Bushido pada Tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam Cerita Rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」, dan「うらしまたろう」
Ana NikmatuShobiroh
(Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya)anakoplak@gmail.com Dra. Yovinza Bethvine S. M, Pd.
(Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya)
Abstrak
Bushido 「武士道」berasal dari kata bushi yang berarti “prajurit atau samurai” dan dou yang berarti “jalan”. Maka dari itu bushido dapat diartikan sebagai “jalan samurai” (Nitobe, 2003:18). Penelitian ini menggunakan cerita rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」dan「うらしまたろう」sebagai sumber data penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsep bushido yang dialami oleh tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」dan「うらしまたろう」.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mendeskripsikan hasil analisis secara rinci. Data penelitian berupa penggalan kalimat dan dialog yang mengandung konsep bushido pada tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」dan「うらしまたろう」.
Hasil dari penelitian iniadalah konsep bushido yang dialami oleh tokoh Momotaro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう」yaitu bushido Yuuki 「勇気」sebanyak enam data, bushido Jin 「仁」sebanyak tiga
data, bushido Reigi 「礼儀」sebanyak satu data, bushido Gi 「義」sebanyak satu data, bushido Meiyo「名誉」sebanyak satu data dan bushido Chuugi「忠義」sebanyak satu data. Konsep bushido yang dimiliki oleh tokoh Kintaro dalam cerita rakyat Jepang 「きんたろう」yaitu bushido Shinjitsu
「真実」sebanyak dua data dan bushido 「仁」sebanyak satu data. Konsep bushido yang dimiliki oleh tokoh Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang 「うらしまたろう」yaitu bushido Jin 「仁」sebanyak dua data
dan bushidoChuugi「忠義」sebanyak satu data.
Abstract 武士道というのは武士の選んだ道ということである (Nitobe, 2003 : 18). 本研究ではももたろう、きんたろう、うらしまたろうという日本の民話をデータベースとして使う ことにした。本研究はももたろう、きんたろう、うらしまたろうにどんな「武士」というコンセプ トを持っているかを解答するための研究である。 研究法として記述的な方法を使うことにした。データはももたろう、きんたろう、うらしま たろうの話にあるダイアログと文章を使うことにした。 分析をした結果によって、こののような結果が得られた。 ももたろうの話における「武士」というコンセプトは 勇気というデータは六つがある、仁というデータは三つがある、礼儀 というデータは一つがある、義というデータは一つがある、名誉と忠義だ。 きんたろうの 話における「武士」というコンセプトは 真実 というデータは二つがあって、仁というデータは一つが あるで、うらしまたろう には 仁というデータは二つがあって、忠義というデータは一つがある。 PENDAHULUAN
Cerita rakyat Jepang adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan juga berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi suatu ciri khas suatu bangsa yang
memiliki kultur budaya yang beraneka ragam. Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor lisan sebagaimana yang dijelaskan oleh Jan Harold Brunvand, folklor lisan adalah folklor
yang bentuknya memang murni lisan (Danandjadja, 1997: 21). Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk dalam folklor lisan antara lain adalah bahasa rakyat, ungkapan traditional, pertanyaan traditional, puisi rakyat, nyanyian rakyat dan cerita prosa rakyat yang dibagi menjadi mite, legenda dan dongeng.
Dongeng juga merupakan cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi, dongeng diceritakan terutama untuk hiburan dan juga digunakan untuk melukiskan kebenaran yang berisikan pelajaran (moral) atau bahkan sindiran (Danandjadja, 1997: 83). Dalam bahasa Inggris dongeng disebut dengan folklore. Folklore Jepang merupakan bagian dari kebudayaan Jepang yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun diantara kolektif mapam apa saja, secara traditional, dalam versi berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat (Danandjadja, 1993: 37).
