• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Perolehan Kewarganegaraan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Perolehan Kewarganegaraan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kewarganegaraan adalah hak bagi setiap orang. Menurut pasal 26 UUD 1945, yang

menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang bangsa Indonesia asli, dan orang-orang

bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warganegara1. Semenjak

diproklamasikan Republik Indonesia soal kewarganegaraan merupakan suatu masalah yang

tetap aktual. Perhatian terhadap persoalan ini tak kunjung padam. Terutama dari pihak

mereka yang dipandang sebagai “warga negara baru”. Masalah ini merupakan buah tuturan

yang tak ada habis habisnya dalam percakapan sehari-hari2

Salah satu unsur negara adalah adanya penduduk. Orang yang berada dalam wilayah

negara Republik Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu penduduk dan bukan penduduk.

Mereka yang digolongkan sebagai penduduk Indonesia adalah mereka yang berada di

wilayah NKRI dalam jangka waktu tertentu dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan dalam peraturan Republik Indonesia sehingga diperbolehkan berdomisili di

wilayah Republik Indonesia. Di negara dimana saja seseorang menetap, maka ia disebut . Memiliki status

kewarganegaraan adalah tuntutan mutlak kehidupan modern. Setiap orang modern tentu sadar

akan kepentingannya. Banyak persoalan dan kesulitan akan dialami oleh mereka yang tidak

jelas status kewarganegaraanya. Kesulitan yang paling mengancam adalah bahwa sulit sekali

mendapat perlindungan hukum dari pemerintah apa pun untuk mereka yang tidak memiliki

status tersebut apabila pada suatu ketika mereka membutuhkan jaminan dan perlindungan

hukum.

1

- C.S.T Kansil,Hukum Kewarganegaraan Indonesia (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1996), hlm. 5. 2

(2)

sebagai penduduk. Penduduk terdiri atas warga negara dan bukan warga negara. Seorang

warga negara dapat sekaligus menjadi penduduk, tetapi juga dapat menjadi penduduk negara

lain. Pembedaan status sebagai penduduk berkaitan erat dengan hak dan kewajiban dalam

hubungannya dengan negara. Pendapat lain menyatakan kewarganegaraan adalah bentuk

identitas yang memungkinkan individu-individu merasakan makna kepemilikan, hak dan

kewajiban sosial dalam komunitas politik (negara).

Setiap warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak, dan

kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya dan

mendapatkan status kewarganegaraanya sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi

“statless” atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap warga

negara tidak boleh membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan sekaligus.

Itulah sebabnya pengaturan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran melalui proses

pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih

sederhana, yaitu melalui registrasi biasa.

Timbulnya hukum kewarganegaraan yang mana hukum di setiap negara dan di setiap

yuriksi dalam masing-masing negara yang mendefenisikan hak dan kewajiban warga negara

dalam yuriksi dan cara dimana kewarganegaraan diperoleh serta bagaimana kewarganegaraan

mungkin akan hilang. Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki

pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang telah

memiliki kewarganegaraan tidak pada kewenangan atau kekuasaan negara lain. Negara lain

tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga

negaranya.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu

(3)

politik3

a. Perasaan akan identitas

. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang

warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya. Kewarganegaraan

merupakan bagian dari konsep kewargaan. Di dalam pengertian ini warga suatu kota atau

kabupaten, karena keduanya merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah,

kewarganegaraan ini menjadi penting, karena masing masing satuan politik akan memberikan

hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Kewarganegaraan menunjuk pada

seperangkat karakteristik seorang warga. Karakterisktik atau atribut kewarganegaraan itu

mencakup :

b. Pemilikkan hak-hak tertentu

c. Pemenuhan kewajiban yang sesuai

d. Tingkat ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik

e. Penerimanaan terhadap nilai-nilai sosial dasar4

Memiliki kewarganegaraan berarti seseorang itu memiliki identitas atau status dalam lingkup

nasional. Memiliki kewarganegaraan berarti didapatkannya sejumlah hak dan kewajiban

yang berlaku timbal balik dengan negara. Ia berhak dan berkewajiban atas negara, sebaliknya

negara memiliki hak dan kewajiban atas orang tersebut. Maka dari itu seseorang menjadikan

ia turut terlibat dalam berpatrisipasi dalam kehidupan negaranya.

