• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PRA RANCANG LANDFILL DARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PRA RANCANG LANDFILL DARI "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PRA RANCANG LANDFILL DARI RESIDU SAMPAH

INTERMEDIATE TREATMENT FACILITY

(ITF) DI TPPAS REGIONAL LEGOK

NANGKA,KECAMATAN NAGREG, KABUPATEN BANDUNG

Athaya Dhiya Zafira, dan I Made Wahyu Widyarsana

Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor, Sumedang 45363

athayadhiyazafira@yahoo.co.id

dan

wahyu.labb3@gmail.com

Abstrak: Berdasarkan data tahun 2016, beban sampah di TPA Sarimukti mencapai 3.000 m3/hari. Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan masa aktifnya akan berakhir pada tahun 2017. Selain itu, TPA Pasir Bajing pun direncanakan akan berhenti dioperasikan karena menimbulkan masalah pada warga sekitar. Untuk itu, kajian oleh GBWMC (Greater Bandung Waste Management Corporation) mengusulkan untuk membangun TPPAS Legok Nangka yang dilengkapi dengan ITF (Intermediate Treatment Facility) untuk pengolahan sampah. Namun melihat kondisi eksisting saat ini, perencanan pada Masterplan TPPAS Legok Nangka yang merencanakan reduksi sampah lebih dari 90% melalui ITF dianggap tidak realistis. Oleh sebab itu, diperlukan redesain TPPAS guna pengembangan kapasitas landfill dengan skenario penanganan sampah yang lebih sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Hal ini mengingat beberapa wilayah pelayanan TPPAS tidak memiliki alternatif pembuangan akhir sampah di lokasi lain. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk dan proyeksi timbulan sampah, prediksi kebutuhan lahan landfill hingga tahun 2027 untuk skenario optimis sebesar 6,74 ha. Sedangakan lahan landfill zona 1 hanya sebesar 5,99 ha. Dengan penambahan zona baru seluas 4,9 ha, maka total usia layan pakai skenario optimis dapat mencapai 10 tahun 4 bulan 7 hari. Perencanaan zona baru berada pada elevasi 960m- 997,5m. Analisa lokasi TPPAS dengan metoda SNI 19-3241-1994 memiliki total nilai sebesar 63,29% (layak), sedangkan berdasarkan analisa dengan metoda Le-Grand lokasi cenderung diterima namun kemungkinan pencemaran sulit terkategori. Untuk mengurangi dampak pencemaran tersebut, beberapa fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan diantaranya fasilitas umum berupa rencana pengembangan jaringan jalan operasi menuju zona baru, bangunan penunjang, dan saluran drainase dengan perencanaan dimensi 40 x 70 cm untuk drainase permanen dan 30x 50 cm untuk drainase sementara. Fasilitas perlindungan lingkungan yang terdiri dari liner dasar, saluran pengumpul lindi dengan diameter 314 mm untuk pipa manifold dan diameter 225 mm untuk pipa lateral, pengolah lindi berupa kolam stabilisasi dilengkapi dengan lahan sanitasi dan pengolah lumpur berupa sludge drying bed, tanah penutup, ventilasi gas (vertikal dan horizontal), dan zona penyangga. Fasilitas penunjang berupa jembatan timbang dan bangunan penunjang lainnya, serta fasilitas operasional berupa kebutuhan alat berat sebanyak 9 bulldozer, 3 excavator, dan 6 dumptruck. Perkiraan total biaya dalam pengembangan pra rancang landfill di TPPAS Legok Nangka ini adalah sebesar Rp. 79.680.070.700,00 (tujuh puluh sembilan miliar enam ratus delapan puluh juta tujuh puluh ribu tujuh ratus rupiah dan total biaya operasi seta pemeliharaan sebesar Rp.250.042,00/ton sampah.

Kata kunci: Landfill, Perencanaan, Sampah, TPPAS Legok Nangka.

PENDAHULUAN

Berdasarkan data tahun 2016, beban sampah di TPA Sarimukti mencapai 3.000 m3 setiap harinya.

Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan masa aktifnya akan berakhir pada tahun 2017. Selain TPA Sarimukti, TPA Pasir Bajing yang melayani wilayah Kabupaten Garut direncanakan akan berhenti dioperasikan karena menimbulkan masalah pada warga sekitar. Guna mengatasi hal itu, maka diperlukan lahan baru sebagai pengganti kedua TPA tersebut untuk mengatasi permasalahan terkait sampah. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh GBWMC (Greater Bandung Waste Management Corporation) maka diusulkan untuk dibangunnya

(2)

TPA Pasir bajing harus segera ditutup karena kapasitasnya yang sudah tidak mencukupi lagi. Oleh sebab itu, diperlukan redesain TPPAS guna pengembangan kapasitas landfill dengan skenario penanganan sampah yang lebih sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Pengembangan landfill tersebut perlu untuk dilakukan mengingat beberapa wilayah pelayanan TPPAS tidak memiliki alternatif pembuangan akhir sampah di lokasi lain.

GAMBARAN UMUM LOKASI TAPAK TPPAS LEGOK NANGKA

Lokasi TPPAS Legok Nangka secara administratif terletak di Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Terletak pada koordinat 1070 53’ 55” BT – 070 02’ 45” LS. Berada pada ketinggian 848 mdpl. Batas wilayah Kecamatan Nagrek ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Batas wilayah Kecamatan Nagreg Sebelah utara Desa Nagreg

Sebelah Selatan Desa Bojong Sebelah Timur Desa Ciherang Sebelah Barat Kecamatan Cicalengka Sumber : Master Plan TPPAS Legok Nangka,2008

Lokasi TPPAS Legok Nangka sebagian besar berada pada kemiringan lereng antara 5-10%. Sebagian kecil lainnya berada pada kemiringan >20% meliputi bagian selatan barat dan sedikit timur laut. Lokasi ini berada pada geomorfologi lembah bukit dan berada pada litologi sistem akuifer endapan volkanik muda, tua, dan tak teruraikan. Kedalaman muka air tanah pada lokasi TPPAS yakni >10 bmt. Pemanfaatan air tanah di daerah Nagreg oleh penduduk setempat yakni untuk kebutuhan domestik. Aliran sungai berjarak minimal 150 m dari lokasi TPPAS. Pemanfaatan sungai ini digunakan untuk keperluan pertanian (irigasi) dan cuci mandi oleh penduduk sekitar. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, elevasi lahan berkisar dari elevasi +950 sampai 1064 m. Kondisi topografi lokasi tapak TPPAS dapat dilihat pada Gambar 1.

Lokasi TPPAS ini berada cukup jauh dari wilayah penduduk sekitar 1500m-2000m. Selain itu sebagian besar lokasi berupa tanah tidak produktif, berupa lahan kritis dan sangat kering. Nilai permeabilitas tanah berkisar pada kedalaman 2.80 – 3.00 m, antara k sebesar 1x10-5

hingga 5x10-5 cm/detik.

Gambar 1. Kondisi topografi tapak TPPAS Legok Nangka

Sumber : DED TPPAS Legok Nangka,2009

DATA PERENCANAAN

Rencana Wilayah Pelayanan TPPAS Legok Nangka

TPPAS Legok Nangka dibuat untuk melayani kebutuhan penanganan sampah di zona timur wilayah Metropolitan Bandung. Wilayah pelayanan TPPAS Legok Nangka ini terdiri dari 15 Kecamatan di Kota Bandung, 16 Kecamatan di Kabupaten Bandung, 17 Kecamatan di Kabupaten Garut, dan 3 Kecamatan di Kabupaten Sumedang. Timbulan, Komposisi, dan Karakteristik Sampah Wilayah Studi

Penentuan timbulan sampah dilakukan dengan melakukan pengukuran selama 3 hari berturut-turut di wilayah TPA yang menjadi wilayah studi (TPA Sarimukti, TPA Pasir Bajing, dan TPA Cibeureum). Metoda yang digunakan yakni metoda loud-count analysis. Kemudian dilakukan pengukuran kepadatan sebelum dan sesudah kompaksi. Hasil pengukuran kepadatan sampah dan timbulan sampah ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2. Timbulan sampah wilayah studi

Wilayah

Sebelum dipadatkan

(ton/m3)

Setelah dipadatkan

(ton/m3)

Timbulan Sampah (ton/hari)

Kota Bandung 0,69 0,859 830,180 Kab.Bandung 0,447 0,859 132,990 Kab.Garut 0,365 0,548 191,295 Kab.Sumedang 0,593 0,587 67,244 Sumber : Hasil pengukuran di lapangan

(3)

curah hujan di wilayah tersebut. Rata-rata kadar volatil sampah hasil pengukuran ialah sebesar 85,52% berat kering. Kemudian pengukuran kadar abu dilakukan setelah dilakukannya pengukuran kadar volatil, hasil pengukuran yang diperoleh ialah rata-rata fixed carbon dari sampel sampah seluruh TPA yakni 10,82% berat kering dan rata-rata kadar abu tersisa dari sampel sampah seluruh TPA sebesar 5,66% berat kering. Selajutnya diukur pula kandungan C-organik pada sampel sampah yang digunakan dalam perhitungan potensi gas. Nilai C-organik hasil pengukuran sebesar 12,90% berat kering.

