• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Manajemen Risiko Kredit Sebagai Alat Untuk Meminimalisir Risiko Kredit Pada Produk Krasida pada PT.Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Manajemen Risiko Kredit Sebagai Alat Untuk Meminimalisir Risiko Kredit Pada Produk Krasida pada PT.Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen

2.1.2 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan usaha usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber

daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan (Stoner dalam R. Tani Handoko 2003:8).

1. Pentingnya Manajemen

Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen menurut Tani Handoko (2003:8)

yaitu:

1. Untuk mencapai tujuan.Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi dan pribadi.

2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan– tujuan yang saling

bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan

antara tujuan tujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling

bertentangan dari pihak pihak yang berkepentingan dalam organisasi,

seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan dan lain-lain.

3. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat

diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum

(2)

2.2 Risiko

2.2.1 Pengertian Risiko

Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi

seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang

merugikan.Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan

keuntungan yang sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali.Selama

mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko.Menurut Ricky

W. Griffin dan Ronald J. Ebert diterjemahkan Irham Fahmi (2013:2) risiko

adalahketidakpastian tentang kejadian di masa depan (uncertainty about future

events). Adapun Joel G. Siegel dan Jae k. Shim mendefinisikan risiko pada tiga

hal yaitu:

1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana

hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh

pengambil keputusan,

2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainnya, dan

3. Kemungkinan masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi

perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian

politik, dan masalah industri.

Menurut Joel G. Siegel dan Jae k. Shim diterjemahkan Irham Fahmi (2013:2)

menjelaskan pengertian dari analisis risiko adalah “proses pengukuran dan

penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi”.

(3)

Bagi pelaku sektor bisnis dan pihak perbankan khusunya perlu mengamati

dan memahami tipe-tipe risiko dengan seksama, karena menyangkut dengan

penyaluran kredit yang diberikan kepada para debiturnya dan risiko yang akan

ditanggung oleh para debitur tersebut. Dari sudut pandang akademisi ada banyak

jenis risiko namun secara umum risiko itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja,

yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Adapun

kedua bentuk tipe risiko menurut Irham Fahmi (2013 : 5)yaitu:

1. Risiko murni (pure risk)

Risiko murni dapat dikelompokan pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu,

a. Risiko Asset Fisik

Merupakan risiko yang berkibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu

perusahaan/organisasi.

b. Risiko Karyawan

Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di

perusahaan/organisasi tersebut.

c. Risiko Legal

Merupakan risko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak

tidak berjalan sesuai dengan rencana.

2. Risiko Spekulatif (Spekulative risk)

Risiko Spekulatif ini dapat dikategorikan kepada 4 (empat) risiko yaitu:

a. Risiko Pasar

Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar.Contoh:

(4)

b. Risiko Kredit

Merupakan risiko yang terjadi karena mitra pengimbang (counter party)

gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contoh: timbulnya

kredit macet, presentase piutang meningkat.

c. Risiko Likuiditas

Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan

kas.Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar

hutang secara tepat waktu menyebabkan perusahaan harus menjual aset

yang dimilikinya.

d. Risiko Operasional

Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak

berjalan dengan lancar.

2.3 Manajemen Risiko

2.3.1 Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan

perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan

atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. (Irham Fahmi

2013:2) mendefinisikan Manajemen risiko adalah “suatu bidang ilmu yang

membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam

memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai

(5)

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik

dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta

melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas

atau proses. Menurut kamus besar bahasa Indonesia di kutip dari (Tony

Peramanna 2011), risiko adalah “akibat yang kurang menyenangkan

(merugikan,membahyakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.” Dengan kata

lain, risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam

pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu.

2.3.2 Manfaat Manajemen Risiko

Menurut Irham Fahmi (2013:3) dengan diterapkannya manajemen risiko

disuatu perusahaan, ada beberapa manfaat yang akan diperoleh, yaitu:

1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap

keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan

selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.

2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat

pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka

panjang.

3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu

menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya dari segi

finansial.

4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.

