HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mewawancarai pemilik pabrik secara
langsung dan mendapatkan data sekunder dari pabrik tersebut. Adapun data yang
didapat dari pabrik tersebut adalah:
1. Jenis bahan baku utama untuk pembuatan roti pada yang ada pada pabrik
Syahfira Bakery yaitu tepung, gula, pelembut, pengembag, dan mentega.
2. Jumlah persediaan masing-masing jenis bahan baku selama 1 tahun dari bulan
Januari 2016 – Desember 2016.
3. Biaya pemesanan bahan baku selama 1 tahun untuk tiap jenis bahan baku.
4. Biaya penyimpanan bahan baku per unit selama 1 tahun tiap jenis bahan
baku.
3.1.1 Jumlah Persediaan Bahan Baku Pada Tahun 2016
Jumlah persediaan bahan baku selama 1 tahun dari bulan Januari 2016-Desember
2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tabel Persediaan Bahan Baku pada Pabrik Syahfira Bakery Tahun 2016
Bulan
Jumlah Persediaan Tepung
(kg)
Gula (kg)
Pelembut (kg)
Pengembang (kg)
Mentega (kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Januari 7.250 24.40 60 125 1.230
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Maret 7.000 2.300 60 110 1.300
April 6.475 2.300 70 120 1.240
Mei 6.325 2.775 75 125 1.225
Juni 7.500 2.025 69 126 1.325
Juli 5.920 2.010 60 100 985
Agustus 4.500 1.950 80 90 900
September 3.900 2.000 70 87 870
Oktober 4.000 2.150 75 90 880
November 5.850 2.400 68 125 1.300
Desember 7.250 2.200 80 130 1.230
Jumlah 72.270 27.175 831 1.356 13.585
Sumber: Pabrik Syahfira Bakery Medan
3.1.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku
Besarnya biaya pemesanan diketahui dari rincian biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pemesanan dalam satu kali pesan. Biaya pemesanan bahan baku pada
Syahfira Bakery Medan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku pada Pabrik Syahfira Bakery Tahun 2016
Sumber: Pabrik Syahfira Bakery Medan
Biaya pemesanan ini bersifat konstan, dimana besarnya tidak tergantung dari
besarnya nilai atau banyaknya bahan yang dipesan sehingga setiap item
persediaan di Syahfira Bakery Medan membutuhkan biaya pemesanan yang sama.
Jenis Biaya Biaya (Rp)
Biaya Administrasi dan Umum 35.000,00
3.1.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku
Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul karena disimpannya suatu barang.
Biaya penyimpanan ini bergantung pada jumlah barang yang disimpan tanpa
memperhitungkan batas kadaluarsa. Pada Pabrik Syahfira Bakery besarnya biaya
penyimpanan adalah sebesar 3% dari harga bahan baku per kilogram.
Tabel 3.3 Biaya Penyimpanan Baku Pada Pabrik Syahfira Bakery Tahun 2016
Jenis bahan baku Biaya penyimpanan per kg (Rp)
Tepung 194,4
Gula 309
Pelembut 2.400
Pengembang 2.400
Mentega 320,01
Sumber: Pabrik Syahfira Bakery Medan
3.2 Pengolahan Data
Di dalam pengolahan data terdapat beberapa langkah yang dilakukan yaitu:
1. Menguji kenormalan data dengan uji normalitas lilliefors.
2. Menentukan pemesanan yang ekonomis menggunakan metode EOQ
3. Menentukan banyaknya persediaan pengaman (Safety Stock).
4. Mementukan titik pemesanan bahan baku kembali (Reorder Point)
5. Menentukan total biaya persediahan bahan baku (Total Inventory Cost)
menggunakan metode EOQ
6. Membandingkan total biaya persediaan bahan baku pada pabrik Syahfira
3.2.1 Uji Kenormalan Data Dengan Uji Lilliefors
Data persediaan bahan baku di Pabrik Syahfira Bakery pada tahun 2016 diuji
kenormalannya dengan menggunakan uji Normalitas Lilliefors.
