• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sejarah Peradaban Islam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sejarah Peradaban Islam (1)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam pertama kali muncul yang dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW sangat menarik dan santun sehingga banyak orang yang

berbondong-bondong masuk Islam (QS: 110: 2), ketika Islam

dipimpin para khalifah yang empat, islam mengalami

perluasan-perluasan wilayah, sehingga Islam tidak hanya dianut oleh

orang-orang arab dan sekitarnya. Sepeninggalnya para khalifah yang

empat Islam dipimpin dinasti umayah yang berfokus pada

pembenahan administrasi Negara.

Sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (570

-650 M), periode pertengahan (650 -1250 M), periode modern(1250

– 1800 M), dan periode post modern (1800 - sekarang) .

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sejarah peradaban islam ?

2. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman klasik

(masa Rasulullah SAW – Khulafaur Rasyidin )?

3. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman

pertengahan (masa Umayyah, Abbasiyah 1 dan Abbasiyah

(2)

4. Bagaimanakah perkembangan ajaran islam pada zaman

modern (masa Turki Usmani )?

5. Apa saja factor keruntuhan Turki – sekarang pada zaman post

modern?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami sejarah peradaban islam.

2. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada

zaman klasik.

3. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada

zaman pertengahan.

4. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada

zaman modern.

5. Untuk memahami perkembangan ajaran islam pada

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam pada Masa Klasik (570 – 650 M)

Masa klasik dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika

nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Ada juga yang

mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa dimana hijrahnya

Rasulullah ke Madinah sampai Masa Khulafaur Rasyidin.

Nabi Muhammad diutus dengan al-Qur’an sebagai penyangga

utamanya. Oleh karena masyarakat jahiliyah sangat menyukai

dengan kesusastraan. Maka, al-Qur’an diturunkan dengan bahasa

sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu semua didasarkan

yaitu :

1. untuk menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar

komunikatif)

2. untuk menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.

Dalam menyampaikan risalah Tuhan, Nabi Muhammad SAW

menemui gangguan dan rintangan yang keras. Rintangan itu dapat

berupa ancaman pembunuhan dari masyarakat kafir Quraisy. Oleh

(4)

Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya mencari suaka ke

Ethiopia. Pemimpin negeri Ethiopia Raja Negus menolak ekstradisi

para imigran islam yang dituntut oleh kaum Quraisy.

Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama berdakwah di

Mekkah, sampai kemudian ia melakukan perjanjian dengan

beberapa orang utusan dari masyarkat kota Yastrib, yang tidak

berapa lama kemudian mengantarkannya berhijrah ke Madinah. Di

tempat baru ini, beliau membangun masyarakat dan meneruskan

dakwahnya. Ia menyebut pernduduk asli dengan Anshor, sedangkan

penduduk yang bermigrasi disebut Muhajirin.

Selama 10 tahun Rasulullah SAW tinggal di Madinah hingga

akhirnya ia dan kaum muslimin berhasil mendapatkan kesempatan

menaklukan kota Mekkah dan membebaskan Ka’bah dari berbagai

berhala.

Setelah wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para

khalifah. Mulai dari khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut

sebagai masa al-Khualafa’ al-Rashidun. Berikut ini adalah urutan

khalifah yang memimpin setelah Rasul wafat, yaitu :

(5)

Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang

yang murtad dan golongan orang yang menolak membayar zakat.

Ia juga melanjutkan kebijakan Rasul SAW dengan mengirim pasukan

pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria, yang sebelumnya sampai

tertunda karena sakit keras yang menderanya, menjelang

kewafatannya. Ia juga berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam

satu mushaf yang berserakan pada pelepah kurma, batu tipis,

tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.

b. Umar bin Khattab (w. 644 M/23 H)

Pada masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri

Persia, Iraq, Palestina, Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi

membebaskan wilayah jajahan-jajahan tersebut dari jajahan

Romawi. Ia meninggal di usia 63 tahun akibat dibunuh oleh Abu

Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.

c. Usman bin Affan (w. 656 M/35 H)

Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam

satu bentuk bacaan yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga

berhasil memperluas wilayah islam ke Turki, Siprus, Afrika Utara,

Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan. Pasukan tangguh

(6)

tahun ketika membaca al-Qur’an, akibat ketidakpuasan rakyatnya

(7)

d. Ali bin Abi Thalib (w. 661 M/40 H)

Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai

kerusuhan dan kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat

menuntutnya untuk segera menghukum pembunuh Usman. Itu sulit

diwujudkan,karena kondisi negara yang tidak stabil. Ia hanya

menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut

yang berujung pada terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang

didukung Zubair dan Talhah dan perang Siffin pimpinan Mu’awiyah.

Dalam perang Siffin, Ali menerima arbitrasi yang menyebabkan

pasukannya terbelah menkadi dua. Satu menolak, sedang yang lain

menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut Khawarij yang

(8)

B. Islam pada Masa Pertengahan (650 – 1250 M)

Setelah pemerintahan yang dipimpin oleh para khalifah,

pemerintahan islam itu berganti menjadi Monarchy heredits

(kerajaan turun-temurun). Dinasti-dinastinya terdiri dari :

1. Dinasti Amawi (Bani Ummayah) 2. Dinasti Abbasiyah (Bani Abbasiyah)

Pada periode klasik dan Pertengahan (650-1250 M), Islam

mengalami dua fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan

puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah

kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang

sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai

Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India.

Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di

bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang

hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah,

Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti

Abu Hasan Asy’ari, Maturidi, Wasil ibn Atha’ Mu’tazili, Abu

al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. Di bidang ketasawwufan dikenal

Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi.

(9)

mengenal Kindi, Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn

al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi;

1. Pola Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah

Aku tidak akan menggunakan pedang ketika cukup

mengunakan cambuk, dan tidak akan mengunakan cambuk jika

cukup dengan lisan. Sekiranya ada ikatan setipis rambut sekalipun

antara aku dan sahabatku, maka aku tidak akan membiarkannya

lepas. Saat mereka menariknya dengan keras, aku akan

melonggarkannya, dan ketika mereka mengendorkannya, aku akan

menariknya dengan keras. (Muawiyah ibn Abi Sufyan).

Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi

Sufyan. Ia cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang

negarawan yang mampu membangun peradaban besar melalui

politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah dinasti besar yang mampu

bertahan selama hampir satu abad. Dia lah pendiri Dinasti

Umayyah, seorang pemimpin yang paling berpengaruh pada abad

(10)

Di tangannya, seni berpolitik mengalami kemajuan luar biasa

melebihi tokoh-tokoh muslim lainnya. Baginya, politik adalah

senjata maha dahsyat untuk mencapai ambisi kekuasaaanya. Ia

wujudkan seni berpolitiknya dengan membangun Dinasti Umayyah.

Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah

(41 H/661 M) berbeda dengan kepemimpinan masa-masa

sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada

masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis

dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara

para penguasa Bani Umayyah diangkat secara langsung oleh

penguasa sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi

Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun

temurun. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan,

diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara

terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai

ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan

setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh

Monarchi di Persia dan Binzantium. Dia memang tetap

menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interprestasi

(11)

menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “Penguasa” yang

di angkat oleh Allah.

Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak

dilakukan secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui

musyawarah, melainkan dengan cara-cara yang tidak baik dengan

mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali (41 H/661M)

akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan berkembangnya

corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan

perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah

dilakukan berdasarkan menunjuk langsung oleh khalifah

sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang

menjadi khalifah berikutnya.

Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah

Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah.

Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa (661 M - 681 M), para

penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang akan

menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah

sendiri yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan

menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan

(12)

Al-Mukhiran bin Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan konflik

politik intern umat Islam seperti yang pernah terjadi pada

masa-masa sebelumnya.

Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah

telah meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin

umat Islam. Untuk mendapatkan pengesahan, para penguasa

Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para pemuka

agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at) dihadapan sang

khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini

bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran

permusyawaratan Islam yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.

Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada

masa pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain

misalnya masalah Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur

Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat,

dimana setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap

harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi

Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan

(13)

bin Abdul Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah

Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:

1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)

2. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)

3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)

4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)

5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)

6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)

7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)

9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)

10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)

11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)

12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)

13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)

(14)

2. Masa Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz

Umar ibn Abdul Aziz adalah putra saudara Sulayman, yaitu

Abdul Aziz. Umar pantas diberi gelar khalifah kelima khulafaur

rasyidin karena kesholihan dan kemulyaannya. Sebelum ia diangkat

menjadi khalifah Dinasti Umayyah kedelapan, ia seorang yang kaya

raya dan hidup dalam kemegahan. Ia suka berpoya-poya dan

menghambur-hamburkan uang. Namun setelah diangkat menjadi

khalifah, ia berubah total menjadi seorang raja yang sangat

sederhana, adil dan jujur. Karena kesholihannya, ia dianggap

sebagai seorang sufistik pada jamannya. Ia juga disebut sebagai

pembaharu islam abad kedua hijriyah.

Walaupun masa pemerintahnnya relatif singkat, yaitu sekitar

tiga tahunan, namun banyak perubahan yang ia lakukan.

Diantaranya, ia melakukan komunikasi politik dengan semua

kalangan, termasuk kaum Syiah sekalipun. Ini tidak dilakukan oleh

saudara-saudaranya sesama raja dinasti Umayyah. Ia banyak

menghidupkan tanah-tanah yang tidak produktif, membangun

(15)

juga melakukan reformasi sistem zakat dan sodaqoh, sehingga pada

jamannya tidak ada lagi kemiskinan.

Pada masa pemerintahnnya, tidak ada perluasan daerah yang

berarti. Menurutnya, ekspansi islam tidak harus dilakukan dengan

cara imprealisme militer, tapi dengan cara dakwah. Dia juga

memberi kebebasan kepada penganut agama lain sesuai dengan

keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan,kedudukan

mawali disejajarkan dengan muslim Arab.

Umar mangkat dari jabatannya pada tahun 101 H/719 M

dengan meninggalkan karakter pemerintahan yang adil dan

bijaksana terhadap semua golongan dan agama. Penerusnya nanti

justru berbanding terbalik dengan karakter kepemimpinannya.

3. Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah

Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali,

dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia

dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai

daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke

Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota

Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan

(16)

mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil

menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand.

Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai

Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman

Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa

ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa

hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang

lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika

Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun

711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin

ziyad, pemimpin pasukan Islam,menyeberangi selat yang

memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di

suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal

Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian

Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol,

Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti

Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru

setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh

kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari

(17)

penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke

Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh

Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau,

Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan

di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur

kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau

yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman

Bani Umayyah.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di

Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah

sangat luas. Daerah-daerah tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika

Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil,

Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,

Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62)

(2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan

perpecahan dan kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak

pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258

(18)

Masa disintregasi merupakan masa kemunduran ataupun masa

kemerosotan dalam sejarah peradaban dan perkembangan islam

bani Abbasiyah setelah mengalami masa kejayaan pada periode

pertama(132H/750M-232H/847M)

Sebenarnya masa disintregasi sudah terasa setelah masa bani

Abbasiyah periode pertama, namun baru benar benar terasa pada

tahun 1000-1250 M.

Adapun penyebab yang melatar belakangi masa ini adalah sebagai

berikut:

a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat

lemah, karena dibawah pengaruh kekuasaan lain.

b. Kecenderungan untuk hidup mewah melebihi pendahulunya

sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan

rakyat menjadi miskin.

c. Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan

pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil. d. Persaingan antar bangsa.

e. Masuknya unsur turki dalam pemerintahan yaitu sebagai

militer pemerintahan yang cenderung mementingkan

kepentingan sendiri dan berebut jabatan.

Dapat disimpulkan bahwa masa disintregasi adalah masa

(19)

Adapun faktor penyebab masa ini adalah:

a. Setelah periode pertama, khalifah sepeninggalnya sangat

lemah.

b. Kecenderungan untuk hidup mewah.

c. Banyaknya daerah yang memerdekakan diri dari kekuasaan

pusat dan mendirikan dinasti dinasti kecil.

d. Persaingan antar bangsa dan masuknya unsur turki dalam

pemerintahan

A. Dinasti yang memerdekaakan diri dari Baghdad

Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad pada masa bani

Abbasiyah antara lain adalah sebagai berikut:

a. Dari bangsa Persia

• Thahiriyyah di Khurasan (205-259H/820-872 M)

• Shafariyyah di Fars (254-290H/868-901M)

• Samaniyyah di Transoxomania (261-389H/873-998M)

• Sajiyyah di Azerbaijan (266-318H/878-930M)

• Buwaihiyyah, menguasai Baghdad (320-117/923-1055 M)

(20)

• Thuluniyyah di Mesir (254-292H/837-903M)

• Ikhsyidiyyah di Turkistan (320-560 H/932-1163M)

• Ghaznawiyyah di Afganistan (351-585H/962-1189M)

c. Dari bangsa Kurdi

• Al Barzuqani (348-406H/959-1015M)

• Abu Ali (380-489H/990-1095M)

• Ayyubiyah (564-648H/1167-1250M)

d. Dari bangsa Arab

• Idrisiyyah di Maroko (172-375H/788-935M)

• Aghlabiyyah di Tunisia (184-289H/800-900M)

• Dulafiyyah di Khurdistan (210-285H/825-898M)

• Alawiyah di Tabaristan (250-316H/864-928M)

• Hamdaniyyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H/919-1002M)

• Mazyadiyyah di Hillah (403-545H/1011-1150M)

(21)

• Mirdasiyyah di Aleppo (414-472H/1023-1079M)

e. Dinasti yang mengaku khilafah

• Umawiyah di Spanyol

• Fathimiyah di Mesir

Latar belakang timbulnya dinasti dinasti kecil ini adalah:

a. Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara

komunikasi pusat dan daerah cenderung sulit dilakukan, bersamaan

dengan kurangnya kepercayaan penguasa terhadap pelaksana

pemerintahan.

b. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata dari luar,

terutama Turki. ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat

tinggi dan secara tidak langsung mengakibatkan kehancuran

struktur kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri sehingga

banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.

c. Keuangan negara yang sangat sulit sehingga tidak sanggup

memaksa pengiriman pajak ke Baghdad dikarenakan bayaran

(22)

d. Persaingan antar bangsa yang sama sama ingin menonjolkan

dirinya.

e. Perbedaan kepahaman antara Sunni dan Syiah.

Dapat disimpulkan dinasti yang memerdekakan diri diantaranya

adalah:

• Dinasti dari bangsa Persia (5 dinasti)

• Dinasti dari bangsa Turki (4 dinasti)

• Dinasti dari bangsa Kurdi (3 dinasti)

• Dinasti dari bangsa Arab (8 dinasti)

• Dinasti yang mengaku sebagai khilafah

Latar belakang timbulnya dinasti tersebut antara lain:

• Luas wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah,.

• Adanya angkatan bersenjata dari luar, terutama turki.

ketergantungan kholifah terhadap mereka sangat tinggi dan secara

tidak langsung mengakibatkan kehancuran struktur kekuasaan

sehingga banyak penguasa yang ingin melakukan otonomi.

(23)

• Persaingan antar bangsa.

• Perbedaan kepahaman antara sunni dan syiah.

3. Perebutan kekuasaan di pemerintahan abbasiyah

Pada masa khalifah al mu’tashim, beliau memberikan

kebijakan dengan menarik tentara turki untuk bekerja pada dinasti

Abbasiyah. Dikemudian hari para tentara itu menguasai istana dan

memerintah seenaknya sebagai Amir Al Umara. Hal ini berlanjut

sanpai khalifah Al Mustakfi bi Allah (944-946M) mengundang dan

meminta bantuan pada Ahmad Ibn Abu Shuza yang beraliran Syiah

dari dinasti Buwaih, kemudian Ahmad menyerang Baghdad (945 M)

dan berhasil mengusir tahta Turki. Hal ini menjadi peluang bagi

Ahmad untuk melemahkan kekuasaan khalifah. Dikemudian hari

kekhalifahan berpindah ke dinasti dinasti diantaranya dinasti

Buwaih (945-1055M) dan dinasti Saljuk (1055-1160M).

1. Dinasti Buwaih (945-1053M)

Didirikan oleh 3 bersaudara yaitu Ali, Hasan dan Ahmad pada tahun

945-1005 M. mereka adalah keturunan Abu Shuja Buya (Buwaih)

(24)

pesisir utara laut Kaspia yang beraliran Syiah, sementara bani

Abbas beraliran Sunni.

Adapun kebijakan yang diambil pada dinasti Buwaih adalah:

a. Memindahkan kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad

b. Muncul dan berkembangnya ilmuwan besar diantaranya:

 Al Faraby(w. 950 M)  Ibnu Sina(980-1037 M)

 AL Farghani, Abd Al Rahman Al Shufi(w. 986 M)

 Ibnu Maskawaih(w. 1030M)

 Abu Al A’la Al Ma’arri(973-1057M)

 Kelompok Ikhwan Al Shafa

c. Pembangunan kanal kanal, masjid, dan rumah sakit dsb

d. Kemajuan di bidang ekonomi, pertanian dan perdagangan dan

industri terutama permadani.

Kekuasaan Bani Buwaih tidak bertahan lama, sepeninggal 3

bersaudara tersebut terjadi perebutan kekuasaan diantara anak

anak mereka.

Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Buwaih:

1. Faktor internal

a. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan bani buwaih

b. Pertentangan dalam tubuh militer antara golongan dari Dailan

dan keturunan Turki.

(25)

a. Semakin gencarnya serangan Byzantium ke dunia islam

b. Semakin banyaknya dinasti dinasti kecil yang membebaskan

(26)

2. Dinasti Saljuk

Latar belakang munculya dinasti ini adalah perebutan

kekuasaan diantara Al Malik Al Rahim dari Bani Buwaih yang

dirampas oleh panglimanya Arsehan Al Basasiri. Dengan

kekuasaannya dia bertindak sewenang wenang terhadap Al Malik

dan Al Qaim dari bani Abbas, kemudian dia mengundang khalifah

dinasti Fathimiyah(Al Munthashir)untuk menguasai Baghdad. Hal ini

mendorong Al Malik untuk meminta bantuan Tughril Bek dari Dinasti

Saljuk untuk memasuki Baghdad dalam usaha untuk menggagalkan

rencana Arsehan.Al Malik dipenjarakan dan berakhirlah kekuasaan

bani Buwaih kemudian dimulailah kekuasaan bani Saljuk.

Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz

di Turkhistan.

Adapun kebijakan kebijakan yang diambil Tughril Bek:

1. Memusatkan pemerintahan di Naisabur dan Ray.

2. Melakukan penaklukan kembali dinasti yang memisahkan diri

dan mengakui kedudukan Baghdad.

(27)

4. Melakukan perbaikan pemerintahan, berupa mengembalikan

jabatan perdana menteri yang sebelumnya di hapus bani Buwaih.

5. Berkembangannya ilmu pengetahuan diantaranya:

• Berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M)

• Berdirinya Madrasah Hanafiyah di Baghdad

6. Adanya tokoh ilmuan diantaranya:

• Al Zamaksyan (tafsir, bahasa dan teologi)

• Al Qusyaini (Tafsir)

• Abu Hamid Al Ghazali (Teologi)

• Al Farid Al Diin Al Attar dan Umar Khayyam (Sastra)

7. Pembangunan masjid, jembatan, jalan raya dan irigasi

(khalifah malik syah)

8. Melakukan perluasan wilayah dari Kasygon sampai

Yerussalem.wilayah luas dibagi 5 bagian:

• Saljuk besar (429-522H/1037-1127M) menguasai Khurazan,

Ray, Jabal, Irak, Persia dan Aharas. Merupakan induk dari yang lain.

(28)

• Saljuk Kirman (433-583H/1040-1187M) di bawah kekuasaan

keluarga Qawurt Bek Ibn Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah syeikh

yang memerintah 12 orang

• Saljuk Iran dan Khurdistan (511-590/1117-1194M), pemimpin

pertamanya adalah Mughirst Al Din Mahmud. Saljuk ini berturut

turut diperintah oleh 9 syeikh

• Saljuk Syiria (487-511H/1094-1117M) diprintah oleh keluarga

Tutush Ibn Alp Arsehan Inb Dawud Ibn Mikail Ibn Saljuk. Jumlah

syeikh yang memerintah 5 orang

• Saljuk Ruum (470-700H/1077-1299M) diperintah oleh keluarga

Qutlumish Ibn Isrel Ibn Saljuk dengan jumlah syeikh yang

memerintah 17 orang.

Adapun kholifah sepeninggal Tughril Beik adalah sebagai berikut:

a. Alp Arsehan (455-465h/1063-1072m)

b. Maliksyah (465-485H/1072-1092M)

c. Mahmud (485 487H/1092-1092M)

d. Barkiyruq (487-498H/1094-1103M)

(29)

f. Abu Syuja’ Muhammad (498-511H/1103-1117M)

g. Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128M)

Setelah Sultan Malik Syah dan perdana menterinya Nizam Al Mulk

meninggal saljuk mengalami kemunduran dikarenakan perebutan

kekuasaan oleh keluarga, sehingga banyak dinasti yang

memisahkan diri darinya.

Dapat disimpulkan bahmwa perebutn kekuasaan di pust

pemerintahan bani Abbas sangat lemah sehingga dapat dengan

mudahnya dikuasai oleh dinasti dinasti, terutama Dinasti Buwaih

dan Saljuk yang sukup lama berkuasa.

4. Perang salib

Sebab sebab terjadinya perang salib adalah:

a. Kebencian dan keinginan balas dendam atas kekalahan dalam

peristiwa manzikart(464H/1071M) yaitu tentara Alp Arsehan

yang berkekuatan 15.000 prajurit dapat mengalahkan tentara

romawi sejumlah 200.000 prajurit.

b. Penguasa saljuk menetapkan beberapa peraturan terkait

dengan ziarah ke baitul maqdis yang dirasa terlalu

(30)

Dari sebab tersebut maka Paus Urbanus II berseru pada umat

kristen untuk melakukan perang suci atau yang bisa di sebut

perang salib yang terbagi menjadi 3 periode.

Perang salib membawa dampak yang cukup buruk bagi

perkembangan pengetahuan dalam islam. Buku buku yang

diterbitkan oleh orang islamsebagian besar dibawa orang orang

kristen untuk diterjemahkan(di adopsi) dan sebagian kecilnya

dibakar.

Dapat diambil kesimpulan bahwa perang salib adalah

perang suci antara kaum muslimin dan kaum kristen. Yang terbagi

dalam 3 periode:

• Periode Pertama(1095M)

• Periode Kedua(1144M)

• Periode Ketiga(1219M)

5. Sebab Sebab Kemunduran Bani Abbasiyah

a. Faktor internal kemunduran bani abbasiyah:

(31)

Khilafah abbasiyah didirikan oleh keluarga Abbas yang turut

digabungi oleh orang orang Persia yang pada mulanya dilatar

belakangi oleh persamaan derajat pada masa Bani Umayyah.

Setelah diproklamirkannya dinasti Abbasiyyah terjadi pertentangan

diantaranya:

a. bahwasanya orang Arab yang memiliki ras istimewa dan

menganggap non arab sebagai bangsa yang lemah, sedangkan

orang Persia menganggap dirinya adalah yang berhaak memegang

kekuasaan.

b. Adanya fanatisme kebangsaan karena perluasan wilayah

abbasiyah yang mencapai Maroko, Irak, Syiria, Persia, Turki, dan

India(Fanatisme Syu’ubiyyah)

c. Praktik perbudakan yang dilakukan bani Abbas terhadap

budak budak persia dan turki. Oleh karena merasa jumlah mereka

yang besar mereka mersasa bahwa negara adalah milik mereka.

d. Kecenderungan masing masing bangsa untuk mendominasi

kekuasaan.

2. Kemerosotan ekonomi

(32)

a. banyaknya wilayah yang memisahkan diri dan tidak

membayar upeti

b. banyaknya kerusuhan yang mengganngu perekonomin

masyarakat

c. diperingannya pajak

d. pengeluaran membengkak karena kehidupan khalifah yang

mewah dan maraknya korupsi.

3. konflik keagamaan

yaitu terjadinya pertentangan antara:

a. kaum muslim dan kaum zindiq yang juga menimbulkan

konflik bersenjata

b. antar aliran dalam islam, Mu’tazilah dan kaum Salaf dalam

hal bid’ah

faktor eksternal kemunduran bani abbasiyah:

a. serangan bangsa Mongol ke Baghdad

b. perang salib yang berlangsung beberapa periode yang

(33)

dapat disimpulkan faktor faktor yang menyebakan kemunduran

bani Abbasiyah adalah:

a. faktor internal

• persaingan antar bangsa

• kemerosotan ekonomi

• konflik keagamaan

b. faktor eksternal

• serangan tentara mongol

(34)

C. Islam pada Abad Modern (1250-1800 M)

Islam pada periode modern (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam

dua fase penting: (1) Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh

diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentimen

mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis

(antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah

yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa

pintu ijtihad telah tertutup. Sementara perhatian terhadap dunia

ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib

telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili

Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase

Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800). Keadaan perkembangan

Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali

walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya (klasik)

setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani

di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia.

Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama

bertahan adalah kerajaan Usmani.

(35)

Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah

Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina

yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri

sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun

1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya

memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang

daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun

1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara.

Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih

dipandang sebagai Negara yang kuat terutama dalam bidang

militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang

pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan

budaya misalnya kebudayaan Persia, Bizantium dan arab,

pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah

sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan

di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama yang menjadi

hukum yang berlaku.

Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa,

(36)

berganti, namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas

beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:

1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)

Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya

sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin

Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar

keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah

Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan

negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk

memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:

1) Masuk Islam

2) Membayar Jizyah; atau

3) Berperang

2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)

Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan

ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan

ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota

kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan

(37)

dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini

dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman

inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.

3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)

Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain

memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga

meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke

benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan

sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan

berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan

menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh

wilayah bagian utara Yunani.

Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I,

pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja

Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir

kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara

pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).

Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga

(38)

merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia

Monatsir, dan Saloniki.

4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)

Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan

ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan

dan Mutasya di Asia Kecil dan negeri bekas kekuasaan Bani Saluki.

Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus.

Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap

pasukan Bayazid, dan perangan ini yang merupakan penyebab

terjadinya Perang Salib.

Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun

dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan

berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat

ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid

bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur

Lenk pada tahun 1403 M.

5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421

(39)

Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap

penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan

Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah

Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana

buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid

dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras

menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu

kepada keadaan semula.

6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451

M)

Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil

alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha

Muhammad I. yaitu untuk menguasai kembali daerah-daerah yang

terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama

yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan

Hongaria.

Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai

tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib.

Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu.

(40)

perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya

Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali

sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama

Sultan Muhammad Al-Fatih.

7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)

Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan

kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau

Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat

menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha

membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat

menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium.

Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah

dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.

Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi

perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.

Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:

1) Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat

perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk

(41)

2) Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa

Romawi.

3) Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk

dijadikan pusat kerajaan.

Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota

Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir

Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.

Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng

Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad

Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk

menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya

dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya

kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M)

dan Kaisar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah

memasuki Konstantinopel terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang

kemudian dijadikan Masjid bagi umat Islam.

Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu

dijadikan sebagai ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul.

Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut

(42)

Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan

Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh

beberapa Sultan, yaitu:

1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)

2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)

3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)

4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)

5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20

orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki.

Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar

kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih

suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan

perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat

diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.

Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang

karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya

(43)

1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan

Maret 1877 M.

2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.

3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.

4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.

Lebih jelasnya kekhalifahan dinasti kerajaan Turki Utsmani sebagaimana tabel dibawah ini :

8 Murad II (menjabat yang kedua kalinya) 1446

9 Muhammad II (menjabat ketiga kalinya) 1451

10 Bayazid II 1481

(44)

20 Murad IV 1623

40 Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah)

(45)

D. Islam pada Masa Post Modern (1800 – Sekarang)

A. RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI

a) Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171

H/1566-1757 M)

Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai

permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman

keemasannya. Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat

perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah

kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.

Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani

perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan

Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut

hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat

antara laut hitam dengan laut putih

b) Faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani dikategorikan

menjadi :

(46)

a) Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system

pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan

meningkatnya kriminalitas.

b) Heterogenitas penduduk dan agama.

c) Kehidupan istimewa yang bermegahan.

d) Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang

pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.

2. Faktor Eksternal

a) Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang

tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari

kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah

mereka bangkit untuk melawannya.

b) Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang

persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka

masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat

seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.

Periode modern ini dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat

Islam. Kekalahan demi kakalahan terutama ketika runtuhnya

(47)

bahwa dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi

yang takkan mungkin terlawan dengan mengandalkan kekuatan di

berbagai aspeknya yang berada dalam keadaan lemah ketika itu.

Dari sinilah muncul ide-ide pembaharuan yang bermaksud

merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki

kepercayaan diri dalam menghadapi ekspansi militer, politik

(48)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan peradaban sejarah Islam pada abad

pertengahan ini dilakukan melalui tiga jalan yang dilalui untuk

memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga jalan

tersebut adalah Jalan Barat , Jalan Tengah , Jalan Timur.

Perkembangan Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan

fase kemunduran. Keadaan perkembangan Islam secara

keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak

sebanding dengan masa sebelumnya setelah berkembangnya

kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki. Ada beberapa sektor

penting yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di

abad pertengahan. diantaranya bidang Politik, bidang Ekonomi

Sosial, bidang Kebudayaan, bidang Pendidikan.

B. Saran

6. Kita dapat meneladani sikap intelektual dan semangat

keislaman para Khalifah

(49)

8. Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan

Islam atau dijadikan pandangan hidup dalam kegiatan sehari –

hari

9. Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan

Referensi

Dokumen terkait

mengalami suatu permainan harga atau tidak, kemudian jaminan bahwa kata–kata yang tercantum dalam label kemasan sesuai dengan senyatanya serta jamianan terhadap keselamatan dan

DAFTAR MATA KULIAH YANG DITAWARKAN PADA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA SEMESTER GASAL

LEGO MINDSTORM NXT merupakan sebuah robot kit yang dapat diprogram dengan berbagai bahasa pemrograman seperti C dan Java setelah terlebih dahulu mengganti firmware lego

Setelah proses pembelajaran yang dianggap tepat itu dilaksanakan, maka perlu untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam bahasa Jepang sebelum dan

Naive Bayes Clasifier dapat digunakan untuk model sistem klasifikasi sentimen pendapat masyarakat di twitter terhadap bakal calon gubernur Jawa Barat 2018 dengan rata-rata akurasi

Abstrak: Analisis Budaya Organisasi Dan Asimetri Informasi dalam Senjang- an Anggaran. Penelitian ini bertujuan 1) menguji pengaruh partisipasi ang- garan terhadap senjangan

Praktikan memperoleh pengalaman secara langsung dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah untuk menggali kemampuan bersosialisasi praktikan dan mengenal dunia pendidikan

Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.. Pengantar