• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DAN PEMBELAJARAN DAN CLIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL DAN PEMBELAJARAN DAN CLIS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ( CLIS )

Oleh

MADE MARTIN RUSMAJA NIM 1329041146

Kelas A Semester 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA ( S2 ) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

Model Pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science )

A. Pengertian

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang dilakukan secara aktif. Proses pembelajaran di kelas seharusnya sudah mengarah kepada peran aktif siswa (student centered).

Pembelajaran yang bersifat student centered menggunakan teori belajar konstruktivistik yang membantu siswa untuk membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru sehingga menghasilkan suatu kreasi pemahaman baru. Salah satu alternatif model pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivistik adalah Children Learning in Science (CLIS).

Model CLIS dikemukakan oleh Driver di Inggris. Children’s Learning In Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Sciences dalam bahasa Indonesiaditulis sains atau Ilmu Pengetahuan Alam, didefinisikan sebagai suatu kumpulanpengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umumterbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanyakumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah (Rohadi, 2001).Conant dalam Subiyanto (1990), mendefinisikan sains sebagai bangunankonsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi.Sedangkan menurut Fisher dalam Riyanto (2000), sains adalah bangunanpengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi, denganadanya konsep-konsep baru tersebut kemudian akan mendorong dilakukannyaeksperimen.

(3)

salah satu unsur dan mengabaikan unsur lain, melalui keterlibatan ini siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah (jujur, teliti, ulet, tekun dan disiplin).

Dari beberapa penelitian sebelumnya, mengungkapkan bahwa pengaruh model pembelajaran CLIS pada pokok bahasan tertentu dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kajian lain menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, efektif, dan psikomotor setelah diimplementasikan model CLIS yang telah dikembangkan.

Seperti dikemukakan oleh E. Rohimah Adi Maulana (2002;9) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran.

Dahlan dalam N.Nurlela (2001:1) mengatakan bahwa yaitu suatu model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam penyusunan kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas. Model pembelajaran merupakan rencana dalam mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran. Rencana pembelajaran ini meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Children’s Learning In Science di Inggris yang dipimpin oleh Driver. Tahap – Tahapan Children’s Learning In Sciencemenurut Driver:

1. Tahap orientasi ( orientation )

Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas.

2. Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas)

(4)

pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa.Oleh karena itu, tahapan ini dapat juga dilakukan melalui wawancara internal. Wawancara internal disini dilakukan dengan cara guru bertanya kepada siswa tentang penghantar panas. Jawaban siswa dikumpulkan kepada guru. Kemudian guru mememberikan pertanyaan yang sama,tapi jawaban pada sesi ini dijawab secara terbuka bagi beberapa siswa sebagai sampel dalam memacu atau memunculkan gagasan siswa yang ada.

3. Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas)

Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran gagasan ( clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik (

eksposure to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi (

construction of new ideas and evaluation). Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa.Pada tahap pembukaan ke situasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks.Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks.Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru.Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru.

4. Tahap penerapan gagasan (application of ideas)

(5)

sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan.

5. Tahap pemantapan gagasan(review change in ideas)

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah.

Model Pembelajaran Konstruktivisme

Dengan semakin berkembangnya zaman maka terjadilah pergeseran-pergeseran cara pandang atau paradigma pada berbagai bidang dalam kehidupan ini. Termasuk dalam dunia pendidikan terjadi pergeseran paradigma, dari teori psikologi behavioristik menjadi teori konstruktivistik. Dalam teori behavioristik, belajar dipandang sebagai suatu sistem respons tingkah laku terhadap rangsangan fisik. Pendidik yang menggunakan kerangka behaviorik biasanya merencanakan suatu kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu (Suparno,2001:58).

Menurut (Lie, 2002:2) dalam Suparno (2001:58) “dalam pandangan kaum behavioris, siswa dianggap pasif, butuh motivasi luar dan dipengaruhi

reinforcement. Jadi dalam teori behavioristik, proses pembelajaran berpusat pada guru dan “otak seorang peserta didik adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang maha guru ”

Dalam teori konstruktivis memiliki pandangan lain mengenai konsep belajar. Menurut kaum konstruktivis, “belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti, teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain” (Suparno, 2001:61). siswa harus membangun sendiri pengetahuannya, dan guru dapat membantu dengan cara-cara mengajar yang membuat proses ini menjadi bermakna.

Lebih lanjut Nur (2000:3) mengemukakan bahwa;

(6)

Karena penekanannya pada mahasiswa sebagai siswa yang aktif, strategi konstruktivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa atau student-centered instruction.