5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajement concept) yang

dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah

(6)

1.

Identifikasi

2.

Pengukuran

3.

Pengelolaan

2.3.3 Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko menurut Mamduh M. Hanafi (2012 : 9) terbagi

atas identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan pengelolaan risiko, berikut

merupakan alur manajemen risiko:

Tabel 2.1

Alur Manajemen Risiko

Sumber: Alur Manajemen RisikoMamduh. M. Hanafi (2012:9)

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja

yang dihadapi oleh organisasi. Dalam hal ini identifikasi akan dilakukan dengan

mengidentifikasi penyebab yang menjadikan kredit pada produk Krasida menjadi

bermasalah baik secara intern dan ekstern. Pada proses ini akan disesuaikan yang

dilakukan PT. Pegadaian (Persero).

2. Pengukuran

Pengukuran Risiko dilakukan berdasarkan kolektibilitasnya.Kredit

dianggap sebagai risiko adalah kredit bermasalah atau NPL dimana kredit tersebut

(7)

akan membandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada produk Krasida di

PT. Pegadaian (Persero).

3. Pengelolaan Risiko

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pengelolaan risiko diantaranya

adalah:

a. Transfer Risiko, transfer risiko dilakukan jika tidak ingin menanggung

risiko. Risiko tersebut ditransfer kepada pihak lain yang lebih mampu

menanggung risiko yaitu pihak asuransi.

b. Diversifikasi, Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang dimiliki

sehingga tidak terkonsentrasi pada satu eksposur saja.Jika terjadi

kerugian pada satu produk, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh

keuntungan.

c. Pelelangan, Pada proses ini akan disesuaikan dengan yang dilakukan

PT Pegadaian (Persero).

2.3.4 Metode Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2009

Definisi risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pencapaian

objektif. Dampak menurut ISO 31000 adalah deviasi dari apa yang diharapkan,

bisa bersifat positif dannegatif.

Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko suatu organisasi harus

mengikuti 11 prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut

penjabaran prinsip-prinsip tersebut.

1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (createsvalue)

Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif dan

(8)

hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja

keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi

perusahaan.

2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an

integral part of organizationalprocesses)

Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan

merupakan suatu bagian

integraldalamprosesnormalorganisasisepertijugamerupakanbagiandariseluruhpros

esproyek dan manajemen perubahan. Manajemen risiko bukanlah merupakan

aktivitas yang berdiri sendiri

yangterpisahdariaktivitas-aktivitasutamadanprosesdalamorganisasi.

3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of

decisionmaking)

Manajemenrisikomembantupengambilkeputusanuntuk

mengambilkeputusandenganinformasiyang

cukup.Manajemenrisikodapatmembantumemprioritaskantindakandanmembedaka

nberbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat

membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu

penanganan risiko telah memadai dan efektif.

4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly

addresses uncertainty)

Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam

pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana

(9)

5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu

(systematic, structured andtimely)

Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap

manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang konsisten,

dapat dibandingkan, serta andal.

6. Manajemenrisikoberdasarkaninformasiterbaikyangtersedia(basedonthebest

available information)

Masukanuntukprosespengelolaanrisikodidasarkanolehsumberinformasisep

ertipengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan pakar.

Meskipun demikian, pengambil

keputusanharusterinformasidanharusmempertimbangkansegalaketerbatasandataata

umodel yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antarpakar.

7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan(tailored)

Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal

organisasi serta profil risikonya.

8. Manajemenrisikomemperhitungkanfaktormanusiadanbudaya(takeshumana

ndcultural factors intoaccount)

Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan

pihak-pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah

menghambat pencapaian tujuan organisasi.

9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent

(10)

Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan,

dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan

manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga

memungkinkan pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan

sudut pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.

10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap

perubahan (dynamic, iterative and responsive tochange)

Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan

konteks dan pengetahuan,

sertaditerapkannyapemantauandanpeninjauan,risiko-risikobarubermunculan,sedangkanyang

adabisaberubahatauhilang.Karenanya,suatuorganisasiharusmemastikanbahwaman

ajemen risiko terus menerus memantau dan menanggapiperubahan.

