• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Tema Desain : Arsitektur Neo Vernakular 5.1.1 Interpretasi dan Elaborasi Penekanan Desain - 13.11.0132 ANASTASIA KENIK WIDYAWATI (8.98).BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Tema Desain : Arsitektur Neo Vernakular 5.1.1 Interpretasi dan Elaborasi Penekanan Desain - 13.11.0132 ANASTASIA KENIK WIDYAWATI (8.98).BAB V"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KAJIAN TEORI

5.1 Kajian Teori Tema Desain : Arsitektur Neo Vernakular

5.1.1 Interpretasi dan Elaborasi Penekanan Desain

Bangunan Pusat pertunjukan seni tari Bali ini adalah bangunan yang bersifat publik. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat pertunjukan dan pelatihan sebuah seni tari yang memiliki kebudayaan lokal. Penerapan tema desain Arsitektur Neo Vernakular yang diharapkan mampu mengisi dan berkolaborasi dengan kebutuhan masyarakat lokal yang sudah berkembang tanpa meninggal nilai-nilai dan konsep hidup yang sudah menjadi budaya Bali.

Diagram 5.1: penekanan Desain Sumber : Anaslisa pribadi. 2018

Pusat pertunjukan

seni tari Bali

Standar Ruang Kebutuhan

Perkembangan dan Kemajuan

Teknologi

Teknologi Material Struktur

203

(2)

Teori penekanan desain pusat pertunjukan seni tari Bali ini dilihat dari fungsi bangunan yang disesuaikan dengan standart yang berlaku, dan kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk menunjang seluruh kegiatan didalam bangunan termasuk pengaplikasian tentang lokalias budaya Bali, dalam hal ini juga terkait tentang Arsitektur Bali.

A. Arsitektur Neo Vernakular

Arsitektur Neo-Vernacular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak). Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, Historiscism, Straight Revivalism, Neo Vernakular, Contextualism, Methapor dan Post Modern Space. Dimana, menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut :

1. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.

(3)

5. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya). 6. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain). 7. Dihasilkan dari partisipasi.

8. Mencerminkan aspirasi umum. 9. Bersifat plural.

10. Bersifat ekletik.

Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan ke dalam arsitektur Post Modern (Neo-Vernakular). Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era Post Modern, yaitu :

1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.

2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.

3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.

(4)

1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen). prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Berikut merupakan perbandingan arsitektur Tradisional, Vernacular Dan Neo Vernakular:

Tabel 5.1 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular

Sumber: Jurnal Arsitektur Neo vernakular, diakses tanggal 12/03/18 4.26PM dari http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245-AR%20Bab2001.pdf

No Perbandingan Tradisional Vernakular Neo-Vernakular

1 Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk oleh Penerapan elemen

tradisi yang tradisi turun arsitektur yang

diwariskan secara temurun tetapi sudah ada dan

turuntemurun,berda terdapat pengaruh kemudian sedikit

sarkan kultur dan dari luar baik fisik atau banyaknya

kondisi lokal. maupun non-fisik, mengalami

bentuk pembaruan menuju

(5)

arsitektur modern. tradisional.

2 Prinsip Tertutup dari Berkembang setiap Arsitektur yang

perubahan zaman, waktu untuk bertujuan

terpaut pada satu merefleksikan melestarikan unsur-

kultur kedaerahan, lingkungan, budaya unsur lokal yang

dan mempunyai dan sejarah dari telah terbentuk

peraturan dan daerah dimana secara empiris oleh

norma-norma arsitektur tersebut tradisi dan

keagamaan yang berada. mengembang-

kental Transformasi dari kannya menjadi

situasi kultur suatu langgam

homogen ke situasi yang modern.

yang lebih Kelanjutan dari

heterogen. arsitektur

Vernacular.

3 Ide Desain Lebih Ornamen sebagai Bentuk desain lebih

mementingkan pelengkap, tidak modern.

fasade atau bentuk, meninggalkan nilai-

ornamen sebagai nilai setempat tetapi

suatu keharusan. dapat melayani

aktifitas masyarakat

didalam.

B. Peranan Budaya dan Lokalitas di Bali

(6)

lainnya, sampai pada penyesuaian - penyesuaian oleh para undagi (sebutan untuk Arsitek Bali) yang masih selaras dengan petunjuk - petunjuk yang dimaskud. Arsitektur Bali yang mengakar dalam masyarakat Bali yang memberikan identitas dan citra Bali yang kuat.

Arsitektur Bali bersumber dari ajaran – ajaran serta tuntunan tentang merencanakan dan menciptakan ruang. Ajaran serta tuntutan tersebut mengandung nilai yang sangat mendasar, nilai filosofis, nilai religius serta nilai manusiawi yang termuat dalam lontar – lontar. Konseptual perancangan Arsitektur Bali berdasarkan pada nilai tata ruang yang dibentuk oleh tiga sumbu berikut :

 Sumbu Kosmos : Bhur, Bhuah dan Swah (hydrosfir, litosfir

dan atmosfir)

 Sumbu Ritual : Kangin dan Kauh (terbit dan terbenamnya

matahari)

 Sumbu Natural : Utara dan Selatan (gunung dan laut)

(7)

modern sesuai perkembangan zaman namun masih mempertahankan konsep Arsitektur Bali.

Arsitektur Bali yang banyak dikenal mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangannya. Beberapa konsep dalam Arsitektur Bali :

 Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga.

 Konsep orinetasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga

Mandala.

 Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu.

 Konsep court, open air.

 Konsep kejujuran bahan bangunan.

 yang berarti tiga, hita berarti kebahagiaan, dan karana yang berarti sebab atau yang menyebabkan, dapat dimaknai sebagai tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkankebahagian. Ketiga hubungan tersebut meliputi :

 Prhyangan : Hubungan yang harmonis antara manusia

(8)

 Pawongan: Hubungan yang harmonis antara manusia

dengan sesamanya.

 Palemahan : Hubungan yang harmonis antara manusia

dengan lingkungannya.

Selanjutnya ketiga hubungan yang harmonis itu diyakini akan membawa kebahagiaan dalam kehidupan ini, di mana dalam terminologi masyarakat Balidiwujudkan dalam 3 unsur, yaitu : parahyangan, pawongan, dan palemahan. Dalam arsitektur Bali, hal ini sangat di utamakan dan selalu menjadi landasan pokok dalam membangun. Konsep Tri Hita Karana menjelaskan bagaimana suatu tatanan ruang arsitektur yang harmonis di antara ketiga unsur tersebut sehingga terjadilah penataan ruang yang seimbang.

2. Hirarki Ruang / Tri Angga/Tri Loka

Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan Arsitektur Bali.

 Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang

paling tinggi. (atas, kepala).

 Madya, bagian yang terletak di tengah (netral, badan).

(9)

3. Asta Kosala Kosali

Asta Kosala Kosali merupakan Fengshui-nya Bali, adalah sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya. Asta Kosala Kosali merupakan sebuah cara penataan lahan untuk tempat tinggaldan bangunan suci. Penataan bangunan yang dimana di dasarkan oleh anatomi tubuh yang punya. Pengukurannya pun lebih menggunakan ukuran dari Tubuh yang empunya rumah. Mereka tidak menggunakan meter tetapi menggunakan seperti :

Musti (ukuran atau dimensi untuk ukuran tangan mengepal

dengan ibu jari yangmenghadap ke atas)

Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan manusia dewata dari

pergelangan tengahtangan sampai ujung jari tengah yang terbuka)

Depa (ukuran yang dipakai antara dua bentang tangan yang

(10)

4. Asta Bhumi

Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas halaman Pura,pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih.Tujuan Asta Bumi adalah :

 Memperoleh kesejahteraan dan kedamaian atas lindungan

Hyang Widhi

 Mendapat vibrasi kesucian

 Menguatkan bhakti kepada Hyang Widhi

5. Konsep Tata Ruang Sanga Mandala

Konsep tata ruang Sanga Mandala juga lahir dari sembilan manifestasi Tuhan dalam menjaga keseimbangan alam menuju kehidupan harmonis yang disebut Dewata Nawa Sanga. Konsepsi tata ruang Sanga Mandala menjadi pertimbangan dalam penzoningan kegiatan dan tata letak bangunan dalam pekarangan rumah, dimana kegiatan yang dianggap utama, memerlukan ketenangan diletakkan pada daerah utama (kaja-kangin), kegiatan yang dianggap kotor/sibuk diletakkan pada daerah nista (klod-kauh), sedangkan kegiatan diantaranya diletakkan di tengah.

5.1.2 Studi Preseden

(11)

Masjid raya Sumatera

Berada di padang provinsi sumatera barat, jalan Khatib Sulaiman dan jalan KH Ahmad Dhlan, Kecamatan Padang utara. Masjid raya Sumatera memiliki tiga lantai dan dapat menampung hingga 20ribu jemaah dengan luas 40.000 m².

Gambar 5.1: Gambar area masjid raya Sumatera Sumber : http://urangmudo.blogspot.co.id 2018

(12)

Gambar 5.2 : Atap masjid raya Sumatera Sumber : https://kuncupabadi.com 2018

Masjid raya sumatera memiliki berbagai ukiran khas minangkabau yang menjadi salah satu simbol yang menyelaraskan antara agama, seni dan dan budaya.

(13)

Gambar 5.4: aksesbilitas masjid raya Sumatera Sumber : https://id.wikipedia.org 2018

5.1.3 Kemungkinan Implementasi Teori Penekanan Desain

Setelah mempelajari tentang ArsitekturPost-modern – Neo-Vernakular, dan kebudayaan serta lokalitas Bali, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa rekomendasi desain yang dapat di aplikasikan ke dalam bangunan Pusat pertunjukan seni tari Bali, antara lain :

(14)

Gambar 5.5: konsep penataan masa Bangunan Arsitektur Bali Sumber :

http://bali.tribunnews.com/2018/02/15/filosofi-bangunan-tradisional-bali-simak-aspek-aspek-ini

2. Penerapan Konsep Hirarki dan Konsep Ruang Sanga Mandala , yaitu adanya tingkatan dan zonasi ruang-ruang yang berada di kompleks bangunan. Berdasarkan konsep tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Utama (zonasi kegiatan utama), Madya (zonasi untuk kegiatan penunjang), dan Nista (zonasi untuk kegiatan servis).

3. Penggunaan ornament khas Bali ke bangunan, diantaranya

:Pada bagian dasar bangunan terdapat ornament berupa

kepala gajah, sesuai dengan bentuknya karang asti / gajah

memiliki makna sebagai penopang bangunan karena gajah

merupakan hewan yang kuat dan besar. Pada bagian atas

ornament karang asti terdapat ornament karang goak.

Karang goak melambangkan burung gagak. Selain itu juga

(15)

tapel dan juga ragam hias lainnya yang berupa pepatran / ukiran berupa tanaman merambat.

Gambar 5.6: Ornamen Arsitektur Bali Sumber : kayanblog.wordpress.com. 2018

4. Pada pintu masuk (angkul-angkul) terdapat tembok yang dinamakan aling-aling, yang tidak saja berfungsi sebagai penghalang pandangan ke arah dalam (untuk memberikan privasi), tetapi juga digunakan sebagai penolak pengaruh-pengaruh jahat/jelek.

Gambar 5.7: Angkul-angkul (gapura masuk)

(16)

5. Penggunaan material yang sesuai dengan tradisional Bali. Sehingga Arsitektur Bali lebih kental pada bangunan dan dapat menjadi sebuah daya tarik untuk para pengunjung.

6. Penerapan konsep open space dari Arsitektur Bali pada kompleks bangunan Pusat pertunjukan seni tari Bali yang dapat juga digunakan sebagai titik kumpul, lokasi untuk pelatihan, dan lain sebagainya. Sehingga makna menyatu dengan alam pada konsep Arsitektur Bali dapat dirasakan pada kompleks bangunan tersebut.

7. Menjadikan bentuk tradisional arsitektur Bali menjadi lebih modern dan inovatif, tanpa menghilangkan makna dan folisofi dari Arsitektur Bali. Baik dari bahan, bentuk dan lainnya yang mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

Gambar 5.8: penggabungan Arsitektur Bali dan modern Sumber :

(17)

5.2 Kajian Teori Fokus Kajian :Sistem Kinerja Bangunan Yang

Meliputi Aspek Akustik dan Visual pada Teater

5.2.1. Interprestasi dan Elaborasi Teori

a. Aspek Akustik

Telinga / Indera pendengaran manusia mempunyai kepekaan yang berbeda untuk menangkap suara dengan frekuensi yang berbeda pula. Diagram Skala Phon memperlihatkan kurva kontur keras suara yang sama menurut data pada diagram, telinga kita paling peka terhadap suara dengan frekuensi 4000Hz skala/ Angka Phone kurva ini ditentukan berdasarkan kuat suara pada frekuensi 1000Hz.

(18)

Beberapa yang perlu diperhatikan dalam merancang ruang teater/gedung pertunjukan, (Doelle, Leslie 1986: 102) sebagai berikut:

 Bentuk daerah penonton dan kapasitas tempat duduk

 Ukuran daerah pentas

 Jenis dan skala produksi yang dipertimbangkan dan

prioritas penggunaan.

 Jenis dan skala produksi yang dipertimbangkan dan

prioritaskan pengguna.

 Hubungan penonton dan pementas

 Ketinggian panggung harus dinaikan cukup tinggi di atas

ketinggian lantai penonton untuk menyediakan bunyi langsung yang baik ke tiap pendengar.

 Persyaratan bangunan, mekanis dan listrik harus

dikoordinasikan dengan persyaratan akustik.

 Pengendalian dengung dan akustik bangunan harus

(19)

Gambar 5.10 Tabel kriteria bising yang direkomendasikan Sumber: Kumpulan Bahan Kuliah PTSB6

Berikut adalah material yang dapat menyerap, memantulkan dan menyebarkan sumber bunyi:

Bahan penyerap suara (absorber),permukaan material terbuat untuk menyerap energi bunyi yang datang.

Contoh foam, glasswool.

Bahan Pemantul suara (reflektor), permukaan material terbuat memiliki sifat memantulkann energi bunyi yang

datang. Contoh: Keramik, Gypsum board, marmer, beton.

Bahan penyebar suara (diffuser), permukaan material tidak rata secara akustik dan berfungsi untuk

(20)

Dalam aplikasi material pada bagian dalam pusat pertunjukan seni tari Bali dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu berpori-pori, penyerap panel dan resonator rongga. Bahan ini dikombinasi dengan cara diterapkan di dinding atau digantungkan sebagai penyerap. Penerapan material akan terlihat dengan efektif dengan perhitungan yang tepat dan benar, sehingga menciptakan akustik bangunan yang baik dan hasil bunyi yang didengar dapat diterima dengan nyaman. Berikut contoh penerapan aplikasi pada ruang teater dengan

memperhitungkan akan ketiga sifat bunyi (Menyerap,Memantul,Menyebar):

Gambar 5.11 Contoh penerapan akustik pada teater Sumber : Kumpulan Bahan Kuliah PTSB6,

b. Aspek Visual

(21)
(22)

alami dan sumber pencahayaan buatan. Arus cahaya yang disebut luminan.

Kebutuhan iluminasi untuk kegiatan-kegiatan tertentu :

Penglihatan biasa =100 lux

Kerja kasar dengan detail besar = 200 lux

Kerja umum dengan detail wajar = 400 lux

Kerja cukup keras dengan detail kecil (menggambar, menjahit) = 600 lux

Kerja keras, lama, detail kecil (merakit barang halus, menjahit dengan tangan) = 900 lux

Kerja sangat keras, lama, detail sangat kecil (memotong batu mulia, titik halus) = 1.300 – 2.000 lux

Kerja luar biasa keras, detail sangat kecil (merakit arloji,

membuat instrumen) = 2.000 – 3.000 lux

Cara penghitungan perencanaan untuk mendapatkan kuat penerangan iluminasi tertentu adalah :

E = Lumen x (Design Factors) / Area

Diketahui : E = Standar Penerimaan / Kebutuhan iluminasi (dalam lux)

Lumen = Jumlah kebutuhan arus cahaya (Φ) dari lampu

(23)

penonton. Menurut Leslie L.Doelle (1989) dalam visual sebuat pertunjukan sebagai berikut:

Kemiringan tempat duduk tidak boleh lebih dari 30º, selain untuk kenyamanan juga untuk keamanan dan keselamatan.

Jarak panggung ke penonton tidak lebih 20m, agar pengihatan tidak terganggu

Pengklihatan terbaik berada rentang sudut 45º dari sumber. Maka, selain memperhatikan tata bentuk, layout dari teater

dalam sebuah pertunjukan sangat perlu penggunaan teknologi dalam pengaplikasian diruangan teater. Seperti Layar LED, wireless ( Mic, alat musik, dll), pencahayaan buatan, kamera. Teknologi wireless digunakan untuk mengurangi penggunaan kabel yang berada pada area pertunjukan agar tidak mengganggu penyaji dan panggung juga akan terlihat bersih.

Gambar 5.12 Penggunaan layar LED Sumber;

(24)

Inovasi teknologi layar LED dibentuk untuk memperkuat suatu pertunjukan, yaitu menciptakan sarana ekspresif dalam desain panggung yang memiliki ciri khas setiap pertunjukan. Serta dapat mengurangi sampah yang dihasilkan dari dekorasi panggung.

5.2.2. Studi Preseden

1. Auditorio de Tenerife

Auditorio de tenerife berada di kota Santa Cruz, Tenerife, Kepulaan Canary, bangunan berdiri diluas tapak 2.3 Ha, dibangun tahun 2003 dan di rancang oleh Santiago Calatrava.

Gambar 5.13: Auditorio de Tenerife Sumber : https://commons.wikimedia.org 2018

(25)

auditorium de tenerife adalah 6.471 m² yang dapat menampung 1.800 penonton.

Gambar 5.14: Teater interior auditorio de Tenerife Sumber : http://www.disfrutare.com 2018 Bangunan ini terkenal unik pada bentuk bangunan yang menyerupai sayap burung / puncak gelombang. Seluruh struktur kulit bangunan seluas 18.000 m2 ditutupi oleh mosaik dari pecahan keramik putih yang membuat bangunan berkilau di bawah sinar matahari / sinar bulan.

(26)

Nilai akustik bangunan diwujudkan melalui panel kayu interior yang berbentuk kristalin. Panel tersebut memberikan kontribusi peredaman akustik bagi ruang drama. Selain itu juga terdapat reflektor suara yang telah ditentukan oleh tes laser untuk menentukan dimensi kubah pada ruang tersebut. Auditorium dilengkapi dengan layar konsertina bilah alumunium vertikal yang ketika layar tersebut dibuka dan diangkat, maka layar tersebut berfungsi sebagai reflektor suara orchestra di atas lubang. Layar / akustik panel tersebut bersifat moveable dan dapat menyesuaikan akustik genre musik.

2. Sydney Opera House

(27)

Gambar 5.16 : Sydney Opera House Sumber : http://edupaint.com 2018

5.2.3. Kemungkinan Implementasi Teori Permasalahan Dominan

Penerapan teori permasalahan dominan dalam perencanaan

dan perancangan “pusat pertunjukan seni tari Bali” adalah : 

 Pengelolahan tapak (lansekap), mengelola tapak agara

kebisingan yang ditimbulkan dari tapak ke luar dan mencegah masuknya kebisingan dari luar ke dalam tapak.

 Memperhatikan akustik pada bangunan terutama dalam

teater Indoor perlunya akustik yang sangat baik dengan memperhatikan akann material yang akan diterapkan.

 Memperhatikan kenyamanan visual dalam teater

(28)

 Penggunaan teknologi, mengaplikasikan teknologi untuk

(29)

DAFTAR PUSTAKA

- Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka Larisan.

- C.Snyder, James & Anthony J. Catanese. (1989). Pengantar

Arsitektur. Erlangga. jakarta

- Darmawan, AMS, Ayub. Kumpulan Bahan Kuliah Perencanaan

Teknologi dan Sistem Bangunan 6. Semarang : Universitas Katolik

Soegijapranata. 2016

- Dibia, I wayan. 1985 “Taksu Dalam Seni Dan Kehidupan Bali”. Denpasar: Bali Mangsi

- Dinas Pariwisata Pemerintah Privinsi Bali. Statistik pariwisata Bali 2015 – 2017.

- Doelle, Leslie L. (1989). Akustik Lingkungan. Erlangga. Jakarta. - Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. 1996. - Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2002.

- Perda Provinsi Bali kabupaten Badung no. 26 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung Tahun 2013-2033. - Putra, Gusti Made. 1996. “Pengetahuan Arsitektur Tradisional

Indonesia”.Denpasar: Prodi Arsitektur Universitas Udayana.

- Sukahet, Ida Pangelingsir Agung Putra. 2016. Hindu Bali Menjawab

(30)

Referensi Website :

- Ajim, Nanang. Tata Pentas Pertunjukan Tari. 26 Januari 2018

http://www.mikirbae.com/2016/03/tata-pentas-pertunjukkan-tari.html

- Dwi, I Made Arbani. Penyebaran Jenis Tanah di Provinsi Bali. 10 maret 2018.

http://ppebalinusra.menlh.go.id/wp- content/uploads/2017/04/Buku-Saku-Kehutanan-Prov.-Bali-Tahun-2015Minimize.pdf

- Febriyani, Chodijah. Berkunjung ke Masjid Raya Sumatera Barat yang

Megah dan Anti Gempa. 12 Februari 2018

http://www.industry.co.id/read/9733/berkunjung-ke-masjid-raya-sumatera-barat-yang-megah-dan-anti-gempa-ini-yuk

- Sutika, I Ketut. Seni tari dalam ritual dan budaya Bali. 3 Januari 2018, https://www.antaranews.com/berita/374115/seni-tari-dalam-ritual-dan-budaya-bali.

- Suryantala, Wira. 15 Jenis Kebudayaan badung Hampir Punah. 5 Januari 2018

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/03/17/nlclnf-15-jenis-kebudayaan-badung-hampir-punah

(31)

LAMPIRAN

Sanggar Tari Bali

Mengingat Tarian Bali merupakan salah satu daya tarik bagi Bali untuk menarik wisatawan datang ke Bali, masyarakat pada zaman feodal sudah mulai mengembangkan jenis-jenis tari hingga kini banyak seniman tari yang sudah membentuk komunitas untuk semakin mengembangkan jenis tari agar tetap enak di nikmati para peminatnya. Sehingganya kini Bali terdapat sanggar-sanggar, diantaranya 42 sanggar di Bali bagian Timur, 46 sanggar di bagian baliselatan, 31 sanggar di Bali bagian Barat, dan 32 sanggar di Bali bagian Utama. Masing-masing sanggar tari memiliki citra dan keahliah dibidang program khusus yang dapat ditampilkan pada pusat pertunjukan tari Bali.

Tari Sanggar Grup

Legong 7. Semara Pegulingan 8. Tirta sari

9. Bina Remaja

(32)

1 Barong

5 orang Penari wanita 15 Penabuh gamel

Pelaku drama = 15 Orang

(33)

Tabel. Penyebaran Jenis Tanah di Provinsi Bali Sumber: BP DAS Unda Anyar (2017)

KAB/KOTA LUAS

(HA)

JENIS TANAH (HA)

MED ALLV LATO REG ANDSI

Jembrana 84.180 2.475 10.649 69.556 1.500 0 Tabanan 83.933 0 0 72.536 4.218 7.180 Badung 41.852 8.353 225 23.021 5.128 5.125

Gianyar 36.800 0 0 0 36.800 0

Klungkung 31.500 20.284 0 3.738 7.478 0 Bangli 52.081 0 13.444 3.870 34.767 0 Krangasem 83.954 147 10.698 36.325 36.784 0 Buleleng 136.588 5.610 4.694 66.650 53.302 6.331 Denpasar 12.778 0 2,696 7.820 2.262 0 Jumlah 563.666 36.869 42.407 283.515 182.239 18,636

Jenis lukisan yang ditampilkan pada display sirkulasi linear

Lukisan Keterangan

Gambar lukisan tersebut adalah detail penjelasan mimik wajah sang penari tari Legong

(34)

Gambar penari menarikan tari legong dengan kipas

(35)

Gambar tari barong

Gambar penari remo dalam sendratari Bali

Gambar lukisan tari kecak Bali

Gambar

Tabel 5.1 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo
Gambar 5.1: Gambar area masjid raya Sumatera
Gambar 5.3: Tampak depan Masjid raya Sumatera
Gambar 5.4: aksesbilitas masjid raya Sumatera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Orientasi Bangunan Penyinaran langsung dari sebuah dinding bergantung pada orientasinya terhadap matahari, dimana pada iklim. tropis fasad Timur paling banyak terkena

# Fasade Bangunan, Pada fasade bangunan menerapakan bentuk – bentuk dari Arsitektur Tradisional Jawa seperti Joglo, limasan dll. # Orientasi Bangunan, Orientasi bangunan

Merupakan sebuah bangunan dengan fungsi museum yang memiliki desain arsitektural kontras old and new, dimana bangunan baru berupa museum yang berbentuk piramid

Penekanan Desain Bioklimatik yang diterapkan pada iklim tropis Indonesia pad abangunan Boarding hOuse ini dapat dilihat dari penggunaan panel / atau bahan dinding perforasi pada

Nantinya material yang digunakan juga mengutamakan penggunaan material dari daerah sekitar sebagaimana konsep dari neo vernakuler, serta penggunaan penggunaan elemen

Proyek Akhir Arsitektur saya yang berjudul Pusat Pertunjukan Seni Tari Bali.. Akhir kata, penulis berharap semoga Landasan Teori dan Program ini

akustik yang dapat diterapkan dalam gedung Teater adalah :.  Penggunaan lampu dengan menghitung kebutuhan cahaya

- Arsitektur adalah 1. Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb. Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. -