Masalah kewarganegaraan merupakan suatu hal yang penting karena menyangkut

kepentingan dan status orang tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi

persoalan-persoalan kewarganegaraan yang diakibatkan karena ketidaktahuan yang bersangkutan akan

undang-undang dan peraturan yang berlaku juga ke mana yang bersangkutan harus berurusan.

Dalam UU No.12 tahun 2006 kewarganegaraan diartikan sebagai hal mengenai warga negara

yang mencakup persoalan-persoalan tata cara menjadi warga negara, kehilangan

(4)

kewarganegaraan, ketiadaan kewarganegaraan, hak dan kewajiban warga negara, hubungan

warga negara dengan negara (pemerintah) kewajiban negara terhadap warga negara dan lain

lain hal baik mengenai atau yang berhubungan dengan warga negara. Undang-Undang No.12

Tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia juga bersifat transisional. Karena

sifatnya yang transisional sehingga belum dapat menjawab secara keseluruhan permasalahan

kewarganegaraan, walaupun undang-undang kewarganegaraan sudah mengadopsi asas

kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak kawin campur atau anak yang lahir di negara ius

soli sampai paling lambat anak tersebut berusia 21 tahun harus menyatakan memilih salah

satu kewarganegaraan ataupun undang-undang kewarganegaraan melarang kewarganegaraan

ganda tidak terbatas, sehingga undang-undang kewarganegaraan akhir-akhir ini menuai

kritik masyarakat karena belum bisa menerima asas kewarganegaraan ganda terbatas.

Satu tahun belakangan ini Indonesia dipersoalkan dengan 3 kasus yang terjadi dalam

kurun waktu berdekatan yaitu, pengangkatan Arcandra Tahar (memiliki Paspor Amerika

Serikat selain Paspor Indonesia) pada 27 juli 2016 sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral (Menteri ESDM), lolosnya Gloria Natapraja Hamel (memiliki Paspor Perancis)

sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada 17 Agustus 2016, dan

terakhir kepemilikan Paspor Filipina oleh 177 Calon Haji Indonesia yang berangkat melalui

Filipina pada musim haji tahun 2016.

Salah satu contoh yang dapat diambil dari kasus diatas ialah pengangkatan Arcandra

sebagai menteri ESDM. Pada 27 Juli 2016, Arcandra Tahar diangkat oleh Presiden Republik

Indonesia, Joko Widodo menjadi Menteri ESDM. Beliau memiliki rekam jejak yang sangat

bagus dalam meniti karirnya sebagai seorang profesional dibidang eksploitasi oil & gas.

Secara kemampuan praktik, beliau yang meraih gelar master dan doktor di luar negeri ini

sangat layak dijadikan Menteri. Namun pada tanggal 15 Agustus 2016, beliau diberhentikan

(5)

Praktis, masa jabatan beliau hanya 20 hari dan memecahkan rekor menjadi menteri paling

singkat masa jabatannya sejak Indonesia berdiri. Hal ini tentu mengherankan banyak pihak.

Pemberhentian ini berawal dari munculnya pembicaraan yang mengatakan bahwa

Arcandra Tahar yang telah memperoleh kewarganegaraan Amerika Serikat pada Maret 2012.

Pada awalnya, beliau bersikeras bahwa beliau masih berkewarganegaraan Indonesia. Namun,

Presiden berkehendak lain dan ingin menyelesaikan masalah ini dengan memberhentikan

beliau. Tindakan ini dirasa penulis adalah tindakan tepat karena Presiden hendaknya

mematuhi undang-undang.

Pada pasal 22 ayat (2) Undang-Undang No.39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara

(UU No.39 Tahun 2008) menyatakan bahwa ada beberapa syarat utama untuk menjabat

seorang menteri, yaitu :

a. Warga Negara Indonesia.

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara. Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita cita proklamasi kemerdekaan.

d. Sehat jasmani dan rohani.

e. Memiliki integritas dan kepribadian yang baik.

f. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara 5(lima) tahun atau lebih.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Arcandra Tahar telah memperoleh

Kewarganegaraan Amerika Serikat pada Maret 2012, Namun beliau tetap mempertahankan

Kewarganegaraan Indonesianya dengan memperbaharuinnya di Konsulat Jenderal Republik

Indonesia di Housten, Amerika Serikat, pada Februari 2012 yang akan berlaku hingga tahun

(6)

beliau tidak mengaku memiliki kewarganegran asing. Sementara, Arcandra Tahar telah tidak

jujur mengenai kewarganegaraanya kepada masyarakat Indonesia pastinya. Ketika beliau

telah menerima kewarganegaraan Amerika Serikat, otomatis kewarganegaraan Indonesia

yang beliau miliki terlepas ditambah lagi dalam memperoleh kewarganegaraan asing. Lalu,

pada pasal 23 huruf b penulis berpandangan tidak dapat berlaku dalam pengertian ketentuan

tersebut berlaku jika orang terkait ketahuan memiliki kewarganegaraaan ganda. Justru

kondisi tersebut berlaku jika orang tersebut karena suatu hal diberikan kewarganegaraan

asing dan ia tidak menolaknya. Terlebih lagi tidak ada pengaturan khusus mengenai WNI

yang ketahuan berkewarganegaraan ganda dalam peraturan yang ada sehingga

memungkinkan pelaksanaan pasal 23 huruf b dalam pemahaman orang tersebut ketahuan

berkewarganegaraan ganda.

Mengenai nasib Arcandra Tahar yang diduga turut kehilangan kewarganegaraan

Amerika Serikatnya setelah dilantik menjadi pejabat negara Indonesia mengakibatkan beliau

berstatus apatride (tidak memiliki kewarganegaraan), jika diperhatikan secara seksama UU

No.12 Tahun 2006 tidak memberikan kesempatan bagi setiap warga negara Indonesia

menjadi apatride (tidak berkewarganegaraan) yang berarti tidak ada peluang bagi orang

tersebut untuk melepaskan kewarganegaraan Indonesia tanpa memperoleh kewarganegaraan

asing baginya. Berbeda dari UU kewarganegaraan terdahulu, UU kewarganegaraan tahun

2006 ini memperbolehkan dwi kewarganegaraan secara terbatas,yaitu untuk anak yang

berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Jika prinsip dwi

kewarganegaraan diberlakukan di Indonesia maka terdapat kemungkinan eks WNI yang

melarikan diri keluar negeri karena melakukan gerakan separatis atau kejahatan lainnya dapat

kembali menjadi warga negara Indonesia tanpa harus melepaskan kewarganegaraan negara

asing. Hal ini tentunya akan menciptakan lubang baru bagi pelanggar hukum atau aktivis

(7)

Langkah terbaik untuk mempertahankan melekatnya hak dan kewajiban beliau saat ini

adalah dengan cara khusus untuk Arcandra Tahar memperoleh kembali kewarganegaraan

Indonesia.

Karena itu penulis menguraikan bagaimana prosedur kewarganegaraan dan

tahap-tahap apabila seseorang kehilangan kewarganegaraan dan lain sebagainya tetap berdasarkan

pada undang-undang No.12 Tahun 2006.

A.PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan yang timbul

adalah :

1. Bagaimana Pengaturan tentang kewarganegaraan di Indonesia.

2. Bagaimana Prosedur perolehan Kewarganegaraan menurut hukum administrasi

negara.

3. Akibat apa yang timbul dalam perolehan kewarganegaraan di Indonesia.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

a. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan masalah penulisan yang telah dirumuskan di atas, maka penulisan

tentang “Prosedur perolehan Kewarganegaraan menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2006”

dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan peraturan kewarganegaraan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui prosedur perolehan kewarganegaraan menurut Hukum

administrasi negara.

3. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul dalam perolehan kewarganegaraan di

Indonesia.

b. Manfaat Penulisan

(8)

1. Secara teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu hukum administrasi negara, khususnya mengenai prosedur perolehan

kewarganegaraan di Indonesia.

2. Secara praktis, hasil penulisan ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dan masukan

bagi masyarakat dalam pelaksanaan prosedur perolehan kewarganegaraan dan juga

sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam mengambil langkah-langkah atau

kebijaksanaan-kebijaksanaan lebih lanjut, terutama status kewarganegaraan seseorang.

D. KEASLIAN PENULISAN

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide,gagasan maupun pemikiran penulis pribadi dari

awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di perpustakaan USU, penulisan mengenai

“Prosedur perolehan kewarganegaraan menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2006” belum

pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Karena itu keaslian penulisan ini

terjamin adanya. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata

adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat

dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.

E.TINJAUAN PUSTAKA

1. Prosedur

“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang

dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam

transaksi perusahan yang terjadi berulang-ulang. Di dalam suatu sistem, biasanya terdiri dari

(9)

Akibatnya jika terjadi perubahan maka salah satu prosedur, akan mempengaruhi

prosedur-prosedur yang lain”5

a. Aturan-aturan Formal dalam Prosedur .

Dalam pelaksanaan prosedur, ada beberapa aturan formal yang harus ditaati, yaitu :

1. Prosedur harus dijalankan sesuai dengan struktur,maksud, dan ruang lingkup

kegiatan.

2. Prosedur harus di terangkan oleh seorang penanggung jawab.

3. Prosedur harus di jalankan dengan menggunakan acuan kepada berapa

dokumen-dokumen terkait.

4. Prosedur harus di aplikasikan dengan menggunakan berbagai macam bahan,alat,

dan juga dokumen yang sesuai .

5. Prosedur harus dilengkapi dengan informasi atau pun catatan pengendalian.

6. Prosedur harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang sesuai.

7. Prosedur harus dikontrol dengan menggunakan dokumentasi atau rekaman

penjalanan prosedur

2. Kewarganegaraan

a. Negara

Menurut Roger H.Soltau, mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat agency

atau wewenang/authory yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama

atas nama masyarakat (Soltau,1961)

Menurut Harold J.Lasky, mengemukakan bahwa negara adalah merupakan sesuatu

masyarakat yang diintergrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan

(10)

yang secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok, yang merupakan bagian dari

masyarakat itu.6

1. Wilayah Unsur-Unsur Negara :

Wilayah adalah landasan materiil atau landasan fisik negara. Negara in concerto juga tidak

dapat dibayangkan tanpa landasan fisik ini. Luas wilayah negara ditentukan oleh

perbatasan-perbatasannya dan didalam batas-batas itu negara menjalankan yuridiksi teritorial atas orang

dan benda yang berada di dalam wilayah itu, kecuali beberapa orang dan benda yang di

bebaskan dari yuridiksi itu.

Wilayah dalam hubungan ini dimaksudkan bukan hanya wilayah geografis atau wilayah

dalam arti sempit, tetapi terutama wilayah dalam arti hukum atau wilayah dalam arti luas ini

merupakan wilayah di atas mana dilaksanakannya yuridiksi negara dan meliputi baik wilayah

geografis maupun udara diatas wilayah itu sampai tinggi yang tidak terbatas (menurut asas

usque ad coelum) dalam laut disekitar pantai itu yaitu apa yang disebut laut teritorial. Dalam

batas “wilayah dalam arti yang luas ini negara menjalankan kedaulatan teritorialnya.

2. Pemerintah

Pemerintah adalah organisasi yang mengatur dan memimpin negara. Tanpa pemerintah

tidak mungkin negara itu berjalan dengan baik. Pemerintah menegakkan hukum dan

memberantas kekacauan mengadakan perdamaian dan menyelaraskan

kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Pemerintah yang menetapkan menyatakan dan menjalankan

kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara.

Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari yang menjalankan tujuan-tujuan

negara, dan menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama.