Dalam pembelajaran konstrktivisme dikenal beberapa model pembelajaran, yaitu : model siklus belajar (learning siclus model), model pembelajaran generatif (generative learning model), model pembelajaran interaktif (interactive learning model), model CLIS (children learning in science) dan strategi pembelajaran kooperatif atau CLS (cooperative learning strategies) (Nono Sutarno, 2007:8.12). Tiap-tiap model pembelajaran tersebut memiliki karakteristik yang khas, tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.

Model pembelajaran CLIS ( Children Learning In Science) merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Model pembelajaran CLIS merupakan kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) melalui tahapan-tahapan: (1) orientasi, (2) Pemunculan gagasan, (3) penyusunan ulang gagasan (melalui langkah-langkah: (a) pengungkapan dan pertukaran gagasan, (b) pembukaan situasi konflik, (c) konstruksi gagasan baru dan Evaluasi), (4) penerapan gagasan, dan (5) mengkaji ulang perubahan gagasan.

B. Landasan Pengembangan model pembelajaran CLIS

(7)

baik. Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berpikir siswa (Horsley, 1990). Keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985) proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dimana proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu menurut Novak (1979) proses berpikir dasar meliputi proses mental yang merupakan gambaran berpikir rasional yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan (imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (infering). Keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis. Melalui kegiatan belajar mengajar siswa tidak hanya diberi penekanan pada penguasaaan konsep saja tetapi juga latihan berpikir dengan melakukan pengamatan dan percobaan. Dengan hasil belajar siswa meningkat diharapkan guru mampu: mencoba menerapkan model CLIS sebagai alternative pembelajaran, mencoba menyusun LKS yang bervariasi dengan petunjuk yang jelas, menggunakan metode bervariasi sehingga tidak membosankan, berusaha melakukan percobaan untuk melatih berfikir rasional, melibatkan siswa secara langsung dalam segala kegiatan, menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, dalam setiap kelompok ada tutor sebaya, kegiatan belajar mengajar memperhatikan konsep awal siswa. Bagi peneliti berikutnya agar dapat mengadakan penelitian sejenis dengan rancangan pembelajaran yang lebih komprehensif.

(8)

kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru, dan berpikir kreatif.

C. Sintaks Model Pembelajaran CLIS

Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Keterangan Orientasi Guru bertanya

(9)

Pada

D. Kelebihan Model pembelajaran CLIS

(10)

Orientasi

Pemunculan gagasan awal

Penyusunan Gagasan

Pengungkapan & Pertukaran gagasan

Pembukaan situasi konflik

Konstruksi gagasan baru

Evaluasi

Penerapan Gagasan

Perbandingan dengan gagasan

baru

2) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjlainnya kerja sama sesama siswa dan siswa terlibat secara langsung dalam melakukan kegiatan

3) Menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siwa menentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga dengan hasil temuanya.

4) Guru dalam mengajkar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya, sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya.

5) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pembelajaran yang sederhana yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

E. Kelemahan Model pembelajaran CLIS

M.D Salwin (1996:8) mengemukakan beberapa kelemahan model pembelajaran CLIS antara lain : guru dituntut untuk menyiapkan model pembelajaran untuk setiap topik pelajaran dan sarana laboratorium harus lengkap. Selainitu, bagi siswa yang belum ternbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan merasa asing dan sulit untuk dapat menguasai konsep.

(11)

Mengkaji Ulang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Sekolah : SD Negeri 3 Busungbiu Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Semester : V (Lima) / 1 (Satu)

Alokasi Waktu : 2 X 35 menit (1 X Pertemuan)

A. Standar Kompetensi

4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses

(12)

4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap

C. Indikator

1. Mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai hasil suatu proses.

2. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada benda. D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CLIS, siswa mampu mendeskripsikan sifat benda sesudah mengalami perubahan sebagai hasil suatu proses.

2. Melalui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model CLIS, siswa mampu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pada benda.

E. Materi Ajar

Perubahan sifat benda

F. Model dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : Children Learning In Science (CLIS)

Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab, diskusi, latihan, percobaan, pengamatan dan penugasan.

G. Langkah-langkah Pembelajaran Pendahuluan :

a. Mengkondisikan semua siswa untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. (taqwa)

b. Melakukan presensi terhadap siswa. (disiplin) c. Menyiapkan alat-alat pelajaran. (persiapan)

d. Memberikan apersepsi, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring siswa pada materi yang akandibahas. (komunikatif)

Pertanyaan : Anak-anak, apa kalian pernah melihat es yang mencair? e. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

(13)

Tahap Orientasi

1) Siswa dibantu guru mendemonstrasikan proses pencairan es. (perhatian)

Tahap Pemunculan Gagasan

2) Siswa dan guru mengajukan tanya jawab seputar perubahan sifat benda dalam kehidupan sehari-hari

b. Elaborasi

Tahap Pengungkapan Dan Pertukaran Gagasan

3) Siswa dibagi kedalam 8 kelompok dengan beranggotakan 4 siswa, untuk melakukan diskusi.

