna

memastikan

ketersediaan anggaran

untuk pelatihan,

sosialisasi, dan

implementasi

Kurikulum 2013.

Kondisi geografis tidak menjadi penghalang bagi masyarakat dan

Pemerintah Provinsi Papua untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara menyeluruh dan bertahap pada tahun pelajaran baru 2014/2015 ini. Bahkan Pemprov Papua mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 30 persen, di antaranya untuk menyukseskan implementasi tersebut. Tekad dan semangat semacam ini pantas mendapat apresiasi.

Foto: Heru PIH

(4)

Pelatihan Guru

Tuntas Agustus 2014

Salah satu tahapan dalam

implementasi Kurikulum 2013 adalah pelatihan guru, yang jumlahnya mencapai sekitar 1,3 juta orang. Dengan pelatihan, setiap guru yang menerapkan Kurikulum 2013 memiliki standar sama di seluruh Indonesia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud), Mohammad Nuh, mengatakan bahwa dulu pergantian kurikulum tidak dibarengi dengan pelatihan guru dan pengadaan buku yang ditetapkan langsung dari Kementerian. Pada Kurikulum 2013 inilah pemerintah melakukan pelatihan guru secara masif dengan standar yang telah ditetapkan.

Mendikbud mengakui, dalam perjalanannya belum semua guru dapat dilatih sebelum

tahun pelajaran 2014/2015 dimulai. Kondisi yang berbeda di setiap daerah menyebabkan perbedaan jadwal pelatihan guru. Misalnya di Aceh saat bulan Ramadan tidak dapat melakukan kegiatan pelatihan, namun setelah bulan Ramadan dapat melanjutkan kembali kegiatan pelatihan guru. Contoh lain seperti di daerah kepulauan yang mengharuskan para guru menyeberangi pulau untuk mengikuti pelatihan. Jika ada gelombang tinggi, pelatihan terpaksa ditunda.

Ketua Unit Implementasi Kurikulum (UIK) Pusat, Tjipto Sumadi, mengatakan, pelatihan guru dituntaskan hingga Agustus ini

karena jumlah guru yang belum dilatih hanya tinggal beberapa persen. “Sampai 13 Agustus masih ada sekitar 44.000 guru yang akan dilatih. Insya Allah selesai pada 25 Agustus ini,” ungkap Tjipto, di Jakarta, Rabu (20/8).

Klinik Pembelajaran

Mendikbud menambahkan, Kemdikbud membuka klinik guru untuk memfasilitasi guru-guru yang telah mengikuti pelatihan, namun belum sepenuhnya memahami Kurikulum 2013. Klinik guru menjadi semacam wadah konsultasi bagi guru. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPMP) ditunjuk sebagai pengelola klinik. “Kita sekarang membuka klinik dan konsultasi pembelajaran (KKP) sehingga para guru yang belum mengerti (Kurikulum 2013) bisa tanya ke klinik,” ujar Mendikbud saat diwawancarai sebuah stasiun televisi swasta di kantor Kemdikbud, Jakarta, Senin (4/8).

KKP tersebut, kata Mendikbud, bisa dilakukan secara daring/online, baik di pusat (Kemdikbud) melalui UIK Pusat, maupun di daerah melalui UIK daerah. Selain membuka klinik guru,

pendampingan pada saat proses belajar mengajar juga dilakukan. Diharapkan, dengan upaya tersebut, pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 semakin meningkat.

Mendikbud mengatakan, guru harus bisa mengajarkan materi dengan baik kepada siswa. Oleh karena itu guru dituntut memahami dengan baik pula Kurikulum 2013. Menurutnya, guru yang

baik adalah guru yang bisa mengajarkan materi kurikulum yang sesuai dengan tugasnya,

menguasai materi dengan baik, dan bisa menyajikan materi dengan metodologi yang baik.

Sementara itu Tjipto menjelaskan, KKP

dilakukan dengan berbagai media. Misalnya melalui televisi. Saat ini tengah disiapkan kerjasama dengan jaringan televisi lokal di daerah. Media lain yang juga dapat menjadi media KKP adalah koran lokal, mengingat koran nasional tidak seluruhnya masuk ke daerah-daerah. “Kita sediakan dengan rubrik tanya-jawab,” ujarnya.

KKP juga dapat

diakses melalui laman www. klik2013.belajar.kemdikbud.go.id. Isinya berupa forum diskusi dan konsultasi secara daring maupun luring/offline, yang mensyaratkan peserta untuk mengisi formulir

pendaftaran terlebih dahulu. Guru maupun masyarakat umum juga dapat melakukan konsultasi melalui sambungan telepon, bertanya melalui pesan singkat atau SMS dan surat elektronik. “SMS bisa langsung ke nomor saya. Kalau saya bacakan, banyak sekali SMS yang masuk terkait Kurikulum 2013. Ada yang sekadar melaporkan tentang mobil pengirim buku yang terbalik, hingga pertanyaan seputar bagaimana nasib guru yang mata pelajarannya hilang,” tambah Tjipto.

Lebih lanjut Tjipto menjelaskan, untuk kebutuhan di daerah, pihaknya bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik (LPTK).

“Misalnya di Jawa Timur, mantan Rektor Universitas Negeri Surabaya sudah siap menjadi “dokter”-nya untuk memberikan layanan kepada masyarakat,” katanya.

Tjipto mengatakan, pertanyaan-pertanyaan masyarakat yang

disampaikan melalui KKP tidak semata dijawab oleh tim UIK pusat. Pihaknya juga mengajak tim ahli, tim pengarah, dan unit terkait mulai dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat Pendidikan Menengah, dan Direktorat Pendidikan Tinggi. UIK pusat juga bekerja sama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan, Penjaminan Mutu Pendidikan

(BPSDMPK-PMP) yang berhubungan langsung dengan tenaga pendidik, serta Pusat Kurikulum dan Perbukuan untuk pertanyaan seputar buku. (Ratih, Desliana)

Standardisasi implementasi Kurikulum 2013 merupakan sebuah keniscayaan yang mutlak, sehingga kualitas pembelajaran dan output-nya di daerah satu dengan lainnya relatif sama. Hal itu dapat dicapai jika guru menguasai metode mendidik seperti yang digariskan Kurikulum 2013. Untuk itulah, diperlukan pelatihan guru di seluruh Tanah Air.

(5)

Pola pembelajaran Kurikulum 2013 dirancang agar anak lebih aktif dan kreatif. Memasuki tahun kedua putrinya menjalani Kurikulum 2013, Aris Syabani, ayah dari Aika Azka Syadza Alzena, yang saat ini duduk di kelas 2 SD Negeri Pengasinan 02 Bekasi Timur, mengaku harus ikut-ikutan menambah wawasannya untuk menjawab keingintahuan putri tercintanya ini.

Putrinya saat ini jadi lebih percaya diri, aktif, dan memiliki banyak teman baru. Padahal, Aika merupakan siswa pindahan dari Cilacap di mana sekolahnya itu juga sudah menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 lalu. Meskipun pindah sekolah, tampaknya hal tersebut tidak berpengaruh banyak dalam kesehariannya. Putri pertama dari pernikahannya dengan Yuni Dewi Rasih ini dapat menyesuaikan diri dengan cepat. “Awalnya ada kekhawatiran anak nervous. Ternyata di luar dugaan, dia lebih PD,” tutur Aris di Jakarta, Rabu (13/8) pagi.