(11)

b. Rakyat Negara

Rakyat sesuatu negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam

wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara itu. Pada permulaan rakyat

daripada sesuatu negara hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang berasal dari

satu nenek-moyang. Dalam hal ini faktor yang terpenting adalah pertalian darah. Akan tetapi

wilayah negara itu didatangi oleh orang-orang dari negara lain yang mempunyai

nenek-moyang lain pula. Sekarang faktor bertempat tinggal bersama turut menentukan apakah

seorang termasuk dalam pengertian rakyat dari pada negara itu. Adapun orang-orang yang

berada di wilayah sesuatu negara dapat dibagi atas penduduk dan bukan penduduk.

Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan

oleh peraturan negara yang bersangkutan diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok

(domisili) dalam wilayah negara itu. Bukan penduduk ialah mereka yang berada di wilayah

sesuatu negara untuk sementara waktu. dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di

wilayah negara itu. Penduduk dapat dibagi atas :

1. Penduduk warga negara, dengan singkat disebut warganegara, dan

2. Penduduk bukan warganegara yang disebut orang asing.7

Beragamnya penggunaan istilah yang berkaitan dengan warga negara memberikan

konsekuensi hukum yang juga berbeda-beda. Kembali ke pasal 26 UUD 1945 misalnya, pada

ayat (2) dinyatakan bahwa penduduk ialah warga negara dan orang asing yang bertempat

tinggal di Indonesia. Pernyataan normatif ini dipahami bahwa penduduk tidak sama dengan

warga negara. Penduduk terdiri dari warga negara Indonesia, Warga negara asing bahkan

orang yang tidak berkewarganegaraan dengan catatan mereka tinggal di Indonesia.

Sedangkan warga negara Indonesia dapat menjadi penduduk negara lain tanpa kehilangan

7

(12)

kewarganegaraannya. Istilah lain yang juga sering digunakan adalah setiap orang, penduduk,

rakyat atau rakyat Indonesia, dan bangsa Indonesia.

c. Warga Negara

Warga atau anggota dari suatu negara. Warga negara secara umum adalah orang orang

yang memiliki kedudukan resmi sebagai anggota penuh suatu negara tertentu. Menurut

Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 pasal 4 warga negara Indonesia adalah :

1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau

berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum

Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga

Negara Indonesia.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan Ibu Warga Negara Indonesia

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara asing

Indonesia dan ibu Warga Negara Indonesia.

5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga negara

Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atas hukum negara

asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia.

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara

Indonesia.

8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara asing

(13)

pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia berusia 18 (delapan belas)

tahun atau belum kawin

9. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak

jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunnya.

10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya

tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

12. Anak yang di lahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang

ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat

anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang

bersangkutan.

13. Anak dari seseorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.8

Secara umum, Undang kewarganegaraan Republik Indonesia yaitu

Undang-Undang No.12 Tahun 2006 mengatur tentang tiga hal penting yaitu meliputi :

a. Cara memperoleh kewarganegaraan

b. Kehilangan kewarganegaraan

c. Memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis

normatif yang bertujuan untuk memuat secara lengkap dan sistematis mengenai peraturan

8

(14)

perundang-undangan yang berkaitan dengan prosedur perolehan kewarganegaraan di

Indonesia.

2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder

mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud

laporan dan sebagainya.9

a. Bahan Hukum Primer

Data sekunder diperoleh dari:

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

Dalam tulisan ini di antaranya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang

Tata Cara Memperoleh,Kehilangan,Pembatalan, Dan Memperoleh kembali

Kewarganengaraan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia No. M.02-HL.05.06 TAHUN 2006 Tentang Tata Cara Menyampaikan

Pernyataan untuk menjadi Warga Negara Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum Primer, seperti

dokumen-dokumen yang merupakan informasi dan artikel-artikel yang berkaitan dengan

Prosedur perolehan kewarganegaraan di Indonesia, hasil penelitian, pendapat pakar hukum

serta beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan soal diatas. Setelah data primer

dan data sekunder diperoleh maka dilakukan analisa data secara kualitatif, kemudian

dilakukan pembahasan berdasarkan permasalahan yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk

terhadap bahan primer dan sekunder.10

9

- Amiruddin dan Zainal Asikin,pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Rajawali

(15)

penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunujuk-petunjuk maupun penjelasan

terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang)

diluar bidang hukum, misalnya yang berasal dari: sosiologi, teknik Filsafat, dan lainnya yang

dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian.11

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut : .

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library

research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka untuk

memperoleh data sekunder berupa buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan,

artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik,

dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

12

a.Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan

dengan objek penelitian/

b.Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel-artikel media cetak, maupun

eletronik dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c.Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d.Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi

objek penelitian.

4. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif13

10 Ibid hal 119

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pres,2013) hal 41

12Ronitijo Hanitijo Soemitro, M

etodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, (jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal 63

13

Bambang Sunggono, metodologi penelitian Hukum, (jakarta: Raja Grafindo Persada 1997), hal.10

yakni

dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data

(16)

dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika deduktif14

a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum

, yaitu berpikir dari hal

yang umum menuju hal yang lebih khusus, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni

interpretasi dan konstruksi hukum sehingga diharapkan dan dihasilkan suatu kesimpulan yang

bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan.

Dalam menganalisis data berupa peraturan perundang-undangan maka akan dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya

c.Deskripsikan konsistens, kontradiksi pada aturan hukum

Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis prosedur

perolehankewarganegaraan ditinjau dari hukum administrasi negara, selanjutnya akan

diperhatikan sifat pengaturan (bersifat umum atau khusus) dalam aturan, bentuk hukum

(hierarchi) dari aturan

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika penulisan agar diperoleh suatu

kesatuan pembahasan yang paling berhubungan antara bab yang satu dengan bab lainnya

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan bab pendahuluan, dalam hal ini memuat beberapa sub bab yaitu

latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian dan manfaat, keaslian penelitian, tinjauan

kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI

INDONESIA

(17)

Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang kewarganegaraan di Indonesia.

Di dalam tinjauan umum tentang kewarganegaraan di Indonesia diuraikan pengertian dan

asas-asas kewarganegaraan,tujuan dan fungsi kewarganegaraan, dan landasan hukum

pengaturan kewarganegaraan di Indonesia.

BAB III : PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bab ini menguraikan tentang prosedur perolehan kewarganegaraan menurut hukum

administrasi negara. yang isinya memuat instansi yang berwenang mengeluarkan

kewarganegaraan,syarat dan mekanisme perolehan kewarganegaraan Indonesia, dan

hambatan dalam perolehan kewarganegaraan Indonesia.

BAB IV : AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DALAM PEROLEHAN

KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA

Bab ini menguraikan tentang akibat hukum yang timbul dalam perolehan

kewarganegaraan di Indonesia. yang memuat hak dan kewajiban yang timbul bagi warga

negara Indonesia, faktor penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia, dan tata cara

memperoleh kembali kewarganegarannya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Dugaan sementara yang mengakibatkan sistem pendingin tersebut meng habiskan biaya listrik yang cukup besar adalah kondisi temperatur lingkungan yang

Besarnya nilai koefisien daya dari propeler sebanding dengan besarnya kecepatan angin yang mengenai muka bilah dari propeler, pada penelitian ini nilai koefisien

Ditambah lagi, dalam hasil analisis tambahan dalam penelitian ini ditemukan bahwa di antara berbagai aktivitas online yang dilakukan, aktivitas yang memiliki perbedaan

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pola konsumen yang dibentuk oleh konsumen baru dari branding 9 merek yang

Keistimewaan saringan air ini ialah pada komponen penyusun alat saringan tersebut terdapat arang yang menyaring kotoran kecil dan menyerap bau, arang ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi struktur tumbuhan dan fungsinya, keterampilan

hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti nilai signi fi kansinya sebesar 0,850 dimana nilai tersebut lebih besar dibanding 0,05, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungiawaban APBD ditetapkan oleh badan musyawarah sesuai dengan