11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan

berkelanjutan organisasi (facilitates continual improvement and

enhancement of theorganization)

Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi

untuk memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek-aspek

(11)

Gambar 2.1

Detail Proses Manajemen Risiko (ISO 31000:2009)

2.4 Kredit

2.4.1 Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere, yang diterjemahkan

sebagai kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Kredit dan

kepercayaan (trust)karena tidak mungkin adanya pemberian pinjaman tanpa

adanya bangunan kepercayaan disana. Pengertian kredit menurut UU NO 10 1998

tentang perubahan No 7 tahun 1992 yaitu “penyediaan uang atau tagihan-tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

meminjam melunasi – melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

(12)

2.4.2 Unsur – Unsur Kredit

Dalam pemberian kredit terdapat unsur-unsur yang berpengaruh dalam

aktivitasnya. Menurut Irham Fahmi dan Yovi Lovianti (2010:7) terdapat 6 unsur

dalam pemberian kredit yaitu :

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu yang paling utama dari unsur kredit yang harus

ada karena tanpa ada rasa saling percaya antara kreditur dan debitur maka akan

sangat sulit terwujud suatu sinergi kerja yang baik, karena dalam konsep sekarang

ini kreditur dan debitur adalah mitra kerja bisnis.

2. Waktu

Analisis waktu bagi pihak kreditur menyangkut dengan analisis dalam

bentuk hitungan nilai waktu dari uang (calculation of time value of money) yaitu

nilai uang pada saat sekarang adalah berbeda dengan nilai uang pada saat yang

akan datang.

3. Risiko

Hal yang paling dikaji adalah pada keadaan yang terburuk yaitu pada saat

kredit tersebut tidak kembali atau timbulnya kredit macet.Ini menyangkut

persoalan seperti lamanya waktu pemberian kredit yang menyebabkan naiknya

tingkat risiko yang muncul.

4. Prestasi

(13)

Kreditur yang dimaksud disini adalah pihak yang memiliki uang, barang,

atau jasa untuk dipinjamkan kepada pihak lain dengan harapan dari hasil pinjaman

itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk bunga sebagai balas jasa dari uang,

barang, dan jasa yang telah dipinjam tersebut.

6. Adanya Debitur

Debitur yang dimaksudkan disini adalah pihak yang memerlukan uang,

barang, atau jasa dan berkomitmen untuk mampu mengembalikannya tepat sesuai

dengan waktu yang disepakati serta bersedia menganggung berbagai risiko jika

melakukan keterlambatan sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan perjanjian

yang tertera.

2.4.3 Jenis JenisKredit

Kredit yang diberikan lembaga keuangan terdapat beragam jenisnya, hal

ini disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan dari pihak krediturnya. Kasmir

(2012:90) mengklasifikasikan jenis-jenis kredit ditinjau dari segi kegunaan, segi

tujuan kredit, segi jangka waktu, segi jaminan, dan segi sektor usaha yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Dilihat dari Segi Kegunaan

a. Kredit Investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha

atau membangun pabrik.

b. Kredit modal kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi

dalam operasionalnya.

(14)

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi

investasi.Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi.Dalam kredit ini tidak ada

pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang digunakan oleh

seseorang atau badan usaha.

c. Kredit Perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya membeli barang

dagangan yang membayarnya.

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama

satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit Jangka Menengah

Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan

3 tahun, biasanya untuk investasi.

c. Kredit Jangka panjang

Kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.Biasa

digunakan untuk investasi jangka panjang.

4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan

Kredit dengan jaminan ini merupakan kredit yang kepemilikan dananya

(15)

timbul didepan nantinya. Kredit dengan jaminan dapat berupa jaminan kebendaan

yang bersifat tangible.Terdiri dari benda – benda bergerak seperti mesin,

kendaraan bermotor, dan lain lain.

b. Kredit Tanpa Jaminan

Sering disebut kredit blanko.Kredit ini diberikan kepada debitur tanpa

adanya jaminan tapi atas dasar kepercayaan karena debitur dianggap mampu

untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

5. Dilihat dari Sektor Usaha a. Kredit pertanian

b. Kredit peternakan

c. Kredit industri

d. Kredit pertambangan

e. Kredit pendidikan

f. Kredit profesi

g. Kredit perumahan.

