BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang
berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika Islam
dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami
perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh
orang-orang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang
empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada
pembenahan administrasi Negara.
Sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (570
-650 M), periode pertengahan (650 -1250 M), periode modern(1250
– 1800 M), dan periode post modern (1800 - sekarang) .
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sejarah peradaban islam ?
2. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman klasik
(masa Rasulullah SAW – Khulafaur Rasyidin )?
3. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman
pertengahan (masa Umayyah, Abbasiyah 1 dan Abbasiyah
4. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman
modern (masa Turki Usmani )?
5. Apa saja factor keruntuhan Turki – sekarang pada zaman post
modern?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami sejarah peradaban islam.
2. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada
zaman klasik.
3. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada
zaman pertengahan.
4. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada
zaman modern.
5. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam pada Masa Klasik (570 – 650 M)
Masa klasik dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika
nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Ada juga yang
mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa dimana hijrahnya
Rasulullah ke Madinah sampai Masa Khulafaur Rasyidin.
Nabi Muhammad diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga
utamanya. Oleh karena masyarakat jahiliyah sangat menyukai
dengan kesusastraan. Maka, al-Qur’an diturunkan dengan bahasa
sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu semua didasarkan
yaitu :
1. untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar
komunikatif)
2. untuk menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.
Dalam menyampaikan risalah Tuhan, Nabi Muhammad SAW
menemui gangguan dan rintangan yang keras. Rintangan itu dapat
berupa ancaman pembunuhan dari masyarakat kafir Quraisy. Oleh
Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya mencari suaka ke
Ethiopia. Pemimpin negeri Ethiopia Raja Negus menolak ekstradisi
para imigran islam yang dituntut oleh kaum Quraisy.
Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama berdakwah di
Mekkah, sampai kemudian ia melakukan perjanjian dengan
beberapa orang utusan dari masyarkat kota Yastrib, yang tidak
berapa lama kemudian mengantarkannya berhijrah ke Madinah. Di
tempat baru ini, beliau membangun masyarakat dan meneruskan
dakwahnya. Ia menyebut pernduduk asli dengan Anshor, sedangkan
penduduk yang bermigrasi disebut Muhajirin.
Selama 10 tahun Rasulullah SAW tinggal di Madinah hingga
akhirnya ia dan kaum muslimin berhasil mendapatkan kesempatan
menaklukan kota Mekkah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai
berhala.
Setelah wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para
khalifah. Mulai dari khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut
sebagai masa al-Khualafa’ al-Rashidun. Berikut ini adalah urutan
khalifah yang memimpin setelah Rasul wafat, yaitu :
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang
yang murtad dan golongan orang yang menolak membayar zakat.
Ia juga melanjutkan kebijakan Rasul SAW dengan mengirim pasukan
pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria, yang sebelumnya sampai
tertunda karena sakit keras yang menderanya, menjelang
kewafatannya. Ia juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam
satu mushaf yang berserakan pada pelepah kurma, batu tipis,
tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.
b. Umar bin Khattab (w. 644 M/23 H)
Pada masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri
Persia, Iraq, Palestina, Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi
membebaskan wilayah jajahan-jajahan tersebut dari jajahan
Romawi. Ia meninggal di usia 63 tahun akibat dibunuh oleh Abu
Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.
c. Usman bin Affan (w. 656 M/35 H)
Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam
satu bentuk bacaan yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga
berhasil memperluas wilayah islam ke Turki, Siprus, Afrika Utara,
Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan. Pasukan tangguh
tahun ketika membaca al-Qur’an, akibat ketidakpuasan rakyatnya
d. Ali bin Abi Thalib (w. 661 M/40 H)
Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai
kerusuhan dan kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat
menuntutnya untuk segera menghukum pembunuh Usman. Itu sulit
diwujudkan,karena kondisi negara yang tidak stabil. Ia hanya
menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut
yang berujung pada terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang
didukung Zubair dan Talhah dan perang Siffin pimpinan Mu’awiyah.
Dalam perang Siffin, Ali menerima arbitrasi yang menyebabkan
pasukannya terbelah menkadi dua. Satu menolak, sedang yang lain
menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut Khawarij yang
B. Islam pada Masa Pertengahan (650 – 1250 M)
Setelah pemerintahan yang dipimpin oleh para khalifah,
pemerintahan islam itu berganti menjadi Monarchy heredits
(kerajaan turun-temurun). Dinasti-dinastinya terdiri dari :
1. Dinasti Amawi (Bani Ummayah) 2. Dinasti Abbasiyah (Bani Abbasiyah)
Pada periode klasik dan Pertengahan (650-1250 M), Islam
mengalami dua fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan
puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah
kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang
sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai
Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India.
Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di
bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang
hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah,
Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti
Abu Hasan Asy’ari, Maturidi, Wasil ibn Atha’ Mu’tazili, Abu
al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. Di bidang ketasawwufan dikenal
Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi.
mengenal Kindi, Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn
al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi;
1. Pola Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
Aku tidak akan menggunakan pedang ketika cukup
mengunakan cambuk, dan tidak akan mengunakan cambuk jika
cukup dengan lisan. Sekiranya ada ikatan setipis rambut sekalipun
antara aku dan sahabatku, maka aku tidak akan membiarkannya
lepas. Saat mereka menariknya dengan keras, aku akan
melonggarkannya, dan ketika mereka mengendorkannya, aku akan
menariknya dengan keras. (Muawiyah ibn Abi Sufyan).
Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi
Sufyan. Ia cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang
negarawan yang mampu membangun peradaban besar melalui
politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah dinasti besar yang mampu
bertahan selama hampir satu abad. Dia lah pendiri Dinasti
Umayyah, seorang pemimpin yang paling berpengaruh pada abad
Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa
melebihi tokoh-tokoh muslim lainnya. Baginya, politik adalah
senjata maha dahsyat untuk mencapai ambisi kekuasaaanya. Ia
wujudkan seni berpolitiknya dengan membangun Dinasti Umayyah.
Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah
(41 H/661 M) berbeda dengan kepemimpinan masa-masa
sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada
masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis
dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara
para penguasa Bani Umayyah diangkat secara langsung oleh
penguasa sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi
Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun
temurun. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan,
diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara
terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai
ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan
setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh
Monarchi di Persia dan Binzantium. Dia memang tetap
menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interprestasi
menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang
di angkat oleh Allah.
Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak
dilakukan secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui
musyawarah, melainkan dengan cara-cara yang tidak baik dengan
mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali (41 H/661M)
akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan berkembangnya
corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan
perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah
dilakukan berdasarkan menunjuk langsung oleh khalifah
sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang
menjadi khalifah berikutnya.
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah.
Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa (661 M - 681 M), para
penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang akan
menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah
sendiri yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan
menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan
Al-Mukhiran bin Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan konflik
politik intern umat Islam seperti yang pernah terjadi pada
masa-masa sebelumnya.
Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah
telah meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin
umat Islam. Untuk mendapatkan pengesahan, para penguasa
Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para pemuka
agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at) dihadapan sang
khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini
bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran
permusyawaratan Islam yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.
Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada
masa pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain
misalnya masalah Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat,
dimana setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap
harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan
bin Abdul Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah
Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
2. Masa Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz
Umar ibn Abdul Aziz adalah putra saudara Sulayman, yaitu
Abdul Aziz. Umar pantas diberi gelar khalifah kelima khulafaur
rasyidin karena kesholihan dan kemulyaannya. Sebelum ia diangkat
menjadi khalifah Dinasti Umayyah kedelapan, ia seorang yang kaya
raya dan hidup dalam kemegahan. Ia suka berpoya-poya dan
menghambur-hamburkan uang. Namun setelah diangkat menjadi
khalifah, ia berubah total menjadi seorang raja yang sangat
sederhana, adil dan jujur. Karena kesholihannya, ia dianggap
sebagai seorang sufistik pada jamannya. Ia juga disebut sebagai
pembaharu islam abad kedua hijriyah.
Walaupun masa pemerintahnnya relatif singkat, yaitu sekitar
tiga tahunan, namun banyak perubahan yang ia lakukan.
Diantaranya, ia melakukan komunikasi politik dengan semua
kalangan, termasuk kaum Syiah sekalipun. Ini tidak dilakukan oleh
saudara-saudaranya sesama raja dinasti Umayyah. Ia banyak
menghidupkan tanah-tanah yang tidak produktif, membangun
juga melakukan reformasi sistem zakat dan sodaqoh, sehingga pada
jamannya tidak ada lagi kemiskinan.
Pada masa pemerintahnnya, tidak ada perluasan daerah yang
berarti. Menurutnya, ekspansi islam tidak harus dilakukan dengan
cara imprealisme militer, tapi dengan cara dakwah. Dia juga
memberi kebebasan kepada penganut agama lain sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan,kedudukan
mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Umar mangkat dari jabatannya pada tahun 101 H/719 M
dengan meninggalkan karakter pemerintahan yang adil dan
bijaksana terhadap semua golongan dan agama. Penerusnya nanti
justru berbanding terbalik dengan karakter kepemimpinannya.
3. Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali,
dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia
dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai
daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke
Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota
Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan
mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand.
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai
Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman
Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa
ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa
hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang
lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika
Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun
711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin
ziyad, pemimpin pasukan Islam,menyeberangi selat yang
memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di
suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian
Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol,
Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti
Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru
setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh
kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke
Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh
Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau,
Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan
di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur
kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau
yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman
Bani Umayyah.
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di
Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah
sangat luas. Daerah-daerah tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika
Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil,
Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62)
(2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan
perpecahan dan kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak
pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258
Masa disintregasi merupakan masa kemunduran ataupun masa
kemerosotan dalam sejarah peradaban dan perkembangan islam
bani Abbasiyah setelah mengalami masa kejayaan pada periode
pertama(132H/750M-232H/847M)
Sebenarnya masa disintregasi sudah terasa setelah masa bani
Abbasiyah periode pertama, namun baru benar benar terasa pada
tahun 1000-1250 M.
Adapun penyebab yang melatar belakangi masa ini adalah sebagai
berikut:
a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat
lemah, karena dibawah pengaruh kekuasaan lain.
b. Kecenderungan untuk hidup mewah melebihi pendahulunya
sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan
rakyat menjadi miskin.
c. Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan
pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil. d. Persaingan antar bangsa.
e. Masuknya unsur turki dalam pemerintahan yaitu sebagai
militer pemerintahan yang cenderung mementingkan
kepentingan sendiri dan berebut jabatan.
Dapat disimpulkan bahwa masa disintregasi adalah masa
Adapun faktor penyebab masa ini adalah:
a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat
lemah.
b. Kecenderungan untuk hidup mewah.
c. Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan
pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.
d. Persaingan antar bangsa dan masuknya unsur turki dalam
pemerintahan
A. Dinasti yang memerdekaakan diri dari Baghdad
Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad pada masa bani
Abbasiyah antara lain adalah sebagai berikut:
a. Dari bangsa Persia
• Thahiriyyah di Khurasan (205-259H/820-872 M)
• Shafariyyah di Fars (254-290H/868-901M)
• Samaniyyah di Transoxomania (261-389H/873-998M)
• Sajiyyah di Azerbaijan (266-318H/878-930M)
• Buwaihiyyah, menguasai Baghdad (320-117/923-1055 M)
• Thuluniyyah di Mesir (254-292H/837-903M)
• Ikhsyidiyyah di Turkistan (320-560 H/932-1163M)
• Ghaznawiyyah di Afganistan (351-585H/962-1189M)
c. Dari bangsa Kurdi
• Al Barzuqani (348-406H/959-1015M)
• Abu Ali (380-489H/990-1095M)
• Ayyubiyah (564-648H/1167-1250M)
d. Dari bangsa Arab
• Idrisiyyah di Maroko (172-375H/788-935M)
• Aghlabiyyah di Tunisia (184-289H/800-900M)
• Dulafiyyah di Khurdistan (210-285H/825-898M)
• Alawiyah di Tabaristan (250-316H/864-928M)
• Hamdaniyyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H/919-1002M)
• Mazyadiyyah di Hillah (403-545H/1011-1150M)
• Mirdasiyyah di Aleppo (414-472H/1023-1079M)
e. Dinasti yang mengaku khilafah
• Umawiyah di Spanyol
• Fathimiyah di Mesir
Latar belakang timbulnya dinasti dinasti kecil ini adalah:
a. Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara
komunikasi pusat dan daerah cenderung sulit dilakukan, bersamaan
dengan kurangnya kepercayaan penguasa terhadap pelaksana
pemerintahan.
b. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata dari luar,
terutama Turki. ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat
tinggi dan secara tidak langsung mengakibatkan kehancuran
struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri sehingga
banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
c. Keuangan negara yang sangat sulit sehingga tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Baghdad dikarenakan bayaran
d. Persaingan antar bangsa yang sama sama ingin menonjolkan
dirinya.
e. Perbedaan kepahaman antara Sunni dan Syiah.
Dapat disimpulkan dinasti yang memerdekakan diri diantaranya
adalah:
• Dinasti dari bangsa Persia (5 dinasti)
• Dinasti dari bangsa Turki (4 dinasti)
• Dinasti dari bangsa Kurdi (3 dinasti)
• Dinasti dari bangsa Arab (8 dinasti)
• Dinasti yang mengaku sebagai khilafah
Latar belakang timbulnya dinasti tersebut antara lain:
• Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah,.
• Adanya angkatan bersenjata dari luar, terutama turki.
ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan secara
tidak langsung mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan
sehingga banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.
• Persaingan antar bangsa.
• Perbedaan kepahaman antara sunni dan syiah.
3. Perebutan kekuasaan di pemerintahan abbasiyah
Pada masa khalifah al mu’tashim, beliau memberikan
kebijakan dengan menarik tentara turki untuk bekerja pada dinasti
Abbasiyah. Dikemudian hari para tentara itu menguasai istana dan
memerintah seenaknya sebagai Amir Al Umara. Hal ini berlanjut
sanpai khalifah Al Mustakfi bi Allah (944-946M) mengundang dan
meminta bantuan pada Ahmad Ibn Abu Shuza yang beraliran Syiah
dari dinasti Buwaih, kemudian Ahmad menyerang Baghdad (945 M)
dan berhasil mengusir tahta Turki. Hal ini menjadi peluang bagi
Ahmad untuk melemahkan kekuasaan khalifah. Dikemudian hari
kekhalifahan berpindah ke dinasti dinasti diantaranya dinasti
Buwaih (945-1055M) dan dinasti Saljuk (1055-1160M).
1. Dinasti Buwaih (945-1053M)
Didirikan oleh 3 bersaudara yaitu Ali, Hasan dan Ahmad pada tahun
945-1005 M. mereka adalah keturunan Abu Shuja Buya (Buwaih)
pesisir utara laut Kaspia yang beraliran Syiah, sementara bani
Abbas beraliran Sunni.
Adapun kebijakan yang diambil pada dinasti Buwaih adalah:
a. Memindahkan kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad
b. Muncul dan berkembangnya ilmuwan besar diantaranya:
Al Faraby(w. 950 M) Ibnu Sina(980-1037 M)
AL Farghani, Abd Al Rahman Al Shufi(w. 986 M)
Ibnu Maskawaih(w. 1030M)
Abu Al A’la Al Ma’arri(973-1057M)
Kelompok Ikhwan Al Shafa
c. Pembangunan kanal kanal, masjid, dan rumah sakit dsb
d. Kemajuan di bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan dan
industri terutama permadani.
Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama, sepeninggal 3
bersaudara tersebut terjadi perebutan kekuasaan diantara anak
anak mereka.
Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Buwaih:
1. Faktor internal
a. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani buwaih
b. Pertentangan dalam tubuh militer antara golongan dari Dailan
dan keturunan Turki.
a. Semakin gencarnya serangan Byzantium ke dunia islam
b. Semakin banyaknya dinasti dinasti kecil yang membebaskan
2. Dinasti Saljuk
Latar belakang munculya dinasti ini adalah perebutan
kekuasaan diantara Al Malik Al Rahim dari Bani Buwaih yang
dirampas oleh panglimanya Arsehan Al Basasiri. Dengan
kekuasaannya dia bertindak sewenang wenang terhadap Al Malik
dan Al Qaim dari bani Abbas, kemudian dia mengundang khalifah
dinasti Fathimiyah(Al Munthashir)untuk menguasai Baghdad. Hal ini
mendorong Al Malik untuk meminta bantuan Tughril Bek dari Dinasti
Saljuk untuk memasuki Baghdad dalam usaha untuk menggagalkan
rencana Arsehan.Al Malik dipenjarakan dan berakhirlah kekuasaan
bani Buwaih kemudian dimulailah kekuasaan bani Saljuk.
Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz
di Turkhistan.
Adapun kebijakan kebijakan yang diambil Tughril Bek:
1. Memusatkan pemerintahan di Naisabur dan Ray.
2. Melakukan penaklukan kembali dinasti yang memisahkan diri
dan mengakui kedudukan Baghdad.
4. Melakukan perbaikan pemerintahan, berupa mengembalikan
jabatan perdana menteri yang sebelumnya di hapus bani Buwaih.
5. Berkembangannya ilmu pengetahuan diantaranya:
• Berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M)
• Berdirinya Madrasah Hanafiyah di Baghdad
6. Adanya tokoh ilmuan diantaranya:
• Al Zamaksyan (tafsir, bahasa dan teologi)
• Al Qusyaini (Tafsir)
• Abu Hamid Al Ghazali (Teologi)
• Al Farid Al Diin Al Attar dan Umar Khayyam (Sastra)
7. Pembangunan masjid, jembatan, jalan raya dan irigasi
(khalifah malik syah)
8. Melakukan perluasan wilayah dari Kasygon sampai
Yerussalem.wilayah luas dibagi 5 bagian:
• Saljuk besar (429-522H/1037-1127M) menguasai Khurazan,
Ray, Jabal, Irak, Persia dan Aharas. Merupakan induk dari yang lain.
• Saljuk Kirman (433-583H/1040-1187M) di bawah kekuasaan
keluarga Qawurt Bek Ibn Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh
yang memerintah 12 orang
• Saljuk Iran dan Khurdistan (511-590/1117-1194M), pemimpin
pertamanya adalah Mughirst Al Din Mahmud. Saljuk ini berturut
turut diperintah oleh 9 syeikh
• Saljuk Syiria (487-511H/1094-1117M) diprintah oleh keluarga
Tutush Ibn Alp Arsehan Inb Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah
syeikh yang memerintah 5 orang
• Saljuk Ruum (470-700H/1077-1299M) diperintah oleh keluarga
Qutlumish Ibn Isrel Ibn Saljuk dengan jumlah syeikh yang
memerintah 17 orang.
Adapun kholifah sepeninggal Tughril Beik adalah sebagai berikut:
a. Alp Arsehan (455-465h/1063-1072m)
b. Maliksyah (465-485H/1072-1092M)
c. Mahmud (485 487H/1092-1092M)
d. Barkiyruq (487-498H/1094-1103M)
f. Abu Syuja’ Muhammad (498-511H/1103-1117M)
g. Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128M)
Setelah Sultan Malik Syah dan perdana menterinya Nizam Al Mulk
meninggal saljuk mengalami kemunduran dikarenakan perebutan
kekuasaan oleh keluarga, sehingga banyak dinasti yang
memisahkan diri darinya.
Dapat disimpulkan bahmwa perebutn kekuasaan di pust
pemerintahan bani Abbas sangat lemah sehingga dapat dengan
mudahnya dikuasai oleh dinasti dinasti, terutama Dinasti Buwaih
dan Saljuk yang sukup lama berkuasa.
4. Perang salib
Sebab sebab terjadinya perang salib adalah:
a. Kebencian dan keinginan balas dendam atas kekalahan dalam
peristiwa manzikart(464H/1071M) yaitu tentara Alp Arsehan
yang berkekuatan 15.000 prajurit dapat mengalahkan tentara
romawi sejumlah 200.000 prajurit.
b. Penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan terkait
dengan ziarah ke baitul maqdis yang dirasa terlalu
Dari sebab tersebut maka Paus Urbanus II berseru pada umat
kristen untuk melakukan perang suci atau yang bisa di sebut
perang salib yang terbagi menjadi 3 periode.
Perang salib membawa dampak yang cukup buruk bagi
perkembangan pengetahuan dalam islam. Buku buku yang
diterbitkan oleh orang islamsebagian besar dibawa orang orang
kristen untuk diterjemahkan(di adopsi) dan sebagian kecilnya
dibakar.
Dapat diambil kesimpulan bahwa perang salib adalah
perang suci antara kaum muslimin dan kaum kristen. Yang terbagi
dalam 3 periode:
• Periode Pertama(1095M)
• Periode Kedua(1144M)
• Periode Ketiga(1219M)
5. Sebab Sebab Kemunduran Bani Abbasiyah
a. Faktor internal kemunduran bani abbasiyah:
Khilafah abbasiyah didirikan oleh keluarga Abbas yang turut
digabungi oleh orang orang Persia yang pada mulanya dilatar
belakangi oleh persamaan derajat pada masa Bani Umayyah.
Setelah diproklamirkannya dinasti Abbasiyyah terjadi pertentangan
diantaranya:
a. bahwasanya orang Arab yang memiliki ras istimewa dan
menganggap non arab sebagai bangsa yang lemah, sedangkan
orang Persia menganggap dirinya adalah yang berhaak memegang
kekuasaan.
b. Adanya fanatisme kebangsaan karena perluasan wilayah
abbasiyah yang mencapai Maroko, Irak, Syiria, Persia, Turki, dan
India(Fanatisme Syu’ubiyyah)
c. Praktik perbudakan yang dilakukan bani Abbas terhadap
budak budak persia dan turki. Oleh karena merasa jumlah mereka
yang besar mereka mersasa bahwa negara adalah milik mereka.
d. Kecenderungan masing masing bangsa untuk mendominasi
kekuasaan.
2. Kemerosotan ekonomi
a. banyaknya wilayah yang memisahkan diri dan tidak
membayar upeti
b. banyaknya kerusuhan yang mengganngu perekonomin
masyarakat
c. diperingannya pajak
d. pengeluaran membengkak karena kehidupan khalifah yang
mewah dan maraknya korupsi.
3. konflik keagamaan
yaitu terjadinya pertentangan antara:
a. kaum muslim dan kaum zindiq yang juga menimbulkan
konflik bersenjata
b. antar aliran dalam islam, Mu’tazilah dan kaum Salaf dalam
hal bid’ah
faktor eksternal kemunduran bani abbasiyah:
a. serangan bangsa Mongol ke Baghdad
b. perang salib yang berlangsung beberapa periode yang
dapat disimpulkan faktor faktor yang menyebakan kemunduran
bani Abbasiyah adalah:
a. faktor internal
• persaingan antar bangsa
• kemerosotan ekonomi
• konflik keagamaan
b. faktor eksternal
• serangan tentara mongol
C. Islam pada Abad Modern (1250-1800 M)
Islam pada periode modern (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam
dua fase penting: (1) Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh
diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentimen
mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis
(antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah
yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa
pintu ijtihad telah tertutup. Sementara perhatian terhadap dunia
ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib
telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili
Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase
Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800). Keadaan perkembangan
Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali
walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya (klasik)
setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani
di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia.
Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama
bertahan adalah kerajaan Usmani.
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah
Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina
yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri
sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun
1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya
memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang
daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun
1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara.
Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih
dipandang sebagai Negara yang kuat terutama dalam bidang
militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang
pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan
budaya misalnya kebudayaan Persia, Bizantium dan arab,
pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah
sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan
di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama yang menjadi
hukum yang berlaku.
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa,
berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas
beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya
sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin
Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar
keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah
Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan
negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk
memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan
ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan
ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota
kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan
dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini
dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman
inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain
memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga
meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke
benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan
sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan
berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan
menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I,
pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja
Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir
kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara
pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).
Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga
merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia
Monatsir, dan Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan
ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan
dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki.
Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus.
Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap
pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan penyebab
terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun
dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan
berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat
ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid
bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur
Lenk pada tahun 1403 M.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap
penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan
Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah
Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana
buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras
menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu
kepada keadaan semula.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451
M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil
alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha
Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang
terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama
yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan
Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai
tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib.
Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu.
perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya
Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali
sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama
Sultan Muhammad Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan
kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau
Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat
menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha
membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat
menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.
Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah
dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi
perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.
Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat
perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk
2) Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa
Romawi.
3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk
dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota
Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng
Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad
Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk
menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya
dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya
kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M)
dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah
memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang
kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu
dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul.
Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut
Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan
Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh
beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20
orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki.
Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar
kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih
suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan
perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.
Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang
karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan
Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Lebih jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel dibawah ini :
8 Murad II (menjabat yang kedua kalinya) 1446
9 Muhammad II (menjabat ketiga kalinya) 1451
10 Bayazid II 1481
20 Murad IV 1623
40 Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah)
D. Islam pada Masa Post Modern (1800 – Sekarang)
A. RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
a) Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171
H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman
keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat
perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah
kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani
perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan
Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut
hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat
antara laut hitam dengan laut putih
b) Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan
menjadi :
a) Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system
pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan
meningkatnya kriminalitas.
b) Heterogenitas penduduk dan agama.
c) Kehidupan istimewa yang bermegahan.
d) Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang
pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
2. Faktor Eksternal
a) Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang
tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah
mereka bangkit untuk melawannya.
b) Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang
persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka
masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat
seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Periode modern ini dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat
Islam. Kekalahan demi kakalahan terutama ketika runtuhnya
bahwa dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi
yang takkan mungkin terlawan dengan mengandalkan kekuatan di
berbagai aspeknya yang berada dalam keadaan lemah ketika itu.
Dari sinilah muncul ide-ide pembaharuan yang bermaksud
merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki
kepercayaan diri dalam menghadapi ekspansi militer, politik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan peradaban sejarah Islam pada abad
pertengahan ini dilakukan melalui tiga jalan yang dilalui untuk
memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga jalan
tersebut adalah Jalan Barat , Jalan Tengah , Jalan Timur.
Perkembangan Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan
fase kemunduran. Keadaan perkembangan Islam secara
keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak
sebanding dengan masa sebelumnya setelah berkembangnya
kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki. Ada beberapa sektor
penting yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di
abad pertengahan. diantaranya bidang Politik, bidang Ekonomi
Sosial, bidang Kebudayaan, bidang Pendidikan.
B. Saran
6. Kita dapat meneladani sikap intelektual dan semangat
keislaman para Khalifah
8. Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan
Islam atau dijadikan pandangan hidup dalam kegiatan sehari –
hari
9. Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan