B Baabb44
Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah
kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Pada prinsipnya perencanaan ini merupakan kegiatan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia pada ruang yang bersangkutan dengan sifat yang
dinamis. Namun demikian, penyesuaian dengan dinamika perubahan pemanfaatan ruang tidak
selalu mengarah pada maksimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang ada, oleh karena kebutuhan
ruang sejalan dengan perkembangan kegiatan budidaya akan selalu meningkat, sedang
keberadaan dan ketersediaan ruang bersifat terbatas.
Dalam menyeimbangkan kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) lahan agar
mendekati kondisi optimal, pendekatan yang dilakukan dalam perencanaan pemanfaatan ruang
adalah pendekatan komprehensif yang memadukan pendekatan sektoral dan pendekatan ruang.
Dalam hal ini perencanaan ruang merupakan upaya untuk memadukan dan menyerasikan
kegiatan antar sektor agar dapat saling menunjang serta untuk mengatasi konflik berbagai
kepentingan dalam pemanfaatan ruang.
Pola pemanfaatan dan arah pengembangan ruang Kabupaten Humbang Hasundutan
merupakan arahan bagi penggunaan ruang di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang
didasari pada prinsip pemanfaatan sumberdaya alam berasaskan kelestarian lingkungan menuju
pembangunan yang berkelanjutan. Arahan ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan
perkembangan antar bagian wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang lebih berimbang
secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya. Prinsip dasar perencanaan
pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana
ditetapkan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007.
Rencana pola ruang Kabupaten Humbang Hasundutan mengacu kepada usulan
peninjauan kembali kawasan hutan dan register dengan mendudukkan rencana pola ruang pada
penunjukan kawasan hutan (SK.44/Menhut-II/2005).
Sesuai dengan Inpres Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menekankan
tentang penerapan Holding Zone dalam upaya percepatan penyelesaian penyusunan Peraturan Daerah tentang RTRW, gambaran proyeksi tumpang tindih(overlay) peruntukan kawasan hutan antara Kawasan Hutan berdasarkan SK.44/Menhut-II/2005 dengan Usulan Peninjauan Kembali
serta Hasil Rekomendasi Revisi SK.44/Menhut-II/2005 oleh Tim Terpadu dapat dilihat pada Gambar
4.1.
5.1. KAWASAN LINDUNG
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan ini diperinci kedalam beberapa jenis sesuai dengan fungsinya yang terdiri dari :
5.1.1. Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang
Hasundutan tentang Peta Kawasan Hutan sesuai Peta Register dan Inlivjing di Humbang
Hasundutan, direncanakan pola ruang sesuai dengan usulan peninjauan kembali yakni dengan
luas kawasan hutan kurang lebih 86.695,43 Ha yang didalamnya termasuk hutan register seluas
76.000 Ha dengan distribusi fungsi kawasan yakni Hutan Lindung seluas 37.683,20 Ha, Hutan
Produksi Tetap seluas 40.512,24 Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 8.414,05 dan Hutan Suaka
Alam seluas 85,94 Ha.
Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Humbang Hasundutan seluas 37.683,20 Ha atau
±15% dari luas kabupaten tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Komposisi
peruntukan kawasan hutan dalam rencana penyusunan pola ruang dijelaskan pada Tabel 5.1 dan
sebaran lokasi kawasan hutan di Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Tabel 5.1.
Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Humbang Hasundutan
No Fungsi Hutan
Luas
HA % Luas
Kabupaten
1. Hutan Lindung (HL) 37.683,20 15,06
2. Hutan Produksi (HP) 40.512,25 16,19
3. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 8.414,04 3,36
4. Hutan Suaka Alam (HSA) 85,94 0,03
JUMLAH 86.695,43 34,64
5.1.2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Bawahannya.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terutama
berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi,
serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah. Kawasan ini berada pada ketinggian
1.000 meter d.p.l. dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, dan mampu meresap
air ke dalam tanah. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
adalah mencakup kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air.
Berdasarkan analisa kelerengan dan topografi sebaran wilayah yang termasuk kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yakni: Kecamatan Paranginan,
Lintongnihuta, Baktiraja, Pollung, Sijamapolang, Onanganjang, Pakkat dan Parlilitan.
5.1.3. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan fungsi badan perairan dan
kerusakan oleh kegiatan budidaya. Termasuk sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya
hutan kota.
Dalam kawasan ini termasuk sempadan pantai pada sepanjang pinggiran pantai Danau Toba
di Kecamatan Baktiraja, sempadan sungai pada seluruh sungai yang ada di Kabupaten Humbang
Hasundutan. Sesuai dengan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN dijelaskan pada pasal 52
bahwa ketentuan sempadan danau dan sungai dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Kriteria Sempadan Danau atau Waduk antara lain:
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari
titik pasang air danau atau waduk tertinggi atau
a. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk
2) Kriteria Sempadan Sungai antara lain:
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter
dari kaki tanggul sebelah luar.
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai.
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diuraikan bahwa kawasan perlindungan
a. Kawasan sempadan sungai meliputi Sungai Aek Sulpi, Sungai Aek Silang, Sungai Aek Sirahar,
dan Sungai Aek Situmohap.
b. Kawasan sempadan danau yaitu di sepanjang pinggiran Danau Toba di Kecamatan Baktiraja.
c. Kawasan sekitar mata air dan embung meliputi:
1) Mata air dan embung Tambok Teni Hoda, Tambok Silaga, Tambok Siogung – ogung, dan
Sosorniapoan yang berada di Desa Lobu Tolong Kecamatan Paranginan;
2) Mata air dan embung Tambok Tinombuk dan Tambok Barangan, berada di Desa
Sipituhuta Kecamatan Pollung;
3) Mata air dan embung Tambok Simarigung berada di Desa Hutajulu Kecamatan Pollung;
4) Mata air dan embung Tambok Pandiangan berada di Desa Hutapaung Kecamatan
Pollung;
5) Mata air dan embung Tambok Haumarimba berada di Desa Sipituhuta Kecamatan
Pollung;
6) Mata air dan embung Tambok Tolong berada di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung;
7) Mata air dan embung Tambo IonNabolon berada di Desa Pearaja Kecamatan
5.1.4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan ini berfungsi sebagai suaka alam dan margasatwa untuk melindungi
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam. Berdasarkan Peta Register dan Inlivjing di
Humbang Hasundutan sebagaimana disebutkan diatas ditetapkan Hutan Suaka Alam di
Kabupaten Humbang Hasundutan seluas 85,94 Ha yang berada di Kecamatan Paranginan.