2.4.4 Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Menurut

Kasmir (2012:88) tujuan dan fungsi tersebut adalah:

1. Mencari Keuntungan

Memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil tersebut terutama

dalam bentuk bunga yang diterima sebagai balas jasa dan biaya administrasi

kredit yang dibebankan kepada nasabah.

(16)

Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana. Dengan dana tersebut,

maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi

sebagai berikut:

1. Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang

Maksudnya adalah jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan

sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna

untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.

2. Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang

Kredit yang diberikan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah

barang yang tidak berguna menjadi berguna.

3. Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi

Kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan

oleh masyarakat.

4. Meningkatkan Kegairahan Berusaha

Bagi debitur tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, terlebih

debitur yang memiliki keterbatasan modal.

5. Meningkatkan Pemerataan Pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik terutama

dalam hal meningkatkan pendapatan, terlebih jika dana kredit tersebut digunakan

untuk hal yang produktif.

2.4.5 Prinsip Pemberian Kredit

Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan

(17)

dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P di samping lebih terperinci juga jangkauan

analisisnya lebih luas dari 5C (Kasmir 2012 : 101).

Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C kredit dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Character

Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini

calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat

atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat

dipercaya. Character merupakan ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah

membayar kreditnya.

2. Capacity (Capabality)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit

yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya

mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam

mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang

dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat

fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.

Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian.

(18)

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi

sekarang dan untuk di masayang akan datang sesuai dengan sektor

masing-masing.

Sementara itu, penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut.

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya

sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi,

tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality

hampir sama dengan character dari 5C.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau

golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya,

sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan

fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau

sebaliknya.

(19)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang

telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang

diperolehnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin

meningkat.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank

tetapi melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa barang jaminan

barang orang atau orang atau jaminan asuransi.

2.4.6 Kualitas Kredit

Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan

ukuran ukuran tertentu. Bank Indonesia dalam Kasmir (2012:107)

menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut:

1.Lancar

Suatu kredit dikatakan lancar apabila :

a. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.

(20)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara

lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga

yang belum melampaui 90 hari

b. Kadang-kadang terjadi cerukan

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

d. Mutasi rekening yang relatif aktif

e. Didukung dengan pinjaman baru

3. Kurang Lancar

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokokatau bunga

yang melebihi 90 hari

b. Sering terjadi cerukan

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

90 hari.

d. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah

e. Dokumen pinjaman yang lemah

4. Diragukan

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga

yang telah melampaui 180 hari.

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen

c. Terjadi wan prestasi lebih dari 180 hari

(21)

e. Dokumen maupun hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit

maupun pengikatan jaminan.

5. Macet

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga

yang melampaui 270 hari

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan, tidak dapat dicairkan

pada nilai yang wajar.

2.5 Risiko Kredit

2.5.1 Pengertian Risiko Kredit

Risiko Kredit menurut Irham Fahmi (2013:18) merupakan “bentuk

ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi dalam

menyelesaikan kewajiban – kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh

tempo maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan

kesepakatan yang berlaku.” Mamduh M. Hanafi (2012:9) mendefenisikan risiko

kredit yaitu “risiko karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada

perusahaan.”

NPL(Non Performing Loan) merupakan kredit yang bermasalah.

Mahmoeddin (2012:3) mendefinisikan kredit bermasalah menjadi dua lingkup

yang berbeda, yaitu:

1. Pengertian secara umum, yaitu bahwa NPL adalah kredit yang tidak lancar

atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang

(22)

2. Pengertian secara khusus, yaitu bahwa suatu kredit dianggap NPL apabila

debitur tidak memasukkan laporan yang dijanjikannya, misalnya laporan

keuangan bulanan, laporan keuangan tahunan, laporan produksi dan

persediaan bulanan, dan sebagainya.

Melalui manajemen yang baik dalam berbagai kegiatan operasional

terutama untuk hal-hal yang terkait dengan kredit, akan membantu menjaga

kestabilan kondisi,karena NPL bisa memberikan pengaruh besar pada bank. NPL

yang juga dikenal dengan kredit bermasalah ini memang bisa berdampak pada

berkurangnya modal. Jika hal ini dibiarkan, maka yang pasti akan berdampak

pada penyaluran kredit pada periode berikutnya.

2.5.2 Tipe Risiko Kredit

Menurut Irham Fahmi (2012:19), tipe risiko kredit dibagi kedalam 2

bagian, yaitu risiko yang bersifat jangka pendek dan risiko yang bersifat jangka

panjang, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Risiko yang bersifat jangka pendek

Risiko yang bersifat jangka pendek adalah risiko yang disebabkan karena

ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan menyelesaikan

kewajibannya yang bersifat jangka pendek.

b. Risiko yang bersifat jangka panjang

Risiko yang bersifat jangka panjang adalah ketidakmampuan suatu

perusahaan menyelesaikan berbagai kewajibannya yang bersifat jangka

panjang.

(23)

Salah satu cara untuk meminimalisir risiko adalah dengan cara

memperkuat perjanjian kredit, yaitu perjanjian antara kreditur dan debitur. Karena

dengan bagusnya suatu perjanjian kredit yang dibuat maka pada saat salah satu

pihak dirugikan dapat melakukan gugatan dipengadilan dengan menjadikan bukti

otentik. Menurut Irham Fahmi (2013 : 20) perjanjian kredit adalah “suatu ikatan

diatara kedua belah pihak yang disetujui dan ditandatangani dimana selanjutnya

menjadi hukum bagi kedua belah pihak dengan menyebutkan ketentuan-

ketentuan yang jelas mencangkup penjelasan hak dan kewajiban kreditur dan

debitur.”

Dalam konteks kredit dipahami bahwa perjanjian kredit yang dibuat oleh

kedua belah pihak bisa memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun juga

bisa menjadi perjanjian tersebut berakhir karena sebab-sebab yang telah

dijelaskan, karena itu kualitas isi perjanjian yang dibuat, dirancang dan disetujui

oleh pihak-pihak tersebut harus dibuat dengan jelas dan tegas, jika tidak ingin

terjadi hal – hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.

2.5.4 Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan

kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti akan selalu ada. Dalam hal kredit

macet perlu dilakukan penyelamatan sehingga tidak menimbulkan

kerugian.Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan

berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah.

Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan,

menurut Kasmir (2012:110) penyelamatan dapat dilakukan dengan:

(24)

a. Memperpanjang Jangka Waktu Kredit

Dalam hal ini pihak debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka

waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi

satu tahun sehingga pihak debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk

mengembalikannya.

b. Memperpanjang Jangka Waktu Angsuran

Memperpanjang jangka waktu angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.

Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun

misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun

menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

2. Reconditing

Dengan merubah persyaratan yang ada seperti berikut :

a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga yang dijadikan utang pokok

b. Penundaan pembayaran bunga sampai dengan waktu tertentu

c. Penurunan suku bunga

d. Pembebasan bunga

3. Restructuring

a. Dengan menambah jumlah kredit

b. Dengan menambah equity

 Dengan menyetor uang tunai

 Tambahan dari pemilik

4. Kombinasi

(25)

5. Penyitaan Barang Jaminan

Penyitaan barang jaminan merupakan jalan terkahir apabila nasabah sudah

benar benar tidak lagi punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk

membayar semua utang- utangnya.

2.6 Gadai

2.6.1 Pengertian Gadai

Menurut Kasmir (2012:233) pengertian usaha gadai adalah “kegiatan

menjaminkan barang barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh

sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan

perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai”.

Pengertian dari gadai sendiri diatur dalam pasal 1150 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yang merumuskan sebagai

berikut:”Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang

bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya

untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur

untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut terlebih dahulu dari

kreditur-kreditur lainnya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya

yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus

didahulukan”.

2.6.2 Hak dan Kewajiban antara Pemberi Gadai dan Penerima Gadai

Menurut Salim HS (2014:47) sejak terjadinya perjanjian gadai antara

(26)

kewajiban para pihak. Di dalam Pasal 1155 KUH Perdata telah diatur tentang hak

dan kewajiban kedua belah pihak sebagai berikut:

1. Sisi Penerima Gadai  Hak Penerima Gadai

1. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu

yang ditentukan.

2. Menjual barang gadai, jika pemberi gadai tidak memenuhi

kewajibannya setelah lampau waktu atau setelah dilakukan

peringatan untuk pemenuhan janjinya.

 Kewajiban penerima gadai diatur dalam pasal 1154, 1156 dan pasal

1157, yaitu:

1. Menjaga barang yang digadaikan sebaik – baiknya

2. Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi

miliknya, walaupun pemberi gadai wanprestasi

3. Memberitaukan kepada pemberi gadai (debitur) tentang pemindahan

barang barang gadai

4. Bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh

hal itu terjadi akibat kelalaiannya.

2. Sisi Pemberi Gadai

 Hak hak pemberi gadai

1. Menerima uang gadai dari penerima gadai

2. Berhak atas barang gadai apabila hutang pokok, bunga dan biaya

(27)

3. Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual

untuk melunasi hutang – hutangnya.

 Kewajiban Pemberi Gadai

1. Menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai

2. Membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai

3. Membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk

menyelamatkan barang – barang gadai.

2.6.3 Keterkaitan Manajemen Risiko Sebagai Alat untuk Meminimalisir Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan risiko yang paling umum menyerang lembaga

keuangan. Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko dari kerugian yang

berhubungan dengan kemungkinan counterpartygagal melunasi kewajibannya.

Risiko kredit perlu mendapatkan penanganan yang tepat dikarenakan risiko kredit

dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan suatu lembaga

keuangan. Widigdo Sukarman dalam Taswan (2006:296) menyebutkan

bahwa:“manajemen risiko perbankan adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan

pengendalian risiko yang dihadapi oleh bank yang terdiri dari seperangkat alat,

teknik dan proses manajemen dan organisasi yang ditunjukan untuk memelihara

profitabilitas dan tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh coorporate plan.”

Sedang Bank Indonesia dikutip dalam Taswan (2006:296) mendefinisikan

“manajemen risiko sebagai serangkaian prosedur dan metoda yang digunakan

untuk mengidentifikasikan, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang

(28)

proses untuk meminimalkan risiko – risiko yang terjadi dengan tujuan

mengendalikan risiko tersebut.

Kredit yang disalurkan haruslah dikelola dengan baik untuk meminimalisir

terjadinya kerugian yaitu dengan manajemen risiko.Risiko kredit merupakan

bagian dari manajemen risiko.Irham Fahmi (2013:6) membagi tipe risiko kedalam

2 bagian yaitu risiko murni dan risiko spekulatif, dan risiko kredit termasuk

kedalam bagian risiko spekulatif. Menurut Irham Fahmi (2013:18) salah satu

penyebab terjadinya risiko kredit yaitu:

“Risiko kredit terjadi pada saat pihak debitur dan kreditur melakukan

tindakan yang tidak hati-hati dalam melakukan keputusan kredit.

Ketidakhati-hatian tersebut terjadi karena berbagai faktor baik disebabkan oleh keinginan

mendapatkan uang dengan cepat dan secepatnya, serta mempergunakan

uangtersebut dengan harapan mampu memberikan umpan balik (feed back)yang

maksimal, hingga karena faktor disengaja dengan alasan memperoleh komisi

tersembunyi dari calon debitur.”