1. Uji Normalitas Lilliefors Untuk Tepung
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : persediaan bahan baku tepung berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : persediaan bahan baku tepung berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal
a. Rata-rata persediaan bahan baku tepung:
� = �
12
�=1
� � =72.270
12 � = 6.022,5
b. Standar Deviasi persediaan Bahan Baku Tepung
Tabel 3.4 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Tepung
Bulan � � � − � � − � �
(1) (2) (3) (4) (5)
Januari 7250 6.022,5 1.227,5 1.506.756,25
Februari 6300 6.022,5 277,5 77.006,25
Maret 7000 6.022,5 977,5 955.506,25
April 6475 6.022,5 452,5 204.756,25
Mei 6325 6.022,5 302,5 91.506,25
Juni 7500 6.022,5 1.477,5 2.183.006,25
(1) (2) (3) (4) (5) Agustus 4500 6.022,5 -1.522,5 2.318.006,25
September 3900 6.022,5 -2.122,5 4.505.006,25
Oktober 4000 6.022,5 -2.022,5 4.090.506,25
November 5850 6.022,5 -172,5 29.756,25
Desember 7250 6.022,5 1.227,5 1.506.756,25
Jumlah 72.270 17.479.075
8 − 8 = 0,1131−0,2500 = 0,1369
9 − 9 = 0,0465−0,0833 = 0,0368
10 − 10 = 0,0548−0,1667 = 0,1119
11 − 11 = 0,4443−0,3333 = 0,111
12 − 12 = 0,83400,9167 = 0,0827
Tabel 3.5 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Tepung
No � �� F �� S �� |� �� − � �� |
1 7.250 0,97 0,834 0,8333 0,0007
2 6.300 0,22 0,5871 0,5000 0,0871
3 7.000 0,77 0,7794 0,7500 0,0294
4 6.475 0,36 0,6406 0,6667 0,0261
5 6.325 0,24 0,5948 0,5883 0,0115
6 7.500 1,17 0,8790 1,0000 0,121
7 5.920 -0,08 0,4681 0,4167 0,0541
8 4.500 -1,21 0,1131 0,2500 0,1369
9 3.900 -1,68 0,0465 0,0833 0,0368
10 4.000 -1,60 0,0548 0,1667 0,1119
11 5.850 -0,14 0,4443 0,3333 0,111
12 7.250 0,97 0,8340 0,9167 0,0827
Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa:
0 = � − � = 0,1369
0 = � � , diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata
∝= 0,05 dan �= 12
� � = 0,05 12 = 0,242
ℎ� �� < , sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat
disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku tepung pada januari sampai
2. Uji normalitas lilliefors untuk gula
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : persediaan bahan baku gula berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 :persediaan bahan baku gula berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal
a. Rata-Rata Persediaan Bahan Baku Gula:
� = �
12
�=1
� � =27.175
12 � = 2.264,583
b. Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Gula
Tabel 3.6 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Gula
Bulan � � � − � � − � �
Januari 2440 2264,583 175,417 30771,124
Februari 2625 2264,583 360,417 129900,414
Maret 2300 2264,583 35,417 1254,364
April 2300 2264,583 35,417 1254,364
Mei 2775 2264,583 510,417 260525,514
Juni 2025 2264,583 -239,583 57400,014
Juli 2010 2264,583 -254,583 64812,504
Agustus 1950 2264,583 -314,583 98962,464
September 2000 2264,583 -264,583 70004,164
Oktober 2150 2264,583 -114,583 13129,264
November 2400 2264,583 135,417 18337,764
Desember 2200 2264,583 -64,583 4170,964
7 =
3
12= 0,25
8 =
1
12= 0,0833
9 =
2
12= 0,1667
10 = 5
12= 0,4167
11 =
9
12= 0,75
12 =
6
12= 0,5
f. Menghitung selisih � − � untuk �= 1, 2, 3,…, 12 diperoleh:
1 − 1 = 0,7486−0,8333 = 0,0847
2 − 2 = 0,9147−0,9167 = 0,002