5.1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam
lain-lain. Areal yang termasuk dalam kawasan ini adalah lahan-lahan terjal sekeliling Danau Toba (Kecamatan Baktiraja) bukit-bukit terjal di kecamatan Onan Ganjang, Pakkat, Parlilitan dan Tarabintang serta daerah Doloksanggul yang dilalui jalur patahan Semangko dan Renun.
Berdasarkan analisa kelerengan dan kondisi geologi dapat dijelaskan zonasi tingkat kerentanan bencana longsor dan bencana gempa bumi di Kabupaten Humbang Hasundutan seperti pada Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 dan untuk sebaran lokasi bencana dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.2
Tingkat Kerentanan Bencana Alam Longsor Di Kabupaten Humbang Hasundutan
No. Wilayah Tingkat Kerentanan Keterangan
1. Kecamatan Doloksanggul Sedang dan Rendah Dominan Rendah
2. Kecamatan Baktiraja Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Tinggi 3. Kecamatan Lintongnihuta Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Rendah 4. Kecamatan Paranginan Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Sedang 5. Kecamatan Pollung Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Rendah 6. Kecamatan Parlilitan Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Tinggi
7. Kecamatan Tarabintang Sedang dan Tinggi Dominan Tinggi
8. Kecamatan Pakkat Sedang dan Tinggi Dominan Tinggi
9. Kecamatan Onanganjang Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Tinggi
10. Kecamatan Sijamapolang Rendah, Sedang dan Tinggi Dominan Sedang Sumber: Hasil Analisa
Tabel 5.3
Tingkat Kerentanan Bencana Alam Gempa Bumi (Tektonik) Di Kabupaten Humbang Hasundutan
No. Wilayah Skala Intensitas (MMI) Keterangan
1. Kecamatan Doloksanggul V-VI , VI-VII & VII-VIII Dominan VI-VII
2. Kecamatan Baktiraja V-VI & VI-VII Dominan VI-VII
3. Kecamatan Lintongnihuta VI-VII & VII-VIII Dominan VI-VII
4. Kecamatan Paranginan V-VI & VI-VII Dominan V-VI
5. Kecamatan Pollung V-VI & VI-VII Dominan V-VI
6. Kecamatan Parlilitan 1V-V & V-VI Dominan V-VI
7. Kecamatan Tarabintang 1V-V & V-VI Dominan 1V-V
8. Kecamatan Pakkat 1V-V & V-VI Dominan 1V-V
9. Kecamatan Onanganjang V-VI & VI-VII Dominan V-VI
5.2. KAWASAN BUDI DAYA
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Kawasan ini diperinci kedalam beberapa jenis sesuai dengan fungsinya
yang terdiri dari : 1). Kawasan peruntukan Hutan Produksi, 2). Kawasan Hutan Rakyat, 3).
Kawasan Peruntukan Pertanian, 4). Perkebunan, 5). Peternakan, 6). Kawasan Peruntukan
Perikanan, 7). Kawasan Pertambangan dan Sumber Energi, 8). Kawasan Peruntukan Industri,
9). Kawasan Peruntukan Pariwisata, 10). Kawasan Peruntukan Permukiman, 11). Kawasan
Agropolitan, dan Kawasan Peruntukan Umum dan Sosial lainnya.
5.2.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan Hutan Produksi juga mengacu kepada Peta Register dan Inlivjing
di Humbang Hasundutan. Dalam Peta Register dan Inlivjing ditentukan Hutan Produksi di
Kabupaten Humbang seluas : 48.926,29 Ha yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP) seluas
40.512,24 Ha terdapat di Kecamatan Pollung, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Lintongnihuta,
Kecamatan Doloksanggul dan Kecamatan Sijamapolang.
Sedangkan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 8.414,05 Ha terdapat di Kecamatan
Pakkat, Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Tarabintang. Sebaran lokasi hutan produksi
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2.
5.2.2. Kawasan Hutan Rakyat
Kawasan hutan rakyat yaitu wilayah dimana sesuai dengan kondisi geografis,
geologis/struktur tanah dan dilihat dari sisi ekonomi lebih baik diusahai dengan menanami
tanaman hutan dengan kepemilikan berada pada masyarakat atau orang per orang.
5.2.3. Kawasan Peruntukan Pertanian
Pertanian tanaman pangan terdiri dari tanaman pangan lahan basah dan pertanian
tanaman pangan lahan kering dengan jenis tanaman padi sawah dan padi ladang, palawija,
dan buah-buahan. Sesuai dengan kebijakan pemanfaatan ruang, maka kegiatan pertanian
tetap diarahkan sebagai basis perekonomian sesuai dengan ketersediaan sumberdaya dan
diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian daerah.
5.2.3.1. Pertanian Lahan Basah
Dengan melihat bahwa makanan pokok adalah nasi, sedangkan sumber utama padi
menjaga stabilitas pangan, lokasi pertanian lahan basah yang tersebar di seluruh kecamatan
dengan luas kurang lebih 14.151 hektar tetap dipertahankan dan untuk beberapa lokasi
dilakukan pengembangan pada lahan yang sesuai dan belum dimanfaatkan untuk kegiatan
lain sehingga luas rencana peruntukan kawasan pertanian lahan basah dalam rencana pola
ruang kawasan budidaya direncanakan seluas20.557,20 Ha.