Semakin kecil terjadinya risiko kredit (bermasalah) yang terjadi maka hal

itu dapat membuktikan bahwa sistem manajemen risiko yang ditetapkan

diperusahaan tersebut efektif dan efisien dan semakin besar risiko kredit yang

terjadi maka membuktikan bahwa pengelolaan manajemen risiko terhadap kredit

(29)

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu N

o

Nama Judul Kesimpulan

1 Oka Aviani Savitri (Studi pada Bank Jatim Cabang Mojokerto)

1.Risiko pada Kredit Usaha Rakyat Bank Jatim Cabang Mojokerto telah dilaksanakan dengan baik. Namun dalam penerapannya masih terdapat

kekurangan, yaitu antara lain:

a. Belum ada staf khusus

yang menerima permohonan kredit dari

calon debitur.

b. Bank Jatim Cabang Mojokerto belum memiliki bagian khususSupervisi Kredit.

c. Analis Kredit kurang berhati-hati sehingga memberikan fasilitas KUR kepada debitur

yang sedang mempunyai fasilitas

pinjaman selain pinjaman konsumtif dari

bank lain. d. Pemantauan terhadap debitur dan pelaporan hasil kunjungan dalam

call report belum

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.Non Performing Loan

(30)

Cabang Mojokerto periode November 2012 sampai dengan November

2013 mengalami fluktuasi. Secara keseluruhan, NPL Bank

Jatim Cabang Mojokerto masih dalam batas yang dapat ditoleransi, yaitu tidak melebihi batas maksimum NPL sebesar 5% yang ditetapkan Bank Indonesia dan

ketentuan batas maksimum NPL Bank

Jatim sebesar 2%. Namun, berdasarkan

track record Bank Jatim

Cabang Mojokerto yang pernah memiliki catatan NPL KUR yang tinggi pada bulan November 2012 sampai dengan bulan Maret 2013, bank

perlu melakukan antisipasi melalui manajemen risiko yang

lebih baik agar NPL tidak kembali mengalami

PT. Bank Perkreditan Rakyat

Dau Kusumadjaja Malan

Penerapan manajemen risiko kredit pada PT. BPR Dau Kusumadjaja Malang, meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko kredit. Risiko kredit yang muncul adalah risiko kredit

bermasalah. Faktor penyebab yang perlu mendapat perhatian khusus adalah dari pihak debitur. Pengukuran risiko kredit denganmenggunakan

(31)

pemantauan internal bank, pemantauan debitur serta penyaluran kredit PT BPR Dau Kusumadjaja Malang sendiri diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pengendalian risiko kredit meliputi: agunan untuk jenis kredit umum,asuransi jiwa untuk kredit kepegawaian, analis penagihan untuk penanganan kredit bermasalah, audit internal

untuk mengecek kinerja pegawai bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(32)

debitur mempunyai hutang di tempat lain dan terjadinya keterlambatan panen. Penanganan

kredit bermasalah sudah baik sesuai dengan teori yaitu memberikan surat peringatan 1 sampai dengan 3 kali, rechedulling, reconditioning,

restructuring, hapus buku, pengambilalihanagunan dan hapus tagih.

3 Dahniar Amarullah (Universitas O KREDITPADAPT. BANKRAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk CABANG

ACHMAD YANI MAKASSAR

Secara keseluruhan, penerapan manajemenrisiko kreditpada PT. BankRakyat Indonesia telahsesuai dengan Peraturan Bank IndonesiaNo

11/25/PBI/2009 yang telah dilaksanakan secaraefektif. Halini didukung oleh beberapaprosedur,

kebijakandanstrategi yang telahdisusunolehPT. Bank RakyatIndonesiayangjuga disesuaikan denganlingkup usahanya, yaitu :

1.Pengawasan aktif dewan

komisaris dan direksiTindakan –

tindakan korektif yang diambil pengurus bank adalah :

a. Memberi persetujuan dan peninjauan secara

(33)

b.Melakukanimplemen tasi terhadap strategi dan kebijakan manajemen risiko kredit.

2.Proses

identifikasi,pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen Tindakan - tindakan

b. Menyusun prosedur pengukuran risiko kredit;

c. Melakukan

pemantauan dan menyusun laporan risiko kredit. MEMINIMALISIR MASALAH PADA KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES)

(Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Ngancar –Kediri).