4) Siswa diberikan LKPD berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan masing-masing kelompok. (tanggungjawab)

5) Siswa mendiskusikan jawaban yang ada di dalam LKPD. (kerjasama, teliti, disiplin)

6) Salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas.(berani, percaya diri)

Tahap Pembukaan Pada Situasi Konflik

7) Siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks berdasarkan hasil diskusi.

Tahap Konstruksi Gagasan Baru Dan Evaluasi

8) Siswa mendapat penjelasan tentang langkah-langkah menjawab pertanyaan LKPD melalui percobaan secara berkelompok / diskusi. (perhatian)

9) Siswa melakukan percobaan mengamati perubahan sifat benda secara langsung. ( kerjasama, teliti, tertib ).

Tahap Penerapan Gagasan

10)Siswa menyampaikan hasil percobaan didepan kelas dan kelompok lainnya menanggapi hasil percobaan yang telah dipaparkan. (berani, percaya diri)

c. Konfirmasi

(14)

11)Guru mengungkapkan salah satu konsepsi awal siswa kemudian membandingkan dengan hasil percobaan.

12)Guru bertanya jawab kepada siswa seputar perubahan sifat benda untuk memantapkan gagasan.

Penutup :

a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

b. Guru melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, dengan cara memberikan soal tes formatif. (jujur) c. Guru memberikan tugas.

H. Media dan Sumber Belajar Media

Es batu, lilin, kaki tiga, korek api, kertas, tatakan, mentega, air panas, gelas, penutup gelas, kapur barus, gula, air panas, sendok, garam, kangkung segar dan busuk, paku baru dan berkarat sebagai media percobaan perubahan sifat benda.

Sumber Belajar

1. Haryanto. 2007. Sains Jilid 5 untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga.

2. Azmiyawati, Choiril. dkk. IPA 5 Salingtemas Untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional.

I. Penilaian

1. Prosedur : Posttest (tertulis) 2. Jenis penilaian

Penilaian hasil (Tes formatif) 3. Alat penilaian :

Soal isian

(15)

3) Gula larut didalam air setelah diaduk beberapa saat menunjukkan peristiwa perubahan sifat benda yang terjadi karena proses …

4) Benda yang dapat berubah sifat bila dicampur dengan air yaitu ….

5) Perubahan wujud benda dari cair menjadi padat disebut …. 4. Kunci jawaban

1) Penyubliman 2) Besi

3) Pemanasan 4) Tepung 5) Membeku 5. Skor penilaian

1) Skor tiap nomor memiliki bobot 1.

2) Skor perolehan maksimal 100.

3) Nilai akhir (NA) siswa = skor perolehan

skor maksimal

(16)

REFERENSI

Adey, P. 1989.Adolecent Development and School Science. England

Cahyono, Didik. 2012. Model Pembelajaran CLIS.

http://areknerut.wordpress.com

/2012/11/16/model-pembelajaran-children-learning-in-science-clis/ (diakses 26 Juni 2014 20.00 wita)

Harjoso, Ali. 2013. Implementasi model pembelajaran konstruktivist. http://www.stkippgrismp.ac.id/?p=1393 (diakses 09 Maret 2014)

Lipoppy, Titty. 2012. Model Pembelajaran CLIS. http://titybelajar.blogspot.com / 2012/06/model-pembelajaran-clis.html (diakses pada 27 Juni 2014 19.35 wita)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Ogie Berru. 2012. Model Pembelajaran Clis.

http://ogie-berru.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-clis.html

http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/680

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini telah banyak hasil penelitian yang berusaha mengkaji secara empiris dengan cara mengeksplorasi indikator-indikator yang lebih spesifik untuk menjelaskan

Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

dikarenakan sengketa dalam pelayanan kesehatan tidak hanya berdampak pada individu sebagai subjek 

acutatum , karena ekstrak rimpang lengkuas di samping mengandung Alkaloid, Triterpenoid, Flavonoid dan Saponin juga mengandung senyawa Galangin dan Eugenol yang

Dalam senyawa berikut ini, manakah nitrogen yang mempunyai tingkat oksidasi paling positif.A. A.NO

* Indikator SKL : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan dua garis, besar dan jenis sudut, serta sifat sudut yang terbentuk dari dua garis yang di potong garis lain!.

Among Aristotles eleven virtues, The Prince and the Pauper main characters, Edward Tudor, Tom Canty and Miles Hendon, reflected six virtues in their character on the fiction, which

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. PAGE