Hampir setiap hari, Aika menanyakan berbagai hal kepada kedua orang tuanya. Terkadang, untuk menjawab pertanyaan yang sangat detil, Aris dan istrinya juga harus berselancar di internet untuk mencari jawaban. Untuk urusan kreativitas, ia kerap mendapat keluhan dari sang istri yang harus mencari material untuk membuat karya pekerjaan rumah putrinya. “Walau harus mencarikan material-material itu, tapi tidak sampai mengganggu ekonomi keluarga,” katanya.

Aika baru memulai tahun pelajaran baru di sekolahnya beberapa hari lalu. Sejak hari pertama masuk, Aika sudah menerima buku Kurikulum 2013 yang diberikan gratis oleh sekolah. Sebagai orang tua, Aris mengaku senang anaknya tidak harus membawa beban berat buku yang harus dibawa ke

sekolah. Dengan Kurikulum 2013, anaknya melangkah riang setiap hari. “Jadi dia tidak merasakan sakit pundak yang sering dirasakan anak-anak yang membawa buku banyak setiap hari,” katanya.

Untuk urusan penilaian, ia yang telah berpengalaman menerima rapor Aika selama dua semester ini mengaku awalnya sempat terkejut karena tidak lagi menemukan angka dan rangking di rapor anaknya. Melainkan lebih banyak tulisan yang menggambarkan keseharian putrinya di sekolah. Karena belum terbiasa, ia masih melihat metode penilaian angka masih lebih baik. Dengan angka, ia mengaku bisa melihat kemampuan Aika secara kongkret.

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud, Ibnu Hamad menjelaskan, pola penilaian di Kurikulum 2013 dirancang agar guru bisa melihat potensi setiap siswa. Karena potensi dan bakat siswa pasti berbeda, mereka perlu diarahkan agar dapat menggali dan mengembangkan potensinya secara maksimal. “Harapannya setiap siswa nanti bisa menjadi juara sesuai dengan minat dan bakatnya, tidak lagi diberi award dengan angka,” katanya.

Lebih Kreatif

Sementara itu, orang tua lainnya, Andri Widianto, yang dihubungi melalui telepon, Selasa (12/8) mengaku Kurikulum 2013 mengajak anak untuk lebih kreatif mencari sumber informasi. Tidak hanya dari guru, tetapi sumber informasi itu dapat diperoleh dari internet atau media lainnya. Orang tua Ade Widya Nugraha, siswa SD Negeri Cijawura Bandung, ini mengatakan, Kurikulum 2013 sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Ia

mengatakan, anaknya menjadi lebih sering mengakses internet untuk mencari materi pembelajaran yang sedang diajarkan di sekolah.

“Kalau anak tidak kreatif mencari, dia akan tertinggal dari yang lain dan jadi tidak bisa mengerjakan tugas,” katanya.

Ia beruntung, anaknya sudah mengenal internet sejak kelas 3 SD, sehingga tidak mengandalkan orangtuanya untuk membantu mencarikan informasi yang dibutuhkan. “Dia belajar internet dari kakaknya. Jadi, kalau sewaktu-waktu butuh informasi dari internet, dia bisa langsung cari,” katanya.

Andri juga mengatakan, sejak Kurikulum 2013 diberlakukan, anaknya menjadi lebih kritis dan lebih banyak pertanyaan. “Kalau saya tidak bisa menjawab, saya serahkan ke guru lesnya,” ujarnya.

Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan buku Kurikulum 2013, ia sengaja mengunduh dan mencetaknya langsung dari portal Rumah Belajar. Itu karena buku yang disediakan pihak sekolah berstatus dipinjamkan. “Untuk sekadar pegangan di rumah, agar saya bisa tahu apa yang dipelajari anak di sekolah,” tutur Andri. (Aline, Ratih)

Anak Jadi Lebih Aktif,

Orang Tua Ikut Belajar

Awalnya ada

kekhawatiran

anak

nervous.

Ternyata di

luar dugaan,

dia lebih PD.

Testimoni Orang Tua Siswa:

Kurikulum 2013

mengajak anak untuk

lebih kreatif mencari

sumber informasi.

Tidak hanya dari

guru, tetapi sumber

informasi itu dapat

diperoleh dari internet

atau media lainnya.

Pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, implementasi Kurikulum 2013 memasuki tahun kedua. Banyak cerita mengiringinya, di antaranya dari orang tua siswa. Pola pembelajaran, yang menuntut anak lebih aktif mencari informasi dari berbagai sumber, membuat orang tua juga sibuk mencari jawaban atas pertanyaan putra-putrinya. Banyak materi yang dibaca oleh anak, banyak pula pertanyaan yang disampaikan olehnya. Pendek kata, orang tua juga lebih rajin membaca.

Suasana kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Cijawura, Bandung yang menggunakan model pembelajaran Kurikulum 2013.

(6)

Efektivitas

Pembelajaran

Kurikulum 2013

Tahun Pelajaran

2014/2015

(7)

Implementasi Kurikulum 2013 di Kota Bandung secara efektif diterapkan mulai Selasa (5/8). Sejumlah sekolah yang didatangi Tabloid Asah Asuh telah menerapkan model pembelajaran Kurikulum 2013 setelah sehari sebelumnya sekolah menggelar acara halalbihalal usai libur Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Di tingkat sekolah dasar, guru mulai memberikan tema pertama, yaitu Diriku. Pada hari pertama kegiatan belajar mengajar efektif berjalan, guru mengajarkan subtema “Aku dan Teman-Temanku”.

Guru kelas 1 SD Negeri Buahbatu 1 dan 3 Bandung, Trisniati Ismail, mengajak siswa baru untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Mereka juga diminta untuk mengenal nama teman-teman lainnya. “Saya sampaikan dengan gaya bermain sambil bernyanyi, sehingga anak-anak menikmati proses pembelajaran,” katanya.

Setelah selama 14 tahun mengajar kelas 1 SD, Trisniati mengaku mengetahui perbedaan antara Kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya. Menurutnya, dengan Kurikulum 2013 siswa belajar seperti “air mengalir”, sehingga tidak dipaksakan harus bisa menguasai pelajaran pada hari itu juga. “Anak tidak dipaksakan harus dapat membaca hari itu juga, tetapi anak diajak bermain sambil mempelajari sesuatu,” ujarnya.

Guru kelas 2 SD Negeri Buahbatu 1 dan 3 Bandung, Nani Sutiami, menuturkan, di kelasnya siswa dimantapkan lagi dengan belajar baca, tulis, berhitung (calistung). Cara mengajarnya pun dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak seperti sedang belajar, melainkan bermain. “Kadang dengan bernyanyi. Memang di Kurikulum 2013 ini banyak bernyanyi,” ujarnya.

