BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspek-aspek yang menyangkut masalah yang akan diteliti sehingga ruang lingkup materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah). Adapun konsep yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah:
2.1.1Nilai moral
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Menurut Lilie dalam (Budiningsih, 2004:24) kata moral berasal dari kata mores (Bahasa Latin) yaitu tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey
(dalam Budinigsih, 2004:24) menyatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila, sedangkan Baron,dkk (Budiningsih, 2004:24) menyatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan
tindakan yang membicarakan salah atau benar. Adapun Suseno (1987:19) mengemukakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia.
dan buruk yang diakui. Akan tetapi, baik buruk itu dalam hal-hal tertentu masih bersifat relatif. Ukuran yang diberikan terhadap baik buruk tersebut dikembalikan
pada ukuran norma yang berlaku di masyarakat.
Pada penelitian ini, permasalahan nilai moral yang diungkap dari novel
Jasmine tersebut yaitu mengenai: kejujuran, kesediaan bertanggung jawab, keberanian moral, dan kerendahan hati.
Kejujuran berhubungan dengan ketulusan hati. Bersikap jujur berarti tidak hanya menguntungkan pribadi namun merugikan pihak lain. Suseno (1987:142)
menyatakan bahwa bersikap jujur terhadap orang lain berarti ada dua, yaitu pertama sikap terbuka, dan kedua bersikap fair. Sikap terbuka berarti selalu memunculkan sebagai pribadi dengan keyakinan terhadap diri sendiri, bukan menyesuaikan
kepribadian dengan harapan orang lain. Bersikap fair maksudnya menghormati hak orang lain, memenuhi janji yang telah diberikan, serta bertindak tidak bertentangan
dengan suara hati atau keyakinan.
Kesediaan bertanggung jawab berarti bersedia untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Suseno (1987:145) menyatakan
kesediaan bertanggungjawab bukan hanya terbatas pada apa yang menjadi urusan dan kewajibannya, melainkan merasa bertanggung jawab di mana saja ia diperlukan.
kewajibannya. Kalau ia lalai atau melakukan kesalahan, ia bersedia untuk dipersalahkan.
Mengenai keberanian moral maksudnya yaitu menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban.
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik (Suseno, 1987:147)
Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sendiri sesuai
dengan kenyataan. Adapun Suseno (1987:148) juga menyatakan bahwa seorang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya, tetapi juga menyadari kekuatan dan
kemampuan yang dimiliki terbatas. Seorang yang rendah hati tidak merasa dirinya penting. Oleh karena itu, ia berani mempertaruhkan diri apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya.
2.1.2 Faktor yang Melatarbelakangi Perbuatan Moral Tokoh.
Dalam melakukan suatu perbuatan, seseorang memiliki faktor yang melatarbelakangi perbuatan moralnya tersebut. Poespoprodjo (1998:154) menyebutkan adanya faktor yang melatarbelakangi perbuatan moral seseorang, yaitu:
1. Motif, yaitu mengapa seseorang mengerjakan hal itu.
2. Keadaan atau situasi, yaitu bagaimana, kapan, dan lain-lain, seseorang
mengerjakan hal itu.
Sebuah penelitian perlu ada landasan teori yang mendasari karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori dipergunakan untuk
menjadi alat pemecahan masalah pada penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dan teori positivisme moral.
2.2.1Sosiologi sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari
akar kata bahasa Yunani yaitu sosio, berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman serta logi atau logos, berarti sabda, perkataan, dan perumpamaan). Selanjutnya Ratna
(2003:1) menyatakan perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio atau socius berarti masyarakat, logi atau logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal- usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan
yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, bersifat umum, dan empiris.