Sampling komposisi dilakukan di TPA Sarimukti, TPA Pasir Bajing, dan TPA Cibereum selama 3 hari berturut-turut di tiap lokasi. Metoda yang digunakan yakni metoda 4 kuadran. Data hasil sampling komposisi ditunjukan pada Gambar 2.

Gambar 2. Komposisi sampah wilayah studi

Proyeksi Penduduk

Metoda yang digunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk adalah metoda aritmatika, metoda geometri, metoda eksponensial, metoda logaritmik, dan metoda regresi linier. Metoda terpilih dengan standar deviasi terkecil dan korelasi paling mendekati 1

yakni metoda regresi linier untuk proyeksi di wilayah Kota Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. Sedangkan metoda terpilih untuk wilayah Kabupaten Bandung yakni metoda eksponensial.

Tabel 3 Hasil proyeksi penduduk wilayah studi

Tahun Kota 2017 1.109.896 2.110.270 1.361.212 281.601 2018 1.116.557 2.144.610 1.376.217 282.667 2019 1.123.218 2.179.508 1.391.222 283.732 2020 1.129.879 2.214.975 1.406.227 284.797 2021 1.136.539 2.251.019 1.421.232 285.862 2022 1.143.200 2.287.649 1.436.237 286.927 2023 1.149.861 2.324.876 1.451.242 287.993 2024 1.156.522 2.362.708 1.466.247 289.058 2025 1.163.183 2.401.156 1.481.253 290.123 2026 1.169.844 2.440.229 1.496.258 291.188 2027 1.176.505 2.479.939 1.511.263 292.253 2028 1.183.166 2.520.294 1.526.268 293.319 2029 1.189.827 2.561.307 1.541.273 294.384 2030 1.196.488 2.602.986 1.556.278 295.449

Proyeksi Timbulan Sampah dan Skenario Pengelolaan Sampah Wilayah Studi

Dalam memproyeksikan timbulan sampah, digunakan data timbulan sampah per orang per hari dari penelitian terdahulu. Peningkatan timbulan sampah tiap tahunnya digunakan persamaan (Damanhuri,2004) :

𝑄𝑛 = 𝑄𝑡 (1 + 𝐶𝑠)𝑛 (1) mendatang, Qt:timbulan sampah pada tahun awal perhitungan, Cs: peningkatan atau pertumbuhan penduduk kota, Ci: laju pertumbuhan sektor industri, Cp: laju pertumbuhan sektor pertanian, Cq: laju peningkatan pendapatan per kapita, P:laju pertumbuhan penduduk. Perbandingan sampah rumah tangga dan non rumah tangga, serta persentase reduksi sampah di sumber dan TPS diperoleh dari Masterplan wilayah Metropolitan Bandung tahun 2008 dan hasil wawancara staff Dinas Kebersihan tiap wilayah. Hasil perhitungan proyeksi timbulan sampah ditunjukan Tabel 4. 63,77

7,22 Komposisi Sampah Kota Bandung

69,35

Komposisi Sampah Kabupaten Bandung

67,16 4,60

2,41 3,04

1,1211,77 1,00 1,97 6,95

Komposisi Sampah Kabupaten Garut

65,36

Komposisi Sampah Kabupaten Sumedang

(4)

Tabel 4. Hasil Perhitungan Proyeksi Timbulan Sampah Wilayah Studi

Tahun

Kota Bandung

Kab. Bandung

Kab. Garut

Kab. Sumedang

m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari

2017 540,8 166,5 248,5 25,4

2018 557,8 176,8 256,5 26,5

2019 574,5 190,1 267,6 27,4

2020 591,6 203,7 278,8 28,4

2021 609,2 217,7 290,1 29,4

2022 627,1 232,1 301,6 30,4

2023 645,4 246,8 313,1 31,4

2024 664,1 261,9 324,7 32,4

2025 683,3 277,3 336,5 33,4

2026 702,9 293,1 348,3 34,4

2027 722,9 309,2 360,1 35,4

2028 743,3 325,7 372,1 36,3

2029 764,2 342,6 384,0 37,3

2030 785,6 359,8 396,1 38,3

Rencana Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah di TPPAS Legok Nangka

Keterpaduan sistem pengelolaan sampah dari mulai masuk hingga sampah selesai ditangani di seluruh unit pengolahan yang direncanakan pada tahun 2018 dengan skenario optimis, digambarkan pada diagram alir terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Digram alir rencana pengelolaan sampah di TPPAS Legok Nangka

Analisa Lokasi TPPAS Legok Nangka

Analisa lokasi TPPAS Legok Nangka ini digunakan metoda SNI 19-3241-1994 dan Le Grand. Berdasarkan analisa site lokasi TPPAS Legok Nangka tersebut total nilai yakni 500 dari 729, sehingga nilai persentase ketercapaian dari total nilai yang ada sebesar 63,29%. Maka lokasi TPPAS Legok Nangka dapat dikatakan layak karena persentase ketercapaiannya >50%.