Lokasi pertanian lahan basah ini terletak pada daerah irigasi yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan sebagaimana pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Daftar Daerah Irigasi Kabupaten Humbang Hasundutan
No Nomor
Jaringan Daerah Irigasi Nama Desa
Luas
3 Aek Tobing Saitnihuta 118.000
4 Sosor Sibaso Lumban Purba 75.000
5 Pea Lumban Purba 185.000
6 Rura Pea Bolak Saitnihuta 129.000
7 Aek Lung I Aek Lung 165.000
8 Aek Lung II Sosor Tolong 173.000
9 Tambok Lalo Purba Manalu 81.500
10 Pakkat Toruan Pakkat Toruan 165.000
11 Situmandi Purba Dolok 150.000
12 Tambok Sangge-sangge Sihite 130.000
13 Huta Bagasan Huta Bagasan 260.000
14 Matiti Sosor Tambok Matiti 175.000
15 Pea Raja Sihite Sihite 150.000
16 Sampean Sampean 150.000
17 Hutagurgur Hutagurgur 281.000
18 Janji Silaga-laga Janji 393.000
19 Aek Sibundong Parik Sinomba 1,102.000
20 Tambok Tobing Parsambilan Hutaraja 200.000
21 Burburan Simangaronsang 100.000
22 Dolok Sait Dolok Sait 62.000
23 Sihomur-Homur Hutaraja 58.000
24 Tali Bonbon Sosor Gonting 100.000
25 Tambok Panaharan Bangkitan Sosor Gonting 65.000
26 Sihora-hora Sileang 100.000
27 Bangkitan Sileang Sileang 120.000
II Kec. Lintongnihuta 2,959.500
28 Tomburan Gambut Tapian Nauli 146.000
29 Siarsam-arsam Dolok Margu 68.000
30 Sipagabu Siponjot 175.000
No Nomor
Jaringan Daerah Irigasi Nama Desa
Luas Potensial Irigasi (Ha)
32 Silaban Hutasoit Silaban Hutasoit 127.000
33 Lobutua Lobutua 250.000
34 Siponjot Siponjot 110.000
35 Hatopan Sibuntuon 23.500
36 Sigalapang Pulo-pulo Suhar Julu 90.000
37 Sitapongan Sosor Dolok Naga Saribu I,II 200.000
38 Pancur Leang Tapian Nauli 170.000
39 Tambok Dolok Pea Simataniari Tapian Nauli 180.000
40 Tamburan Sibual Hutasoit 50.000
41 Peasanggul Dolok Margu 110.000
42 Sitapean Siabal-abal Sihar Julu 132.000
43 Tambok Kongsi Torop Nagasaribu IV 114.000
44 Nababan Dolok Pargodungan Nagasaribu IV 210.000
45 Lumban Sapa Nagasaribu I 115.000
46 Sitapongan Nagasaribu I 300.000
47 Aek Sigeaon Nagasaribu I 67.000
48 Sitapean Sitolu Bahal Aek Mardugu Sitolu Bahal 175.000
III Kec. Paranginan 583.000
49 Lumbang Barat Lumbang Barat 165.000
50 Dolok Nauli Lobu Tolong 88.000
51 Aek Sitapean Sosorniapoan
Lumbang Barat/Lobu
Tolong 230.000
52 Parboli-bolian Siboru Torop 100.000
IV Kec. Baktiraja 1,333.000
53 Siunong-unong Siunong-unong 180.000
54 Gonting Julu Sigaol Siunong-unong Julu 58.000
55 Simangira I Simamora 95.000
56 Simangira II Marbun Simamora 150.000
57 Siboltak Langit Marbun 500.000
58 Tipang Habinsaran 350.000
V Kec. Pollung 5,223.000
59 Hauma Bondar Aek Nauli 350.000
60 Tambok Simunjal Hutapaung 31.000
61 Tambok Tolong Pandumaan 85.000
62 Tinombuk Sipituhuta 300.000
63 Aek Silang Pancur Batu 1,127.000
64 Sosor Napa Pancur Batu 250.000
65 Hutajulu Hutajulu 102.000
66 Parmiahan Hutapaung Hutapaung 1,000.000
67 Aek Paung Hutapaung 178.000
68 Siria-ria Ria-ria 650.000
69 Aek Rugi-rugi Parsingguran I 700.000
70 Aek Sihatunggal Parsingguran I 450.000
VI Kec. Sijamapolang 906.000
71 Siburak Dolok Siborboron 56.000
No Nomor
Jaringan Daerah Irigasi Nama Desa
Luas Potensial Irigasi (Ha)
73 Bonan Dolok Tambok Sigarua Bonan Dolok I 200.000
74 Hasang Bonan Dolok Bonan Dolok I 150.000
75 Sibuntuon Sibuntuon 110.000
76 Maranti Sibuntuon 116.000
77 Lobu Tinombang Simarigung 34.000
78 Bondar Godang Sanggaran 100.000
VII Kec. Onanganjang 885.000
79 Napa Parnapa, Sibuluan 112.000
80 Aek Sipoti Sampe Tua 120.000
81 Batu Nagodang Siatas Batu Nagodang 100.000
82 Tambok Nagodang Parbotihan 117.000
83 Sabar Pilar Siantarasa Onan Ganjang 85.000
84 Tambok Sipan Sihikkit 86.000
85 Tambok Tobing Huta Julu 120.000
86 Napa Janji Simarsik Janji Nagodang 118.000
87 Siparbue Batu Nagodang Atas 27.000
VII
I Kec. Pakkat 3,447.000
88 Aek Raja Uram Pulo Godang 159.500
89 Sipagabu Sipagabu 350.000
90 Karya Karya 204.500
91 Manalu Manulu 160.000
92 Banuarea Dolok Pinapan Banuarea 155.000
93 Sijarango Sirahar Sijarango I 150.000
94 Sijarango II Sijarango II 90.000
95 Batu Gaja Purba Sianjur 191.000
96 Purba Baringin Purba Baringin 159.000
97 Saba Temba Purba Bersatu 191.000
98 Sinamo
Lbn
Tonga-tonga/Laba 1,000.000
99 Sabarimba Napa Saringar Pakkat Hauagong 70.000
100 Pakkat Pakkat Hauagong 100.000
101 Soripada Tukka Tukka Dolok/Ambobi 52.000
102 Hutaginjang Tukka Dolok 75.000
103 Aek Sopang Aek Sopang 180.000
104 Sigalapang Rura Tanjung 125.000
105 Sihorbo Rura Tanjung 80.000
106 Parmonangan Parmonangan 80.000
107 Bulu Sona Siambaton 45.000
IX Kec. Tarabintang 1,041.500
108 Uruk Sihombu Sihombu 150.000
109 Aek Pinim Buluampa Sihombu 150000
110 Aek Sosopan Sitonong Sihombu 70.000
111 Simatongtong Sihombu 70.000
112 Sibongkare Sibongkare 50.000
No Nomor
Jaringan Daerah Irigasi Nama Desa
Luas Potensial Irigasi (Ha)
114 Gaman Sihas Toruan 40.000
115 Tarabintang Tarabintang 160.000
116 Lae Maletuk Sibongor Tarabintang 100.000