Sosiologi sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu sosiologi dan sastra. Keduanya memiliki objek kajian yang sama, yaitu manusia dan masyarakat. Meski objek kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada perbedaan
dalam hal memandang persoalannya. Ratna (2003:2) menjelaskan sosiologi lebih cenderung kepada hal yang bersifat objektif dan faktual, sementara sastra adalah
kemasyarakatan yang terkadung di dalamnya. Endraswara (2011:20) menyebutkan bahwa sosiologi sastra akan meneliti sastra sebagai (1) ungkapan historis, ekspresi
suatu waktu, sebagai sebuah cermin, (2) karya sastra memuat aspek sosial dan budaya yang memiliki fungsi sosial berharga. Aspek fungsi sosial sastra berkaitan dengan
cara manusia hidup bermasyarakat
Penelitian ini mengangkat novel Jasmine sebagai objek kajian dengan menggunakan teori sosiologi sastra dan positivisme moral.
2.2.2Positivisme Moral.
Positivisme moral sebagai teori yang mengatakan bahwa semua bentuk moralitas
ditentukan oleh konvensi dan merupakan resultan dari kehendak seseorang yang dengan sekehendak hatinya memerintahkan atau melarang perbuatan-perbuatan tertentu tanpa mendasarkan atas sesuatu intrinsik dalam perbuatan manusia sendiri
atau pada hakikat manusia (Poespoprodjo (1998:119). Menurut teori tersebut, perbuatan yang baik atau salah dapat dinilai, salah satunya berdasarkan kebiasaan
manusia.
August Comte, merupakan pendiri teori positivisme. Menurut Comte, kebiasaan moral itu muncul dari kebiasaan sosial dan terus berubah bersama
perbuatan-perbuatan yang terdapat dalam masyarakat. (Moekijat, 1995:57). Adapun menurut MacIver dan Page (dalam Soekanto, 2009:175) kebiasaan merupakan
sebagai norma-norma pengatur, maka kebiasaan itu disebutkan sebagai mores atau tata kelakuan.
Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang seorang anggota
masyarakat melakukan perbuatan. Dalam hal ini, setiap masyarakat mempunyai tata kelakuan masing-masing yang sering kali berbeda dengan yang lainnya karena tata kelakuan timbul dari pengalaman masyarakat yang berbeda-beda dari masyarakat
yang bersangkutan (Soekanto, 2009:175).
Mengenai nilai moral, menurut Suseno (1987:141) ada 7 macam nilai-nilai
moral yang menunjukkan sikap dan kepribadian yang kuat, di antaranya yaitu:
1. Kejujuran
2. Nilai-nilai otentik
3. Kesediaan bertanggung jawab 4. Kemandirian moral
5. Keberanian moral
6. Kerendahan hati 7. Realisitik dan kritis.
Akan tetapi, pada penelitian ini, peneliti hanya mengkaji 4 nilai moral sebagai data dalam penelitian yaitu, nilai moral kejujuran, kesediaan bertanggung jawab,
Selanjutnya, peneliti mengaitkan data nilai moral tersebut dengan prinsip kaidah
dasar moral yang meliputi (1) prinsip hormat, (2) prinsip kerukunan, dan (3) prinsip
keadilan.
1. Prinsip hormat mengatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri harus menunjukkan sikap hormat terhadap oranglain,
sesuai dengan derajat dan kedudukannya (Suseno, 2003:60).
2. Prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis. Rukun adalah keadan ideal yang diharapkan
dapat dipertahankan dalam semua hubungan sosial, dalam keluarga, dalam rukun tetangga, dan dalam setiap pengelompokkan tetap. Rukun
mengandung usaha terus menerus oleh semua individu untuk bersikap tenang satu sama lain dan untuk menyingkirkan unsur-unsur yang mungkin menimbulkan perselisihan dan keresahan (Suseno, 2003:39).
3. Prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan
untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Secara singkat keadilan menuntut agar manusia tidak mencapai tujuan-tujuan dengan melanggar hak seseorang (Suseno, 1987:132).