3 − 3 = 0,5517−0,6667 = 0,115
4 − 4 = 0,5517−0,6667 = 0,115
5 − 5 = 0,9744−1 = 0,0256
6 − 6 = 0,1814−0,3333 = 0,1519
7 − 7 = 0,166−0,25 = 0,084
8 − 8 = 0,1151−0,0833 = 0,0318
9 − 9 = 0,1562−0,1667 = 0,0105
10 − 10 = 0,3336−0,4167 = 0,0831
11 − 11 = 0,695−0,75 = 0,055
Tabel 3.7 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Gula
No � �� F �� S �� |� �� − � �� |
1 2440 0,67 0,7486 0,8333 0,0847
2 2625 1,37 0,9147 0,9167 0,002
3 2300 0,13 0,5517 0,6667 0,115
4 2300 0,13 0,5517 0,6667 0,115
5 2775 1,95 0,9744 1 0,0256
6 2025 -0,91 0,1814 0,3333 0,1519
7 2010 -0,97 0,166 0,25 0,084
8 1950 -1,20 0,1151 0,0833 0,0318
9 2000 -1,01 0,1562 0,1667 0,0105
10 2150 -0,43 0,3336 0,4167 0,0831
11 2400 0,51 0,695 0,75 0,055
12 2200 -0,24 0,4052 0,5 0,0948
Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa:
0 = � − � = 0,1519
0 = � � , diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata
∝= 0,05 dan �= 12
� � = 0,05 12 = 0,242
ℎ� �� < , sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat
disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku gula pada Januari sampai dengan
Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.
3. Uji normalitas lilliefors untuk pelembut
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:Hipotesis:
H0 : persediaan bahan baku pelembut berasal dari populasi berdistribusi
normal.
H1 : persediaan bahan baku pelembut berasal dari populasi tidak berdistribusi
a. Rata-rata persediaan bahan baku pelembut:
b. Standar deviasi persediaan bahan baku pelembut
Tabel 3.8 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku pelembut
11 =
5
12= 0,4167
12 =
12
12= 1,0000
f. Menghitung selisih � − � untuk �= 1, 2, 3,…, 12 diperoleh:
1 − 1 = 0,1038−0,2500 = 0,1462
2 − 2 = 0,2358−0,3333 = 0,0975
3 − 3 = 0,1038−0,2500 = 0,1462
4 − 4 = 0,5398−0,6667 = 0,1269
5 − 5 = 0,7823−0,8333 = 0,051
6 − 6 = 0,488−0,5000 = 0,012
7 − 7 = 0,1038−0,2500 = 0,1462
8 − 8 = 0,9292−1,0000 = 0,0708
9 − 9 = 0,5398−0,6667 = 0,1269
10 − 10 = 0,7823−0,8333 = 0,051
11 − 11 = 0,4325−0,4167 = 0,0158
12 − 12 = 0, 9292−1,0000 = 0,0708
Tabel 3.9 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Pelembut
No � �� F �� S �� |� �� − � �� |
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 60 -1,26 0,1038 0,2500 0,1462
2 64 -0,72 0,2358 0,3333 0,0975
3 60 -1,26 0,1038 0,2500 0,1462
4 70 0,10 0,5398 0,6667 0,1269
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
6 69 -0,03 0,488 0,5000 0,012
7 60 -1,26 0,1038 0,2500 0,1462
8 80 1,47 0,9292 1,0000 0,0708
9 70 0,10 0,5398 0,6667 0,1269
10 75 0,78 0,7823 0,8333 0,051
11 68 -0,17 0,4325 0,4167 0,0158
12 80 1,47 0, 9292 1,0000 0,0708
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa:
0 = � − � = 0,1462
0 = � � , diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata
∝= 0,05 dan �= 12
� � = 0,05 12 = 0,242
ℎ� �� < , sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat
disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku pelembut pada januari sampai
dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.
4. Uji normalitas lilliefors untuk pengembang
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : persediaan bahan baku pengembang berasal dari populasi berdistribusi
normal.
H1 : persediaan bahan baku pengembang berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal
a. Rata-rata persediaan bahan baku pengembang:
� = �
12
�=1
�
b. Standar deviasi persediaan bahan baku pengembang
Tabel 3.10 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku pengembang
Bulan � � � − � � − � �
Januari 125 113 12 144
Februari 128 113 15 225
Maret 110 113 -3 9
April 120 113 7 49
Mei 125 113 12 144
Juni 126 113 13 169
Juli 100 113 -13 169
Agustus 90 113 -23 529
September 87 113 -26 676
Oktober 90 113 -23 529
November 125 113 12 144
Desember 130 113 17 289
Jumlah 1.356 3.076
= � −
2 12
�=1
� −1
= 3.076 11
= 279,6363636
= 16,7223
c. Hitung � dengan rumus:
� = �−
1 =
125−113
f. Menghitung selisih � − � untuk �= 1, 2, 3,…, 12 diperoleh:
1 − 1 = 0,7611−0,75 = 0,0111
2 − 2 = 0,8133−0,9166 = 0,1033
3 − 3 = 0,4325−0,4166 = 0,0158
4 − 4 = 0,6591−0,5 = 0,1591
5 − 5 = 0,7611−0,75 = 0,0111
6 − 6 = 0,7794−0,83333 = 0,5393
7 − 7 = 0,2206−0,33333 = 0,11273
8 − 8 = 0,0853−0,25 = 0,1467
9 − 9 = 0,0606−0,08333 = 0,02273
10 − 10 = 0,0853−0,25 = 0,1467
11 − 11 = 0,7611−0,75 = 0,0111
12 − 12 = 0,8438−1 = 0,1562
Tabel 3.11 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Pengembang
No � �� F �� S �� |� �� − � �� |
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 125 0,717605 0,7611 0,75 0,0111
2 128 0,897006 0,8133 0,9166 0,1033
3 110 -0,1794 0,4325 0,4166 0,0158
4 120 0,41860 0,6591 0,5 0,1591
5 125 0,71760 0,7611 0,75 0,0111
6 126 0,77740 0,7794 0,8333 0,0539
7 100 -0,77741 0,2206 0,3333 0,1127
8 90 -1,37541 0,0853 0,25 0,1647
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10 90 -1,37541 0,0853 0,25 0,1647
11 125 0,717605 0,7611 0,75 0,0111
12 130 1,016607 0,8438 1 0,1562
Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa:
0 = � − � = 0,1647
0 = � � , diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata
∝= 0,05 dan �= 12
� � = 0,05 12 = 0,242
ℎ� �� < , sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat
disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku pengembang pada januari
sampai dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.
5. Uji normalitas lilliefors untuk mentega
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : persediaan bahan baku mentega berasal dari populasi berdistribusi
normal.
H1 : persediaan bahan baku mentega berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal
a. Rata-rata persediaan bahan baku mentega:
� = �
12
�=1
�
b. Standar deviasi persediaan bahan baku mentega
Tabel 3.12 Standar Deviasi Persediaan Bahan Baku Mentega
Bulan � � � − � � − � �
Januari 1230 1132,083 97,917 9587,738889
Februari 1100 1132,083 -32,083 1029,318889
Maret 1300 1132,083 167,917 28196,11889
April 1240 1132,083 107,917 11646,07889
Mei 1225 1132,083 92,917 8633,568889
Juni 1325 1132,083 192,917 37216,96889
Juli 985 1132,083 -147,083 21633,40889
Agustus 900 1132,083 -232,083 53862,51889
September 870 1132,083 -262,083 68687,49889
Oktober 880 1132,083 -252,083 63545,83889
November 1300 1132,083 167,917 28196,11889
Desember 1230 1132,083 97,917 9587,738889
Jumlah 13.585 341.822,9167
f. Menghitung selisih � − � untuk �= 1, 2, 3,…, 12 diperoleh:
1 − 1 = 0,7088−0,6667 = 0,0421
2 − 2 = 0,4286−0,4167 = 0,0119
3 − 3 = 0,8289−0,9167 = 0,0878
4 − 4 = 0,7291−0,75 = 0,0209
5 − 5 = 0,6985−0,5 = 0,1985
6 − 6 = 0,8621−1,0000 = 0,1379
7 − 7 = 0,2033−0,3333 = 0,1300
8 − 8 = 0,0951−0,2500 = 0,1549
9 − 9 = 0,0694−0,0833 = 0,0139
10 − 10 = 0,0764−0,1667 = 0,0903
11 − 11 = 0,8289−0,9167 = 0,0878
12 − 12 = 0,7088−0,6667 = 0,0421
Tabel 3.13 Uji Kenormalan Lilliefors Data Persediaan Bahan Baku Mentega
No � �� F �� S �� |� �� − � �� |
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 1230 0,55 0,7088 0,6667 0,0421
2 1100 -0,18 0,4286 0,4167 0,0119
3 1300 0,95 0,8289 0,9167 0,0878
4 1240 0,61 0,7291 0,75 0,0209
5 1225 0,52 0,6985 0,50 0,1985
6 1325 1,09 0,8621 1,0000 0,1379
7 985 -0,83 0,2033 0,3333 0,1300
8 900 -1,31 0,0951 0,2500 0,1549
9 870 -1,48 0,0694 0,0833 0,0139
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11 1300 0,95 0,8289 0,9167 0,0878
12 1230 0,55 0,7088 0,6667 0,0421
Dari tabel 3.13 dapat dilihat bahwa:
0 = � − � = 0,1985
0 = � � , diperoleh dari tabel uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata
∝= 0,05 dan �= 12
� � = 0,05 12 = 0,242
ℎ� �� < , sehingga H0 diterima, dari uji kenormalan Lilliefors dapat
disimpulakan bahwa data persediaan bahan baku mentega pada januari sampai
dengan Desember 2016 berasal dari populasi berdistribusi normal.
3.2.2 penentuan pemesanan yang ekonomis dengan metode Economic Order Quantity (EOQ)
Untuk menentukan pemesanan yang ekonomis dengan metode Economic Order
Quantity (EOQ) (menggunakan rumus 2.16):
= 2
a. Untuk Tepung
= 2
= 2 72.270 35.000 194,4
= 26.023.148,15
= 5.101,28 kg
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
= = 72.270
5.101,28= 14,16
b. Untuk Gula
= 2
= 2 27.175 35.000 309
= 6.156.148,867
= 2.481,15 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk gula adalah 2.481 kg
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
= = 27.175
2.481,15 = 10,95
c. Untuk Pelembut
= 2
= 2 831 35.000 2.400
= 24.237,5
= 155,68 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk pelembut adalah 156 kg
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
= = 831
d. Untuk Pengembang
= 2
= 2 1.356 35.000 2.400
= 39.550 = 198,87 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk pengembang adalah 199 kg.
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
= = 1.356
198,87= 6,81
e. Untuk mentega
= 2
= 2 13.585 35.000 320,01
= 2.971.625,887
= 1.723,84 kg
Maka diperoleh pemesanan yang ekonomis untuk mentega adalah 1.724 kg.
Dengan frekuensi pemesanan yang diperlukan adalah:
= = 13.585
3.2.3 Penentuan Banyaknya Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman (safety stock) sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan
karena berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinann terjadinya
kekurangan barang, sehingga memperlancar kegiatan penjualan. Untuk
menentukan banyaknya persediaan pengaman dipelukan standar deviasi �
pemakaian masing-masing bahan pada tahun 2016 dan juga faktor pengaman
perhitungayang digunakan pabrik. Pabrik mengharapkan terjadinya stock out
hanya 5% dan apabila dilihat dari tabel berdistribusi normal (tabel Z terlampir)
didapat nilai error yang diharapkan 5% maka nilai faktor pengaman (Z) yang
digunakan adalah 1,65.
Untuk menentukan banyaknya persediaan pengaman (menggunakan rumus 2.17)
a. Safety Stock Untuk Tepung
= �
= 1.260,56 1,65 = 2.079,92 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk tepung yaitu sebesar 2.080 kg.
b. Safety Stock Untuk Gula
= �
= 261,207 1,65 = 430,99 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk gula yaitu sebesar 431 kg.
c. Safety Stock Untuk Pelembut
= �
= 7,29 1,65 = 12,02 kg
d. Safety Stock Untuk Pengembang
= �
= 16,7223 1,65
= 27,59 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk pengembang yaitu sebesar 27 kg.
e. Safety Stock Untuk Mentega
= �
= 176,28 1,65
= 290,86 kg
Maka banyaknya persediaan pengaman untuk mentega yaitu sebesar 290 kg.
Dari perhitungan safety stock, dapat diketahui besarnya jumlah persediaaan yang
dapat dicadangkan sebagai pengaman untuk kelangsungan proses produksi dari
risiko kehabisan bahan baku (stock out).
3.2.4 Penentuan Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Reorder point/titik pemesanan kembali merupakan saat atau waktu tertentu
dimana perusahaan harus mengadakan pemesanan bahan baku kembali sebelum
persediaan yang ada di gudang habis. Dalam perhitungan reorder point, pabrik
perlu mempertimbangkan juga tentang lead time atau waktu tunggu. Pada pabrik
Syahfira Bakery, lead time yang terjadi saat melakukan pembelian bahan baku
adalah 1 hari.
Berdasarkan perhitungan EOQ, maka penentuan reorder point pada pabrik
a. Reorder Point untuk tepung
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D = jumlah pemakaian bahan baku
jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=72.270 317 = 227,98
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
= +
= 227,98 1 + 2.079,92
= 2.307,9 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan tepung yang
ada di gudang mencapai jumlah 2.308 kg, maka pabrik harus melakukan
pemesanan persediaan tepung untuk bulan berikutnya
b. Reorder Point untuk gula
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D = jumlah pemakaian bahan baku
=27.175 317 = 85,73
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
= +
= 85,73 1 + 430,99
= 516,72 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan gula yang ada
di gudang mencapai jumlah 517 kg, maka pabrik harus melakukan pemesanan
persediaan gula untuk bulan berikutnya
c. Reorder Point untuk pelembut
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D = jumlah pemakaian bahan baku
jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=813 317 = 2,56
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
= +
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan pelembut
yang ada di gudang mencapai jumlah 14 kg, maka pabrik harus melakukan
pemesanan persediaan tepung untuk bulan berikutnya
d. Reorder Point untuk pengembang
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
=
Dimana:
D = jumlah pemakaian bahan baku
jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=1.356 317 = 4,28
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
= +
= 4,28 1 + 27,59 = 31,87 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan pengembang
yang ada di gudang mencapai jumlah 32 kg, maka pabrik harus melakukan
pemesanan persediaan pengembang untuk bulan berikutnya
e. Reorder Point untuk mentega
Sebelum melakukan ROP, terlebih dahulu harus mencari berapa banyak
pemakaian bahan baku per hari (d) adalah:
Dimana:
D = jumlah pemakaian bahan baku
jumlah hari kerja per tahun (t) 317 hari
=13.585 317 = 42,85
Untuk menentukan titik pemesanan kembali (menggunakan rumus 2.18)
= +
= 42,85 1 + 290,86 = 333,71 kg
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketika jumlah persediaan mentega yang
ada di gudang mencapai jumlah 334 kg, maka pabrik harus melakukan pemesanan
persediaan mentega untuk bulan berikutnya
3.2.5 Penentuan Total Biaya Persediaan Bahan Baku
untuk menentukan total biaya persediaan bahan baku dengan metode EOQ
(menggunakan rumus 2.9)
Total biaya = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
= +
2
a. Untuk tepung
= + 2
= 72.270
5.101,2835.000 +
Maka diperoleh total biaya persediaan untuk tepung adalah Rp. 991.690,5566 = 383.340,3865 + 383.337,675
= �. 766.678,0615
Maka diperoleh total biaya persediaan untuk gula adalah Rp. 766.678,0615
c. Untuk pelembut
= + = 186.825,5396 + 186.816 = �. 373.641,5396
Maka diperoleh total biaya persediaan untuk pelembut adalah Rp. 373.641,5396
d. Untuk pengembang
= + = 238.648,3633 + 238.644 = �. 477.292,3633
Maka diperoleh total biaya persediaan untuk pengembang adalah Rp.
477.292,3633
e. Untuk mentega
= 13.585
1.723,8435.000 +
1,723,84
2 320,01 = 275.823,1622 + 275.823,0192 = �. 515.646,1814
Maka diperoleh total biaya persediaan untuk mentega adalah Rp. 515.646,1814
Disamping itu, perusahaan juga memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan
total biaya persediaan (menggunakan rumus 2.6)
= + �
Dengan menggunakan rumusan diatas maka dapat dihitung biaya persediaan
bahan baku perusahaan sebagai berikut:
a. Untuk tepung
= + �
= 6022,5 x 194,4 + 12 35.000
= 1.170.774 + 420.000 = �. 1.590.774
b. Untuk gula
= + �
= 2.264,583 x 309 + 12 35.000
= 699.755,22 + 420.000
= �. 1.119.755,22
c. Untuk pelembut
= + �
= 69,25 x 2.400 + 12 35.000
d. Untuk pengembang
= + �
= 113 x 2.400 + 12 35.000 = 271.200 + 420.000
= �. 691.200
e. Untuk mentega
= + �
= 1.132,08 x 320,01 + 12 35.000 = 362.276,9208 + 420.000
= �. 782.276,9208
Maka dapat disimpulkan banyaknya pemesanan ekonomis (Economic Order
Quantity), banyaknya persediaan pengaman (safety stock), titik pemesanan
kembali (reorder point), dan total biaya persediaan masing-masing roti dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.14 Tabel Pemesanan Ekonomis Menurut EOQ Tahun 2016 Bahan baku EOQ
(kg)
Safety Stock
(kg)
Reorder
Point (kg)
Total biaya
persediaan (Rp)
Tepung 5.101 2.078 2.307,9 Rp. 991.690,5566
Gula 2.481 430 516 Rp. 766.678,0615
Pelembut 156 12 14,58 Rp. 373.641,5396
Pengembang 199 28 31,87 Rp.477.292,3633
Mentega 1.723,84 291 333,71 Rp.515.646,1814
Jumlah Rp. 3.160.948,702
Adapun perbandingan Total Inventory Cost (TIC) persediaan menurut perusahaan
dengan Total Inventory Cost (TIC) berdasarkan metode EOQ dapat dilihat pada
Tabel 3.15 Perbandingan Biaya Bahan Baku Syahfira Bakery Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2016
TICc Pabrik TIC EOQ Selisih
Rp. 4.770.206,141 Rp. 3.160.948,702 Rp. 1.609.257,439
Berdasarkan hasil perhitungan EOQ tabel 3.15 ternyata diperoleh total biaya
persediaan yang lebih kecil di bandingkan dengan total biaya pesediaan yang
selama ini dikeluarkan pabrik. Total biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik
Syahfira Bakery sebesar Rp. 4.770.206,141 sedangkan menurut EOQ sebesar Rp.
3.160.948,702 dan dapat dilakukan penghematan sebesar Rp. 1.609.257,439 dari
biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik Syahfira Bakery. Terjadinya
penghematan biaya persediaan di dukung oleh adanya jumlah pemesanan optimal,
safety stock, dan reorder point yang merupakan faktor pendukung yang membuat
frekuensi pemesanan bahan baku menjadi lebih kecil dan dan mengakibatkan
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian persediaan bahan baku bedasarkan metode Economic Order
Quantity (EOQ) lebih optimal dan ekonomis dibandingkan dengan metode yang
diterapkan perusahaan. Sehingga diperoleh metode perhitungan yang lebih efektif
dan efisien dalam menentukan persediaan optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya selisih perhitungan Total Inventory Cost (TIC) antara metode perusahaan
dengan metode EOQ. Dimana total biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik
Syahfira Bakery sebesar Rp. 4.770.206,141 sedangkan menurut EOQ) sebesar Rp.
3.160.948,702 dan dapat dilakukan penghematan sebesar Rp. 1.609.257,439 dari
biaya persediaan bahan baku menurut Pabrik Syahfira Bakery.
4.2Saran
1. bagi pihak Pabrik Syahfira Bakery kedepannya dapat mempertimbangkan
untuk menggunakan metode EOQ dalam melakukan pembelian persediaan
bahan baku untuk pembuatan roti karena dengan metode EOQ pabrik
dapat melakukan penghematan biaya persediaan sehingga penghematan
yang diperoleh pabrik dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain.
2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat mencoba menggunakan metode EOQ
dengan menggunakan software-software lain yang mendukung agar lebih