117 Lae Kapur Tarabintang 70.000
118 Sindabar Sihas Toruan 150.000
119 Lae Maga Sitanduk 175.000
120 Lae Maga Anggocci Sitanduk 123.500
121 Sitanduk Sitanduk 143.000
122 Lae Rotan Simbara 50.000
X Kec. Parlilitan 4,488.600
123 Aek Solling Hutanapa Pusuk I 50.000
124 Aek Buatonq Pusuk I 50.000
125 Janji Pusuk Pusuk I 100.000
126 Sampe Huta Pusuk I 50.000
127 Aek Arung Sabaruma Baringin 156.000
128 Sibira-bira Baringin 101.500
134 Napagoring Sionom Hudon Tonga 40.000
135 Sikual-kual Silali Bulu Gading
Sihotang Hasugian
Tonga 600.000
136 Lae Reden Sionom Hudon Tonga 65.000
137 Sampuran Sipitu
Sihotang Hasugian
Tonga 40.000
138 Aek Situa-tua Pusuk I 40.000
139 Lae Ardan
Sionom Hudon
Toruan 105.000
140 Lae Sipinggih Sionom Hudon Julu 75.000
141 Namo Pali Sionom Hudon Tonga 60.000
142 Namo Takal Sionom Hudon Tonga 67.000
143 Tarpangulu Balang Sionom Hudon Utara 52.000
144 Aek Sibul-bulon Sibulbulon 80.000
145 Aek Rimo Kayu Sionom Hudon Utara 18.500
146 Lae Angkole Sibulbulon 62.000
147 Uruk Sakkalan Uruk Tolong Sionom Hudon Utara 500.000
148 Ambalo Sibulbulon 160.000
149 Siduan Bilik
Sionom Hudon Timur
II 300.000
No Nomor
Jaringan Daerah Irigasi Nama Desa
Luas
152 Sisolpa Simonggo Sihas Habinsaran 600.000
153 Aek Sipang Pusuk I 24.500
J u m l a h 25,919.100
Sumber: Dinas Praswil Kabupaten Humbang Hasundutan, 2010
5.2.3.2. Pertanian Lahan Kering
Pertanian lahan kering, di Kabupaten Humbang Hasundutan, pada umumnya adalah pertanian dengan tanaman palawija dan hortikultura seperti jagung, padi gogo, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan lain-lain. Tanaman ini pada umumnya cocok pada areal yang relatif datar atau ditanam secara bergantian dengan padi di areal sawah. Lahan untuk pertanian lahan kering tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan pada kemiringan lahan yang sesuai yaitu dengan kemiringan yang relatif landai ataupun datar.
Rencana peruntukan lahan untuk kawasan pertanian lahan kering di Kabupaten Humbang Hasundutan seluas 85.394,84 Ha. Lahan potensial yang menjadi prioritas pengembangan komoditas unggulan adalah seluas 42.521 Ha. Adapun jenis tanaman yang dapat ditanam dalam pertanian lahan kering antara lain : jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar luas serta beberapa jenis tanaman holtikultura lainnya. Lokasi dan luasan areal pertanian tanaman kering dapat dihat pada Tabel5.5.
Tabel 5.5
Luas Lahan Potensial Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan
No Nama
Kecamatan
Kelas Kemiringan dan Luasan (Ha) Total (Ha)
Jumlah 7.969 5.645 16.613 9.515 2.881 42.521
Rekomendasi
komoditas TPLB,TPLK TPLK,TT TPLK, TT T.T T. T Sumber : Analisis Tahun 2009
Keterangan: TPLB = Tanaman Pangan Lahan Basah (Padi Sawah)
TPLK = Tanaman Pangan Lahan Kering (jagung, padi gogo, palawija, hortikultura)
5.2.4. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Berdasarkan ketinggian tempat, temperatur, curah hujan, maka wilayah Kabupaten
Humbang Hasundutan terbagi atas dua zona wilayah yaitu:
1) Zona I, yang mempunyai ketinggian 700~2.500 mdpl. yang meliputi Kecamatan
Paranginan, Bakti Raja, Lintong Nihuta, Dolok Sanggul, Pollung, Onan Ganjang,
Sijamapolang, Pakkat sebagian dan Parlilitan sebagian, pada wilayah ini komoditas
tanaman perkebunan yang diunggulkan yaitu tanaman kopi, kemenyan, cengkeh, dan
kemiri.
2) Zona II, dengan ketinggian dibawah 700 mdpl, yang meliputi wilayah Kecamatan
Tarabintang, Kecamatan Pakkat, Parlilitan, dan Onan Ganjang sebagian. Pada zona II
komoditas karet, kakao dan sawit merupakan tanaman unggulan.
Selain tanaman perkebunan yang telah disebutkan diatas masih banyak jenis tanaman
perkebunan lain yang potensial dikembangkan di wilayah ini dengan spesifikasi iklim yang
sesuai, seperti tanaman jeruk, alpukat, durian, petai, dan lain-lain. Khusus tanaman kopi, dalam
hal ini perlu dijelaskan bahwa kopi yang berasal dari Kecamatan Lintong Nihuta merupakan
sentra komoditi andalan dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini sejalan dengan hasil
sosialisasi dari Kementrian Perindustrian bahwa kopi yang diberi hak indikasi geografis dapat
dijadikan komoditi andalan daerah dan keluar dari Kabupaten Humbang Hasundutan sudah
siap konsumsi. Gambaran Kawasan Peruntukkan Pertanian & Perkebunan Kabupaten
5.2.5. Kawasan Peruntukan Peternakan
Untuk mata pencaharian masyarakat ataupun untuk peningkatan pendapatan keluarga,
maka di daerah Humbang Hasundutan juga cocok dikembangkan berbagai jenis peternakan
sesuai dengan kondisi dan iiklim dan topografi wilayahnya. Adapun lokasi rencana
pengembangan dan jenis ternak yang akan dipelihara adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Pakkat, Onan Ganjang, Sijamapolang dan Bakti Raja sebagai sentra
peternakan sapi.
2. Kecamatan Onan Ganjang, Paranginan, Dolok Sanggul, Pollung dan Bakti Raja sebagai
sentra peternakan kerbau.