2.3 Tinjauan Pustaka
Teori sosiologi sastra banyak dipergunakan dalam mengkaji permasalahan
moral baru pertama kali dilakukan. Setelah peneliti melakukan pencarian di perpustakaan Departemen Sastra Indonesia maupun melalui media internet, peneliti
menemukan adanya penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang relevan dengan mempergunakan teori sosiologi sastra dan membahas aspek
moral sebagai rumusan masalahnya, yaitu diantaranya:
1. Ginting (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Saat untuk Menaruh Dendam dan Saat untuk Menaburkan Cinta Karya Julius R. Siyaranamual:
Analisis Moral”. Novel ini membahas masalah-masalah moral dengan tema kawin paksa karena pergaulan bebas. Peristiwa secara umum berlatar
di seputar kota Jakarta dikisahkan secara kronologis dengan menggunakan alur maju. Nilai-nilai moral yang ingin diungkapkan oleh pengarang, secara garis besar adalah persoalan manusia dengan diri sendiri, manusia
dengan manusia lainnya dalam suatu lingkup sosial hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dalam skripsi ini, penulis menemukan adanya kesamaan permasalahan yang dikaji yaitu masalah nilai moral dalam ruang lingkup sosial, hanya objek kajian yang berbeda.
2. Rahmi (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Pesan Moral dan Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabrichara: Tinjauan
sekolahnya yang berjarak cukup jauh. Kehidupan sederhana tokoh Dahlan diangkat peneliti sebagai pesan moral dan motivasi kepada pembaca.
Skripsi ini sama-sama mengangkat moral sebagai pokok permasalahannya. Dalam skripsi ini, diangkat mengenai pesan moral
berupa petuah dan motivasi, sedangkan penulis mengangkat nilai moral berupa nilia moral kejujuran, kerendahan hati dan sebagainya. Skripsi ini membantu penulis dalam mendeskripsikan beberapa konsep moral.
3. Silvia (2013) dalam skripsinya yang berjudul ”Nilai-nilai Moral pada Novel Jermal Karya Yokie Adityo”. Dalam skripsi ini dikaji tentang
tokoh utama seorang anak bernama Jaya yang baik, pendiam, pemalu, pandai, pekerja keras,bertanggung jawab, dan sabar serta mau melakukan pekerjaanya di Jermal dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Jermal
merupakan tempat penjaringan ikan di tengah laut yang berlatar di perairan Sumatera. Kerasnya kehidupan di tengah laut serta lingkungan
yang keras membuat anak tersebut pernah dibuang oleh ayah kandungnya sendiri. Setelah mengetahui bahwa ayahnya pernah membuangnya, Jermal berusaha mencari ayahnya meskipun sang ayah tidak mau mengakuinya.
Pantang menyerah, kegigihan dalam bekerja dan mau memaafkan sang ayah yang pernah membuangnya, dan sebagainya menjadi nilai moral
yang diangkat dalam skripsi ini.
penelitian ini, penulis membahas nilai moral dari segi sosial, sedangkan skripsi ini membahas nilai moral tidak hanya nilai moral sosial, tetapi juga
mengkaji moral individual. Skripsi ini membantu penulis dalam mendeskripsikan konsep nilai moral.
4. Hidayah (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-nilai Moral dalam Novel Negeri Lima Menara karya A.Fuadi”. Dalam skripsi ini, peneliti menganalisis tentang nilai-nilai moral dari segi moral ketuhanan, moral
individu, dan moral sosial. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori sosiologi sastra sebagai alat memecahkan masalah penelitian.
Skripsi ini membahas nilai moral dalam tiga cakupan, yaitu nilai moral ketuhanan, nilai moral individual, dan nilai moral sosial. Perbedaannya, peneliti hanya mengkaji data nilai moral sosial saja. Skripsi ini
mengaitkan data nilai moral dengan prinsip kaidah dasar moral. Prinsip dasar kaidah moral tersebut juga penulis pergunakan dalam memecahkan