• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

1 .I Latar Belakang

lndonesia sangat cocok untuk usaha peternakan lebah, karena sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah (bee forage), sehingga dapat diusahakan sepanjang tahun. Ketika musim tanaman berbunga tiba, maka produksi madu akan sangat berlimpah. Selain itu di lndonesia terdapat areal daratan sekitar 193 juta hektar dan luas hutan

*

143 juta hektar yang merupakan lahan yang sangat luas untuk tanaman berbunga penghasil madu dan tepung sari.

Madu adalah salah satu produk perlebahan yang telah dikenal oleh masyarakat luas di seluruh dunia, termasuk lndonesia. lndonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, seharusnya membutuhkan madu yang cukup banyak. Namun demikian menurut Pusat Perlebahan Nasional, konsumsi madu perkapita di lndonesia masih sangat rendah yaitu sebesar 0,3 kg pertahun, sedangkan negara Jerman dan Jepang sudah mencapai 1,3 kg pertahun. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat menganggap madu hanya sebagai obat, sehingga tingkat konsumsi masyarakat lndonesia terhadap madu masih sangat rendah. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi mengenai manfaat madu agar masyarakat di dalam negeri dapat mengkonsumsi madu secara terus menerus.

(2)

Madu yang merupakan produk perlebahan bergizi tinggi memiliki banyak manfaat yang tidak hanya sebagai obat tetapi juga dapat digunakan sebagai food suplement. Menurut Rismunandar (2004) madu sebagai obat dapat digunakan untuk mengobati luka-luka, merangsang urinasi, mempermudah pengeluaran isi perut, memperpanjang usia dan mujarab sekali terhadap penyakit usus dan luka infeksi serta masih banyak lagi manfaat madu yang dapat diperoleh. Menurut Pusat

I

Perlebahan Apiari Pramuka (2004) madu sebagai suplemen mengandung beberapa jenis komponen yang sangat bermanfaat bagi daya tahan tubuh dan kesehatan manusia. Komponen yang dimaksud yaitu karbohidrat, I

mineral, enzim, vitamin dan air. Adapun komposisi nutrisi madu dapat I

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Madu

Kandungan gula yang dominan di dalam madu adalah fruktosa dan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

glukosa. Glukosa merupakan sumber energi untuk seluruh sistem jaringan otot. Fruktosa disimpan sebagai cadangan dalam hati untuk digunakan Sumber : Pusat Perlebahan Apiari Pramuka (2004)

Fruktosa Glukosa Maltosa Karbohidrat Sukrosa

Enzim, Mineral dan Vitamin Energi (kaI/lOOgr)

bila tubuh membutuhkan. Kandungan gula tersebut berbeda dengan 38,5% 31,0% 7,2% 4,2% 1,5% 0,5% 294,O

(3)

kandungan gula di dalam gula pasir, gula kelapa dan gula aren yang sebagian besar komponennya adalah sukrosa (85

-

90 %).

Menyadari potensi yang dimiliki lndonesia dan melihat banyaknya manfaat dan khasiat madu maka pemerintah sejak awal tahun 70-an telah menggalakkan usaha pembudidayaan lebah madu. Pada tahun 1986 oleh Departemen Kehutanan dibentuk Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas) yang berlokasi di Parungpajjang Kabupaten Bogor. Pusat Perlebahan Nasional (Pusbahnas) bertujuan untuk menyusun rencana pengembangan perlebahan di lndonesia. Selain itu Pusbahnas juga merupakan pusat pendidikan dan pelatihan perlebahan, pusat penelitian rekayasa budidaya lebah dan pengelolaan pasca panen. Madu yang dihasilkan dipasarkan ke Jakarta, Bogor, Bandung dan beberapa daerah lain di lndonesia. Madu tersebut hanya dikonsumsi oleh konsumen individu dan tidak untuk industri karena belum memenuhi kritieria industri. Sedangkan untuk industri farmasi maupun kosmetik, lndonesia masih mengandalkan madu impor.

Menurut Departemen Kehutanan Republik Indonesia, saat ini telah berkembang ratusan peternak lebah lokal, baik yang dikelola dalam skala besar maupun yang berskala kecil sebagai usaha sampingan. Banyaknya pesaing dalam memproduksi madu menyebabkan pengembangan madu serta pemasaran madu harus mampu menciptakan nilai tambah dari produknya sehingga mampu bersaing dengan produsen lain. Added

(4)

yang berkualitas tinggi, seragam, bersih, menarik serta atribut produk lainnya yang diinginkan oleh konsumen.

Konsumen akan memilih produk yang dapat memberikan nilai tertinggi baginya. Nilai tersebut dihasilkan dari perimbangan antara benefit dan cost dalam memilih atau mengkonsumsi suatu produk. Dengan demikian dapat dikatakan nilai suatu produk dapat dibentuk oleh faktor harga dan bukan harga. Salah satu faktor pembentuk nilai non harga adalah kualitas. Menurut Mowen dan Minor (1999), kualitas mempunyai dua dimensi yaitu kualitas pelayanan dan kualitas produk. Kedua dimensi tersebut dapat digambarkan sebagai kualitas yang tidak langsung berhubungan dengan produk misalnya tempat pembelian dan pelayanan. Sedangkan kualitas yang berhubungan langsung dengan produk yaitu rasa, jenis, ukuran, dan bentuk. Pada awalnya konsumen lebih menekankan pada kualitas yang berhubungan langsung dengan produk, namun dalam perkembangannya terjadi perubahan dalam penentuan kualitas produk yaitu sudah memperhatikan kualitas yang tidak langsung berhubungan dengan produk, seperti gengsi, kenyamanan belanja, merek, kemasan dan lainnya.

Banyaknya pesaing baru dalam bisnis produk madu terutama madu impor dengan berbagai merek dan bentuk kemasan yang menarik serta adanya perubahan perilaku konsumen diduga akan berimbas pada preferensi konsumen dalam pembelian produk madu. Kondisi perubahan perilaku dan preferensi konsumen terhadap produk lebah madu tersebut memang tidak dapat diketahui oleh peternak lebah madu, karena

(5)

minimnya sumber informasi yang dapat diperoleh oleh peternak yang notabene adalah petani kecil. Sedangkan produsen besar mungkin lebih dapat mengantisipasinya karena mempunyai sumberdaya dan dana untuk mengadakan studi guna pengembangan produk dan pemasaran

produknya.

Melihat kondisi tersebut maka suatu studi mengenai perilaku konsumen terhadap produk lebah madu dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan oleh pelaku bisnis dan pemerintah. Hal ini dapat dijadikan sebagai solusi bagi peternak dan pelaku bisnis madu dalam rangka meningkatkan volume pemasaran produknya.

1.2 Rumusan Masalah

Masih banyaknya peternak lebah madu yang menjual madunya tanpa memikirkan kualitas madu yang diproduksinya, membuat posisi petani lebah khususnya yang berskala kecil saat ini masih lemah terutama dalam ha1 pemasaran. Pada kenyataannya, saat ini pemasaran madu yang sering dilakukan oleh peternak adalah menjual produknya secara langsung kepada konsumen. Madu tersebut dijual secara curah, di mana petani tidak menggunakan merek, bentuk dan ukuran kemasan tertentu dalam memasarkan produknya.

Kurangnya pengetahuan produsen madu mengenai keinginan konsumen dalam memilih madu diduga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan dalam ha1 pemasaran madu. Hal ini disebabkan karena madu yang dihasilkan produsen masih ada yang tidak

(6)

habis terjual dan menumpuk di gudang. Oleh karena itu agar produk madu lebih menarik, perlu dilakukan pengembangan produk madu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Diduga setiap konsumen mempunyai perbedaan baik dari sisi psikografis maupun demografi yang dapat mempengaruhi preferensi konsumen terhadap madu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelompokan konsumen berdasarkan ciri psikografis dan demografi.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian adalah :

a. Bagaimana segmentasi konsumen madu?

b. Bagaimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi madu?

b. FaMor-faMor apa yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam mengkonsumsi madu ?

c. Strategi apa yang harus diterapkan dalam rangka pengembangan produk madu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Menganalisa segmentasi konsumen madu.

b. Menganalisa perilaku konsumen dalam mengkonsumsi madu.

c. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam mengkonsumsi madu berdasarkan atribut yang dikehendaki. d. Merumuskan strategi pengembangan produk madu.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah : a. Bagi pelaku agribisnis lebah madu dapat dijadikan dasar untuk

menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

b.

Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kajian lebih lanjut dalam ha1 penelitian pemasaran.

c.

Bagi penulis merupakan pengembangan wawasan dan pengetahuan mengenai pengembangan agribisnis madu yang berkaitan dengan aspek pemasaran.

1.5 Ruang Lingkup

Konsumen madu terdiri dari konsumen madu organisasi dan konsumen madu rumah tangga. Konsumen madu organisasi berupa industri kosmetik, farmasi, makanan dan sebagainya. Konsumen madu rumah tangga yaitu konsumen yang langsung mengkonsumsi madu tanpa mengolahnya lagi dan dikonsumsi untuk dirinya dan keluarganya. Namun, dalam penelitian ini responden yang diteliti yaitu konsumen rumah tangga. Hal ini disebabkan karena konsumen organisasi terutama industri kosmetik dan farmasi di Indonesia saat ini masih mengandalkan madu impor.

Referensi

Dokumen terkait

KEPALA

1. Pengujian panjang butir, yakni mendeteksi panjang butir beras berdasarkan analisa panjang antar koordinat piksel sudut tepi citra. Setiap titik pada tepi citra digunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan konsep walking bass dalam jazz blues pada bass elektrik dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan- pendekatan dalam alur

1) Kelayakan isi buku teks IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Kelas V yang diterbitkan Yudhistira ditinjau dari aspek kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi (SK)

Cerita Amir Hamzah dalam Kesusastraan Nusantara Dalam dunia sastra Melayu teks Amir Hamzah yang berjudul Hikayat Amir Hamzah ditulis dalam bentuk prosa dan disalin dalam banyak

Sebesar 56% produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di eks Karesidenan Surakarta pasarnya masih berkutat di tingkat lokal. Sementara yang mencapai tingkat regional 22%,

Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.” Suwanto & Priansa

Dari hasil perhitungan, penggunaan kondensat bekas dengan penurunan suhu hingga 114,5094 0 C memungkinkan tidak adanya kondensat bekas yang terbuang.. Tangki Penampung