3. Kecamatan Sijamapolang dan Dolok Sanggul sebagai sentra peternakan kuda.
4. Kecamatan Pakkat dan Tarabintang sebagai sentra peternakan kambing.
5. Kecamatan Sijamapolang, Peranginan, Dolok Sanggul, Pollung, dan Tarabintang Potensi
sebagai sentra peternakan babi.
6. Kecamatan Onan Ganjang, Sijamapolang, Lintong Nihuta, Dolok Sanggul, Parlilitan, dan
Tarabintang sebagai sentra peternakan ayam buras.
7. Kecamatan Pakkat, Pollung, Parlilitan, dan Bakti Raja sebagai sentra peternakan itik.
5.2.6. Kawasan Peruntukan Perikanan
Karena Kabupaten Humbang Hasundutan tidak memiliki laut, maka usaha perikanan
yang ada hanyalah perikanan darat (ikan air tawar). Berdasarkan karakteristik daerahnya
maka di Kabupaten ini ada 3 (tiga) media pengembangan perikanan yaitu : Kolam, danau dan
sungai. Pengusahaan perikanan ini oleh penduduk dapat berupa mata pencaharian utama
ataupun sebagai tambahan penghasilan rumah tangga. Masing-masing lokasi pengusahaan
perikanan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Pakkat, Onan ganjang, Paranginan, Dolok Sanggul, dan Pollung sebagai
sentra perikanan air tawar.
2. Kecamatan Lintong Nihuta, Paranginan, Parlilitan, Tarabintang, dan Baktiraja sebagai
sentra perikanan mina padi.
3. Kecamatan Bakti Raja sebagai sentra perikanan keramba jaring apung.
4. Kecamatan Parlilitan khususnya desa Pusuk I sebagai sentra pembenihan ikan.
5.2.7 Kawasan Peruntukan Pertambangan dan Sumber Energi
Sebahagian besar potensi bahan tambang di Kabupaten Humbang Hasundutan
merupakan jenis tambang batuan geologi yang dapat berpotensi untuk pemasok bahan baku
industri pengolahan bahan bangunan (batako, pozolan/semen,calcium carbonate (cat), kalsit, trass dan sebagainya. Namun pemanfaatan bahan tambang tersebut masih sangat terbatas.
Disamping itu terdapat juga potensi biji emas yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
industri kerajinan (logam) walaupun tingkat kuantitas dan kualitas dari biji emas tersebut
belum diketahui secara pasti.
Secara spasial, potensi jenis bahan tambang yang terdapat di Kabupaten Humbang
Hasundutan antara lain pozolan di Kecamatan Lintong Nihuta, Dolok Sanggul, batako trass di
Kecamatan Lintong Nihuta dan Kecamatan Dolok Sanggul, batu gamping, kalsit dan trass di
Kecamatan Dolok Sanggul, guano di Kecamatan Pakkat dan Parlilitan, batu koalin di
Kecamatan Onan Ganjang, serta gambut di Kecamatan Lintong Nihuta dan Kota Doloksanggul
yaitu di Aek Nauli lebih kurang seluas 370 Ha yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar/sumber energi alternatif dan bahan bakar lokal masyarakat.
Penyebaran daerah pertambangan mineral di Kabupaten Humbang Hasundutan
meliputi: calcium carbonat berada di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta, Desa Pakkat
Kecamatan Dolok Sanggul, pozolan berada di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta,
batako trass berada di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta, Desa Pakkat Kecamatan
Dolok Sanggul, batu gamping berada di Kecamatan Dolok Sanggul, kalsit berada di Kecamatan
Lintong Nihuta dan Kecamatan Dolok Sanggul, gambut berada di Kecamatan Dolok Sanggul;
trass berada di Kecamatan Dolok Sanggul, guano berada di Kecamatan Pakkat dan Parlilitan,
batu kapur berada di Kecamatan Onan Ganjang; biji emas berada di Desa Cegarigi dan Dolok
Pinapan Kecamatan Tarabintang, timah hitam berada di Kecamatan Tarabintang, tembaga
berada di Desa Dolok Pinapan Kecamatan Tarabintang, dan bahan campuran keramik berada
di Kecamatan Sijamapolang.
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Sidikalang 0518-0618, 2011,
untuk wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan ditentukan zonasi Wilayah Pertambangan
(WP) dalam lima jenis. Lokasi Wilayah Pertambangan dan indikasi jenis bahan tambag
Tabel 5.6
Wilayah Pertambangan di Kabupaten Humbang Hasundutan
No Wilayah Pertambangan (WP) Lokasi
Kecamatan
1 WUP Logam
Doloksanggul, Parlilitan, Tarabintang, Pakkat, Onanganjang, Sijamapolang, Baktiraja
2 WUP Bukan Logam dan Batuan
Doloksanggul, Sijamapolang,
Paranginan, Lintongnihutan, Baktiraja, Parlilitan, Pollung, Onanganjang
3 WUP Radioaktif Sijamapolang, Onanganjang,
Tarabintang
4 WPR Galian C Kabupaten Humbang Hasundutan
5 Rawa Gambut/konservasi Lintongnihuta, Doloksanggul, Pollung Sumber: Peta Geologi Bersistem Lembar Sidikalang 0518-0618, 2011
Tabel 5.7
Jenis dan Lokasi Bahan Tambang di Kabupaten Humbang Hasundutan
No Jenis Bahan
3 Batu gamping Dolok Sanggul Semen, dll 260 juta
ton
5 Biji emas Tarabintang (Ds. Cegarigi dan
Dolok Pinapan) Perhiasan
Penelitian umum
6 Timah Hitam Tarabintang Bahan industri Belum
diteliti
7 Bahan campuran
keramik, & Granit Sijamapolang Campuran keramik
Belum diteliti
Sumber: Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Humbang Hasundutan, 2011
Sebagai sumber energi, Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki sumber air terjun
yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Lokasi air terjun yang
potensial untuk PLTA dapat dilihat pada tabel 4.8. dan gambaran wilayah potensi
pertambangan Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada Gambar 5.6. Sedangkan
untuk sebaran rencana sumber pembangkit energi listrik tenaga air dapat dilihat padaGambar
Tabel 5.8.
