PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI
A. PENDAHULUAN
Pembahsan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia (Daradjat, 2016)
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam hal ini mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu “menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran islam (Nini Aryani, 2015). Pada masa ini pulalah, selalu bertumpu harapan dari para orangtua yang selalu menginginkan anak‐anaknya nanti dapat menjadi seseorang yang berguna dan dapat sukses di masa mendatang (Purnomo, Qudsyi, Belakang, & Khadijah Alavi, Rahim M Sail, Khairuddin Idris, Asnarulkhadi Abu Samah, 2011)
Pendidikan anak usia dini merupakan investasi bangsa, jika ingin mengembangkan bangsa Indonesia menjadi bangsa dengan nasionalisme, integritas, dan karakter yang kuat maka mulailah sejak anak usia dini (Suyanto, 2012). Sedangkan Purnomo, (2013) mengatakan bahwa anak merupakan aset, pewaris, dan generasi penerus bangsa. Anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sebaikbaiknya sehingga nantinya menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik, mental, sosial dan emosi, dengan demikian dapat mencapai perkembangan yang optimal akan potensi yang dimilikinya dan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Maka kata Suryono & Fauziah, (2015) bahwa Anak sejak usia dini perlu ditanamkan karakter positif untuk bekal kehidupannya kelak di masa depan.
pendidikan adalah pembentukan karakter peserta didik yang diawali dari usia dini. Berikut adalah bebrapa penjelasan mengenai pendidikan karakter anak usia dini.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Karakter
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan sutu pandangan bahwa karakter adalah ‘pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang’. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter, cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Sudrajat, 2011).
Secara harfiah karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Hasanah, 2016)
Karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good). Ketiga ideal ini satu sama lain sangat berkaitan. Seseorang lahir dalam keadaan bodoh, dorongan-dorongan primitif yang ada dalam dirinya kemungkinan dapat memerintahkan atau menguasai akal sehatnya. Maka, efek yang mengiringi pola pengasuhan dan pendidikan seseorang akan dapat mengarahkan kecenderungan, perasaan, dan nafsu besar menjadi beriringan secara harmoni atas bimbingan akal dan juga ajaran agama.
2. Konsep Pendidikan Karakter
Konsep pendidikan karakter terus berkembang sejalan dengan pemikiran-pemikiran baru, dan pendidikan karakter bukan sekedar membiasakan anak berperilaku baik, lebih dari itu, yaitu membentuk pikiran, watak, dan perilaku yang baik yang dengan itu anak berhasil.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, karakter diartikan sebagai nilainilai, sikap, dan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Karakter tersebut meliputi berbagai hal seperti etis, demokratis, hormat, bertanggung jawab, dapat dipercaya, adil dan fair, serta peduli. Sumbersumber karakter antara lain nilai-nilai kemasyarakatan, ideologi negara, dan kewarganegaraan, nilai-nilai budaya bangsa, agama, dan etnik yang diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas sehingga tidak menimbulkan konlfik.
3. Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini
Anak Usia Dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dala arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan, Integrasi, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhannya. Secara umum tahapan perkembangan anak usia dini diklasifikasikan menjadi beberapa tahapan: pertama masa bayi (mulai lahir sampai usia 12 bulan), kedua masa Toddler (balita) usia 1-3 tahun, ketiga Masa prasekolah usia 3-6 tahun dan keempat masa awal sekolah dasar usia 6-8 tahun (Aziz, 2017). Sedangkan Kiromi & Fauziah, (2016) mengatakan pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal pembentukan manusia. Menurut para pakar, sel otak anak sejak usia 0 sampai 1 tahun pertama sel-sel otak anak atau neuron akan berkembang sangat pesat.
mewajibkan orang tua dan juga pendidik PAUD membentuk karakter anak sejak dini. Pembentukan karakter bagi anak usia dini dilakukan melalui upaya mengenalkan berbagai kebaikan (knowing the good), menanamkan rasa cinta terhadap kebaikan (loving the good), dan membiasakan anak untuk melakukan kebaikan (acting the good).
Berbagai alasan di atas telah menegaskan betapa urgent-nya pendidikan karakter bagi anak usia dini. Praktik penyelenggaraan layanan PAUD yang berpihak pada implementasi pendidikan karakter dapat menjadikan anak usia dini memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (ESQ). Perlu disadari oleh orang tua maupun guru PAUD bahwa anak yang cerdas intelektual (IQ) belum tentu memiliki kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Sementara itu, anak yang cerdas emosional dan spiritual (ESQ) pasti memiliki kecerdasan intelektual (IQ).