Berdasarkan hasil analisa metoda Le Grand lokasi TPPAS Legok Nangka memiliki nilai situasi peringka -5, yakni tergolong lokasi yang cenderung diterima namun kemungkinan pencemaran yang terjadi sulit terkategori. Untuk mengurangi dampak pencemaran yang mungkin terjadi pada lokasi tersebut, diperlukan pergeseran nilai PAR agar lokasi menjadi diterima. Hal yang perlu dilakukan adalah adanya masukan teknologi.

Analisa Lokasi Zona Landfill Pengurugan Kriteria yang digunakan dalam analisa penentuan lokasi zona landfill pengurugan yakni: 1. Hidrogeologi

Faktor yang mempengaruhi pada kriteria hidrogeologi adalah :

a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter

b. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm/s.

c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 m di hilir aliran Elevasi terendah yakni pada pengukuran di zona 4 hingga elevasi kedalaman penyelidikan sedalam 8,2 meter tidak ditemukan muka air tanah. Maka keempat zona dalam kriteria keberaadaan muka air tanah tergolong layak. Kemudian untuk kelulusan tanah di keempat zona diketahui nilai permeabilitas tanah antara 1x 10-5 cm/s hingga 5x 10-5 cm/s. Aliran sungai

berjarak 150 m dari lokasi TPPAS Legok Nangka, nilai ini lebih besar daripada 100 meter sehingga keempat zona tergolong layak. 2. Topografi

(5)

Gambar 4. Alternatif lokasi zona pengurugan

Kebutuhan Lahan Sanitary Landfill dan Usia Layan

Perhitungan kebutuhan lahan dalam pengerjaan ini digunakan 3 skenario. Skenario yang digunakan yakni:Skenario optimis (rencana pengolahan sampah yang dilakukan di TPPAS Legok Nangka berjalan dengan sangat baik), skenario moderat (pengolahan yang dilakukan di TPPAS tidak sesuai rencana, hanya 50% dari total pengolahan yang direncanakan), dan skenario pesimis (tidak ada pengolahan yang dilakukan di TPPAS).

Tabel 5. Kebutuhan lahan landfill tiap skenario

Skenario

Tabel 6. Usia layan pakai landfill TPPAS Legok Nangka pada tiap skenario

Skenario sebesar 1.655.394,61 m3, sedangkan untuk zona 2

daya tampungnya sebesar 1.011.878,231 m3. Usia

layan pakai dapat dihitung dengan membandingkan akumulasi penimbunana dengan kapasitas daya tampung yang ada. Tabel 5 dan Tabel 6 memperlihatkan kebutuhan lahan dan usia layan pakai TPPAS untuk tiap skenario.

Rencana Tapak

TPPAS Legok Nangka memiliki luasan 60 Ha. Site plan perencanaan pengembangan zona landfill pada TPPAS Legok Nangka ditunjukan pada Gambar 5.

Tabel 7. Pembagian zona dan luas area rencana tapak

Zona TPPAS Fasilitas / Unit Operasi

 Jembatan Timbang

 Bangunan dan pemilahan sampah

 Gudang kompos

 Area RDF

 IPAL Pengolahan

6,118

 IPAL Pengolahan

4,5963 2,1204

Zona Administrasi

 Bangunan Kantor

(6)

Gambar 5. Site plan pengembangan TPPAS Legok Nangka

Perencanaan Unit Sannitary Landfill

Perencanaan difokuskan pada zona 2 sebagai zona pengembangan yang direncanakan. Berikut merupakan detail desain zona yang direncanakan: 1. Desain landfill direncanakan pada elevasi

960m- 997,5m.

2. Bentuk kupasan kebawah adalah piramida terpancung dengan kemiringan 1:1

3. Bentuk timbunan keatas pada sisinya berbentuk terasering dengan kemiringan 1:2 dengan 7 buah lift.

4. Terdapat tanggul penahan sampah pada elevasi muka tanah terendah.

Rancangan susunan sel Sanitary landfill adalah sebagai berikut:

1. Tinggi timbunan sampah maksimal (Hul): 35m 2. Jumlah lapisan sel (n) : 21 buah

3. Tebal tanah penutup antar sel (hi) : 20 cm 4. Tebal tanah penutup antara : 30 cm

5. Tebal tanah penutup akhir (hf) : 4 x h1 = 0,8 m 6. Lebar sel (lw) : 5 m

7. Sudut trapesium : 45o

8. Ketebalan sel sanitary landfill (hw) :1,45 m 9. Panjang sel berubah-ubah sesuai dengan

jumlah sel yang ditimbun setiap harinya.

Gambar 6. Tampak atas rencana penimbunan sampah zona pengembangan (zona 2)

Gambar 7. Potongan rencana penimbunan sampah

Gambar 8. Detail lift sampah

Analisis Struktur Sampah

(7)

Gambar 9. Gaya aktif dan pasif penampang tanggul penahan sampah

Perencanaan Fasilitas Umum 1. Rencana jaringan jalan

Jaringan jalan yang direncanakan terdiri dari jalan penghubung, jalan operasi dan jalan kerja.

a. Jalan penghubung/jalan utama, tidak ada pengembangan pada jalan utama.

b. Jalan operasi, penambahan jalan operasi ke area landfill zona 2 yang direncanakan memiliki kriteria kecepatan kendaraan 20km/jam, terdiri dari 1 jalur, lebar perkerasan 0,6 m, dan kuat beban minimum 30 ton.

c. Jalan kerja, penambahan jalan yang digunakan untuk alat-alat berat menuju sel sampah yang telah ditentukan pada zona 2. Kriterianya yakni kecepatan kendaraan 10 km/jam, panjang jalan kerja maksimum 250m, lebar badan jalan 5 m, dan lapisan pondasi bawah (sub base) adalah lapisan tanah dipadatkan dengan ketebalan 20 cm 2. Bangunan penunjang, beberapa bangunan

penunjang yang dimaksud yakni pos jaga, ruang registrasi, masjid, mess karyawan, kantor, tempat cuci truck sampah, gudang B3, dan laboratorium.

3. Drainase

Penentuan saluran drainase diawali dengan analisa hidrologi di lokasi tersebut. Drainase yang dimaksud terdiri dari drainase permanen dan drainase sementara. Drainase permanen terdapat di sisi jalan utama, di sekeliling timbunan, dan di sekitar bangunan penunjang yang ada, sedangkan drainase sementara dibuat secara lokal pada zona yang akan dioperasikan.

Gambar 10. Penampang rencana saluran drainase

Digunakan PUH 22 tahun dalam perhitungan analisa frekuensi curah hujan. Kemudian dihitung intesitas hujan dengan pengaruh waktu konsentrasi. Dari perhitungan tersebut maka dapat dihitung debit maksimum tiap segmen untuk menentukan dimensi saluran drainase yang dibutuhkan. Berdasarkan perhitungan saluran drainase direncanakan berdimensi 40x70cm untuk drainase permanen dan 30x 50cm untuk drainase sementara. Detail rencana saluran drainase ditunjukan pada Gambar 10.

4. Pagar

Penggunaan green belt sebagai pagar sekaligus sebagai buffer zone dengan tebal min 5m. 5. Papan nama

Perencanaan Fasilitas Perlindungan Lingkungan

1. Liner dasar TPA

Rencana lapis dasar lahan landfill di TPPAS berturut-turut dari bawah ke atas adalah sebagai berikut :

a. Lapisan Clay – 1, yang dipadatkan dari 50 cm menjadi 25 cm

b. Lapisan Clay – 2, yang dipadatkan dari 50 cm menjadi 25 cm

c. Geomembran, bahan yang digunakanyakni HDPE (high-density polyethylene)

d. Lapisan untuk pipa lindi minimum 20 cm e. Lapisan kerikil 3 cm – 5 cm, dengan

ketebalan sebesar 20 cm f. Geotekstil

(8)

Gambar 11. Typikal liner dasar

2. Saluran pengumpul leacheate 3. Pengolahan leacheate

Tahapan yang dilakukan dalam merencanakan instalasi pengolahan leacheate

a.Analisis karaketristik leacheate, dilakukan untuk memprediksi kualitas lindi yang akan terbentuk.

b.Pertimbangan pemilihan lokasi IPL

Lokasi dipilih dengan mempertimbangkan kondisi topografi dan kedekatan dengan sumber leacheate. Dipilih lokasi dengan elevasi terendah dan lokasi sedekat mungkin dengan site landfill sebagai sumber leacheate

c.Analisis sistem pengolahan leacheate Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yakni efektifitas pengolahan, penggunaan energi, kemudahan konstruksi,dan fleksibilitas sistem serta kemungkinan pengembangan. Berdasarkan pertimbangan diatas dipilih pengolahan leachete berupa kolam stabilisasi yang terdiri dari kolam anaerob, kolam fakultatif, kolam maturasi, dan pada tahap akhir sebagian diresirkulasikan ke landfill dan sebagian lagi diresapkan ke lahan sanitasi. Perhitungan dimesi tiap kolam mengacu pada kualitas dan kuantitas lindi. Kuantitas lindi dihitung dengan perhitungan timbulan lindi menggunakan pendekatan metoda neraca massa air dari thronwaite (Water Balance Method).