Potensi Air Terjun Sebagai Sumber PLTA di Kabupaten Humbang Hasundutan
No Nama air Terjun Lokasi
1. Sipulak (Aek Sirahar) Pakkat Hauagong, Pakkat
2. Peadungdung(Aek Sirahar) Pakkat Hauagong,Pakkat
3. Pollung (Aek Sibuluan) Purba Baringin,Pakkat
4. Tahurjati (Aek Sopang) Rura Aek Sopang,Pakkat
5. Simardame (Aek Sisira) Rura Tanjung,Pakkat
6. Namosorangan(Aek Sisira Rura Tanjung,Pakkat
7. Sibokkik (Aek rambe) Sihombu, Tarabintang
8. Sumursa I (Aek Simursa) Gaman, Tarabintang
9. Simursa II (Aek Simursa) Sibokkare, Tarabintang
10. Sibabo(Aek Simonggo) Sionom Hudon Selatan, Parlilitan
11. Sitanduk (Aek Simonggo Tarabintang
12. Simolap(Aek Baringin) Baringin, Parlilitan
13. Sipang(Aek Sisira) Pusuk II, Parlilitan
14. Oppu Sarme(Aek Pungga sosor) Sihikkit, Onan Ganjang
15. Raja Panopa(Aek Pungga sosor) Sihikkit, Onan Ganjang
16. Oppu Lagang(Aek Pungga sosor) Sihikkit, Onan Ganjang
17. Nadumangor(Aek Pungga sosor) Sibuluan,Onan Ganjang
18. Sipultak Hoda(Aek silintong Gota) Desa Tipang, Bakti Raja
19. Janji di Binanga(Binanga Janji Desa Marbun, Bakti Raja
20. Manongatao(Aek Silang) Hutaraja, Dolok Sanggul
21. Parpahuan(Aek Silang) Hutaraja, Dolok Sanggul
22. Sibundong II (PLN BM 1), Aek
Sibundong Sibuntuon, Sijamapolang
23. Sibundong III
5.2.8. Kawasan Peruntukan Industri
Melihat potensi dan kondisi Kabupaten Humbang Hasundutan, maka industri yang
dapat berkembang di daerah ini adalah industri yang terkait dengan pertanian seperti
pengolahan hasil pertanian dan pembuatan alat-alat pertanian, industri kebutuhan masyarakat
seperti sandang, pangan dan bahan bangunan, industri yang ada kaitannya dengan bahan
tambang seperti bahan baku emas dan lain-lain serta industri yang menghasilkan bahan
kebutuhan sehari-hari. Mengingat kemajuan daerah masih dalam tahap pembangunan awal,
maka industri yang dikembangkan adalah industri kecil, industri kerajinan dan industri rumah
tangga. Adapun rencana peruntukan lokasi industri dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini.
Tabel 5.9
Kawasan Peruntukan Unit Industri Pengolahan
di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Penyerapan Tenaga Kerja
No Kelompok Potensi Industri Pengolahan Lokasi
1 Pengolahan
hasil-hasil pertanian
Industri bahan baku
makanan dan minuman (pengolahan kopi bubuk dan pengupasan, pembuatan tahu, tempe, kerupuk ubi dan pembuatan gula tebu)
Lintong Nihuta, Pakkat,
Onang Ganjang,
Industri pengolahan bahan
dari kemenyan
Industri bahan-bahan
tambang untuk bahan baku bangunan (batako, cat dan sebagainya) dan logam.
Pakkat, Onang Ganjang,
Lintong Nihuta, Dolok Sanggul, Pollung, Industri kerajinan seperti
anyaman rotan, purun, bambu, ijuk dan sebagainya).
Seluruh kecamatan
Sumber:Hasil Analisa, 2009
5.2.9. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Potensi kepariwisataan yang dimiliki Kabupaten Humbang Hasundutan adalah
keindahan dan daya tarik panorama alam seperti kawasan Danau Toba serta budaya dan
sejarah seperti pusat Kerajaan Batak (Istana Sisingamangaraja). Oleh karena itu bidang
kepariwisataan yang dapat berkembang adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata
sejarah. Dalam upaya pengembangan kepariwisataan di daerah ini, maka perlu
Sesuai Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba ditetapkan
Kecamatan Baktiraja sebagai daerah tujuan wisata bertaraf internasional berlatar sejarah dan
budaya.
Selanjutnya merekomendasikan bahwa zona wisata yang potensial di Kawasan Danau
Toba pada Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat di Kawasan Strategis skala
Kabupaten yakni Zona wisataDolok Sanggul– Lintong Nihuta – Bakkara (Doliba ). Demikian
juga dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara ditetapkan bahwa Kawasan Danau Toba sebagai
Kawasan Strategis bidang Pariwisata.
Mengingat kawasan Danau Toba merupakan objek wisata yang menarik di daerah ini,
dan untuk mendukung serta memanfaatkan peluang yang ada sebagaimana pada RTR
Kawasan Strategis Danau Toba dan RTRW Provinsi Sumatera Utara tersebut, maka
Kabupaten Humbang Hasundutan akan mengembangkan beberapa objek wisata di
sekitarnya.
Selain itu karena kabupaten ini memiliki keindahan dan daya tarik alam yang cukup
bagus di berbagai lokasi yang potensial sebagai objek wisata, maka lokasi-lokasi tersebut juga
perlu dikembangkan yang diintegrasikan dengan lokasi-lokasi lain sebagai objek wisata, baik
wisata alam, wisata budaya maupun wisata sejarah.
Lokasi-lokasi objek wisata yang akan dikembangkan di Kabupaten Humbang
Tabel 5.10
Potensi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Humbang Hasundutan
No Nama Obyek Lokasi Daya Tarik
Kecamatan
1 Sipinsur Paranginan Wisata alam
2 Batu hundul-hundul Bakti Raja Budaya
3 Dolok Margu Lintong Nihuta Pemandangan alam
4 Tao Silaban Silosung Lintong Nihuta Danau
5 Tao Sipinggan Lintong Nihuta Danau
6 Sionom Hudon Parlilitan Lokasi Perjuangan
7 Hariara Tungkot Bakti Raja Budaya
8 Aek Sipangolu Bakti Raja Air Terjun
9 Istana Sisingamangaraja Bakti Raja Istana Raja
10 Tombak Sulu-sulu Bakti Raja Tempat Semedi Raja
11 Goa Partapaan Boru Pasaribu Bakti Raja Goa
12 Aek Silang Dolok Sanggul Sungai
13 Aek Sitio-tio Bakti Raja Mata air
14 Batu Kubur-kubur Pollung Makam kuno
15 Tempayan Batu Pollung Batu kubur
16 Kubur Batu Pakkat Makam
17 Dolok Pinapan Pakkat Pemandangan alam
18 Goa Sibagae (Gua Berliku-liku) Pakkat Goa
19 Dolok Aek Nabara Pakkat Pemandangan alam
20 Sampuran Sipulak Pakkat Air terjun
21 Sampuran Sipang Pakkat Air terjun
22 Sampuran Tahur Jati Pakkat Air terjun
23 Sampuran Ponok Pakkat Pemandangan alam
24 Pohan Rambe Pakkat Legenda
25 Benteng Pertahanan Parliitan Benteng pusaka
26 Makam Prajurit Tarabintang Makam
27 Batu Sigunja Ulok Parlilitan Batu panjang bentuk ular
28 Sampuran Simolap Tarabintang Air terjun
29 Sampuran Sibato Parlilitan Pemandangan alam
30 Sampuran Pollung Pakkat Air terjun
31 Sampuran Oppu Lagam Onan Ganjang Pemandangan alam
32 Sosor Tambok Dolok Sanggul Pemandangan alam/air
33 Sibaragak Lintong Nihuta Pemandangan alam
Sumber: Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan, 2011
5.2.10. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kebutuhan pengembangan perumahan didasarkan kepada backlogkebutuhan rumah,
pertumbuhan kebutuhan dari pertambahan penduduk, peningkatan kualitas
permukiman yang meliputi perbaikan perumahan yang bertempat tinggal di bantaran
sungai dan permukiman kumuh. Total kebutuhan rumah selama periode perencanaan
baik untuk perkotaan maupun perdesaan antara lain untuk Permukiman perkotaan
perdesaan seluas kurang lebih 2.978 hektar yang berada di seluruh kecamatan.
Mengenai gambaran penyebaran perkembangan permukiman di Kabupaten Humbang
Hasundutan dapat dilihat pada tabel 5.11.
Lokasi penyebaran perumahan tetap berada pada kondisi eksisting waktu
perencanaan yaitu tersebar pada ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan untuk
perumahan perkotaan dan selebihnya tetap sebagai perdesaan. Upaya pembangunan
permukiman adalah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
meningkatkan sarana prasarana permukiman tersebut.
Tabel 5.11
Proyeksi Kebutuhan Rumah Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011-2031
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga (Unit)
Perdesaan Perkotaan Total
1 Pakkat 4.267 831 5098
2 Onan Ganjang 1.821 330 2151
3 Sijamapolang 1.089 1089
4 Lintong Nihuta 4.829 332 5161
5 Paranginan 2.514 2514
6 Dolok Sanggul 5.906 1.242 7148
7 Parlilitan 4.348 4348
8 Pollung 3.017 3017
9 Bakti Raja 2.028 2028
10 Tarabintang 1.599 1599
Total Unit Rumah 31.418 2.735 34.153
Total Luasan (Ha) 2.978 715 3.693
Sumber: Hasil Analisis, 2011
5.2.11. Kawasan Agropolitan
Sesuai RTRW Propinsi Sumatera Utara bahwa kawasan Dataran Tinggi Toba ditetapkan sebagai kawasan agropolitan. Penetapan kawasan ini bertujuan dalam rangka membangun kawasan dengan berbasis pada sektor pertanian. Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk dalam kawasan ini yang meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu : Doloksanggul, Baktiraja, Lintong Nihuta, Paranginan, dan Pollung.
5.2.12. Kawasan Peruntukan lainnya.
Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah kawasan yang diperuntukkan secara khusus berupa kawasan pertahanan dan keamanan Negara meliputi :
2. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di Kecamatan-kecamatan di Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan
3. Kepolisian Resort Humbang Hasundutan yang berada di Kecamatan Lintongnihuta.
4. Kepolisian Sektor (Polsek) berada di Kecamatan-kecamatan di Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan.
Selanjutnya Gambaran Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Humbang
5.3 Rencana Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya
5.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana air minum diarahkan pada:
• peningkatan kapasitas dan pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada.
• pengembangan SPAM dengan sistem jaringan perpipaan melayani kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan, kawasan pariwisata dan kawasan industri dan kawasan kegiatan budidaya lainnya
• pengembangan SPAM dengan membuka jaringan pada kawasan terpencil, pesisir dan pulau kecil terluar.
• konservasi terhadap kualitas dan kontinuitas air baku melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan prasarana sarana sumber daya air dan sanitasi.
• pengembangan kelembagaan badan layanan umum (BLU) SPAM
Rencana Sistem Jaringan Air Minum
Analisa kebutuhan penyediaan jaringan air minum difokuskan kepada pemenuhan
kebutuhan pada ibukota kecamatan yang telah mencirikan desa-kota. Untuk tahap
pertama difokuskan di Dolok Sanggul, Paranginan, Pakkat dan Lintong Nihuta dengan
kapasitas masing-masing 50 l/detik untuk Dolok Sanggul, Paranginan sebesar 25 l/detik,
IKK Parliitan sebesar 25 l/detik, IKK Pakkat sebesar 30 l/detik, Lintong Nihuta sebesar 40
l/detik dan Bakti Raja sebesar 30 l/detik. Sedangkan pada tahap kedua pengembangan
lebih lanjut diarahkan ke Onan Ganjang, Sijampolang, Pollung dan Tarabintang. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9. Sedangkan Rencana Pengembangan Sistem
Jaringan Air Minum Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat padaGambar 5.5.
Tabel 5.12
Perkiraan Kebutuhan Penyediaan Air Minum di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2011-2031
No Kecamatan
1 Dolok Sanggul 5 906 7 148 Mata Air 50
2 Paranginan 2 514 2 514 Mata Air 25
3 Pakkat 4 267 5 098 Mata Air 30
4 Lintong Nihuta 4 829 5 161 Mata Air 40
5 Parlilitan 4 348 4 348 Mata Air 25
6 Bakti Raja 2 028 2 028 Mata Air 30
7 Onan Ganjang 1 821 2 151 Mata Air 25
8 Sijamapolang 1 089 1 089 Mata Air 40
9 Pollung 3 017 3 017 Mata Air 25
10 Tarabintang 1 599 1 599 Mata Air 20
Rencana Sistem Penyediaan Air Minum akan meningkatkan cakupan daerah
layanan pada seluruh ibukota kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan hingga
tahun 2031. Pada tahap awal, adalah peningkatan perluasan jaringan perpipaan di Kota
Dolok Sanggul dengan sumber mata air baku di Aek Nauli, Siborboron, Pangardahan,
dan Saitnihuta. Pada lima tahun kedua adalah perluasan pengembangan jaringan
perpipaan di 9 Ibukota Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Disamping itu diharapkan dalam lima tahun kedepan aset PDAM dari Kabupaten
Induk, dapat diserahterimakan kepada UPT Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Humbang
Hasundutan. UPT tersebut akan menjadi cikal bakal BUMD Air Bersih di Kabupaten
Humbang Hasundutan. PDAM baru tersebut akan menjadi perusahaan daerah dan
5.3.2 Rencana Sistem Jaringan Drainase
Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun pembuangan air limbah cair dari rumah tangga(domestic)dan sistem pengendalian banjir.
Pengembangan jaringan drainase diarahkan di Pusat Ibukota Kabupaten dan Pusat Ibukota Kecamatan dalam upaya untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang rawan bencana seperti banjir, erosi dan sebagainya.
Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan memanfaatkan karakter topografi dan pola jaringan jalan sehingga pembuangan air dapat dialirkan secara cepat dan bebas gangguan air tergenang atau banjir dengan membagi beberapa jenis saluran penampung, saluran pengumpul serta saluran pembuang sekunder dan primer/utama dengan mempertimbangkan:
• Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;
• Bentuk saluran trapesium kecuali pada tempat tertentu dipasang dengan kemiringanslopeyang sesuai agar tidak terjadi pengendapan dalam saluran.
Pengembangan sistem jaringan drainase di Kabupaten Humbang Hasundutan diarahkan :
a. Pemanfaatan sungai sebagai saluran primer melalui program normalisasi sungai dan perawatan sungai lainnya;
b. Penyediaan saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan melalui program pembangunan baru dan pemeliharaan;
c. Pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota lainnya.
d. sistem jaringan drainase makro diarahkan untuk melayani suatu kawasan perkotaan (dengan batas administratif kota) dan terintegrasi dengan sistem badan air regional antara lain sungai, danau dan laut sementara jaringan drainase mikro diarahkan dalam rangka melayani kawasan permukiman, yang merupakan bagian dari kawasan perkotaan;
e. sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip menahan dan sebanyak mungkin meresapkan air hujan ke dalam tanah/Onsite Stormwater Detention (OSD) melalui bangunan alam dan/atau buatan seperti sumur-sumur resapan, kolam tendon/retensi, polder, penataan lansekap dan lain-lain;
f. penyediaan sumur-sumur resapan dan kolam retensi ditetapkan pada kawasan perkotaan dengan ruang terbuka hijau kurang dari 30%.
Pengembangan jaringan drainase di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan meliputi:
a. pembangunan saluran drainase skala tersier di PKL dan PPK;
b. pemeliharaan saluran drainase;
c. perbaikan dan normalisasi saluran drainase; dan
5.3.3 Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan
Agar sampah tidak menjadi masalah yang serius, maka perlu direncanakan pengelolaannya mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pembuangan hingga ke pengolahan ataupun daur ulang.
Mengingat kota yang berkembang cepat saat ini adalah Doloksanggul, sehingga permasalahan yang cukup menonjol dibidang persampahan dan limbah adalah di kota ini, maka proioritas pertama pengelolaannya ditempatkan di kota ini. Selanjutnya di kota-kota kecamatan lainnya akan diadakan pengelolaannya sesuai tingkat perkembangan masing-masing kota.
Dalam hal air limbah, karena di daerah ini belum ada industri besar, sehingga masalah air limbah industri belum ada. Yang ada masih hanya air limbah keluarga. Khusus kota Dolok sanggul, berikut ini disajikan proyeksi jumlah sampah yang perlu ditangani di masa yang akan datang sebagaimana pada Tabel 5.8.
Tabel 5.13
Proyeksi Timbunan Sampah Per Hari Kota Dolok Sanggul Tahun 2011-2031
Tahun Jumlah
2010 32.576 65 7.82 3.91 76.73
2011 32.636 65 7.83 3.92 76.75
2012 32.689 65 7.85 3.92 76.77
2013 32.736 65 7.86 3.92 76.78
2014 32.778 66 7.87 3.93 77.80
2015 32.817 66 7.8 3.94 77.74
2016 32.849 66 7.88 3.94 77.82
2017 32.881 66 7.88 3.94 77.82
2018 32.913 66 7.89 3.95 77.84
2019 32.945 66 7.89 3.95 77.84
Pada saat ini pembuangan sampah masih diarahkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Simarigung dengan sistemopen dumping. Dalam jangka pendek TPA tersebut masih dapat menampung sampah yang ada. Dalam jangka panjang, melihat luasan dan topografi TPA ini tidak memungkinkan untuk dikembangkan serta tidak mampu menampung total sampah yang meningkat dengan cepat, sehingga perlu pengadaan lokasi baru yang cocok untuk lokasi TPA.
Pengadaan TPA yang baru dengan sistemcontroll land filldirencanakan berlokasi di Kecamatan Lintongnihuta yakni di Desa Nagasaribu IV. Pengadaan TPA ini nantinya sifatnya terpadu dan merupakan TPA tingkat kabupaten. Selain itu pada ibukota kecamatan yang perkembangan dan peningkatan volume sampah cukup besar,juga akan diadakan TPA maupun TPS (Tempat pembuangan sementara) sesuai tingkat kebutuhannya, yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif.
5.3.4 Rencana Sistem Pengelolalan Air Limbah
Pengelolaan limbah rumah tangga di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan meliputi:
1. peningkatan pengelolaan limbah rumah tangga di kawasan permukiman;
2. penyediaan sarana pendukung pengelolaan limbah rumah tangga;
3. penanganan limbah secara on sitedengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi Cuci Kakus umum;
4. penanganan limbah secara off site dengan sistem perpipaan dengan membangun Instalasi Pengolah Air limbah (IPAL) Komunal;
5. penanganan limbah tinja dengan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); dan
6. menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah.