37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimen dengan metode pretest dan posttest pada dua kelompok (Two - Group Pretest – Posttest design) yaitu suatu jenis penelitian yang memanipulasi variabel
independent dengan dua intevensi. Pada penelitian ini responden diberikan pretest berupa pertanyaan melalui Kuesioner Kualitas Tidur yang
dilakukan dengan cara wawancara sebelum dilakukan perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan kepada responden (posttest) dilakukan Penilaian terhadap kualitas tidur menggunakan Kuesioner Kualitas Tidur kembali untuk melihat perbedaan kualitas tidur antar 2 intervensi. Adapun perlakukan yang diberikan terhadap responden adalah intervensi Terapi Back Massage dan Akupresur secara rutin dihari kedua post hemodialisa.
38
Skema 3.1. Skema Rancangan Penelitian
- X1 = Pengukuran kualitas tidur sebelum dilakukan tindakan back massage - X2 = Pengukuran kualitas tidur setelah dilakukan tindakan back massage - Y1 = Pengukuran kualitas tidur sebelum dilakukan tindakan akupresur - Y2 = Pengukuran kualitas tidur setelah dilakukan tindakan akupresur - O = Diberikan Intervensi back massage dan akupresur
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan adalah di Ruang Hemodialisa RSUD Langsa kota Langsa dengan alasan RSUD Langsa Kota Langsa merupakan rumah sakit tipe B dengan jumlah populasi pasien hemodialisa dapat memenuhi jumlah responden yang peneliti inginkan.
Penelitian ini dilakukan bulan Agustus s/d Oktober 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dan melakukan home visit untuk dilakukan intervensi.
X
39
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang menjadi sasaran penelitian atau kumpulan elemen yang menjadi dasar untuk inferensi atau induksi (Fajar et al, 2009). Pasien yang menjalani hemodialisa ditahun 2015 berjumlah 5760, sedangkan yang menjalankan Hemodialisa rutin/regular sebanyak 88 orang di RSUD Langsa yang dibagi dalam 3 kabupaten yaitu 33 orang wilayah kota langsa, 34 wilayah Aceh Tamiang, dan 21 wilayah 21 Aceh Timur (Rekam medik RSUD Langsa, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalankan hemodialisa yang berdomisili di Kota Langsa, Aceh Timur & Aceh Tamiang.
3.3.2. Sampel
Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik non probability sampling jenis consecutive sampling, yaitu rekrutmen
semua orang dari populasi yang ada yang memenuhi kriteria kelayakan selama interval waktu tertentu atau sampai ukuran sampel ditetapkan (Polit dan Beck, 2012). Consecutive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan (kriteria inklusi), sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011).
40
Ismail, 2008). Dari data populasi diatas jumlah sampel yang sesuai dengan criteria inklusi berjumlah 33 orang dan Adapun kriteria inklusi: 1) Pasien yang sedang menjalani therapy hemodialisa 2) pasien yang mengalami gangguan kualitas tidur 3) kooperatif 4) tingkat kesadaran kompos mentis. 5) berdomisili didaerah Kota Langsa. 6) intervensi dilakukan pada hari kedua setelah Hemodialisa
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Tahap persiapan
Tahap penelitian di mulai dengan mengurus perizinan penelitian dengan mengajukan surat permohonan penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan ke BLUD RSUD Langsa untuk tahapan penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan penelitiannya di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa setelah mendapatkan izin dari Bagian Diklat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
41
yang telah dibuat sebelumnya. Pengumpulan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi sampel.
Peneliti mengajarkan prosedur pengisian lembar isian penelitian serta penjelasan tentang prosedur intervensi dan penandatangan informed consent oleh responden. Pada lembar informed consent juga dicantumkan alamat lengkap dan nomor telepon responden untuk kegiatan kunjungan rumah guna intervensi dilakukan.
3.4.2 Tahap penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain :1) Meminta izin kepada kepala Ruangan Hemodialisa dan mensosialisasikan maksud dan tujuan penelitian, 2) peneliti mengidentifikasi calon responden yang dapat mengikuti program penelitian (yang memenuhi kriteria inklusi), 3) peneliti memberikan informasi tentang tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, waktu, dan manfaat penelitian dengan jelas, 4) meminta kesediaan Pasien yang menjalankan Hemodialisa untuk menjadi responden penelitian dengan menandatangani lembar informed consent, 5) melakukan kontrak dengan responden. Sebelum dilakukan pengumpulan data peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian, prosedur pengambilan data, instrumen yang akan digunakan, prinsip etik dalam penelitian.
42
untuk mendapatkan data karakteristik responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tentang prosedur tindakan (terapi back massage dan Akupresur) yang akan dilakukan kepada responden, kemudian peneliti melakukan penilaian Kualitas Tidur responden sebelum melakukan terapi back massage dan Akupresur, hasil penilaian tersebut dicatat di lembar observasi, kemudian peneliti dan ahli terapi melakukan kunjungan ke rumah responden untuk melakukan intervensi, pada minggu pertama dilakukan terapi back massage pada malam kedua setelah dilakukan Hemodialisa dan keesokan paginya peneliti kembali melakukan kunjungan rumah untuk melakukan wawancara pengisian kuesioner kualitas tidur pasien setelah dilakukan tindakan terapi back massage, sedangkan pada minggu kedua dilakukan Akupresur dengan responden yang sama dan tahapan yang sama seperti pada terapi back massage. tindakan yang dilakukan si peneliti sesuai dengan standar Operasional Prosedur. Pelaksanaan terapi back massage dan akupresur dilakukan selama 30 menit. Setelah peneliti selesai melakukan
43
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
44
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Instrumen
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain : kuesioner karakteristik/data demografi, Kuesioner Kualitas Tidur, Standar Operasional Prosedur Therapy Back Massage dan Standar Operasional Prosedur Akupresur
Penjelasan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1) Kuesioner karakteristik responden. Kuesioner ini digunakan untuk mencatat karakteristik responden yang meliputi, : inisial, jenis kelamin, usia, riwayat Hemodilisa, 2) Lembar Kuesioner Kualitas Tidur 3) Standar Operasional Prosedur Terapi Back Massage 4) Standar Operasional Prosedur Akupresur. Hasil ukur dalam instrument ini di nyatakan dengan skor mean dan standar deviasi.
3.6.2 Validitas
45
nilai yang dianggap relevan) dibagi dengan jumlah expert. Misalnya, item yang dinilai dikatakan cukup atau sangat relevan jika terdapat 4 dari 5 dengan nilai CVI minimal .80
Instrumen kualitas tidur yang digunakan adalah kuesioner kualitas tidur (KKT) sudah Content validity telah dianalisis 3 ahli Sleep and Medical, Psychological Nursing, & Gerontological Nursing dari Prince of
Songkla University, Thailand dengan nilai yang 0.89
3.6.3 Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kualitas suatu instrumen (Polit & Beck, 2012). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan internal consistency. Internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali
saja, kemudian data dianalisis dengan tehnik tertentu (dapat ditentukan dengan nilai Cronbach alpha). Polit dan Beck (2012) mengatakan interpretasi nilai reliabilitas dengan Cronbach alpha minimal 0.70 pada umumnya adekuat, namun nilai > 0.80 merupakan nilai yang lebih diharapkan.
46
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup : 3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul melalui lembar isian penelitian dan lembar observasi diolah melalui empat tahapan data yaitu:
3.7.1.1.Editing
Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kejelasan dan relevansi daftar isian kuesioner dan lembar observasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan dilapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan atau salah atau tidak didisi maka dapat dilakukan klarifikasi kembali kepada responden.
3.7.1.2.Coding
Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasi data, memberikan kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya. Data-data yng berupa angka atau tulisan dikategorikan dalam skor yang telah ditetapkan peneliti.
3.7.1.3.Entry Data
Setelah data dikoding maka langkah selanjutnya melakukan entry data dari instrumen penelitian ke dalam komputer melalui program statistik.
3.7.1.4.Cleaning
47
3.7.2 Analisis Data
3.7.2.1.Analisis Univariat
Data yang terkumpul dianalisa lebih lanjut dengan program komputer secara univariat. Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti mengenai karakteristik responden, variabel bebas, dan variabel terikat. Analisa statistik univariat menguji frekuensi atau rata-rata nilai dari variabel-variabel (Polit & Beck, 2012). Hasil analisa data univariat berupa distribusi frekuensi, presentase dari masing-masing variabel, nilai mean dan standar deviasi (SD).
3.7.2.2.Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan uji beda 2 mean. Uji beda 2 mean yang digunakan adalah jenis uji t dependan dan uji t independen (paired t test). Uji t independen digunakan untuk menguji beda mean dari hasil pengukuran untuk membandingkan dua kelompok yang berbeda, Uji t dependen digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi (Polit & Beck, 2012). Sebelum dilakukan analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro Wilk. Data yang berdistribusi normal akan dilakukan uji beda dua mean (uji t test) yaitu uji t berpasangan/dependen (kualitas tidur sebelum intervensi therapy back massage, kualitas tidur sebelum intervensi akupresur, kualitas tidur sesudah
48
t tidak berpasangan/independen (kualitas tidur sebelum intervensi therapy back massage, kualitas tidur sebelum intervensi akupresur, kualitas tidur sesudah intervensi therapy back massage, kualitas tidur sesudah intervensi akupresur).
Uji statistik ini dinyatakan bermakna jika nilai p value < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Data yang berdistribusi tidak normal diuji dengan wilcoxon atau Mann–Whitney. Uji homogenitas data pada penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui kesetaraan pada setiap variabel data antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Data numerik digunakan uji levene’s test, jika nilai p value > 0,05 berarti data tersebut adalah homogen.
3.8. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip dasar etik penelitian yang meliputi beneficience, respect for human dignity dan justice (Polit & Beck, 2012). Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan melalui perizinan dari komite etik rumah sakit dan komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3.8.1 Asas manfaat (beneficience)
Salah satu prinsip etik yang paling mendasar adalah asas manfaat, dalam hal ini peneliti harus meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat untuk responden penelitian (Polit & Beck, 2012).
49
dahulu meminta persetujuan (informed consent) dan keluhan seperti yang diuraikan dalam kriteria eksklusi merupakan salah satu cara peneliti untuk mencegah kerugian dan ketidaknyamanan responden.
Keterlibatan responden dalam penelitian ini harus mendapat jaminan bahwa data atau informasi yang diberikan tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden di masa yang akan datang (Polit & Beck, 2012). Peneliti disini menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban responden, sehingga responden merasa dirinya tidak dieksploitasi. Selain itu, peneliti juga menjelaskan hak dan kewajiban peneliti untuk melindungi responden dan menggunakan data atau informasi yang diberikan responden hanya untuk penelitian, sehingga responden merasa aman selama dilakukan penelitian. 3.8.2 Asas menghargai hak asasi manusia (Respect for human dignity).
Responden merupakan individu yang memiliki otonomi untuk menentukan aktivitas yang akan dilakukannya, dalam hal ini responden memiliki hak untuk menentukan apakah dirinya akan berpartisipasi dalam penelitian atau tidak tanpa khawatir akan mendapatkan sanksi atau tuntutan hukum (Polit & Beck, 2012). Selama penelitian berlangsung, peneliti menghargai dan menerima semua keputusan responden yang diberikan sehingga responden terlibat dalam penelitian secara sukarela dan tanpa paksaan.
50
responden diberikan kesempatan untuk bertanya dan memutuskan apakah bersedia atau tidak bersedia untuk terlibat dalam penelitian.
3.8.3 Asas keadilan (Justice)
Prinsip memperlakukan secara adil berkaitan dalam memilih responden berdasarkan kriteria sampel bukan berdasarkan maksud atau posisi tertentu (Polit & Beck, 2012). Selain itu peneliti harus memperlakukan emua responden tanpa adanya diskriminasi sehingga peneliti harus menghargai perbedaan baik dalam hal keyakinan, budaya, dan sosial ekonomi responden (Polit & Beck, 2012). Saat penelitian berlangsung, peneliti berupaya memahami perbedaan latar belakang setiap responden, sehingga peneliti dapat menghargai perbedaan tersebut, namun tetap berlaku adil dalam memperlakukan setiap responden sesuai dengan tujuan dan prosedur penelitian.
51
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Singkat Tempat Penelitian
52
4.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap karakteristik responden pada tabel 4.1 bahwa pada pasien hemodilaisa rata-rata umur adalah 54,93, pada jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (69,7%), pada lama menjalankan hemodialisa mayoritas pada 0-4 tahun sebanyak 19 orang ( 57,6%),
Tabel 4.1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan data karateristik responden (n=33)
Uraian Jumlah Persentase
Umur
40 – 55 Tahun 17 51,5
56-70 Tahun 16 48,5
Jenis Kelamin
Laki-Laki 23 69,7
Perempuan 10 30,3
Lama Hemodialisa
0-4 Tahun 19 57,6
5-9 Tahun 14 42,4
4.3 Deskripsi Kualitas Tidur Pre Test dan Post Test
Menunjukkan Kualitas tidur pada kedua kelompok intervensi (back massage dan Akupresur) pada periode pre test dan post test. Pada periode pre test
53
13..51 sedangkan pada kelompok Akupresur rata-rata skor Kualitas tidur adalah 13.84.
Tabel 4.2
Deskripsi kualitas tidur pre test dan post test pada responden Hemodialisa (n=33)
Kualitas Tidur
Pre Test Post Test
Mean SD Mean SD
Back Massage 9.39 4.70 13.51 3.82
Akupresur 10.87 5.41 13.84 4.40
4.4 Uji Normalitas data Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Tindakan Back Massage dan Akupresur Pasien Hemodialisa di RSUD
Langsa
Sebelum dilakukan analisis statistik untuk seluruh jenis data numerik dilakukan uji normalitas untuk melihat distribusi data. Tabel 4.4 menunjukkan Uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test menunjukkan bahwa kualitas tidur kelompok back massage dan kelompok Akupresur berdistribusi normal (p>0,05) sehingga dianalisis menggunakan uji parametrik yaitu Paired T test untuk menguji perbedaan rata-rata kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi. Tabel 4.4
Uji normalitas kualitas tidur (n=33)
Kelompok back massage Kelompok akupresur
Pretets (p value) Posttest (p value) Pretets (p value) Posttest (p value)
54
4.5 Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Tindakan
Back Massage Pasien Hemodialisa di RSUD Langsa
Hasil uji statistik menggunakan uji Paired t test, menunjukkan bahwa pada kelompok back massage terdapat perbedaan Kualitas tidur secara keseluruhan antara sebelum dan sesudah periode intervensi dengan nilai p=0,000. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata kualitas tidur mengalami peningkatan dan menyatakan ada pengaruh therapy Back Massage terhadap kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Langsa Tabel 4.5
Perbedaan kualitas tidur responden sebelum dan sesudah dilakukan Back Massage Pasien Hemodialisa (n=33)
Kualitas Tidur Mean SD SE Nilai P
Pre Back Massage 9.39 4.703 0.818
0.000 Post Back Massage 13.51 3.825 0.665
4.6 Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Tindakan
Akupresur Pasien Hemodialisa di RSUD Langsa
55
Tabel 4.6
Perbedaan kualitas tidur responden sebelum dan sesudah priode intervensi pada kelompok Akupresur pasien hemodialisa (n=33)
Kualitas Tidur Mean SD SE Nilai P
Pre Akupresur 10.87 5.418 0.943
0.000
Post Akupresur 13.84 4.402 0.766
4.7 Perbedaan Kualitas Tidur Kelompok Back Massage Dan Kelompok
Akupresur Setelah Priode Intervensi
Menunjukkan hasil uji statistik menggunakan Paired t Test, yaitu tidak terdapat perbedaan kualitas tidur antara kelompok Back Massage dan kelompok Akupresur setelah periode intervensi dengan nilai (p>0.05). Tabel 4.7
Perbedaan Kualitas Tidur sesudah priode intervensi pada responden kelompok Back Massage dan kelompok Akupresure pasien Hemodialisa (n=33)
Kualitas tidur Mean SD SE Nilai P
Back Massage 13,51 3,825 0,665
0,575
56
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi Back
Massage
Kualitas tidur pada responden dengan kelompok terapi back massage, sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan back massage,
menunjukkan rata-rata kualitas tidur yang jauh berbeda, kelompok sebelum dilakukan intervensi rata-rata skor kualitas tidur adalah 9.39 sedangkan rata – rata kualitas tidur setelah dilakukan intervensi dengan skor adalah 13.51.
Intervensi yang dilakukan yaitu terapi back massage yang dilakukan pada hari kedua post Hemodialisa, kualitas tidur responden kelompok terapi back massage menunjukkan peningkatan nilai rata-rata sebelum dilakukan intervensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan kepada kelompok terap back massage memberikan dampak pada perubahan kualitas tidur yaitu berupa peningkatan skor rata-rata kualitas tidur, yang kemudian juga dibuktikan secara statistik dengan uji paired t Test dengan nilai p = 0,000 (p<0.001), sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan kualitas tidur pasien Hemodialisa sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan terapi back massage.
57
kualitas tidur pasien yang menderita sakit dimana kadar biokimia tubuh setelah diterapi pijat dapat menurunkan kadar kortisol, norepinefrin dan dopamine. Terapi pijat dapat memperbaiki sirkulasi darah, mengurangi kegelisahan dan depresi (Handoyo, 200). Bisa juga memepengaruhi aliran getah bening, otot, saraf dan saluran pencernaan dan stress. (B. Mahendra, Yoan dan Destarina, 2009). Manfaat langsung dari back massage adalah relaksasi menyeluruh dan ketenangan yang dapat memberikan kenyamanan saat tidur. (Ayu, 2009)
58
dapat menurunkan insomnia. Purwanto (2013) didalam bukunya juga menjelaskan bahwa melakukan back massage dengan menggunakan minyak zaitun juga baik untuk kesehatan kulit, kandungan dalam minyak zaitun seperti senyawa fenol bersifat sebagai anti oksidan, anti kanker, anti penuaan dini serta menjaga elastisitas dinding pembuluh darah. Minyak zaitun yang digosokkan pada kulit yang disertai massage berfungsi memperlancar peredaran darah serta dapat menjaga kelembapan, elastisitas kulit dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
59
5.2 Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Akupresur
Kualitas tidur pada responden dengan kelompok akupresur, sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan intervensi, menunjukkan rata-rata kualitas tidur yang berbeda, kelompok sebelum dilakukan intervensi rata-rata skor kualitas tidur adalah 10,87 sedangkan rata – rata kualitas tidur setelah dilakukan intervensi dengan skor adalah 13,84.
Intervensi yang dilakukan yaitu Akupresur yang dilakukan pada hari kedua post Hemodialisa, kualitas tidur responden kelompok akupresur menunjukkan peningkatan nilai rata-rata sebelum dilakukan intervensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan kepada kelompok akupresur memberikan dampak pada perubahan kualitas tidur yaitu berupa peningkatan skor rata-rata kualitas tidur, yang kemudian juga dibuktikan secara statistik dengan uji paired t Test dengan nilai p = 0,000 (p<0,001), sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan kualitas tidur pada pasien Hemodialisa sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan akupresur.
60
anterior otak sehingga terjadi perubahan irama sirkandian, sehingga menyebabkan penurunan sleep latency, nocturnal awakening, dan peningkatan total sleep time dan kualitas tidur pada tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM, bahkan sampai hampir tidak memiliki tidur dalam pada tahap 4 (Stanley, 2006; Wahyuni, 2013).
Hasil yang didapatkan pada kelompok Akupresur menunjukkan bahwa tindakan akupresur adalah tindakan yang secara efektif dapat dilakukan pada pasien hemodialisa yang mengalami Gangguan Kualitas tidur dengan menggunakan 4 titik yaitu : ear (ear shenmen), wrist (hand shenmen and neiguan) dan foot (yung chung). Penilihan titik tersebut terbukti efektif setelah dilihat dari hasil posttest skor kualitas tidur. Dimana Akupresur yang dilakukan dengan beberapa titik intervensi tersebut efektif meningkatkan skor kualitas tidur pasien yang sedang menjalankan hemodialisa rutin. Hal tersebut terlihat dari pengurangan waktu untuk memulai tidur (sleep latency) yang berarti berkurangnya kesulitan untuk memulai tidur, terjadi peningkatan lamanya waktu tidur (sleep duration) serta terjadinya peningkatan efisiensi tidur (habitual sleep efficiency).
61
dalam hal meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisa karena kondisi gagal ginjal yang makin memburuk sering dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk. Tujuan pemberian Akupresur tersebut sesuai dengan pendapat Widyaningrum (2013), yaitu untuk merangsang kemampuan alami menyembuhkan diri sendiri dengan cara memulihkan aliran energy positif tubuh, terapi ini sangatlah mudah, karena hanya membutuhkan kedua tangan dalam mengatasi nyeri yang dirasakan dan dapat juga menstimulasi regenerasi sel kulit dan membantu dalam barrier tubuh, serta pada sistem saraf dapat menurunkan insomnia.
62
akan tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan yang ditemukan pada indeks tidur antara kelompok sham akupresur dan kelompok kontrol.
5.3 Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi
Back Massage dan Akupresur
Pada tabel 4.7 dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikat pada kualitas tidur pasien hemodialisa antara kelompok back massage dan akupresur, dapat dilihat dari uji secara statistik dengan Paired t test, dengan nilai p 0.575 (p>0,05).
Hasil tersebut menunjukan bahwa pada kedua kelompok baik kelompok back massage dan kelompok akupresur dengan kriteri inklusi yang sama tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan, Kedua Kelompok diberikan tindakan back massage pada siklus pertama di hari kedua post hemodialisa dan akupresur pada siklus ke tiga dihari kedua post hemodialisa.
63
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terserang penyakit, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva memerah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur.(Buysse et al, 1998)
5.3Keterbatasan Penelitian
5.3.1 Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini tidak adanya kelompok control sebagai pembanding dari intervensi yang diberikan.
5.3.2 Pada saat dilakukan pengambilan data pre berupa wawancara kuesioner, diharapkan pasien mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan keadaan yang dialaminya tadi malam sehingga hasil yang diharapkan lebih fektif, tetapi pada beberapa pasien harus membutuhkan pendampingan dari keluarga pada saat pengisian kuesioner tersebut. Hal ini terjadi karena pasien tidak mampu mengingat akan jawaban yang sudah diberikan.
64
65
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 6.1.1 Terdapat peningkatan kualitas tidur pasien yang menjalankan hemodialisa
setelah dilakukan intervensi back massage dikarenakan massage dapat menstimulasi regenerasi sel kulit dan membantu dalam barrier tubuh, khususnya pada sistem syaraf yang apat menurunkan insomnia. Responden lebih mudah dalam memulai tidur setelah dilakukan massage.
6.1.2 Peningkatan kulitas tidur juga terjadi pada pasien hemodialisa setelah diberikan intervensi akupresur dimana titik akupresur dapat meningkatkan hormon melatonin sehingga kualitas tidur membaik.
6.1.3 Kedua intervensi ini dapat dikatagorikan dalam terapi komplementer, dimana kedua nya sangat efektif untuk terapi kualitas tidur sehingga tidak ada perbedaan yang significant antara peningkatan kualitas tidur back massage dan akupresur.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi institusi pendidikan kesehatan
66
kurikulum mata ajar KMB pada sistem urologi untuk dijadikan sebagai salah satu tindakan keperawatan dalam upaya peningkatan kualitas tidur pasien hemodialisa, selain itu terapi back massage dan akupresur tersebut juga termasuk kedalam klasifikasi tindakan mandiri keperawatan.
6.2.2 Bagi institusi pelayanan kesehatan