4. Penanganan gas

Untuk menentukan penanganan gas yang tepat, perlu dilakukan terlebih dahulu perhitungan timbulan gas maximum dari suatu landfill. Hal ini dilakukan dengan cara timbulan gas untuk setiap tahun selama masa aktif dan periode penutupan landfill berdasarkan massa sampah

dan umur sampah per tahun menggunakan metoda Tabasaran.

Guna mengalirkan gas yang terbentuk agar tidak terperangkap pada landfill dan menimbulkan kebakaran pada landfill tersebut, maka diperlukan fasilitas penanganan gas. Dalam perancangan ini sistem penangkap gas yang direncanakan sebagai berikut :

A.Ventilasi vertikal, sistem pengendalian gas vertikal akan dihubungkan dengan sistem pengumpulan leachate agar leachate yang terkumpul dapat disalurkan. Satu pipa pengendalian gas direncanakan dapat melayani sampai daerah pada radius 50 meter disekitarnya, yang dipasang dengan ketentuan sebagai berikut:

a.Diameter pipa gas 20 cm b.Jarak antar pipa 50 m

c.Media kerikil 5 – 10 cm dengan ketebalan sekitar 40 cm yang dapat

dicetak dengan bantuan

bronjong/anyaman bambu. d.Lubang bore 80 cm

e.Pipa vertikal direncanakan dengan sistem progessive well dan pada akhir operasi pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan gas dengan fleksibel joint.

f. Perforasi 10 mm

g.Pada masa akhir operasi, pipa gas akhir dipergunakan penutupan gas dengan fleksibel joint

(9)

B. Ventilasi horizontal

Setiap 5 meter ketinggian sampah, tanah penutup antara dilapisi kerikil penangkap gas. Lapisan kerikil direncanakan memiliki ketebalan 20 cm dengan diameter kerikil 30-50 mm.

Pengelolaan akhir gas yang dalam perencanaan ini direncanakan dimanfaatkan untuk keperluan gas sekitar TPPAS

5. Tanah penutup

Perencanaan tanah penutup ialah sebagai berikut :

Tanah penutup harian dan tanah penutup antara:

a. Tanah penutup harian direncanakan dari bahan lempung (clay) dengan kelulusan maksimum 1 x 10-6 cm/detik

b. Tebal tanah penutup harian (hi) : 20 cm c. Tebal tanah penutup antara : 30 cm d. Kemiringan lapisan harian dan lapisan

antara sebesar 15-25%

e. Kebutuhan jumlah tanah penutup harian dihitung dengan persamaan berikut. Jumlah tanah penutup harian setiap tahunnya bervariasi sesuai dengan dimensi selnya. Volume selimut tanah penutup yang terkompaksi :

𝑆1 = ((sin 𝑎ℎ𝑤 ) + 𝑙𝑤) 𝑥 ℎ𝑖 𝑥 𝑝𝑠 (3) dengan hw: tebal sel sampah, lw: lebar sel sampah, ps: panjang sel

Tanah penutup akhir:

a. Kemiringan lapisan sampah untuk lapisan akhir 20-30%

b. Kelulusan maksimum tanah penutup final ialah 10-7 cm.detik

c. Rencana lapis dasar lahan landfill di TPPAS berturut-turut dari bawah ke atas adalah sebagai berikut :

d. Diatas timbunan sampah dilapisi tanah penutup reguler 20 cm dengan pemadatan e. Lapisan karpet kerikil berdiameter 30-50

mm setebal 20 cm sebagai penangkap gas horizontal

f. Lapisan tanah liat setebal 20 cm

g. Lapisan karpet kerikil under drain dengan media kerikil berukuran 30-50 mm setebal 20 cm

h. Lapisan tanah humus setebal 80 cm

Gambar 13. Typikal penutup akhir

6. Zona penyangga, disediakan lahan untuk green belt melingkari tapak sebagi penahan gangguan yang diakibatkan oelh kegiatan dan aktivitas sekitar TPA. Akan ditanam pohon-pohon baru dan atau mempertahankan pohon-pohon lama untuk menahan kemungkinan erosi dan longsoran.

Perencanaa Fasilitas Penunjang 1. Jembatan timbang

Jembatan timbang saat ini sudah dipasang dekat dengan kantor/pos jaga dan terletak pada awal jalan masuk TPA. Kapasitasnya 50 ton dengan luas lantai timbang 3x6 m. Direncanakan terdapat pengembangan berupa ruang registrasi disebelah jembatan timbang. Hal ini ditujukan untuk memudahkan petugas melakukan pencatatan sampah yang masuk. 2. Fasilitas penunjang lainnya

Fasilitas penunjang lainnya diantaranya tersedia hidran kebakaran, sumur mata air, reservoir penampunagan air, sumur pemantauan, sarana penerangan, dan papan nama lokasi.

Perencanaan Fasilitas Operasional 1. Bulldozer

Bulldozer digunakan untuk mendorong dan meratakan sampah yang dituangkan truk dari lahan curah ke lahan timbun. Perhitungan jumlah kebutuhan buldozer digunakan Persamaan (4), (5), (6), (7):

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑑𝑜𝑧𝑒𝑟 = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑙𝑑𝑜𝑧𝑒𝑟 𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛𝑑𝑓𝑖𝑙𝑙𝑘𝑎𝑛 (4)

𝑄 = 60 𝑥 𝐵 𝑥 𝐷 𝑥 𝐸𝑇 (5)

𝐵 = 𝐿 𝑥 𝐻2 𝑥 𝑎 (6)

(10)

dengan Q: produktivitas kerja (m3/jam), B:

kapasitas blade (m3), L: panjang blade (m),

H:tinggi blade (m), a: faktor blade, D: efisiensi menit kerja per jam, E: efisiensi kerja, T: waktu siklus kerja, G1: kecepatan maju (m/menit), G2: kecepatan mundur (m/menit), Z:waktu ganti gigi (menit). Berdasarkan Permen PU No.3 Tahun 2013 buldozer yang digunakan yakni 120-300 HP, maka dipilih buldozzer merk Caterpillar D5R XL. Berdasarkan perhitungan dengan spesifikasi merk tersebut diperoleh kebutuhan jumlah buldozer sebanyak 9 unit.

2. Excavator

Alat berat ini digunakan untuk menaikan dan meninggikan smapah dengan alat skopnya. Produktivitas kerja louder dihitung dengan persaman :

𝑄 =60 𝑥 𝐿 𝑥 𝑓 𝑥 𝐸𝑇 (8)

𝑇 = 𝑡1 + 𝑡𝑚 + 𝑡𝑡 + 𝑡𝑑 (9) dengan Q :Produktivitas kerja (m3/jam), L: kapasitas bucket/ skop (m3/angkat), F:faktor pengisian skop (Bucket Fill Factor), E:Efisiensi kerja, T:waktu siklus kerja (menit), t1: time loader/ waktu membebani (menit), tm:time manuver/ waktu manuver (menit), tt:time turn/ waktu membalik (menit), td: time dump /waktu menumpah (menit). Berdasarkan peraturan Pemen PU no 3 tahun 2013 spesifikasi excavator yang digunakan disyaratkan dengan ukura bucket 0,5-1,5 m3.

Maka dipilih type Volvo EC220DL. Jumlah excavator yang dibutuhkan dengan spesifikasi type tersebut ialah 3 unit.

3. Dumptruck

Dump truck yang dimaksud merupakan truck yang digunakan khusus untuk mengangkut tanah penutup dari suatu lokasi ke lokasi sannitary landfill. dipilih yakni type FM 285 JD Hin.

Kebutuhan dumptruck dihitung dengan persamaan :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑥 𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖(10)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 (11) Berdasarkan perhitungan diperoleh kebutuhan dumptruck sebanyak 6 unit.

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

Dalam rancangan anggaran biaya ini akan diperkirakan besarnya biaya investasi dan operasional yang dibutuhkan untuk pengembangan TPPAS Legok Nangka yang direncanakan. Perhitungan biaya meliputi :

1. Biaya pekerjaan persiapan

2. Biaya konstruksi landfill dan biaya kontruksi IPL (Instalasi Pengolahan Lindi) yang direncanakan.

3. Biaya operasi dan pemeliharaan landfill

Tabel 8. Rekapitulasi biaya total proyek pengembangan zona landfill di TPPAS Legok

Nangka

URAIAN JUMLAH HARGA

( Rp )

PEKERJAAN PERSIAPAN

Fasilitas kontraktror dan

lain-lain 130.298.128

Mobilisasi 107.500.000

Demobilisasi 32.250.000

PENGEMBANGAN ZONA LANDFILL

Pekerjaan persiapan 8.446.562 Pekerjaan galian dan urugan 38.146.954.970 Pekerjaan sistem liner 21.939.958.053 Pekerjaan instalasi pipa lindi

dan gas 1.187.527.632

Pekerjaan sal. Lindi keliling

landfill 1.177.094.435

Pekerjaan jalan operasi turun

( p = 177,4 m ) 1.509.491.930 Pekerjaan jalan operasi naik (

p = 155 m ) 1.069.448.922

Pekerjaan lain-lain 1.049.204.875

PEMBANGUNAN INSTALASI PENGELOLAAN LINDI

Pekerjaan persiapan 8.258.749 Pekerjaan bak pengumpul 22.598.037 Pekerjaan kolam anaerobik 1.278.073.116 Pekerjaan kolam fakultatif 417.304.311 Pekerjaan kolam maturasi 626.643.050 Pekerjaan lahan sanitasi 91.624.083 Pekerjaan rumah pompa 91.436.317 Pekerjaan sludge drying bed 156.098.587 Pekerjaan saluran drainase 3.375.216.156 Pekerjaan lain-lain 11.000.000

JUMLAH 72.436.427.915

PPN 10% 7.243.642.791

TOTAL 79.680.070.706

GRAND TOTAL 79.680.070.700

(11)

Tabel 9. Rekapitulasi biaya operasional dan pemeliharaan landfill di TPPAS Legok Nangka

No Biaya operasional dan pemeliharaan

1 Kebutuhan biaya operasi

Rp/tahun 41.902.647.631

Rp/ton 203.845

2 Kebutuhan biaya pemeliharaan

Rp/tahun 9.496.320.000

Rp/ton 46.197

3 Total biaya operasi dan pemeliharaan

Rp/tahun 51.398.967.631

Rp/ton 250.042

Maka perkiraan total biaya operasi dan pemeliharaan TPPAS Legok Nangka Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung ini adalah sebesar Rp. 250.042,00/ton sampah.

KESIMPULAN

Pengembangan desain TPPAS Legok Nangka direncanakan dengan menambah zona baru untuk meningkatkan daya tampung TPPAS. Beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Berdasarkan hasil analisa metoda SNI 19-241-1994, lokasi memiliki total nilai sebesar 63,29%(layak), sedangkan berdasarkan analisa meto Le Grand lokasi cenderung diterima namun kemungkinan pencemaran yang terjadi sulit terkategori sehingga perlu masukan teknologi.

2. Berdasarkan perhitungan dengan penambahan zona baru tersebut usia layan pakai TPPAS meningkat 3 tahun 5 bulan 20 hari dengan syarat pengolahan sampah sebelum diurug sesuai yang direncanakan. .

3. Beberapa fasilitas yang perlu direncanakan untuk menunjang pengembangan TPPAS Legok nangka antara lain : Fasilitas umum (rencana jaringan jalan, bangunan penunjang, drainase, pagar, papan nama), fasilitas perlindungan lingkungan (liner dasar, saluran pengumpul dan pengolah leacheate, tanah penutup, ventilasi gas, dan zona penyangga), fasilitas penunjang (jembatan timbang dan hangar), dan fasilitas operasional (bulldozer, excavator, dan dumptruck).

4. Perkiraan total biaya dalam pengembangan pra rancang landfill di TPPAS Legok Nangka ini adalah sebesar Rp. 79.680.070.700,00 (tujuh puluh sembilan miliar enam ratus delapan puluh juta tujuh puluh ribu tujuh ratus rupiah)

dan biaya satuan pengelolaan sampah sebesar 250.042,00/ton sampah

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2003). SK SNI T-11-1991-03 tentang Damanhuri, Enri dan Damanhuri, Tri padmi, 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Institut Teknologi Bandung. Damanhuri, Enri dan Damanhuri, Tri padmi, 2016. Pengelolaan Sampah Terpadu. Institut Teknologi Bandung : Bandung. Damanhuri, Enri., Damanhuri, Tri padmi, 2004.

Pengelolaan Sampah. Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Das, Braja M., 2002. Principles of Geotechnical Engineering 5th Edition. PWS Publishing, Pacific Grove

Departemen PU, 2013. Materi Bidang Sampah, Diseminasi dan Sosialisasi Keteknikan Bidang PLP, Direktorat PLP-Direktorat Jendral Cipta Karya.

Moduto, 1998. Drainase Perkotaan Volume 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Nabilah, A. Qinthari, 2016. Studi Pemilihan Alternatif Teknologi Pengolahan Sampah Kawasan Regional (Studi Kasus: TPA Legok Nangka), Tugas Akhir pada jurusan Teknik Lingkungan ITB.

Republik Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Sub Direktorat Persampahan. 2013. Lampiran III Persyaratan Teknis Penyedia Pengoperasian, Penutupan Atau Rehabilitasi TPA Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Jakarta

SNI 19-3241-1994. Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. SNI 19-3964-1995. Metoda Pengambilan dan

Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. 2008. Pengelolaan sampah. Jakarta : Direktorat jenderal Peraturan Perundang-undangan

Gambar

Gambar  1. Kondisi topografi tapak TPPAS
Gambar 2. 2024
Tabel 4. Hasil Perhitungan Proyeksi Timbulan Sampah Wilayah Studi
Tabel 7. Pembagian zona dan luas area rencana
+7

Referensi

Dokumen terkait