Sementara itu suasana pembelajaran di kelas 2 SD Negeri Cijawura Bandung diisi dengan kegiatan lapangan. Di halaman sekolah, siswa diminta berkelompok dan membentuk lingkaran kecil. Setiap kelompok terdiri atas lima hingga enam siswa dan diberikan satu bola tenis. Siswa diminta melempar bola kepada teman dalam satu kelompoknya secara bergantian. Sambil melempar, lingkaran yang pada awalnya berukuran kecil dibuat sedikit demi sedikit melebar, sehingga siswa diminta melempar

lebih jauh dibanding sebelumnya.

Selain melatih sisi motorik siswa, guru juga mengajarkan hal lainnya, seperti sikap berteman, kerja sama, dan cara membaca. Di sinilah model tematik terlihat diterapkan dalam pembelajaran. Saat sang guru meminta anak-anak menyelesaikan permainan lempar bola dan berkumpul mengelilingi guru di lapangan, guru

menanyakan benda yang dipegangnya dan bagaimana mengeja kata tersebut.

Saat anak-anak mulai kehilangan fokus dalam belajar, guru memancing siswa dengan bernyanyi bersama disertai gerakan. Siswa menjadi bersemangat kembali. Demikian pula saat Tabloid Asah Asuh menengok pembelajaran di kelas 1 SD Negeri Cijawura Bandung. Saat siswa mulai terlihat tidak serentak menjawab pertanyaan guru, guru mulai menyanyikan lagu yang memacu semangat mereka.

Sementara itu di SMP Negeri 18 Bandung, hari pertama efektif sekolah masih diisi dengan pengenalan terhadap model pembelajaran Kurikulum 2013 yang akan diterapkan di dalam kelas. Pada minggu pertama kegiatan belajar mengajar berlangsung, sekolah ini belum

menerima buku Kurikulum 2013. Meski demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode Kurikulum 2013 tetap dilakukan.

“Buku memang belum tiba. Tetapi guru-guru tetap melaksanakan Kurikulum 2013,” ujar Wakil Kepala SMP Negeri 18 Bandung bidang Kurikulum, Enong Saiyah.

Ia menambahkan, dengan belum tibanya buku, guru diminta untuk lebih kreatif mengambil materi ajar dari portal Rumah Belajar yang juga menyediakan buku elektronik Kurikulum 2013. Hal yang sama juga dilakukan di SMA Negeri 8 Bandung. Suasana pembelajaran masih diisi dengan pengenalan. Namun, sekolah yang terletak di Jl. Solontongan itu sudah menerima buku Kurikulum 2013, namun pada pekan pertama sekolah kembali aktif memulai pembelajaran, baru sebagian kecil.

Pembagian Buku

Wakil Kepala SMA Negeri 8 Bandung bidang Sarana dan Prasarana, Euis Nur Aisyah,

mengatakan bahwa buku dikirim secara bertahap oleh pihak penyedia. Tahap pertama buku telah diterima pada 23 Juli 2014 yang lalu. Sementara sisanya dikirimkan pada Kamis, 7 Agustus 2014. “Secara keseluruhan implementasi Kurikulum 2013 di sekolah kami lancar. Guru sasaran, yaitu guru yang mengajar di kelas X dan XI, juga sudah seluruhnya mendapatkan pelatihan,” ujar Euis di ruang kerjanya, Rabu (9/8).

Sementara itu, sekolah yang telah menerima dengan lengkap buku Kurikulum 2013 mulai membagikan buku tersebut kepada peserta didik pada Selasa (5/8). Di SD Negeri Cijawura, Bandung, misalnya, buku dibagikan langsung kepada siswa oleh petugas administrasi sekolah. Pembagian buku dilakukan di dalam kelas dan disaksikan guru kelas. Untuk menghindari pembagian buku yang sama kepada siswa lebih dari sekali, siswa diminta menandai tanda terima sebagai bukti bahwa buku telah diterima dengan baik.

Pembagian buku Kurikulum 2013 juga dilakukan di SD Negeri Buahbatu 1 dan 3, Bandung. Buku dibagikan langsung kepada siswa, setelah sebelumnya buku diberi cap sekolah sebagai tanda. Menurut Kepala SD Negeri Buahbatu 1 dan 3, Bandung, Ulan Sumilan, buku sengaja tidak dibagikan kepada siswa begitu tahun pelajaran baru dimulai, melainkan menunggu hingga kegiatan belajar mengajar efektif berlangsung.

Kepala SD Negeri Cijawura, Bandung, Kudi Rukadi, mengajak siswa dan orangtua untuk merawat buku Kurikulum 2013 yang dibagikan secara gratis tersebut dengan baik. “Misalnya dengan memberikan sampul plastik pada buku, sehingga tetap rapi, karena akan digunakan hingga satu semester mendatang,” katanya. (Ratih)

Implementasi Kurikulum 2013

Tahun pelajaran 2014/2015 ini sedikit berbeda dari tahun pelajaran sebelumnya. Tahun ini seluruh sekolah, negeri maupun swasta, menerapkan secara menyeluruh-bertahap pola pembelajaran Kurikulum 2013. Bagi sekolah yang tahun lalu telah melaksanakan piloting, penerapan Kurikulum 2013 boleh jadi tidak menemui kendala. Lalu bagaimana dengan sekolah yang tahun ini benar-benar baru mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam pola pembelajarannya? Tabloid Asah Asuh mencoba memotret pelaksanaan Kurikulum 2013 di sejumlah sekolah yang berada di dua kota/kabupaten. Kedua daerah ini dipilih secara acak agar pembaca dapat

membandingkan bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013 di ibu kota provinsi di Jawa dan di ibu kota kabupaten di Sulawesi. Tulisan disajikan di halaman 8 dan 9.

Trisniati mengaku

mengetahui

perbedaan antara

Kurikulum 2013

dan kurikulum

sebelumnya.

Menurutnya,

dengan Kurikulum

2013 siswa

belajar seperti

“air mengalir”,

sehingga tidak

dipaksakan harus

bisa menguasai

pelajaran pada

hari itu juga.

Pembelajaran Lancar

bagai ‘Air Mengalir’

(8)

Awal tahun pelajaran 2014/2015 di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, dimulai 4 Agustus 2014. Secara nasional, seharusnya tahun pelajaran baru dimulai 14 Juli lalu. Dengan kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Tengah yang memberlakukan libur sekolah selama bulan Ramadan, maka hari pertama masuk sekolah baru dimulai setelah libur lebaran usai.

Di hari pertama, sekolah menyiapkan program pengenalan lingkungan sekolah

kepada siswa baru. Kegiatan yang dikenal dengan masa orientasi peserta didik (MOPD) ini biasanya berlangsung 3-5 hari. Di salah satu sekolah, SMP Negeri 1 Ampana, Kabupaten Tojo Una-una, MOPD digelar dari Senin (4/8)-Kamis (7/8). Setelah MOPD, proses pembelajaran di kelas VII dan kelas VIII menggunakan Kurikulum 2013.

Kepala SMP Negeri 1 Ampana, Irwan, mengatakan, Kurikulum 2013 membawa perubahan yang cukup baik dari segi materi maupun penilaian. Namun demikian, ia mengaku masih menemui beberapa hal yang perlu diperbaiki. Misalnya,

fakta bahwa pemahaman guru tentang kurikulum ini masih belum terlalu baik. “Akan lebih baik jika pelatihan diadakan lebih

intensif,” katanya saat diwawancarai di ruang kerjanya di SMP Negeri 1 Ampana, Rabu (6/8) lalu.

Dalam Kurikulum 2013, tidak hanya materi pelajaran yang menjadi penunjang keberlangsungan implementasi. Guru turut menjadi faktor utama agar proses pembelajaran

berlangsung dua arah. Guru-guru, yang telah dilatih untuk menghadapi implementasi Kurikulum 2013,

berhasil baik memraktikkan ilmunya pada saat pembelajaran berjalan efektif.

Salah satu guru bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Ampana, Oka, mengatakan, fokus pembelajaran di

Kurikulum 2013 adalah siswa. Guru hanya sebagai pemicu agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya. Sebagai contoh kecil, mata pelajaran bahasa Inggris selama ini tidak mengajak siswa untuk kreatif. Karena guru tidak memberikan pertanyaan yang bisa membangkitkan kreativitas mereka.

“Misalnya ketika kita bertanya kepada siswa, kita cenderung mencari pertanyaan yang jawabannya “yes” atau “no” saja. Kalau sekarang, kita menghindari jawaban tunggal. Cara-cara itu salah satu yang bisa membuat anak kreatif,” katanya.

Manfaatkan Proyektor

Di SMA Negeri 1 Ampana, MOPD berlangsung selama satu minggu. Oleh karena itu, Oka dan

rekan gurunya di sekolah tersebut baru mulai melakukan pembelajaran efektif pada 11 Agustus. Salah satu kendala yang cukup menyita

perhatian para guru disini adalah distribusi buku yang belum sampai ke sekolah. Menyiasati kondisi tersebut, sekolah memanfaatkan proyektor sebagai alat bantu untuk menampilkan materi yang sebelumnya telah disiapkan oleh Kemdikbud dalam bentuk compact disc (CD).

Kondisi hari pertama pembelajaran efektif tanpa

menggunakan buku guru dan buku siswa dirasakan di semua sekolah di kabupaten ini, termasuk di jenjang SD. Di salah satu sekolah dasar, SDN 3 Ampana, juga memanfaatkan proyektor sebagai alat bantu ajar akibat keterlambatan ini. Dari 385 siswa yang tercatat sebagai peserta didik, 270 di antaranya adalah target implementasi.

Menurut Hasni, guru kelas V yang sudah mendapat pelatihan, kurikulum 2013 ini memacu siswanya lebih aktif. Karena meskipun belum memiliki buku sendiri, materi yang disampaikan lebih inovatif. Misalnya, kata dia, ketika menyampaikan materi pembelajaran guru akan menampilkan gambar melalui proyektor, dan para siswa akan berlomba mengucapkan benda apa saja yang ada di gambar tersebut.

Setelah itu, terjadi interaksi antara guru dan siswa yang ujung-ujungnya mencakup semua pengetahuan yang harus diketahui oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh di ruang kelas tidak hanya berhenti sampai disitu. Sekolah juga menyiapkan penunjang di ruang kelas.

“Contohnya, hari ini saya menyampaikan materi yang berkaitan dengan kebersihan. Di ruang kelas tersedia wastafel dan tempat sampah agar siswa bisa memraktikkan ilmu yang didapatnya di kelas,” tuturnya.

Secara umum, implementasi Kurikulum 2013 di Kabupaten Tojo Una-una tetap berjalan meskipun buku belum tiba di sekolah. Ibarat pepatah ‘tak ada kayu, rotan pun jadi’, maka sebagian guru-guru di sana pun memanfaatkan proyektor sebagai pengganti buku untuk sementara.

Walau demikian, mereka tetap bersemangat untuk berinovasi dan memandu siswa dalam

mengembangkan bakatnya. Mereka hanya berharap, agar implementasi ini bisa terus berjalan dengan baik dengan kesiapan pendukung yang memadai. Tak mengapa sementara tiada buku, menjadikan proyektor sebagai alat bantu pembelajaran. (Aline)

Lokasi kedua yang coba

dipotret adalah Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Selatan. Di daerah ini, kreativitas para guru memegang peranan sangat penting dalam melancarkan implementasi Kurikulum 2013. Guru harus pandai menyiasati keadaan yang kurang ideal menjadi hal yang menyenangkan dan membangkitkan semangat pembelajaran.

Kemdikbud Fasilitasi CD Pembelajaran

Kurikulum 2013 untuk Guru

Kurikulum 2013

membawa

perubahan

yang cukup

(9)

Kudi Rukadi

Kepala SD Negeri

Cijawura, Bandung

Saya katakan, Kurikulum 2013 sangat bagus karena yang diuji itu sikap. Sementara pada kurikulum sebelumnya, yang dinilai adalah standar kompetensi. Sekarang, kompetensi inti dan kompetensi dasar diramu sedemikian rupa, sehingga saat guru mengetahui tujuan pembelajaran seperti apa, maka proses pembelajaran juga akan lebih mudah.

Sebenarnya sejak dulu kami sudah memulai konsep seperti yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, yaitu metode pembelajaran terintegrasi yang berfokus pada lingkungan hidup. Itulah sebabnya, kami termasuk dalam sekolah peraih penghargaan Adiwiyata tingkat nasional tahun 2014. Kami menganut prinsip, tidak takut anak-anak tidak pintar IPA, tidak pintar matematika, tidak takut nilainya jelek. Sebaliknya kami takut jika anak-anak tidak bisa antre, tidak bisa menjaga lingkungan sekolah dengan baik. Dari dulu kami sudah menerapkan ini, sehingga tidak kesulitan saat Kurikulum 2013 diimplementasikan secara menyeluruh tahun pelajaran baru ini.

Dalam metode pembelajaran Kurikulum 2013 untuk tema “Lingkungan”, misalnya, guru olahraga dapat mengkolaborasikan dengan permainan yang menyenangkan. Sebenarnya Kurikulum 2013 itu tidak sulit untuk diterapkan.

Sementara itu untuk proses penilaian, kami mengembangkan aplikasi yang dimasukkan ke dalam portal sekolah, agar orangtua juga bisa tahu aspek penilaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian. Termasuk di dalamnya absensi siswa maupun guru, semua terlihat di aplikasi ini yang selalu di-up date seminggu sekali. Aplikasi ini akan memudahkan guru memberikan penilaian kepada siswa yang disampaikan dengan model deskriptif

kualitatif. (Ratih)

Ulan Sumilan

Kepala SD Negeri

Buahbatu 1 dan 3,

Bandung

Saya percaya Kurikulum 2013 dapat membentuk karakter siswa yang baik, karena aspek spiritual dan sikap sosial siswa menjadi bagian yang dinilai. Karena untuk menjadi pintar saat ini mudah, ada les private. Sementara untuk menjadi manusia berkarakter butuh proses yang harus ditanamkan sejak dini.

Tahun lalu sekolah kami memang tidak ditunjuk sebagai sekolah piloting. Namun, kami sudah mencoba-coba menerapkan metode pembelajaran Kurikulum 2013 pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Sejak tahun lalu guru-guru kami sudah mendapatkan pelatihan. Agar hasil pelatihan dapat segera diaplikasikan, saya minta mereka untuk

menerapkan Kurikulum 2013 di kelas I, II, IV, dan V di kelas masing-masing.

Sebelum pembelajaran efektif berlangsung pada tahun pelajaran baru ini, saya meminta mereka untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dua minggu pertama. Saya lihat guru sudah cukup baik dalam membuat RPP ini. Hanya saja memang di sekolah kami, dalam satu kelas, cukup banyak siswa, sekitar 38-40 orang, sehingga guru harus ekstra dalam mengajar.

Dalam praktiknya, tahun lalu kami sudah mencoba menggunakan model pembelajaran kreatif, salah satunya dengan menggunakan power point dan LCD. Namun karena fasilitas LCD ini terbatas hanya terpasang di satu

ruangan, baru guru agama dan guru kelas 2 yang menggunakannya. Memang dengan Kurikulum 2013 penggunaan sarana dan prasarana sekolah menjadi salah satu bagian dari proses pembelajaran. Untuk itu, sarana dan prasarana yang sudah sekolah miliki dan selama ini tidak digunakan, akhirnya dapat dimanfaatkan.

Saya bersyukur guru-guru di sini sering berkumpul untuk sekadar sharing pengalaman tentang pengajaran yang mereka lakukan kepada peserta didik. Dengan sharing, mereka dapat saling mengambil apa yang baik dan apa yang masih perlu diperbaiki. Kebetulan di sekolah kami ada guru yang ditunjuk sebagai instruktur nasional, sehingga setiap pertanyaan dapat langsung ditanyakan. (Ratih)

Yus Rustandi

Guru PJOK SMA

Negeri 8 Bandung

Meskipun saya mengajar di kelas XII yang belum menerapkan Kurikulum 2013, namun setelah berdiskusi dengan guru-guru di kelas X dan XI, Kurikulum 2013 memang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada KTSP misalnya, penetapan tujuan pembelajaran dimulai dari standar kompetensi. Sementara pada Kurikulum 2013 dimulai dari kompetensi inti.

Selain itu, pendekatan pembelajaran juga berbeda. Anak diajak untuk mencari tahu, bukan diberitahu. Kurikulum 2013 mengajarkan anak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menganalisis sendiri, hingga mempresentasikannya. Contoh pembelajaran PJOK setelah Kurikulum 2013 diterapkan, misalnya materi minggu depan adalah mengenai olahraga basket. Nah, siswa diberikan tugas untuk mencari tahu terlebih dahulu mengenai basket. Setelah itu mereka mempresentasikan dan mempraktikkan olahraga tersebut.

Kurikulum 2013 mengajarkan anak untuk lebih banyak berkreasi, karena aspek kreativitas dan keterampilan memang ditekankan. Dampaknya, siswa jadi lebih aktif berbicara mengemukakan materi yang sedang dipelajari. Alhamdulillah sarana dan prasarana olahraga di sekolah kami cukup menunjang pembelajaran Kurikulum 2013,

sehingga kami tidak kesulitan menerapkannya dalam pelajaran PJOK.

Irwan

Kepala SMP

Negeri 1 Ampana,

Kabupaten

Tojo Una-una,

Sulawesi Tengah

Kurikulum ini membawa perubahan yang cukup bagus baik untuk materi maupun penilaian. Hanya saja saya melihat masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Misalnya, fakta bahwa pemahaman guru tentang kurikulum ini masih belum terlalu baik, sehingga akan lebih baik jika pelatihan diadakan lebih intensif.

Di Ampana ini, saya dan teman-teman di MGMP melakukan bimbingan untuk pendalaman penilaian minimal dua kali dalam satu bulan. Ketika bimbingan dilakukan, kami akan membedah semua masalah yang ada dari pagi sampai sore. Tujuannya, supaya implementasi Kurikulum 2013 ini bisa terlaksana dengan baik sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak.

Di awal masuk sekolah, ada dua guru dari SMPN 1 ini yang sedang menjalani pelatihan instruktur nasional di ibu kota provinsi di Palu. Setelah mereka pulang, maka akan saya

kumpulkan para guru untuk dilatih oleh dua IN ini. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mengacu pada metode scientific, bukan menghayal, sehingga siswa dituntut aktif untuk praktik. Dari sisi guru, disini kami akan menggunakan komputer untuk penilaian. Jadi selain memudahkan, juga memaksa para guru untuk melek teknologi.

Di Kabupaten Tojo Una-una distribusi buku termasuk yang terlambat. Di SMPN 1 ini ada 583 siswa, dan 11 rombongan belajar yang menggunakan kurikulum 2013 tahun ini. Karena buku belum sampai, maka kami gunakan proyektor sebagai alat bantu.

Oka

Guru Bahasa

Inggris SMAN 1

Ampana,

Kab. Tojo Una-una,

Sulawesi Tengah

Saya menyambut positif selama perubahan yang dilakukan pemerintah itu membenahi atau menyempurnakan, salah satunya Kurikulum 2013. Ada yang sangat menarik dalam kurikulum ini yang dulu kurang mendapat perhatian bahkan diabaikan, yaitu sikap. Padahal, justru itu yang penting.

Dengan kepribadian dan sikap setiap generasi baik, mungkin ke depan bangsa ini akan jauh lebih baik.

Di sekolah saya, buku juga terlambat datang sama seperti sekolah lain di kabupaten ini. Jadi untuk menyampaikan materi ke siswa, apa yang didapat dari pelatihan lalu, tentunya itu yang akan diterapkan ke siswa. Fokusnya adalah ke siswa. Dan dalam contoh kecil, kalau dulu kita bertanya dalam bahasa Inggris, tentu jawabannya “yes” atau “no” saja. Kalau sekarang, kita menghindari jawaban tunggal. Cara-cara itu salah satu yang bisa membuat anak kreatif.

Dengan Kurikulum 2013 ini, sumber belajar lebih variatif, salah satunya internet. Untuk memberi tugas kepada siswa, saya tidak lagi menggunakan kertas konvensional melainkan kertas elektronik. Entah itu surat elektronik maupun kertas digital dalam bentuk soft copy. Untuk penilaian, kita disini tidak begitu kesulitan karena sudah menggunakan format soft copy. Jadi tidak capek mau menulis rapor siswa. (Ratih, Aline)

Sumber Belajar Lebih Variatif

Kurikulum 2013 yang mulai diterapkan secara terbatas-bertahap pada tahun pelajaran 2013/2014 diakui berbeda dengan kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya. Jika pada kurikulum yang lalu, siswa dituntut memahami aspek kognitif lebih banyak ketimbang aspek lainnya, Kurikulum 2013 justru menekankan pada tiga aspek sekaligus. Aspek yang dinilai mulai dari sikap, pengetahuan, hingga keterampilan. Lewat ketiga aspek inilah, maka model pembelajaran Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Beberapa kepala sekolah menyatakan

Kurikulum 2013 sangat bagus untuk mengembangkan karakter peserta didik. Pendapat sejenis juga diungkapkan oleh guru kelas dan guru mata pelajaran. Berikut cuplikan hasil wawancara Asah Asuh dengan mereka, Selasa (5/8) dan Rabu (6/8) lalu.

Testimoni Kepala Sekolah dan Guru

Foto: Ratih PIH

Foto: Ratih PIH

Foto: Ratih PIH

(10)

Menjadi sebuah kebanggaan bagi suatu negara jika seluruh delegasi yang mewakili meraih kemenangan dalam sebuah kompetisi berskala internasional. Sama halnya dengan yang dicapai oleh empat wakil Indonesia dalam ajang The 25th

International Biology Olimpiad (IBO) 2014 yang seluruhnya berhasil merebut medali, yaitu tiga medali emas dan satu medali perak. Acara yang diselenggarakan di Bali, 6-12 Juli 2014 itu mempertemukan 61 negara dengan jumlah peserta mencapai 239 siswa.

Mereka adalah Kelvin Suriyaputra (SMAK 3 BPK Penabur, Jakarta), Valentino Sudaryo (SMA Tunas Bangsa, Pontianak), Hana Fauzyyah Hanifin (SMA Semesta, Semarang), dan Samuel Henry Kurniawan (SMAK BPK Penabur, Serpong). Keempatnya bersaing ketat dengan peserta lainnya dalam serangkaian tes, mulai dari pengenalan peralatan laboratorium, uji praktikum, dan uji teori. Adapun materi yang diujikan meliputi biologi sel molekuler, ekologi dan etologi, anatomi dan fisiologi tumbuhan, fisiologi dan sistematika hewan.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang

Pendidikan, Musliar Kasim mengatakan, dengan kemenangan ini, keempat wakil Indonesia tersebut akan mengambil peranan besar dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Untuk mendukung tujuan tersebut, keempatnya dipersilakan memilih perguruan tinggi manapun, baik di dalam maupun luar negeri untuk bidang biologi.

Mari mengenal keempat siswa yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dalam ajang tahunan ini. Berikut petikan mereka saat ditemui Asah Asuh di sela-sela kegiatan lomba.

Ingin Jadi Peneliti

Kelvin Suriyaputra, siswa kelas XII SMAK 3 Penabur Jakarta, pertama kali mengikuti olimpiade sains tingkat kabupaten/kota (Jakarta Pusat) sebagai utusan sekolah. Dari olimpiade ini, ia berhasil melaju ke olimpiade serupa di tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tak berhenti disini, ia akhirnya menembus olimpiade sains nasional (OSN) yang di tahun 2013 lalu diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat.

“Tahun lalu saya ikut OSN di Bandung. Dari sekolah mengirim lima orang untuk olimpiade tingkat kota, lalu lolos tiga orang untuk ikut tingkat provinsi, dan dua orang ke OSN,” kata Kelvin di sela-sela padatnya rangkaian kegiatan IBO di Bali, (5-13 Juli).

Perjalanannya di kancah olimpiade biologi terus merangkak naik. Setelah berkompetisi di OSN 2013, ia bersama 29 peserta lainnya menjalani pelatihan nasional sebagai persiapan untuk mengikuti IBO 2014. Pelatihan nasional (Pelatnas) yang dijalaninya berlangsung hingga empat tahap. Siswa yang gemar membaca apapun yang berkaitan dengan biologi ini akhirnya terpilih menjadi wakil Indonesia di IBO 2014.

Ia mengaku gemar menonton film dokumenter guna mengasah kemampuan otaknya. Rasa selalu ingin tahu yang dimilikinya menjadi awal untuk mencapai cita-cita sebagai seorang peneliti. Lebih mulia lagi, ia ingin menjadi seorang guru. Selama mengikuti rangkaian olimpiade ini, ia mendapat dukungan terbesar dari teman-teman pelatihan seangkatan.

Bidang Bioteknologi

Wakil kedua berasal dari pulau Kalimantan. Valentino Sudaryo, terpilih menjadi wakil Indonesia di IBO 2014 bersama Kelvin. Siswa kelas XII SMA Tunas Bangsa Pontianak ini mematahkan stigma di masyarakat yang mengatakan anak dari luar Jawa tak mampu bersaing dengan teman-temannya yang berasal dari pulau Jawa.

Selama mengikuti rangkaian olimpiade, ia mengaku mendapat dispensasi dari sekolah.

Selain dispensasi nilai, dia juga diperkenankan mengikuti ujian susulan. Siswa kelahiran tahun 1997 ini bercita-cita melanjutkan pendidikannya ke negeri Paman Sam. Keinginannya tersebut tidak lain sebagai batu loncatan untuk mendalami bioteknologi. “Karena saya ingin bekerja di bidang bioteknologi dan menjadi peneliti,” katanya.

Sehari-hari Valentino beraktivitas seperti siswa lainnya. Main komputer dan basket adalah hobinya. Meskipun demikian, ia selalu berprinsip untuk tidak bermalas-malasan. “Semangat saya dari orang tua, keluarga, tim pembina, dan negara. Maka dari itu, either busy living or busy doing, because every man dies, but not every man lives,” ucapnya.

Semangat dari Ibu

Siswi kelas XII SMA Semesta Semarang ini menjadi satu-satunya wakil perempuan dari Indonesia. Sama seperti kedua temannya, Hana Hanifin menjadi wakil Indonesia di IBO 2014 setelah melalui serangkaian olimpiade dari tingkat kota hingga nasional.

Hana, demikian wanita ini disapa, bercita-cita ingin menjadi dokter kandungan. Untuk meraih cita-citanya, Hana ingin meneruskan kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.

Menurut Hana, menjadi tuan rumah penyelenggaraan olimpiade internasional membawa tantangan sendiri baginya. Ia harus bertarung dan mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam kompetisi maupun dalam bergaul dengan peserta lainnya. Sebagai tuan rumah, tentunya ia harus bisa menjadi pemandu bagi teman-teman barunya.

Tantangan ini tidak membuatnya patah arang. Dukungan yang besar dari orangtua selalu menguatkannya. “Mereka selalu mendoakan, Ibu biasanya kasih semangat dan kata-kata sabar,” katanya.

Menikmati Perkenalan

Usia yang lebih muda dibandingkan peserta dari luar negeri tak menjadi pembatas untuk bergaul. Demikian pula bagi Samuel Kurniawan, wakil keempat Indonesia di IBO 2014. Ia mengaku tetap menikmati perkenalannya dengan teman-teman baru dari berbagai negara yang rata-rata usianya satu tahun lebih tua darinya.

Siswa SMAK Penabur Gading Serpong ini juga ingin menjadi peneliti yang bekerja di laboratorium. Meski sering ketinggalan pelajaran karena mengikuti rangkaian olimpiade, ia tetap termotivasi untuk menyelesaikan pendidikanya. “Saya selalu dapat semangat dari semua orang. Apalagi di pelatihan selalu ada sesi motivasi, jadi selalu termotivasi,” kata lelaki kelahiran tahun 1997 ini. (Aline, Arifah)

Wamendik: Peraih Medali Berperan Besar

dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Siswa-siswi Indonesia kembali meraih prestasi

internasional. Kali ini di bidang biologi. Mereka meraih empat medali. Dengan pembibitan dan pembinaan yang terprogram baik, putra-putri Indonesia niscaya mampu membanggakan negara.

Foto: Istimewa

Foto: Arifah PIH

Foto: Arifah PIH

(11)

Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Untuk menjaga agar kekayaan tersebut terus ada, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kepedulian tinggi. Ini adalah tantangan utama generasi muda untuk melestarikannya.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan (Wamendik), Musliar Kasim, saat memberi sambutan dalam penutupan The 25th

International Biology Olympiad (IBO) yang berlangsung di Bali, Sabtu (12/7). Kompetisi ini mempertemukan 239 siswa sekolah menengah terbaik di bidang biologi dari 61 negara.

Ia mengatakan, keberadaan para generasi muda di IBO ini akan menjadi awal yang baik dalam usaha pelestarian keanekaragaman hayati. Sebelumnya, selama pelaksanaan IBO di Bali yang

berlangsung 5-13 Juli 2014, pada peserta diajak mengunjungi Bali Safari, sebuah habitat terbesar keanekaragaman hayati yang ada di pulau dewata ini. “Terus gali dan lestarikan keanekaragaman hayati, baik yang ada di Indonesia maupun di negara masing-masing,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh yang membuka secara resmi kompetisi tingkat internasional itu di Bali, Minggu (6/7) mengatakan, acara ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menumbuhkembangkan calon-calon ilmuwan terbaik di abad ke-21.

Selain itu, IBO juga merupakan contoh dari upaya meningkatkan persahabatan dan kerja sama antar bangsa. “Ini merupakan elemen penting dari soft diplomacy,” ujarnya.

Mendikbud menekankan, olimpiade bukanlah ajang untuk sekadar mencari medali, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan aksi global memanfaatkan sumber daya alam dan mengadopsi gaya hidup berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Kreativitas dan Sikap Positif

Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud juga menyinggung kembali bahwa pendidikan bukan hanya untuk pikiran, tetapi untuk jiwa dan raga. Pendidikan juga bukan hanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk mempraktikkan keterampilan, kreativitas, dan menumbuhkembangkan sikap positif.

Ia mengemukakan, cara pandang tersebut kemudian terangkul dalam Kurikulum 2013 yang melengkapi peserta didik dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. “Pada saat yang sama, hal ini mengubah cara berpikir para guru dan metodologi dalam proses mengajar,” katanya.

Mendikbud mengatakan, Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kebutuhan para siswa untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan pada abad

ke-21. Kebutuhan tersebut meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi sikap dibutuhkan

untuk menghasilkan masyarakat yang lebih peduli dan toleran. Sementara kompetensi pengetahuan dan keterampilan merupakan hal yang sangat esensial untuk mengembangkan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.

“Termasuk kebudayaan yang harus diintegrasikan ke dalam pendidikan, sehingga para siswa dapat

mempelajari nilai-nilai universal mengenai kepedulian dan kepercayaan,” katanya.

Pertama Kali

Tahun ini Indonesia mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah penyelenggaraan IBO ke-25. Penujukkan Indonesia secara resmi disampaikan pada IBO ke-24 yang

berlangsung di Bern, Swiss. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) setiap tahun mengirim perwakilan Indonesia di ajang bergengsi ini. Sejak keikutsertaan pertama kali di tahun 2000, Indonesia telah memenangkan berbagai medali. Tahun 2010, Indonesia merebut dua medali emas dan dua medali perunggu. Keberhasilan ini merupakan kesuksesan terbesar pertama bagi tim Indonesia.

Kesuksesan kembali diraih pada ajang IBO tahun ini. Empat wakil Indonesia meraih tiga medali emas dan satu medali perak. Mereka disaring terlebih dahulu dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Biologi tahun 2013. Keempat wakil Indonesia tersebut adalah Kelvin Suriyaputra (SMAK 3 BPK Penabur, Jakarta), Valentino Sudaryo (SMA Tunas Bangsa, Pontianak), Hana Fauzyyah Hanifin (SMA Semesta, Semarang), dan Samuel Henry Kurniawan (SMAK BPK Penabur, Serpong).

IBO 2015

IBO juga akan berlangsung pada 2015 mendatang. Setelah sukses menyelenggarakan IBO ke-25, Indonesia menyerahkan bendera penyelenggaraan kepada Denmark yang bersedia menjadi tuan rumah IBO ke-26 tahun depan. Penyerahan dilakukan oleh Wamendik, Musliar Kasim, kepada juri dari Denmark, Erik Schmidt.

Erik mengatakan, penyelenggaraan IBO di Denmark tahun depan akan terasa berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan iklim di negara tersebut akan berada di musim dingin kala itu. Meskipun demikian, ia mengagumi penyelenggaraan IBO di Bali kali ini.

Ia menambahkan, peserta IBO ke-25 yang telah berkompetisi tahun ini mungkin tidak akan mengikuti IBO ke-26 di Denmark tahun depan. Itu karena peserta tahun ini telah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Erik berharap para peserta ini dapat melanjutkan karir mereka di bidang biologi. “Berpartisipasi di IBO adalah awal yang bagus bagi kalian memulai karir di biologi,” katanya. (Aline, Arifah)

IBO Berandil Lestarikan

Keanekaragaman Hayati

Menjaga keanekaragaman hayati tidaklah mudah. Dibutuhkan sumber daya manusia yang berkomitmen, beperhatian tinggi, dan menyintai segala jenis makhluk hidup, baik yang kasat mata maupun yang memerlukan alat bantu untuk mengenalinya. IBO mendorong generasi muda menjadi ilmuwan yang peduli terhadap keanekaragaman

tetapi juga untuk

meningkatkan

kesadaran

generasi muda

akan aksi global

memanfaatkan

Sulit dibantah, Bali memiliki daya tarik yang sangat besar bagi wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Daya tarik itu mulai dari keindahan budaya, keramahan masyarakatnya, hingga keindahan alamnya, Bali terkenal hingga ke mancanegara.

Dalam olimpiade biologi internasional ke-25 (The 25th

International Biology Olimpiad) yang berlangsung 5-13 Juli, sebanyak 329 peserta datang dari berbagai penjuru dunia untuk berkompetisi di Bali. Selama penyelenggaraan, ada kesan yang tidak terlupakan dari para peserta tentang keindahan Bali.

Precious Mrakpor, peserta asal Nigeria mengaku beruntung bisa datang ke Bali. “Bali sangat indah. Saya berharap dapat terus merasakan keindahan Bali,” tutur Markpor seraya tersenyum, di sela-sela rangkaian acara IBO 2014.

Peserta lain, Linda Bravo, yang berasal dari Mexico, menuturkan bahwa selama di Bali, ia menikmati suasana bertemu teman baru. Meskipun Mexico dan Indonesia memiliki cuaca yang sama, Linda menyadari saat ini ia berada jauh dari rumah. Namun, dengan keramahan orang-orang yang ia temui di Bali, membuatnya merasa seperti berada di rumah sendiri. “Bali seperti rumah untuk saya,” kata Linda.

Penyelenggaraan olimpiade biologi internasional di ke 25 di Bali ini juga mendapat sambutan hangat dari juri dan peserta. Presiden

International Biology Olympiad (IBO), Poopipope Kasemsap mengatakan, Indonesia telah menyelenggarakan olimpiade ini dengan sangat baik. “Ini adalah penyelengaraan IBO terbaik yang pernah ada,” katanya pada acara penutupan IBO 2014, Sabtu (12/7).

Itu karena selama penyelenggaraan, peserta dikenalkan dengan budaya Indonesia secara umum, dan khususnya budaya Bali. Peserta disambut dengan tari tradisional Bali mulai dari acara penyambutan, seperti saat tiba di bandara Ngurah Rai.

Tak hanya itu, mereka juga dipakaikan kain khas Bali sebagai tanda selamat datang. Di sela-sela kegiatan lomba, peserta diajak berkeliling ke tempat-tempat wisata di pulau Bali. Peserta dikenalkan dengan keanekaragaman hayati di Bali Safari hingga ke Uluwatu untuk melihat langsung budaya pulau dewata tersebut. (Aline, Arifah)

Terpesona

Keindahan

Bali

(12)

Wamenbud: Peran PT Sangat Besar

Kembangkan Kewirausahaan

42 Pemenang LCSPN 2014

Terima Piala Langsung dari Presiden RI

Sekitar 1.650 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi negeri dan swasta terpilih mengikuti kuliah kewirausahaan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta, Rabu (13/8). Kegiatan yang dilaksanakan atas kerjas sama Bank Mandiri dan Kemdikbud itu bertujuan mendorong penciptaan wirausahawan muda yang tangguh dan mampu mendukung perekonomian Indonesia.

“Kemdikbud bangga, bersama Bank Mandiri turut serta dalam mengembangkan semangat kewirausahaan,” tutur Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, ketika membuka acara tersebut.

Ia mengatakan, peran kewirausahaan dalam pembangunan nasional ke depan, akan semakin penting. Kewirausahaan tidak hanya mendukung terciptanya lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, melainkan juga sebagai upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Melihat betapa penting peran kewirausahaan, ujar Wiendu, peran perguruan tinggi sangat besar dalam mengembangkan kewirausahaan. Perguruan tinggi perlu terus memperkuat diri melalui

penguatan kualitas SDM, kurikulum yang semakin responsif terhadap kebutuhan pengembangan kewirausahaan, dan penguatan kerja sama dengan dunia usaha, institusi keuangan, termasuk perbankan dan pemerintah daerah.

Melalui kerja sama yang kuat antara

kementerian atau lembaga, dengan pemerintah daerah, masyarakat luas, perguruan tinggi dan dunia usaha, Wiendu meyakini Indonesia

akan mampu menjawab berbagai tantangan pembangunan. “Melalui kerja sama ini juga dapat mewujudkan Indonesia yang semakin sejahtera, demokratis, dan berkeadilan,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung,

meyakinkan para mahasiswa bahwa yang dapat membuat sukses adalah diri sendiri. Orang sukses butuh kerja keras dan disiplin, serta memiliki

semangat pantang menyerah.

Ia berharap para mahasiswa dapat menjadi pengusaha yang luar biasa, sehingga dapat menyerap tenaga kerja, dan membawa Indonesia kearah yang lebih maju. “Semakin banyak orang sukses di Indonesia, maka bangsa Indonesia juga akan semakin sukses, dan tidak ada lagi pengangguran serta kemiskinan,” ujar Chairul. (Seno)

Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerahkan piagam dan Piala Presiden kepada 42 orang pemenang Lomba Cipta Seni Pelajar Nasional (LCSPN) ke-9 tahun 2014, di Istana Kepresidenan Cipanas, Jawa Barat, Sabtu (9/8) lalu. Tema LCSPN kali ini adalah “Indonesia Bersatu”, dengan subtema adalah ”Indah Negeriku Damai Bangsaku”.

“Anak-anakku, karyamu sungguh sangat luar

biasa. Saya bangga, bersyukur, dan senang melihat bakat dan karyamu. Di mata saya, kalian semua adalah sang juara,” kata Presiden saat memberi wejangan di acara puncak LCSPN tersebut.

Dalam acara itu, Presiden didampingi oleh Ibu Negara, Ani Bambang Yudhoyono; Wakil Presiden RI, Boediono; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu; Menteri

Sekretaris Negara, Sudi Silalahi; Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti; Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Djalal, Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar; dan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kacung Marijan.

Presiden mengharapkan, kegiatan tersebut dapat membangun karakter rakyat Indonesia melalui pendekatan seni dan budaya. Apabila di Indonesia memberikan apresiasi, penghargaan, pengakuan, dan rasa hormat kepada dunia seni dan budaya, maka kehidupan bangsa Indonesia di masa depan menjadi kehidupan bangsa yang baik, penuh dengan keberadaban, damai, serta penuh dengan harmoni dan toleransi.

Harapan serupa disampaikan oleh

Mendikbud, “Penyelenggaraan lomba ini akan semakin banyak melahirkan generasi bangsa yang berkarakter, kreatif, dan berprestasi, sehingga bangsa Indonesia semakin tangguh menghadapi tantangan global di masa

mendatang, khususnya di bidang kebudayaan,” ucapnya.

LCSPN tahun ini diikuti oleh 231 peserta hasil seleksi tingkat provinsi. Peserta pada jenjang sekolah dasar sebanyak 99 orang, dan pada jenjang sekolah menengah pertama berjumlah 132 orang. “Khusus tahun ini bagi seluruh peserta lomba cipta seni ini akan diberikan beasiswa. Namun yang mendapatkan juara selain beasiswa, juga akan mendapatkan piala dan piagam presiden, serta uang pembinaan,” pungkas Mendikbud. (Seno)

Foto: Ridwan PIH

Gambar

gambar melalui proyektor, dan para

Referensi

Dokumen terkait

2) Secara umum siswa di SMA Negeri 1 Bulukumba belum memiliki perencanaan karir yang baik. 3) SMA Negeri 1 Bulukumba memiliki wifi yang dapat dimanfaatkan oleh para

3. Berdasarkan hasil QSPM prioritas strategi maka strategi terpilih dengan Total Attractiveness Score 15, 550 jadi) strartegi yang harus digunakan adalah strategi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini adalah untuk mengetahui penerapan bimbingan kelompok dengan topik tugas dalam meningkatkan pemahaman siswa akan

spesimen, proses penelitan dan proses pengujian. Standart yang digunakan adalah ASTM E-1251 untuk pengujian komposisi kimia dan ASTM E3-11 untuk pengujian struktur

1) Pendapatan pokok, artinya pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil yang didapat oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur dan tetap untuk

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu isolasi lignin dari serbuk kayu jati, pembuatan busa poliuretan-tawas (50%-50%; 40%-60%; 30%-70%; 20%-80%; 10%-90%),

melalui bank yang disebut Opening Bank atau issuing Bank sedangkan bank eksportir merupakan bank. pembayar terhadap barang

menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 dengan demikian terdapat hubungan yang negatif dan signifikan sebesar - 0,172 antara status gizi dengan prestasi belajar siswa, sehingga