4. Metode Pendidikan Anak Usia Dini
Agar dapat terealisasinya pelaksanaan kegiatan pendidikan pada anak usia dini serta guna mencapai hasil yang menggembirakan, parapendidikan hendaklah senantiasa mencari berbagai metode yang efektif, serta mencari kaidah-kaidah pendidikan yang berpengaruh dalam mempersiapkan dan membantu pertumbuhan anak usia dini, baik secara mental dan moral, spiritual dan etossosial, sehingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna guna menghadapi kehidupan dan pertumbuhan selanjutnya.
Aryani, (2015) pada karyanya Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Pendidikan Islam, menuliskan beberapa metode pembelajaran menurut perspektif Islam yang dapat diterapkan dalam metode pembelajaran anak usia dini, sebagai berikur;
a. Metode dengan Keteladanan
b. Endidikan dengan Latihan dan Pengalaman
c. Mendidik Melalui Permainan, Nyanyian, dan Cerita
Dalam pendidikan Islam mengatakan setiap anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan suci tanpa mengetahuai apapun akan tetapi anak sudah dibekali dengan pendengaran, penglihatan dan juga hati sehingga ini dapat dikatakan potensi yang dibawanya sejak lahir untuk dapat dikembangkan setelah dilahirkan ke dunia. Dalam pengembangan potensi yang ada pada anak diperlukan didikan yang tentuanya sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada dan yang terpenting juga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Begitupulah dengan konsep pendidikan anak usia dini yang akan mengembangkan setiap potensi yang ada pada diri setiap untuk dapat berkembang secara optimal sehingga anak dalam menjalankan kehidupannya kelak secara baik.
Untuk materi pembelajaran dapat dijadikan sebagai dasarnya berupa pendidikan akidah, yang memuat materi tentang keyakinan terhadap Sang Penciptanya, pendidikan ibadah sebagai tata peribadatan secra menyeluruh yang akan dikenalkan kepada anak usia dini sehingga mereka dapat tumbuh menjadi insan yang bertakwa, serta pendidikan akhlak yang sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.
Sejalan dengan pendidikan islam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk anak usia dini, antara lain; metode keteladanan yang sekaligus merupakan contoh yang akan diberikan oleh pendidik kepada anak sehingga anak akan lebih mudah memahami atara yang disampaikan atau diajarkan pendidik dengan sikap pendidik itu sendiri, pendidikan dengan latihan pengamalan, dalam hal ini bagi anak belajar adalah melakukan sesuatu karena dengan melakukan maka anak akan menemukan pengetahunnya sendiri, mendidik melalui permainan dan bercerita, tiga hal ini tiodak terlepas dari kehidupan anak usia dini sehingga metode ini dirasa efektif dalam pembelajaran anak usia dini.
D. DAFTAR PUSTAKA
Aryani, N. (2015). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Potensia, 14(2), 213–220.
http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/goldenage/article/view/1253
Daradjat, D. Z. (201AD). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasanah, U. (2016). Model-Model Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Islam, 7, 18– 34.
Jamal Ma’mur Asmani. (2013). Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. jogjakarta: DIVA Press.
Kiromi, I. H., & Fauziah, P. Y. (2016). Pengembangan media pembelajaran big book untuk pembentukan karakter anak usia dini. JPPM (Jurnal Pendidikan Dan
Pemberdayaan Masyarakat), 3(1), 48–59. https://doi.org/10.21831/jppm.v3i1.5594
Purnomo, H. (2013). Peran Orang Tua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional Parenting, 34– 47.
Purnomo, H., Qudsyi, H., Belakang, A. L., & Khadijah Alavi, Rahim M Sail, Khairuddin Idris, Asnarulkhadi Abu Samah, C. C. (2011). Optimalisasi Pendidikan Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Yang Berbasis Perkembangan Otak. Prosiding Seminar Nasional Parenting, 6(2), 23–26. https://doi.org/10.22146/bpsi.11540
Rohinah, R. (2017). Parenting Education sebagai Model Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Berbasis Keluarga. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 1(1), 27–37. Retrieved from
http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/goldenage/article/view/1248
Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Pendidikan Karakter. https://doi.org/10.21831/jpk.v1i1.1316
Suryono, Y., & Fauziah, P. Y. (2015). Model Pendidikan Karakter Bagi Anak Melalui “Sekolah Ibu” Nonformal Di Pedesaan. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 19(2), 230–242. https://doi.org/10.21831/PEP.V19I2.5582