Pelopor penelitian folklore Jepang adalah Yanagita Kunio. Pada buku pertamanya yang berjudul Tono Monogatari yang meski dalam terjemahannya disebut legenda, namun dalam buku tersebut berisikan beberapa dongeng didalamnya. Dikatakan oleh Danandjaja (1997: 49), Yanagita menggolongkan cerita semacam itu ke dalam legenda dan istilah yang ia pergunakan yaitu
densetsu. Cerita semacam itu dibedakan dengan cerita yang disebut dengan istilah
mukashi-banashi atau dongeng (fairy tales, atau folktale).
Dalam hal ini cerita rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」dan「う らしまたろう」termasuk dalam folklore
lisan dan termasuk dalam istilah mukashi-banashi atau dongeng. Disebut demikian karena ketiga cerita rakyat Jepang diatas memilki kesamaan yaitu dimulai dengan kalimat mukashi-mukashi (pada zaman dahulu kala). Selain memiliki kesamaan dalam istilah pengelompokannya,dalam cerita rakyat Jepang「ももたろう」,「きんたろう」dan 「うらしまたろう」ini peneliti menenukan adanya konsep bushido pada tokoh Momotaro, Kintaro dan Urashimataro dalam
cerita rakyat Jepang 「ももたろう」, 「きんたろう」dan「うらしまたろう」. Ketiga tokoh dalam tiga cerita rakyat「ももたろう」,「きんたろう」dan 「うらしまたろう」mengalami konsep bushido yang mencerminkan nilai-nilai moral pada bangsa Jepang. Sebagaimana dongeng bangsa lain, dongeng bangsa Jepang juga tidak dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat , namun tetap mengandung pesan-pesan yang merupakan nilai dari bangsa yang mendukungnya (Danandjadja: 131).
Berdasarkan pertanyaan tersebut, peneliti memilih cerita rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」dan「う らしまたろう」dan menganalisis konsep bushido yang dialami oleh tokoh Momotaro, Kintaro dan Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang「ももたろう」,「きんたろう」dan 「うらしまたろう」. Kesamaan sikap yang dimiliki tokoh Momotaro, Kintaro dan Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう」,「きんたろう」dan「う らしまたろう」diatas, peneliti tertarik untuk meneliti konsep bushido yang dialami oleh tiga tokoh tersebut. Bushido itu sendiri sangat melekat pada kebudayaan dan hidup bangsa Jepang. Bu-shi-do berarti Jalan-Kesatria-Militer sebuah cara yang dipilih oleh para kesatria dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun ketika mereka menjalani pekerjaannya (Nitobe, 2008: 3).
Permasalahan yang dapat dirumuskan berkenaan dengan penelitian meliputi:
1. Konsep bushido apa saja yang dialami oleh tokoh Momotaro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう」?
2. Konsep bushido apa saja yang dialami oleh tokoh Kintaro dalam cerita rakyat Jepang 「きんたろう」?
3. Konsep bushido apa saja yang dialami oleh Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang 「うらしまたろう」?
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan konsep bushido yang dialami oleh tokoh Momotaro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう」?
2. Mendeskripsikan konsep bushido yang dialami oleh tokoh Kintaro dalam cerita rakyat Jepang 「きんたろう」?
3. Mendeskripsikan konsep bushido yang dialami oleh tokoh Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang「うらしまたろう」 ?
LANDASAN TEORI
Bushido merupakan suatu kode etik kaum samurai yang tumbuh sejak terbentuknya samurai. Pada zaman pemerintahan Tokugawa, Jepang kembali memperlihatkan ajaran yang berasal dari China seperti ajaran Konfusius (Suryohadiprojo, 1982: 48).
Bushido「武士道」berasal dari kata bushi
「武士」 yang berarti “prajurit atau samurai” dan dou「道」yang berarti “jalan”. Maka
dari itu bushido dapat diartikan sebagai “jalan samurai”. Pengertian bushido disini dapat berarti konsep, prinsip, kode etik, kecakapan, atau bahkan jiwa. Seorang samurai yang menerapkan konsep bushido disebut samurai sejati, pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Nitobe (2003: 18), bahwa: 武士道 ぶ し ど う は字義的 じ ぎ て き には武士道 ぶ し ど う ある。すなわち武士階級 ぶしかいきゅう がその 職 業 しょくぎょう および 日 常 生 活 にちじょうせいかつ において守 まも るべき道 みち を 意味 い み する。
“Bushido secara harfiah bermakna Bushido. Yaitu bermakna jalan yang harus dipatuhi golongan prajurit atau samurai dalam menjalankan tugas dan kehidupan sehari-hari”.
Bushido mengandung tujuh konsep atau jiwa yang harus diterapkan oleh seorang samurai dalam menjalankan kehidupannya (Suryohadiprojo, 1982: 49). Ketujuh konsep tersebut adalah:
1. Shinjitsu (真実) (Kejujuran)
Seorang samurai harus berkata jujur dalam setiap perkatannya. Seperti halnya konsep
bushido shinjitsu「真実」yang memilki arti kejujuran, seorang samurai tidak akan pernah
menarik kembali apa yang telah dikatakannya. Perkaatan seorang samurai mempunyai nilai yang sama seperti halnya perjanjian tertulis. Menurut Nitobe (1998: 116): 「武士 ぶ し の一言 ひとこと 」というのは、 侍 さむらい の言葉 こ と ば と言 い う意味 い み で…それだけで、言 い われたことの内容 ないよう の真実性 しんじつせい は 十 分 じゅうぶん に 保証 ほしょう された。武士 ぶ し の言葉 こ と ば は、 証 文 しょうもん がなくとも約束 やくそく が果 は たされるという重 おも みを持 も ち、 証 文 しょうもん を書 か くことは武士 ぶ し の 威厳 い げ ん にかかわるものとされた.
“Bushi no ichigon artinya perkataan seorang samurai... Hanya dengan perkataan lisan saja , kejujuran isi pernyataan itu sudah terjamin. Perkataan seorang samurai begitu berarti sampai-sampai janji samurai pada umumnya dibuat dan dilaksanakan tanpa perlu sebuah perjanjian tertulis. Pembuatan pernyataan tertulis justru dapat mencoreng kehormatannya”
Kejujuran termasuk dalam bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, bertindak benar dan melakukan suatu hal dengan kemampuan terbaik. Seorang samurai senantiasa bersikap jujur , mengatakan apa yang mereka maksudkan dan melakukan apa yang mereka katakan. Perkataan seorang samurai memperlihatkan kejujuran yang berhubungan dengan kehormatan dan keberanian samurai.
2. Yuuki (勇気) (Keberanian)
Konsep bushido yuuki「勇気」memiliki
makna keberanian. Keberanian merupakan kemampuan untuk mengatasi setiap keadaaan keberanian dan keyakinan. Bagi seorang samurai, keberanian adalah melakukan hal yang benar dan tahu kapan melakukannya. Jika memang sesuatu hal itu dianggap benar,
maka seorang samurai tidak akan ragu untuk bertindak dengan berani. Pernyataan diatas di perkuat oleh pernyataan Nitobe (1998:66): 勇気
ゆ う き
とは義 ぎ
をすことである。
“Keberanian adalah melakukan apa yang benar”
Seorang samurai tidak dibenarkan ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya. Jika memang sesuatu tindakan itu benar atau dianggap benar maka seorang samurai tidak akan ragu untuk bertindak dengan sikap yang berani. 3. Jin (仁) (Kemurahan Hati)
Konsep bushido Jin 「仁」mempunyai
makna kemurahan hati. Kemurahan hati merupakan suatu gabungan antara kasih sayang dan kebajikan. Perasaan cinta kasih, ketulusan dan kemurahan hati seorang samurai sebagai bagian dalam rasa kemanusiaan dijelaskan oleh Nitobe (2003: 50), sebagai berikut: あい、寛容 かんよう 、他者 た し ゃ への 情 愛 じょうあい 、哀 あわ れみの 心 こころ 、すなわち 「仁 じん 」は、常 つね に質高 しつだか の徳 とく として、任段 にんだん の 魂 たましい がもつあらゆる 生 質 しょうしつ の中、もっとも気高 け だ か きものとして認 みと められてきた。
“Jin yang mengandung rasa cinta, kemurahan hati, kasih sayang kepada sesama, dan perasaan simpati, sejak dulu telah diakui sebagai kebajikan yang tertinggi dan menjadi sesuatu yang paling berharga dari semua sifat kemanusiaan”.
Kemurahan hati atau belas kasihan yang dimiliki seorang samurai tentunya berlandaskan pada kebenaran dan keadilan. Sehingga dengan hal tersebut mampu membuat seorang samurai untuk tidak melakukan tindakan egois dan mengutamakan diri sendiri.
4. Reigi (礼儀) (Kesopanan)
Reigi「礼儀」mempunyai arti kesopanan. Kesopanan harus datang dari kesadaran diri sendiri bukan dari keterpaksaan atau hanya karena ingin dipandang baik oleh orang lain. Kesopanan yang dimiliki oleh seorang samurai tidak hanya terpaku pada tutur kata yang halus saja, namun sikap dan perbuatan seorang samurai pun juga termasuk dalam kesopanan. Pernyataan ini di perkuat oleh Nitobe (1998: 100): 挨拶 あいさつ のときの 頭 あたま の下 さ がり方 かた や座 すわ り方 かた が 最新 さいしん の注意 ちゅうい を持 も って 敦 あつし えるれ、またばれた。
“Cara seseorang menundukkan kepala ketika memberi salam, cara ia duduk, adalah yang paling baru yang harus diajarkan dan dipelajari”.
Berdasarkan kutipan diatas, dapat dipahami bahwa seorang samurai harus memilki sikap sopan kepada siapa saja. Kesopanan seperti inilah yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang seperti melakukan ojigi atau yang diartikan sebagai menundukkan kepala saat mengucapkan salam, serta tata cara duduk yang benar dan bentuk kesopanan lainnya.
5. Gi (義) (Keadilan/ Kebenaran)
Gi「義」adalah konsep bushido yang memiliki arti kebenaran dan keadilan.. Gi
merupakan asal dari kata giri, kata giri itu sendiri terdiri dari dua huruf kanji yaitu gi
「義」dan ri「理」yang diartikan sebagai alasan. Dapat dikatakan bahwa konsep bushido gi「義」mengajarkan bahwa seorang samurai dituntut untuk mempunyai alasan yang kuat untuk mengambil suatu keputusan apapun resiko yang akan menimpanya dan tentunya keputusan tersebut didasari oleh kebenaran yang ia yakini tanpa ragu. Seperti yang dikatakan oleh Nitobe (2003: 37)
義 ぎ は自分 じ ぶ ん の身 み の処 しょ し方 かた を道理 ど う り に 従 したが ってためらわずにすべきときには市 し に、討 う つべきときには討 う つことである。
“Gi adalah mati tanpa ragu-ragu untuk membela keadilan dan kebenaran dalam mengikuti perasaan jiwa sehingga akan melakukan penyerangan ketika harus menyerang”.
Seorang samurai dituntut untuk selalu bersikap sesuai dengan konsep kebenaran dalam bushido gi「義」.
6. Meiyo (名誉) (Kehormatan)
Meiyo「名誉」mempunyai arti kehormatan. Menurut Nitobe (dalam Purnomo, 2008:63), kehormatan tidak dapat dipisahkan dari karakter seorang samurai yang lahir dan mewariskan nilai-nilai dari kewajiban dan hak-hak istimewa dari profesi mereka. Perasaan malu atau aib merupakan kecacatan bagi nama baik seorang samurai, karena rasa malu atau aib yang tidak hanya akan diterima oleh samurai itu sendiri namun juga akan diterima juga oleh keluarga, pengikut dan pelayannya. Sepeti yang dikatakan oleh Nitobe (1998:130-132): 「名声 めいせい は人 ひと の対面 たいめん である 「自分 じ ぶ ん の備 そな わった不滅 ふ め つ のものである、これがなかったならば、人 ひと は馬 うま やけものと同 おな じである」とされた。したがって、名声 めいせい を侵 おか されることは、 最 もっと も恥 はじ とされた。。 不名誉 ふ め い よ は樹 き の切 き り傷 きず のように、時 とき がてば 消 き えるどころか、かえった大 おお きくなる」。 “Nama baik (reputasi) merupakan kehormatan seseorang sesuatu yang abadi yang terkandung dalam diri seseorang, dan jika ini tidak ada,
maka ia akan sama saja dengan kuda atau binatang”.
Karena itu, sesuai dengan pernyataan di atas seorang samurai sangat menjaga kehormatan yang ia miliki. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, bagi seorang samurai aib yang ia terima juga akan menghancurkan kehormatan keluarganya.
7. Chuugi (忠義) (Kesetiaan)
Chugi「忠義」memiliki arti kesetiaan atau loyalitas. Kesetiaan merupakan syarat penting yang harus dimiliki seorang samurai kepada tuannya sebagai bentuk pengabdian. Bahkan Nitobe (1998:160) mengatakan bahwa:
「生命 せいめい は、これを持 も って主君 しゅくん に仕 つか える手段 しゅだん であると 考 かんが えられその理想 り そ う は名誉 め い よ におかれた」。
“Kehidupan akan menjadi terhormat dengan cara melayani tuannya”.
Kesetiaan merupakan syarat yang penting dalam pengabdian samurai terhadap tuannya, bahkan untuk membuktikan kesetiaannya tidak jarang seorang samurai rela mati untuk tuannya. Dalam pernyataan di atas menjelaskan pula bahwasanya kesetiaan yang dimiliki oleh seorang samurai tidak hanya terpaku pada tuannya, namun juga terhadap keluarga samurai itu sendiri. Maka dari itu, dapat dikatakan pula bahwa konsep bushido chugi「忠義」yang merupakan kesetiaan yang dimiliki oleh samurai merupakan bentuk dari menjaga kehormatan samurai itu sendiri dengan kesetiaan yang ia lakukan untuk tuannya dan keluarga samurai itu sendiri.
METODE Jenis Penelitian
Dalam meneliti dongeng ini peneliti menggunakan analisis deskriptif. Menurut Moleong (2013:11) metode analisis deskriptif merupakan gabungan dari dua metode yaitu metode analisis dan metode deskriptif. Metode analisis digunakan untuk membantu menguraikan dan menganalisis data berupa
kalimat-kalimat berbentuk dialog dan ungkapan yang menunjukkan adanya konsep bushido pada Momotaro, Kintaro dan Urashimataro. Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk memberikan uraian serta hasil analisis secara rinci dan jelas sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan adanya konsep bushido
pada Momotaro, Kintaro, Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang「 ももたろう、 きんたろう、dan うらしまたろう」
Sumber Data Penelitian
Penelitian ini mengambil cerita rakyat 「ももたろう」ditulis oleh Moriyasuji 「森やすじ」cetakan tahun 1983 dan diterbitkan oleh KOUDANSYA, cerita rakyat 「きんたろう 」(http://life.ou.edu/stories/kintarou.html) serta cerita rakyat 「うらしまたろう」ditulis oleh Matsutani Miyoko 「松谷美代子」cetakan tahun 1976 dan diterbitkan oleh KAISEI-SHA. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data merupakan teknik telaah pustaka. Seperti yang diuraikan oleh Sunarto (2001: 28) teknik pengumpulan data menggunakan metode pustaka dan dokumen. Metode pustaka adalah pengumpulan data-data atau bahan-bahan yang diambil dari kepustakaan yang berupa teori-teori pendukung untuk menganalisis data.
Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Membaca dan menelaah sumber data dalam penelitian yaitu cerita rakyat 「ももたろう」 ditulis oleh Moriyasuji 「森やすじ」cetakan tahun 1983 dan diterbitkan oleh KOUDANSYA, cerita rakyat「きんたろう」(http://life.ou.edu/st ories/kintarou.html) serta cerita rakyat 「うらしまたろう」ditulisoleh Matsutani Miyoko「松谷美代子」cetakan tahun 1976 dan diterbitkan oleh KAISEI-SHA. 2. Menganalisis kalimat-kalimat maupun
ungkapan dalam cerita rakyat Jepang「 ももたろう、きんたろう、dan
うらしまたろう」menjadi potongan data
lalu kemudian mengklasifisikan data tersebut ke dalam konsep bushido yang dialami oleh tokoh Momotaro, Kintaro dan Urashimataro sesuai dengan landasan teori dalam kepustakaan.
3. Menyimpulkan hasil analisis data konsep bushido yang dialami oleh tokoh Momotaro, Kintaro dan Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang 「ももたろう、きんたろう、dan
うらしまたろう」.
4. Melaporkan hasil analisi data HASIL PENELITIAN
1. Bushido pada Tokoh Momotaro dalam Cerita Rakyat Jepang 「ももたろう」. Momotaro merupakan sosok anak laki-laki yang terlahir dari buah persik yang ditemukan oleh sepasang nenek dan kakek. Momotaro tumbuh menjadi sosok yang kuat dan dapat diandalkan. Pada cerita rakyat Jepang 「ももたろう」 ini sosok Momotaro merupakan sosok pahlawan yang membela desanya dari penindasan setan bersaudara. Pada cerita rakyat Jepang ini pula ditemukan konsep bushido yang dimilki samurai dalam sikap dan pribadi pada Momotaro. Konsep bushido yang dialami olehMomotaroadalah: a. Yuuki (勇気) (Keberanian) b. Jin (仁) (KemurahanHati) c. Reigi (礼儀) (Kesopanan) d. Gi (義) (Keadilan/ Kebenaran) e. Meiyo (名誉) (Kehormatan) f. Chuugi (忠義) (Kesetiaan)
2. Bushido pada Kintaro dalam Cerita Rakyat Jepang「きんたろう」.
Kintaro merupakan sosok anak laki-laki yang tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya di gunung Ashigara. Kintaro tumbuh menjadi pribadi kuat yang ringan tangan, suka menolong, dan disenangi oleh binatang penghuni gunung Ashigara. Sesuai dengan doa sang ibu pada suatu hari Kintaro bertemu samurai yang kelak akan menjadikannya seorang samurai yang hebat. Pada cerita rakyat Jepang 「きんたろう」ini ditemukan adanya
kesamaan dua dari tujuh konsep bushido dengan sikap Kintaro. Konsep bushido yang dialami oleh Kintaro ialah:
a. Shinjitsu (真実) (Kejujuran)
b. Jin (仁) (KemurahanHati)
3. Bushido Pada Urashimataro dalam Cerita Rakyat Jepang「うらしまたろう」.
Pada cerita rakyat Jepang 「うらしまたろう」ini, urashimataro merupakan sosok pemuda yang tinggal di sebuah desa. Hingga iamenolong seekor kura-kura kecil dan kura-kura tersebut membalas kebaikannya dengan mengajaknya ke istana laut. Dalam cerita rakyat Jepang「うらしまたろう」ini ditemukan adanya dua konsep dari tujuh bushido yang dialami oleh sosok Urashimataro, yaitu:
a. Jin (仁) (KemurahanHati)
b. Chuugi (忠義) (Kesetiaan)
SIMPULAN
1. Bushido pada Tokoh Momotaro dalam Cerita Rakyat Jepang 「ももたろう」. Konsep bushido yang dialami oleh Momotaro adalah: a. Yuuki (勇気) (Keberanian) b. Jin (仁) (KemurahanHati) c. Reigi (礼儀) (Kesopanan) d. Gi (義) (Keadilan/ Kebenaran) e. Meiyo (名誉) (Kehormatan) f. Chuugi (忠義) (Kesetiaan)
2. Bushido pada Kintaro dalam Cerita Rakyat Jepang「きんたろう」.
Konsep bushido yang dialami oleh Kintaro ialah:
a. Shinjitsu (真実) (Kejujuran)
b. Jin (仁) (KemurahanHati)
3. Bushido Pada Urashimataro dalam Cerita Rakyat Jepang「うらしまたろう」.
Dalam cerita rakyat Jepang「うらしまたろう」ini
ditemukan adanya dua konsep dari tujuh bushido yang dialami oleh sosok Urashimataro, yaitu:
a. Jin (仁) (KemurahanHati)
b. Chuugi (忠義) (Kesetiaan)
IMPLIKASI
Bagi pembelajar sastra, penelitian ini mampu memberikan referensi untuk memperluas wawasan mengenai sastra khususnya mengenai konsep bushido dalam cerita rakyat Jepang. Bagi pengajar sastra, penelitian ini diharapkan mampu memberikan perluasan terhadap ruang lingkup pengajaran sastra sehingga pengajar mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan materi pembelajaran sebagai bahan diskusi.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji sastra, khususnya mengenai konsep bushido dalam cerita rakyat Jepang.
Daftar Rujukan
Antonius R. Pujo Purnomo. 2008. Bushido The Soul Of Japan (Terjemahan Nitobe Inazo). Indonesia: ERA Media
Benedict, Ruth. 1982. Samurai. Jakarta:PT Gramedia.
Benedict, Ruth. 1992. Pedang Samurai dan Bunga Seruni. Terjemahan Pramudji, Jakarta: Sinar Harapan
Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Klemmer, Brian. 2008. The Compassionate
Samurai (Terjemahan Wulansari, Dewi). Tangerang: Gemilang.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nitobe Inazo. 1998. Bushido 「武士道」. Tokyo: Charles E. Tuttle Company, Inc.
Nitobe Inazo. 2003. Bushido 「武士道」. Tokyo: Charles E. Tuttle Company, Inc.
Ramelan, Ratih. 2011. Samurai The Last Warrior (Terjemahan Man, John). Tangerang: PT Pustaka Alvabet Suryohadiprojo, Sayidiman.1982. Manusia
dan Masyarakat Jepang dalam perjoangan Hidup. Jakarta : Universitas Indonesia
Sunarto. 2001. Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu sosial & Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press.
Tsunemoto, Yamomoto. 2002. Hagakure The Wisdom Of Samurai. Depok: ONCOR Semesta Ilmu.
Tim Penyusun. 2014. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya Wellek, Rene dan Warren. 1995. Teori
Kesusastraan (Terjemahan Melani Budianta). Jakarta: Gramedia. Wiyatmi, 2006. Pengantar Kajian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka.
Widayanti, Ida Tri.2008. Konsep Bushido Pada Perwatakan Tokoh Utama Dalam Cerpen Akanishi
Kakita「赤西蠣太」Karya Shiga Naoya「志賀直哉」. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JNSI FBS UNESA. 森やすじ. 1983. 「ももたろう」. Japan: KODANSYA 「きんたろう 」, (http://life.ou.edu/stories/kintarou.html diakses 11 Oktober 2014). 松谷美代子. 1976.「うらしまたろう」. Japan: KAISEI-SHA.