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai penerapan manajemen risiko Kupedes di PT. BRI (Persero) Tbk. Unit

Ngancar untuk meminimalisir kredit bermasalah,dapat

disimpulkan bahwa:

1. Risiko kredit yang muncul pada PT. BRI (Persero) Tbk. Unit Ngancaradalah

(34)

keadaan saat nasabah

tidak dapat mengembalikan pokok

kredit maupun bunga secara sebagian maupun utuh.

2. Penerapan manajemen risiko yang diterapkan oleh PT. BRI (Persero) Tbk. Unit Ngancar adalah:

a. Mengidentifikasi risiko Untuk menangani risiko kredit yang timbul pada Kupedes, PT. BRI (Persero) Tbk. Unit Ngancar

b.Mengukur dampak risiko Dampak negatif utama yang muncul sebagai akibat dari risiko kredit adalah kemungkinan nasabah gagal dalam menyelesaikan

kewajibannya yang berupa pokok kredit, bunga kredit maupun keduanya.

(35)

menggunakan satu dari 4 teknik penanganan

risiko, yaitu pengendalian risiko.

Bentuk penerapan pengendalian risiko yang dilakukan PT. BRI (Persero) Tbk. Unit Ngancar adalah:

•Tinjauan rutin oleh AO

• Asuransi untuk nasabah meninggal dunia

d. Pemantauan hasil Setelah melakukan tahap identifikasi, mengukur dampak, memilih teknik dan menerapkannya, harus selalu dipantau hasil dari proses manajemen risiko tersebut apakah hasilnya sesuai dengan tujuan dilaksanakannya manajemen risiko atau tidak.

5 Rifangga C.T Tengor Sri Murni Silcyljeova

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Manajemen Risiko pada

(36)

memiliki bagian khusus supervisi kredit (c) Pemantauan terhadap debitur dan pelaporan hasil kunjungan dalam

call report belum

dilaksanakan sesuai denga ketentuan yang berlaku

2. Penerapan manajemen resiko PT. Bank SulutGo sudah sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia, yaitu (a) pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi

(b) kebijakan, prosedur dan penetapan limit

(c) proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi manajemen resiko kredit

(d) pengendalian intern dalam penerapan manajemen resiko kredit.

3. Non Performing Loan

(NPL) pada PT. Bank SulutGo tahun 2013-September 2015 mengalami fluktuasi. Secara keseluruhan, NPL PT. Bank SulutGo masih dapat ditoleransi, yaitu tidak melebihi batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga PT. Bank

SulutGo harus mempertahankan dalam segi

Gambar

Tabel 2.1 Alur Manajemen Risiko
Gambar 2.1 Detail Proses Manajemen Risiko (ISO 31000:2009)
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Buku ini juga penting dijadikan rujukan acuan bagi pemerintah pembuat kebijakan, demi mendapatkan pemahaman yang baik dan komprehensif mengenai realitas kelompok Syiah di

Dalam hal ini penulis membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran terbuka diantaranya: Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Pengeluaran Pemerintah

Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Gaya hidup setiap kelompok

Nilai-nilai pendidikan keluarga dalam ungkapan bahasa Banjar itu pada umumnya sejalan dengan nilai pendidikan Islam atau ajaran Islam, dalam arti apa yang dikehendaki oleh

Menurut peneliti hambatan yang dihadapi guru dalam meningkatkan prestasi siswa adalah menyangkut waktu luang atau kesempatan berkumpul (berdiskusi) antara guru dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, belanja modal, leverage dan temuan audit BPK tidak

17 Kedua konsep Yang Sakral dan Yang Profane antara Durkheim dan Berger ini bagaimanapun memiliki banyak kesamaan dalam hal bahwa agama dimaksudkan manusia untuk menyentuh hal

Informasi dalam aplikasi kampung batik semarang bermanfaat bagi saya Tidak Setuju Kurang Setuju Netral Setuju Sangat setuju9. Saya memiliki akses internet saat