• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULTILEVEL MARKETING MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH DAN FATWA DSN MUI NO.75DSNMUIVII2009 TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) SKRIPSI Diajukan untuk Memen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MULTILEVEL MARKETING MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH DAN FATWA DSN MUI NO.75DSNMUIVII2009 TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS) SKRIPSI Diajukan untuk Memen"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

MULTILEVEL MARKETING

MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI) DALAM

PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NO.07 TAHUN 2014

TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH

DAN FATWA DSN MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009

TENTANG PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG

SYARIAH (PLBS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

MUJITO

NIM 21412013

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI

AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“We are born for doing great things!”

“If you think can, Impossible will be possible!”

“Time be lost before again!”

Sekali Melangkah pantang wajah berpaling ke belakang!”

“Hidupkanlah hidupmu dengan kesibukan dan kesuksesan!“

“Bekerjalah untuk masa depan bangsa dan agamamu!”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya hingga karya tulis dengan judul “Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI) dalam Perspektif Undang Undang No.07

Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI

No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah”, Kita perlu mengerti praktik Multi Level Marketing yang sesuai dengan hukum positif dan hukum islam. Maka penerapan dari kedua hukum tersebut terhadap pelaksanaan Multi Level Marketing sangatlah penting. Sehingga, pemahaman yang akan konsep Multi Level Marketing yang baik menurut Undang Undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syari‟ah (PLBS) dapat menjauhkan masyarakat dari praktik Multi Level Marketing yang dilarang.

Penulisan karya tulis ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, petunjuk, nasehat, bantuan dan kepercayaan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimaksih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M. H selaku Kajur Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga. 4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(8)

viii

6. Seluruh dosen IAIN Salatiga dan karyawan akademik yang tidak dapat saya sebut satu persatu.

7. Seluruh pegawai perpustakaan kampus IAIN Salatiga.

8. Teman-teman baik itu di organisasi, kampus IAIN Salatiga, Ma‟had Al-Ishlah Tingkir Lor, Salatiga.

9. Keluarga tercinta di rumah.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti Maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan karya tulis ini dimasa mendatang.

(9)

ix

ABSTRAK

Mujito. 2016. Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI) dalam Perspektif Undang Undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum

Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya Muhsin.

Kata Kunci: Multilevel Marketing Milionaire Club Indonesia (MCI), Undang-Undang No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih Muamalah, Fatwa DSN MUI No. 75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di Salatiga dan sekitarnya merupakan salah satu jenis MLM yang banyak mengeluarkan produk kecantikan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik MCI di masyarakat. Selain itu, penelitian ini untuk mengetahui kedudukan hukumnya ditinjau dari Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih Muamalah, dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis dan yuridis-normatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti yaitu perilaku, persepsi motivasi, dan tindakan dari perilaku bisnis MCI. Teknik pengumpulan data dilakukan wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap para pelaku bisnis MCI, sedangkan dokumentasi meliputi website, dokumen resmi, buku-buku dan brosur/leaflet yang berkaitan dengan MCI.

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa praktik MLM MCI tidak memenuhi ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut: 1). Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan yaitu MCI menerapkan sistem skema piramida, 2). Fikih muamalah yaitu Jual beli di MCI mengandung unsur riba, maysir dan

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Kegunaan Penelitian ... 4

E. Penegasan Istilah ... 4

F. Tinjauan Pustaka ... 7

G.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan... 9

2. Kehadiran Peneliti ... 10

(11)

xi

4. Kebutuhan Dari Sumber Data ... 10

5. Teknik Pengumpulan Data ... 11

6. Analisis Data ... 12

7. Pengecekan Keabsahan Data... 13

8. Tahap-tahap Penelitian ... 13

H.Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN UMUM MULTI LEVEL MARKETING DAN TEORI HUKUM ISLAM A.Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM) 1. Pengertian Multi Level Marketing ... 16

2. Sejarah Berdirinya Multi Level Marketing ... 16

3. Karakteristik Bisnis MLM ... 18

4. Cara Kerja MLM ... 21

B.Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan ... 25

C.Tinjauan Fikih Muamalah dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI /VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah ... 32

1. Fikih Muamalah ... 32

a. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli ... 32

1) Pengertian Jual Beli... 33

2) Dalil Hukum ... 33

3) Rukun dan Syarat Jual Beli ... 34

(12)

xii

a) Jenis-jenis Jual Beli yang diperbolehkan dalam Islam... 35

b) Jenis-jenis Jual Beli yang tidak diperbolehkan

dalam Islam ... 48 2. Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang tentang

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) ... 55 a. Ketentuan Hukum ... 55 b. Ketentuan Akad ... 64 BAB III PRAKTIK MLM MCI DI MASYARAKAT

A.Profil MCI ... 67 B.Produk-produk Milionaire Club Indonesia ... 70 B.Sistem Milionaire Club Indonesia

1. Sistem Manajemen ... 73 2. Sistem Pembagian Bonus MCI ... 80 BAB IV PRAKTIK MILIONAIRE CLUB INDONESIA (MCI)

MENURUT UNDANG-UNDANG NO.07 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN, FIKIH MUAMALAH, dan FATWA DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 TENTANG PENJUALAN LANGSUNG

BERJENJANG SYARI‟AH (PLBS)

A.Tinjauan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 Tentang MCI ... 86 B.Tinjauan Fikih Muamalah Tentang MCI ... .90

(13)

xiii

2. Ketentuan Akad ... .96 C.Tinjauan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang

MCI

1. Ketentuan hukum ... 99 2. Ketentuan Akad ... 107 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 112 B. SARAN ... 114 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan MLM dengan Money Game ... .30

Tabel 3.1 Daftar Harga Paket Wow ... .75

Tabel 3.2 Daftar Harga Paket Upgrade ... .76

Tabel 3.3 Daftar Harga Paket Reward ... .77

Tabel 3.4 Daftar Harga Paket Reward 2 poin ... .77

Tabel 3.5 Daftar Harga Paket Heboh ... .78

Tabel 3.6 Daftar Harga Paket Diamond ... .78

Tabel 3.7 Daftar Harga Paket Full Diamond ... .79

Tabel 4.1 Tinjauan Undang-undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan Terhadap Praktik MLM MCI ... .89

Tabel 4.2 Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Praktik MLM MCI ... .98

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kantor Perwakilan MCI ... .69

Gambar 3.2 skema bonus level ... .81

Gambar 3.3 skema bonus pasangan ... .82

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam persaingan yang semakin kompetitif ini, tidak dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para angkatan kerja dengan meningkatnya jumlah pengangguran belakangan ini. Kondisi ini semakin diperburuk dengan situasi persaingan global (pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean/MEA) yang akan memperhadapkan masyarakat Indonesia bersaing secara bebas dengan negara lainnya. Oleh karena itu, mendirikan sebuah badan usaha atau menjalankan usaha bisnis merupakan bidang ekonomi yang mampu memberikan konstribusi yang positif dalam mereduksi angka pengangguran dan kemiskinan saat ini. Namun, Kendala financial, soft skill, dan minimya pengetahuan tentang

entrepreneurship menyebabkan susahnya usaha mandiri dapat bertumbuh dengan cepat.

(17)

2

kepada distributor independen yang bertugas sebagai pengecer. Keunikan sistem pemasaran ini terletak pada eksklusivitas cara pendistribusiannya, dimana hasil produksinya tidak dapat dibeli umum di tempat-tempat toko, pasar, swalayan, atau deparment store dan lain-lain, tetapi hanya dapat diperoleh melalui distributor langsung tersebut (Rozi, 2006:105-106).

Sistem bisnis ini mulai diminati masyarakat dikarenakan bisnis Multi Level Marketing ini adalah bisnis dengan modal yang relatif lebih kecil dengan peluang yang besar, mendapatkan passive income, dan tidak memiliki jam keja tertentu. Multi Level Marketing merupakan suatu metode penjualan barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh distributor secara berantai dan berjenjang. Maka tidak mengherankan jika perkembangan industri MLM di Indonesia belakangan ini cukup pesat. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) pada tahun 2015 jumlah perusahaan MLM yang terdaftar di APLI sebanyak 84 perusahaan MLM (www.apli.or.id/anggota/ diakses 03 Agustus 2016).

Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah persoalan dimasyarakat terkait kehadiran MLM yakni, banyak masyarakat kita yang menjadi korban

(18)

3

baik dan untuk melindungi masyarakat dari tindakan curang yang dilakukan perusahaan MLM yang curang.

Salah satu di antara bisnis MLM yang berkembang adalah Milionaire Club Indonesia (MCI). MCI adalah klub bisnis dibawah naungan PT. Milioner Group Indonesia (MGI) yang memberikan hak khusus kepada seluruh anggotanya untuk membangun jaringan pemasaran produk. PT. Milioner Group Indonesia (MGI) merupakan perusahaan di bidang kecantikan dan kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam praktik bisnis MLM MCI ini agar masyarakat secara bijak menilai MLM mana yang layak untuk diikuti atau tidak diikuti.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang penelitian yang ada maka peneliti akan membatasi rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini agar tidak terjadi kerancuan.

Adapun Rumusan Masalah yang diambil adalah:

1. Bagaimana praktik bisnis Multi Level Marketing (MLM) Milionaire Club Indonesia (MCI) di masyarakat,

(19)

4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui praktik bisnis Multi Level Marketing Milionaire Club Indonesia di masyarakat.

2. Untuk mengetahui sistem bisnis Multi Level Marketing Milionaire Club Indonesia menurut Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bentuk sumbangan pemikiran dan masukan terhadap para pihak yang berkepentingan terutama masyarakat luas mengenai Multi Level Marketing.

2. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terkait Multi Level Marketing.

E. PenegasanIstilah

1. Praktik

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata praktik merupakan kata benda yang mengacu pada arti dari sebuah pelaksanaan secara apa yang disebut dalam teori (Pusat Bahasa, 2007:892).

2. Multi Level Marketing (MLM)

(20)

5

pemasaran dan distribusi. Perhatian utama dari MLM adalah menentukan cara terbaik untuk menjual produk dari suatu perusahaan melalui inovasi di bidang pemasaran dan distribusi. Pada prinsipnya, MLM hanya berkaitan dengan bagaimana bisa menjual suatu produk dengan lebih efisien dan efektif kepada pasar (Santoso, 2006:28).

MLM didefinisikan sebagai Penjualan Langsung Berjenjang yakni cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut (Fatwa MUI NO.75/DSN/MUI/VII/2009). 3. Milionaire Club Indonesia (MCI)

MCI adalah klub bisnis dibawah naungan PT. Milioner Group Indonesia (MGI) yang memberikan hak khusus kepada seluruh anggotanya untuk membangun jaringan pemasaran produk. PT. Milioner Group Indonesia (MGI) merupakan perusahaan di bidang kecantikan dan kesehatan.

4. Undang-undang No.07 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Undang-undang dalah ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah (menteri, badan eksekutif, dsb) disahkan oleh Parlemen (Dewan Pewakilan Rakyat, Badan Legislatif, dsb) ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja) dan mempunyai kekuatan yang mengikat (Pusat Bahasa, 2007:1245).

(21)

6

wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi (http://seputarpengertian. blogspot.co.id/2014/11/pengertian tujuan dan lingkup pengaturan perdagangan.html diakses 07 Mei 2017).

5. Fikih Muamalah

Fikih muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah Swt. Yang telah ditetapkan berkaitan dengan interaksi dan perilaku manusia lainnya dalam upaya memeroleh, mengatur, mengelola, dan mengembangkan harta benda (al-maal) (Nawai, 2012:11).

6. Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

Dalam ilmu Ushul Fikih, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta fatwa dalam suatu kasus yang bersifat tidak mengikat. Fatwa juga dapat diterjemahkan sebagai petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan hukum (Dahlan, 1996:326).

(22)

7

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang MLM sudah banyak dilakukan diantaranya penelitian yang ditulis oleh Ami Sholihat dengan judul Tinjauan Hukum Islam Tentang Insentif Passive Income Pada Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link

Internasional. Adapun rumusan masalah penelitian tersebut adalah:

1. Apa saja yang termasuk Insentif Passive Income di PT. K-Link International,

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang Insentif Passive Income pada

Multi Level Marketing Syariah di PT. K-Link International. Hasil penelitian yang dilakukannya adalah sebagai berikut:

1. Insentif passive income didapatkan oleh member K-Link yang berperingkat atas seperti Royal Crown Ambassador, Crown Ambassador, Emerald Manager, Sapphire Manager, Diamond Manager, dan Senior Crown Ambassador. Peringkat-peringkat tersebut yang sudah mahir menduplikasikan K-System 3 samapai 5 lapis ke dalam tiga kaki utama dan fokus kerja selama 1-3 tahun.

2. Menurut ketentuan hukum fatwa tentang PLBS (Penjualan Langsung Berjenjang Syariah) No.75/DSN/MUI/VII/2009, bahwa PT. K-Link Internaional belum memenuhi fatwa tersebut karena insentif yang diperoleh

member yang berperingkat mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari

downline dan hasil jerih payah downline.

Penelitian kedua dilakukan oleh Sunarno dengan judul skripsi

(23)

8

Syari‟ah di PT. Ahad-Net Internasional. Adapun rumusan masalah penelitian

tersebut adalah bagaimana tinjauan hukum islam terhadap sistem penetapan harga pada PT. AHAD-Net Internasional menurut penilaian mitra niaga. Hasil penelitian yang dilakukannyan adalah secara umum penetapan yang diberlakukan sesuai .dengan keinginan mitra niaga dan tidak mahal. Dengan kata lain, harga tersebut adil dan tidak memberatkan konsumen dan pengambilan keuntungan wajar. Namun jenis produk deterjen dinilai tidak adil karena harga tersebut dinilai mahal menurut mitra niaga. Secara keseluruhan, sistem penetapan harga pada PT. Ahad-Net Internasional sudah tidak ditemukan kebijakan yang bertentangan dengan hukum islam.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Chusnul Chotimah dengan judul

Praktik Bisnis Multi Level Marketing (MLM) Tianshi Solo di kalangan ustad

Ditinjau dari Hukum Islam. Adapun rumusan masalah penelitian tersebut adalah Apakah MLM Tianshi Solo telah sesuai hukum islam. Hasil penelitian yang dilakukannya adalah sebagai berikut: dilihat dari segi legalitas, segi produk, segi pembagian keuntungan serta jenjang kenaikan peringkat, Tianshi cukup transparan. Namun , hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan akan kebolehannya. Namun dalam praktiknya, Tianshi tidak sesuai dengan prinsip prinsip syariat. Diantaranya adalah praktik operasional Tianshi bertentangan dengan prinsip keadilan, prinsip musyarakah, prinnsip al-bir at taqwa serta didalamnya terkandung unsur yang dilarang dalam islam yakni unsur jahalah (ketidak jelasan), unsur dharar (merugikan) dan unsur zulm

(24)

9

Dari kajian yang telah kami lakukan terhadap penelitian di atas penelitian maka berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini penulis menitikberatkan analisis yuridis praktik bisnis Multi level Marketing

Milionaire Club Indonesia menurut UU No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Fikih Muamalah, dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Munawaroh, 2012: 17).

Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan sosiologis dan yuridis-normatif. Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang menggunakan berbagai metode pengumpulan data, diantaranya metode pengamatan, metode wawancara, metode analisis life history, metode analisis folklore, metode mencatat mimpi, metode survei lintas budaya dan metode-metode lain (Bungin, 2011: 94).

(25)

10 2. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak. Dalam penelitian ini subjek penelitian mengetahui bahwa penulis adalah peneliti.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu dilakukan. Penelitian tentang praktik bisnis Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) dilakukan di Kota Salatiga dan sekitarnya. Karena peneliti masih menemukan praktik bisnis MCI di wilayah tersebut, maka peneliti memilih lokasi tersebut.

4. Kebutuhan dan sumber data

(26)

11 a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil wawancara dengan informan, dan atau langsung ikut berperan dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang didapat dari penelitian ini adalah wawancara langsung kepada informan di tempat penelitian dan dokumen-dokumen MCI.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

5. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang dibutuhkan. a. Wawancara

(27)

12

Tujuan peneliti mengunakan metode pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang konkret mengenai praktik bisnis Multi Level Marketing MCI yang dilakukan di masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan pelaku bisnis Multi Level Marketing MCI yang ada di Kota Salatiga dan sekitarnya.

b. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data yang jelas dan konkret, maka peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa, brosur atau leaflet yang memuat tentang tema yang diteliti.

6. Analisis data

(28)

13 7. Pengecekan keabsahan data

Peneliti tidak hanya menerima informasi mentah dari satu informan saja melainkan dengan mengadakan konfirmasi ke informan lain mengenai data yang diberikan oleh informan pertama. Hal ini merupakan salah satu dari jenis strategi triangulasi (Patton. 2006: 279). Peneliti juga tidak menerima data yang janggal atau bisa dikatakan menggunakan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap yang dilakuakn dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian, mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui wawancara dengan informan dan mengumpulkan dokumen-dokumen MCI.

(29)

14 Berjenjang Syariah (PLBS).

d. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan hasil penelitian, sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan. Pendahuluan ini merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok skripsi yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Di dalam metode penelitian berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, dan tahap-tahap penelitian.

Adapun Bab kedua merupakan tinjauan umum MLM dan teori hukum islam yang meliputi sejarah berdirinya MLM, karakteristik MLM, cara kerja MLM, tinjauan hukum islam tentang kebolehan dan keharaman MLM, Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

Bab ketiga ini berisi uraian tentang pelaksanaan Multi Level Marketing

(30)

15

Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI), sistem yang digunakan dalam Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI).

Selanjutnya, Bab keempat yang merupakan inti dari penulisan dan pembahasan skripsi. Pada bab ini peneliti menguraikan tentang jawaban terhadap pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan Multi Level Marketing (MLM) Milioner Club Indonesia (MCI) di Kota Salatiga dan sekitarnya apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang No.07 Tahun 2014 tentang perdagangan, Fikih Muamalah dan Fatwa MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS).

Kemudian, diakhiri Bab kelima yang merupakan kesimpulan dan saran-saran mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

(31)

16

BAB II

TINJAUAN UMUM MULTILEVEL MARKETING DAN TEORI HUKUM

ISLAM

A.Gambaran Umum Tentang Multi Level Marketing (MLM) 1. Pengertian Multi Level Marketing (MLM)

Santoso 2006:28 menyatakan bahwa Multi Level marketing adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan Upline (tingkat atas) dan Downline (tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Inti dari bisnis Multi Level Marketing ini digerakkan dengan jaringan, baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya. Dengan kata lain, Multi Level Marketing ini disebut juga pemasaran jaringan, dan sebagian orang menyebutnya Direct Selling atau penjualan langsung.

2. Sejarah berdirinya Multi Level Marketing (MLM)

(32)

17

mempelajari banyak literatur mengenai nutrisi pada waktu itu. Akhirnya, dia menyimpulkan bahwa diet yang seimbang dibutuhkan untuk membuat seluruh tubuh bisa tetap berfungsi secara seimbang. Penemuan ini menyebabkan dia merasakan adanya kebutuhan untuk makanan suplemen bagi diet yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh tanpa mempedulikan kebiasaan makan seseorang. Setelah melakukan eksperimen selama 7 tahun, akhirnya Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia memberikan hasil temuannya tersebut kepada teman-temannya untuk dicoba (Santoso, 2006:23).

Kemudian temuan rehnborg tersebut diminati para konsumen dan pada tahun 1934 dia mendirikan perusahaan Nutrilite Produced, Inc. Selanjutnya perusahaannya menerapkan sistem bonus sebesar 2% kepada penjual yang berhasil merekrut penjual baru. Kemudian perusahaannya juga memberikan komisi tambahan kepada distributor barunya yang berhasil merekrut, melatih dan membantu distributor baru menjual nutrilite kepada konsumen. Dalam perkembangan berikutnya, setidaknya terdapat tiga nama penting dari sekian banyak distributor nutrilite yang kelak menyempurnakan sistem penjualan langsung mereka. Mereka adalah Dr. Forrest Shaklee, Richard De Vos dan Jay Van Andel.

Kemudian pada tahun 1950-an perusahaan Nutrilite Produced, Inc

(33)

18

menjadi perusahaan multinasional. Kemudian pada tahun 1959 mantan distributor Nutrilite Richard De Vos dan Jay Van Andel mendirikan Amway. Mereka berhasil mengembangkan sistem pemasaran yang dirintis Nutrilite Produced. Akhirnya Pada tahun 1972 Amway membeli Nutrilite Produced. Amway mempunyai 450 lebih produk yang ditawarkan dan menjadi perusahaan terbesar hingga saat ini (Rozi, 2006:108).

Berkembangnya industri MLM di Indonesia belakangan ini merupakan suatu fenomena yang cukup menarik. Dalam waktu kurang dari dua dekade, bangsa ini telah memiliki sekitar 40-an lebih perusahaan MLM. Menurut data APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) tahun 2002, sekitar 4 juta orang telah terlibat dalam industri ini, dan di antaranya terdapat puluhan hingga ratusan ribu orang terpikat hatinya pada perusahaan-perusahaan MLM (Rozi, 2006:65).

3. Karakteristik bisnis MLM

a. Modal rendah

Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis MLM tidaklah tinggi, hanya berkisar pada puluhan ribu rupiah. Rendahnya modal awal disebabkan karena:

(34)

19

2) Sebagai distributor/agen tidak perlu memiliki persediaan/stok barang yang banyak, cukup hanya sebagai contoh produk saja.

3) Sebagai distributor/agen tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menggaji manajemen (MLM leaders, 2007:4).

b. Pengarahan dan bimbingan

Bisnis MLM menjadi sebuah bisnis dambaan. Setiap orang yang ingin memiliki bisnis pasti menginginkan adanya bimbingan dari seseorang yang memiliki pengalaman dalam bisnis, atau usaha tersebut. Dalam bisnis MLM, setiap orang akan mendapatkan bimbingan yang berasal dari:

1) Upline, yaitu rekan kerja yang telah mengajak downline untuk menekuni bisnis MLM. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki, mereka dapat mengarahkan, membimbing, serta mendampingi downline saat menjalankan bisnis ini.

2) Support sistem, yaitu sistem penunjanng yang menyediakan sistem pendidikan dan peralatan penunjang seperti kaset, buku, VCD/DVD, brosur, atau majalah (MLM leaders, 2007:7).

c. Resiko kecil

(35)

20 1) Modal usaha yang kecil.

Ketika terjadi sesuatu yang buruk, dan member harus berhenti dengan bisnis ini member tidak akan kehilangan modal, atau uang, dalam jumlah yang besar.

2) Sistem transaksi cash and carry

Semua pembayaran dilakukan secara tunai oleh setiap rekan kerja

member.

3) Tanggung jawab terpisah.

Masing-masing orang memiliki tanggung jawab dan kewajiban sendiri-sendiri (MLM leaders, 2007:9).

d. Pendapatan tidak terbatas/besar

Bisnis jaringan adalah sebuah bisnis yang memiliki potensi pendapatan yang sangat besar, bahkan bisa dikatakan tidak terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam jaringan bisnis seseorang tidak dibatasi jumlah rekan kerja yang boleh dimiliki.

e. Perluasan wilayah/ekspansi usaha

Ekspansi usaha adalah salah satu cara untuk memperbesar pendapatan dan memperkecil resiko kehilangan pendapatan. Perluasan wilayah menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan karena member tidak pernah tahu kapan akan terjadi sesuatu pada salah satu wilayah usaha nya. Hal-hal yang terjadi pada sebuah wilayah:

(36)

21 c. Keadaan ekonomi yang memburuk d. Perubahan kebijakan

e. Kestabilan keamanan dan politik suat wilayah bisa berubah sewaktu-waktu (MLM leaders, 2007:13).

4. CARA KERJA MLM

Setelah mengetahui tujuan dari perusahaan MLM, selanjutnya akan didiskusikan bagaimana sebetulnya cara suatu perusahaan MLM untuk mempertahankan keberadaannya.

a. Cara perusahaan Multi Level Bekerja

Perusahaan Multi Level biasanya membagi uang yang mereka terima dari para distributor mereka dengan proporsi seperti ini:

1) 50% untuk bonus.

2) 25% untuk biaya produk yang diberikan. 3) 25% untuk keuntungan dan biaya lain-lain.

Hal ini berarti untuk setiap dolar yang diberikan oleh distributor hanya 50% yang akan dikembalikan sebagai bonus. Sama seperti lotre dan pacuan kuda, perusahaan MLM tidak mencetak sendiri uang yang digunakan. Mereka hanya mengembalikan sebagian uang yang mereka terima kepada para distributor mereka. Sisanya digunakan untuk menghasilkan produk, keuntungan dan biaya lain-lain (Santoso, 2006: 40).

(37)

22

Jika mereka menjawab tetap berpartisipasi, selama perusahaan MLM menyediakan nilai tambah untuk uang yang mereka investasikan. Jika perusahaan MLM tidak mempunyai produk atau mempunyai produk, tetapi dengan nilai yang tidak tinggi, maka para distributor akan segera kecewa karena kehilangan 50% dari uang mereka (Santoso, 2006:40).

Kesalahan inilah yang banyak dilakukan oleh banyak industri multilevel. Terlalu banyak distributor yang mempunyai pandangan yang salah dan menganggap bahwa semua orang akan mampu menghasilkan uang lebih banyak daripada jumlah uang yang mereka investasikan. Hal ini secara matematis tidak akanmungkin terjadi (Santoso, 2006:40).

Para distibutor yang mempunyai pandangan seperti ini akan merekrut calon distributor baru dengan mengatakan bahwa mereka akan menerima uang lebih banyak daripada jumlah yang mereka investasikan. Padahal, kenyataannya hampir semua distributor akan menerima uang lebih kecil dari yang mereka investasikan. Bahkan, banyak distributor yang tidak menerima uang se-sen pun (Santoso, 2006:41).

(38)

23

Pandangan yang salah ini sering kali membuat para distributor berkata kepada para calon distributor baru agar tidak mengkhawatirkan produknya. Meskipun calon distributor tersebut tidak memerlukannya atau berpikir bahwa harganya terlalu mahal, yang penting calon distributor tersebut mendapatkan tiga distributor. Selanjutnya, dia akan mencapai titik impas (break event point). Jika dia mendapatkan distributor ke-4, dia akan mulai mendapatkan keuntungan (Santoso, 2006:41).

Para distributor baru ini akan bergabung kedalam program dan merekrut berapa distributor lagi. Para distributor yang mereka rekrut tidak mendapatkan bonus untuk menutupi investasi bulanan mereka. Akhirnya mereka putus asa dan berhenti dari program. Hal ini menyebabkan distributor yang berada diatas mereka kehilangan bonus bulanan-nya sehingga berada dibawah investasi bulanan, akhirnya mereka juga keluar dari program ini. Sponsor mereka juga akan kehilangan bonus, sehingga uang yang didapatkan juga berada dibawah investasinya, yang pada akhirnya mereka juga keluar dari program ini pula (Santoso, 2006:41).

(39)

24

rencana pemasaran untuk meyakinkan orang. Berapa banyak distributor akan kehilangan investasi mereka sehingga sponsor mereka akan menjadi impas (Santoso, 2006:41).

Semua program MLM yang hanya berdasarkan pada rencana pemasaran saja pasti akan mengalami kegagalan. Perusahaan-perusahaan ini hanya memberikan sedikit (atau bahkan tidak ada sama sekali) nilai pada produk untuk investasi para distributor mereka. Sebagai contoh, 1 botol vitamin seharga 60 dolar yang bisa dibeli di toko seharga 10 dolar, atau perjalanan yang mahal atau diskon yang biasanya bisa didapat dengan gratis. Jika produk bukan merupakan sesuatu yang dianggap bermanfaat oleh para distributor, maka sebagai hasilnya mereka pasti akan keluar. Jika para distributor keluar biasanya akan diikuti oleh para sponsor, dan seterusnya (Santoso, 2006:42).

Nilai dari produk harus merupakan sesuatu yang signifikan. Selalu ada distributor yang terletak di bagian paling bawah sehingga mereka harus membeli produk untuk mereka pakai sendiri tanpa mengharapkan potongan yang didapat dari bonus yang diberikan. Rahasia untuk mendapatkan distributor yang aktif adalah dengan menyediakan produk yang bernilai. Setiap distributor harus memastikan bahwa produk yang disediakan oleh perusahaan MLM harus berharga wajar dan diminati masyarakat (Santoso, 2006:42).

(40)

25

bagi para upline untuk mendapatkan bonus yang besar. Jika para upline

secara terus-menerus mengganti para distributor yang baru, maka mereka hanya akan berlari di tempat dan akan segera menemukan tempat lain untuk berlari (Santoso, 2006: 42).

Para upline tidak bisa menipu, menjanjikan, dan membodohi para distributor dalam waktu yang lama. Orang-orang tidak bodoh. Mereka akan segera menyadari jika mereka dalam posisi yang dirugikan. Oleh karena itu, marketing plan harus memberikan keuntungan kepada distributor yang berada pada level bawah. Seorang upline hendaknya tidak membujuk, meminta, dan mengemis kepada downline-nya untuk tetap berada sebuah program yang tidak memberikan nilai (Santoso, 2006: 42).

B.Tinjauan Undang Undang No.07 Tahun 2014 tentang Perdagangan

1. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 6 menyatakan bahwa “ Setiap Pelaku Usaha wajib menggunakan atau melengkapi label berbahasa

Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di dalam negeri”.

(41)

26

2. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 1 menyatakan

bahwa “Distribusi barang yang diperdagangkan dalam negeri secara tidak

langsung atau langsung dapat dilakukan melalui pelaku usaha distribusi”. Distribusi tidak langsung adalah kegiatan pendistribusian Barang yang dilakukan oleh Pelaku Usaha Distribusi kepada konsumen melalui rantai distribusi yang bersifat umum sehingga setiap Pelaku Usaha Distribusi dapat memperoleh margin (distributor, sub-distributor, produsen pemasok, pengecer, dan pedagang keliling); dan/atau komisi (agen, sub-agen, dan pedagang keliling).

Distribusi langsung adalah kegiatan kegiatan pendistribusian barang dengan sistem penjualan langsung atau menggunakan sistem pendistribusian secara khusus.

Yang dimaksud dengan “Pelaku Usaha Distribusi” adalah Pelaku Usaha

yang menjalankan kegiatan distribusi barang di dalam negeri dan ke luar negeri, antara lain distributor, agen, eksportir, importir, produsen pemasok, subdistributor, sub-agen, dan pengecer.

3. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 2 menyatakan

bahwa “Distribusi Barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan rantai Distribusi yang bersifat umum: distributor dan jaringannya, agen dan jaringannya; atau waralaba.” 4. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 7 ayat 3 menyatakan

(42)

27

(1) dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem penjualan langsung secara: a. single level; atau b. multilevel.”

Yang dimaksud dengan “penjualan langsung” adalah sistem penjualan

Barang tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran.

Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara single level” adalah

penjualan Barang tertentu yang tidak melalui jaringan pemasaran berjenjang.

Yang dimaksud dengan “penjualan langsung secara multilevel” adalah

penjualan Barang tertentu melalui jaringan pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan Barang kepada konsumen.

5. Dalam Undang-Undang No.07 tahun 2014 pasal 8 menyatakan bahwa

“Barang dengan hak Distribusi eksklusif yang diperdagangkan dengan

sistem penjualan langsung hanya dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang

terdaftar sebagai anggota perusahaan penjualan langsung”.

(43)

28

Langsung Internasional (World Federation of Direct selling Assosiation/WFDSA). Disetiap Negara WFDSA hanya menerima satu asosiasi DS/MLM sebagai anggota yaitu Asosiasi yang mendaftar pertama dan anggota-anggotanya memenuhi persyaratan kode etik yang ditentukan oleh WFDSA. Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), merupakan organisasi independen, yang tidak berafiliasi dengan salah satu kegiatan politik praktis, selain kegiatan professional dalam bidang mewujudkan Penjualan Langsung (Direct selling), termasuk penjualan dengan sistem berjenjang (MLM) yang murni dan benar.

Dalam penerimaan anggota, APLI cukup ketat. Ketat, dalam pengertian melalui cara penelitian yang cukup hati-hati. Kemudian, calon anggota, akan diteliti dengan cermat bagaimana tentang marketing plannya

dan Kode Etik perusahaannya. Selain itu, produk makanan kesehatan dan kosmetik, harus ada nomor registrasi dari Badan POM. Cara penerimaan seperti ini bukan berarti untuk menyulitkan perusahaan DS/MLM yang mau bergabung dengan APLI, melainkan hanya untuk menangkal lebih dini terhadap perusahaan yang hanya berkedok DS/MLM (www.apli.or.id/profil.htm diakses 3 agustus 2016)

6. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 9 menyatakan bahwa

“Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida

dalam mendistribusikan barang”.

Menurut undang undang No.07 tahun 2014 yang dimaksud

(44)

29

dari hasil kegiatan penjualan barang. Kegiatan usaha itu memanfaatkan peluang keikutsertaan mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau setelah bergabungnya mitra usaha tersebut.

Adapun untuk format sistem skema piramida yaitu: a. Binary (biner) yaitu sistem dua kaki

b. Trinary yaitu sistem tiga kaki

c. Hybrid yaitu sistem gabungan dimana menggabungkan sistem 2 kaki dan 3 kaki. atau bahkan lebih.

Saat ini, sistem binary (dua kaki) menjadi sistem yang paling favorit digunakan oleh pengusung skema piramida. Terutama oleh beberapa perusahaan MLM (Multi Level Marketing). Hal yang menjadikan sistem ini banyak digunakan adalah sebagai berikut:

a. Model yang sederhana.

b. Perhitungan bonus/komisi lebih mudah (bagi perusahaan maupun bagi

member).

(45)

30

Dalam rangka memudahkan memahami perbedaan antara MLM dengan

Money Game bisa dilihat tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan MLM dengan Money Game (Skema piramida)

No. .

Multi Level Marketing Money Game

1 Terdaftar pada APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) bahkan WFDSA (World Federation of the Direct selling Associations).

Perusahaan money game tidak tergabung dalam anggota APLI dan WFDSA

2 Berhasil meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan para anggotanya dari level atas sampai level bawah.

Hanya menguntungkan bagi orang yang pertama atau lebih dulu bergabung sebagai anggota, atas kerugian yang mendaftar belakang 3 Keuntungan/keberhasilan Mitra Usaha

ditentukan dari hasil kerja dalam bentuk penjualan/pembelian produk/jasa yang bernilai dan berguna untuk konsumen.

Keuntungan/keberhasilan anggota ditentukan dari seberapa banyak ybs merekrut orang lain yang menyetor sejumlah uang sampai terbentuk satu format Piramida.

4 Setiap orang hanya berhak menjadi Mitra Usaha sebanyak 1 kali saja.

Setiap orang boleh menjadi anggota berkali-kali dalam satu waktu tertentu, menjadi anggota disebut dengan membeli kaveling jadi satu orang boleh membeli beberapa kaveling.

5 Biaya pendaftaran menjadi anggota tidak terlalu mahal, masuk akal dan imbalannya adalah Starter Kit yang senilai.

Biaya pendaftaran anggota sangat tinggi, biasanya disertai dengan produk-produk yang jika dihitung harganya menjadi sangat mahal (tidak sesuai dengan produk sejenis yang ada di pasaran).

6 Produk yang dijual jelas dan dijamin oleh perusahaan, mudah dijual di pasaran karena harga rasional dan kualitas terjamin.

Tidak mempunyai produk nyata atau kalaupun ada produk bukan hal utama, biasanya produk tersebut susah dijual karena kualitasnya yang kurang baik atau harganya tidak rasional.

7 Jumlah orang yang direkrut anggota tidak dibatasi, tetapi dianjurkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.

(46)

31

Lanjutan Tabel 2.1 ...

7. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 10 menyatakan bahwa

“Pelaku Usaha Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 melakukan

Distribusi Barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta etika ekonomi dan bisnis dalam rangka tertib usaha”.

Dalam penjelasan undang undang No.07 tahun 2014 pasal 10 tujuan dari penerapan etika ekonomi dan bisnis itu agar prinsip, perilaku ekonomi dan bisnis oleh Pelaku Usaha Distribusi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur dan No. Multi Level Marketing Money Game

8 Setiap Mitra Usaha dilarang menumpuk barang (Inventory Loading) karena di dalam penjualan langsung yang terpenting adalah produk yang dibeli bisa dipakai dan dirasakan khasiat/kegunaannya oleh konsumen

Setiap anggota dianjurkan untuk menjadi anggota berkali-kali dimana setiap kali menjadi anggota harus membeli produk dengan harga yang tidak masuk produk dilakukan secara simultan untuk meningkatkan kualitas

Tidak ada program pembinaan apapun juga, karena yang diperlukan hanya rekruting saja. 10 Memiliki marketing plan yang jelas, anggota MLM

dapat terus menjalankan bisnis dengan atau tanpa

downline, ada aturan main yang jelas, bonus yang diperoleh berasal dari omzet penjualan

Berlaku sistem binary

ataupun piramid, dimana

upline pasti mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Bonus yang diperoleh adalah berasal dari biaya pendaftaran anggota baru. Artinya jika anggota tersebut tidak mendapatkan

downline baru maka bisnis akan terhenti

(47)

32

berkeadilan, serta mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi, dan kemampuan saing guna terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara berkesinambungan.

8. Dalam undang undang No.07 tahun 2014 pasal 24 menyatakan bahwa

“Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha Perdagangan wajib memiliki

perizinan di bidang Perdagangan yang diberikan oleh Menteri.”

Dalam penjelasan undang undang No.07 tahun 2014 pasal 24, Kegiatan perdagangan merupakan tanggung jawab pemerintah yang kini diwakili melalui Menteri perdagangan. Dalam hal perizinan untuk melindungi pihak pihak yang berkepentingan dari praktik MLM palsu. Adapun, Perizinan di bidang Perdagangan yang dimaksud meliputi izin usaha, izin khusus, pendaftaran, pengakuan, dan persetujuan.

C.Tinjauan Fikih dan Fatwa DSN MUI No.75/DSN/MUI/VII/2009 Tentang

Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS)

1. Fikih Muamalah

a. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli

(48)

33

muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil/prinsip yang melarangnya) (Dewi, 2005 :183).

1) Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut pengertian etimologi (kebahasaan) ialah

ََاَ ٌ

َََُّج

ََدب

ٌَََُخ

(saling menukar). Menurut pengertian terminologi jual beli

ialah tukar menukar harta (semua yang dimiliki dan dimanfaatkan) atas dasar saling rela atau memindahkan milik (yang bukan hak milik) dengan ganti (pemberian atau hibah) yang dapat dibenarkan (berarti bukan jual beli yang terlarang (Iska, 2014:167).

2) Dalil Hukum

a) Q.S Al-Baqarah ayat 275:

Artinya : ” ...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba...” (Q.S Al-Baqarah:275).

b) Hadis nabi

Hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut ini:

َِٓ ثََخَعبَفِسَِٓ ثََخٌَبَجَعَ َٓعٍَش ىَثًَِثَأًٍَِئاََٚ َٓعَُّيِدُٛع غَّ ٌاَبََٕصَّذَحَُذٌِضٌََبََٕصَّذَح

(49)

34

yang mabrur." (H.R. AHMAD nomor 16628 dalam Musnad Ahmad Lidwa Pustaka i-Software).

3) Rukun dan Syarat Jual Beli

Pertama, ijab dan kabul (ijab ungkapan yang keluar dari pembeli dan kabul ungkapan persetujuan yang keluar dari penjual). Menurut Sayid Sabiq untuk transaksi barang kecil tidak diperlukan ijab dan kabul, cukup dengan saling memberi sesuai adat kebiasaan yang berlaku.

Syarat akad ini harus ada kesepakatan terhadap harga dan jenis barang karena jika terjadi perbedaan terhadap harga atau objek yang ditransaksikan diantara keduanya, maka jual belinya akan batal.

Kedua, pihak yang berakad. Artinya ada secara jelas pihak yang membeli dan menjual dengan syarat yaitu berakal agar dapat memilih (memilih). Akad orang gila, mabuk, atau anak kecil yang tidak dapat membedakan (memilih) adalah tidak sah. Sedangkan akad anak kecil yang dapat membedakan (mumayyiz) dinyatakan sah, hanya keabsahanmya tergantung pada izin walinya.

(50)

35

4) Jenis-Jenis Jual Beli

a) Jenis Jual Beli yang Diperbolehkan dalam Islam

1) Jual Beli Salam

(a) Pengertian Jual Beli Salam

Secara lebih khusus akad jual beli yang dilakukan para perusahaan MLM adalah akad jual beli al-salam atau dinamakan juga al salaf, yang berarti jual beli pesanan dengan pembayaran terlebih dahulu, dengan syarat syarat

tertentu. Para Fukaha menyebutnya dengan

ج

َ ٌ

َِٚب

ََح

ََّ

ََاَ ٌ

(barang-barang yang mendesak), karena pada saat jual beli terjadi barang tidak ada di tempat, padahal keperluannya mendesak. Jual beli seperti ini diperbolehkan dalam Islam (Iska, 2014:174).

(b) Dasar hukum

Firman Allah Swt Dalam Q.S. Al Baqarah 282:

(51)

36 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah orang-orang mempraktekkan jual beli buah-buahan dengan sistim salaf, yaitu membayar dimuka dan diterima barangnya setelah kurun waktu dua atau tiga tahun. Maka Beliau bersabda: "Lakukanlah jual beli salaf pada buah-buahan dengan takaran sampai waktu yang diketahui (pasti) ". Dan berkata 'Abdullah bin Al Walid telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Najih dan berkata: "dengan takaran dan timbangan yang diketahui (pasti) " (H.R. BUKHARI nomor 2094 dalam Shahih Bukhari Lidwa Pustaka i-Software).

(c) Rukun dan Syarat Jual Beli Salam  Pembeli (musalam)

Salah satu kewajiban pembeli adalah (musalam)yaitu melakukan pembayaran, adapun persyaratannya yaitu:

 Jelas alat pembayaran yang digunakan,

(52)

37

 Batas waktu penyerahan diketahui (Pasaribu,

2004:49).

 Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan

hutang dari musalam ilaih (penjual).

 Pembayaran dalam bentuk uang tunai atau bisa juga

menggunakan aset perdagangan yang senilai dengan barang yang dipesan berdasarkan perjanjian (Nawawi, 2012:117).

 Penjual (musalam ilaih)

 Barang yang dipesan (musalam fih)

Syarat barang yang dipesan:

 Barang yang akan diserahkan berada dalam

kekuasaan penjual

 Kriteria barang dan jumlahnya jelas

 Batas waktu penyerahan diketahui (Pasaribu,

2004:49). 2) Multiakad

(a) Pengertian Multiakad

(53)

38

kabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2006:32).

Multi dalam bahasa Indonesia berati banyak, lebih dari satu, lebih dari dua, berlipat ganda (Pusat Bahasa, 2010:1050). Dengan demikian, multi akad dalam bahasa indonesia berati akad yang banyak, lebih dari satu.

Sedangkan menurut istilah fikih, kata multiakad merupakan terjemahan dari kata arab yaitu al uqud al murakkabah

yang berarti akad ganda (rangkap). al uqud al murakkabah

terdiri dari dua kata al uqud (bentuk jamak dari „aqd)

dan al murakkabah (Munawir, 1997:953). Seangkan kata al murakkabah secara etimologi berarti al jam‟u (mashdar), yang berarti pengumpulan atau penghimpunan (Munawir, 1997:953).

Menurut Nazih Hamad, al uqud al murakkabah adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk melaksanakan suatu akad yang mengandung dua akad atau lebih seperti jual beli dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qardh,

muzara‟ah, sahraf (penukaran mata uang), syirkah,

(54)

39

satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat hukum dari satu akad (Hasanudin, 2009:3).

Selanjutnya para ulama sendiri berbeda pendapat tentang kedudukan hukum atas multiakad. Pendapat pertama melarang segala bentuk transaksi yang mengandung multiakad.

Hal ini sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad:

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Simak bin Harb ia berkata; Aku mendengar Abdurrahman bin Abdullah menceritakan dari Abdullah bin Mas'ud bahwa ia berkata; Tidak sah ada dua akad (jual beli) dalam satu akad, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah melaknat pemakan harta riba, yang memberinya, saksi atas akad riba dan orang yang menuliskannya" (H.R. AHMAD nomor 3539 dalam Musnad Ahmad Lidwa Pustaka i-Software).

(55)

40

multiakad dengan persyaratan yang harus dipenuhi. Pendapat yang kedua ini diikuti oleh mayoritas ulama. Secara umum, batasan yang disepakati oleh para ulama adalah sebagai berikut:

 Multiakad dilarang karena nash agama

Dalam hadis, Nabi Saw secara jelas menyatakan tiga bentuk multiakad yang dilarang, yaitu multiakad dalam jual beli (ba‟i) dan pinjaman, dua akad dalam jual beli dalam satu transaksi. Sebagaimana hadis yang diriwayatakan Imam Nasai, sebagai berikut:

ٌَشَّ عََِبََٕصَّذَحََيبَلَِقاَّصَّشٌاَُذ جَعَبََٕصَّذَحََيبَلٍَعِفاَسَُٓ ثَُذََّّحَُِبََٔشَج خَأ

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad

(56)

41

Pelarangan tersebut terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yaitu:

ًِثَأَ َٓعٍَٚش َّعَِٓ ثَِذََّّحَُِ َٓعََْبَّ ٍٍَُعَُٓ ثَُحَذ جَعَبََٕصَّذَحٌَدبَََّٕ٘بََٕصَّذَح

(57)

42

transaksi dalam satu kali jual beli adalah perkataan seseorang; Aku menjual rumahku kepadamu dengan harga sekian dengan syarat kamu menjual budakmu kepadaku dengan harga sekian. Jika budakmu sudah menjadi milikku berarti rumahku juga menjadi milikmu, tata cara jual beli seperti ini berbeda dengan tata cara jual beli barang yang tidak diketahui harganya dan salah satu dari keduanya (penjual dan pembeli) tidak mengetahui tansaksi yang ia tujukan (H.R. TIRMIDZI nomor 1152 dalam Sunan Tirmidzi Lidwa Pustaka i-Software).

Suatu akad dinyatakan dinyatakan boleh selama objek, harga, dan waktunya diketahui oleh kedua belah pihak. Jika salah satu di antaranya tidak

jelas, maka hukum dari akad itu dilarang. Imam Syafi‟i

memberi contoh, jika seorang hendak membeli rumah dengan harga seratus, dengan syarat dia meminjamkan kepadanya seratus, maka sebenarnya akad itu tidak jelas apakah apakah dibayar seratus atau lebih. Sehingga harga dari akad jual beli itu tidak jelas, karena seratus yang telah diterima adalah pinjaman

(„ariyah). Sehingga penggunaan manfaat dari seratus

tidak jelas, apakah dari jual beli atau pinjaman (Hasanudin, 2009:3).

(58)

43

hukumnya boleh. Larangan menghimpun qardh dan jual beli dalam satu akad untuk menghindari terjerumus kepada riba yang diharamkan. Hal itu terjadi ketika seseorang meminjamkan (qardh) seribu, lalu menjual barang yang bernilai delapan ratus dengan harga seribu. Dia seolah memberi seribu dan barang seharga delapan ratus agar mendapatkan bayaran dua ribu. Di sini ia memperoleh kelebihan dua ratus (Hasanudin, 2009:3).

Selain multiakad antara qardh dan jual beli yang diharamkan, ulama juga sepakat melarang multiakad antara berbagai jual beli dan qardh dalam satu transaksi. Semua akad yang mengandung unsur jual beli dilarang untuk dihimpun dengan qardh dalam satu transaksi, seperti antara ijarah dan qardh, salam dan

qardh, sharf dan qardh, dan sebagainya (Hasanudin, 2009:3).

(59)

44

lain, lalu beberapa waktu kemudian ia menjual sesuatu padahal ia masih dalam rentang waktu qardh

tersebut.Yang demikian hukumnya boleh (Hasanudin, 2009:3).

 Multiakad sebagai hilah ribawi

Multiakad yang menjadi hilah ribawi dapat terjadi melalui kesepakatan jual beli „inah atau sebaliknya dan hilah riba fadhl. Contoh Jual beli „inah adalah menjual sesuatu dengan harga seratus secara cicil dengan syarat pembeli harus menjualnya kembali kepada penjual dengan harga delapan puluh secara tunai. Pada transaksi ini seolah ada dua akad jual beli, padahal nyatanya merupakan hilah riba dalam pinjaman (qardh), karena objek akad semu dan tidak faktual dalam akad ini. Sehingga tujuan dan manfaat dari jual beli yang ditentukan syariat tidak ditemukan dalam transaksi ini (Hasanudin, 2009:3).

Ibn Qayyim menjelaskan bahwa agama menetapkan seseorang yang memberikan qardh

(pinjaman) agar tidak berharap dananya kembali kecuali sejumlah qardh yang diberikan, dan dilarang menetapkan tambahan atas qardh baik dengan hilah

(60)

45

disyariatkan bagi orang yang mengharapkan memberikan kepemilikan barang dan mendapatkan harganya, dan dilarang bagi yang bertujuan riba fadhl riba atau nasa‟i bukan bertujuan pada harga dan barang. Demikian pula dengan transaksi kebalikan

inah juga diharamkan. Seperti seseorang menjual

sesuatu dengan harga delapan puluh tunai dengan syarat ia membelinya kembali dengan harga seratus. Transaksi seperti ini telah menyebabkan adanya riba

(Hasanudin, 2009:3).

 Multiakad menyebabkan jatuh ke riba

Hal ini terjadi apabila seseorang menjual sejumlah (misalnya 2 kg beras) harta ribawi dengan sejumlah harga (misalnya Rp 10.000) dengan syarat bahwa ia dengan harga yang sama (Rp 10.000) harus membeli dari pembeli tadi sejumlah harta ribawi

(61)

46

Praktik seperti ini dilarang oleh Nabi, dan beliau mengatakan agar ketika menjual kualitas rendah dibayar dengan harga sendiri, begitu pula ketika membeli kurma kualitas sempurna juga dengan harga sendiri (Hasanudin, 2009:23).

Sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari sebagai berikut: bahwa dia mendengar 'Umar radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jual beli beras dengan beras adalah riba' kecuali begini-begini (kontan, cash), gandum dengan gandum adalah riba' kecuali begini-begini (kontan, cash), kurma dengan kurma adalah riba' kecuali begini-begini (kontan, cash) " (H.R. BUKHARI nomor 2025 dalam Shahih Bukhari Lidwa Pustaka i-Software).

(62)

47

atas ditujukan agar dua akad dipisah, tidak saling berhubungan, apalagi saling bergantungan satu dengan lainnya (Hasanudin, 2009:23).

 Multi akad terdiri dari akad-akad yang akibat

hukumnya saling bertolak belakang atau berlawanan. Kalangan ulama Malikiyah mengharamkan multiakad antara akad-akad yang berbeda ketentuan hukumnya dan/atau akibat hukumnya saling belawanan atau bertolak belakang. Larangan ini didasari atas larangan Nabi Saw menggabungkan

qardh dan jual beli. Dua akad ini mengandung hukum yang berbeda. Jual beli adalah muamalah yang kental dengan nuansa dan upaya perhitungan untung-rugi, sedangkan qardh adalah kegiatan sosial yang mengedepankan aspek persaudaraan dan kasih sayang serta tujuan mulia. Karena itu, sebagian ulama Malikiyah melarang multiakad dari akad-akad yang berbeda hukumnya, seperti antara jual beli dengan

ju‟alah, sharf, musaqah, syirkah, atau qiradh

(Hasanudin, 2009:23).

(63)

48

perbedaan hukum dua akad tidak menyebabkan hilangnya keabsahan akad. Dari dua pendapat ini, pendapat yang membolehkan multiakad jenis ini adalah pendapat yang lebih unggul (Hasanudin, 2009:23). Larangan multiakad ini karena penghimpunan dua akad yang berbeda dalam syarat dan hukum menyebabkan tidak sinkronnya kewajiban dan hasil. Hal ini terjadi karena dua akad untuk satu objek dan satu waktu, sementara hukumnya berbeda. Sebagai contoh tergabungnya antara akad menghibahkan sesuatu dan menjualnya. Akad-akad yang berlawanan (mutadhadah) inilah yang dilarang dihimpun dalam satu transaksi (Hasanudin, 2009:24).

b) Jenis-jenis Jual Beli yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

(1) Larangan melakukan transaksi riba

Secara umum riba dapat kita kelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

a) Riba Nasi‟ah

Nasi‟ah artinya penundaan, yaitu riba yang

terjadi dalam suatu suatu transaksi karena adanya unsur penundaan, baik yang terjadi dalam jual beli maupun dalam transaksi hutang piutang. Riba Nasi‟ah

(64)

49

jahiliyah. Contoh Riba Nasi‟ah yang popular adalah

riba yang terdapat dalam Qardl (hutang piutang) yaitu seseorang memberikan qardl kepada pihak lain sejumlah uang dalam tempo yang disepakati, dan pihak

mustaqridl (orang yang berhutang) harus membayar pada waktu yang disepakati dengan sejumlah tambahan tertentu sesuai dengan waktu yang disepakati pula (Azzam, 2010 :218).

b) Riba Fadhl

Riba Fadhl adalah tambahan pada salah pertukaran dua barang yang sama saat terjadi tukar menukar secara tunai. Hal ini biasanya terjadi dalam suatu transaksi pertukaran atau jual beli, di mana penjual dan pembeli melakukan akad jual beli antara barang yang sama (sejenis) tetapi terdapat perbedaan kuantitas. Riba Fadhl adalah jenis riba yang diharamkan melalui hadis nabi, contohnya yaitu apabila seseorang menukar gandum dengan gandum tetapi tidak sama ukurannya (Azzam, 2010:218).

(2) Jual Beli yang mengandung unsur gharar

(65)

50

permusuhan antara dua pihak yang bertransaksi, atau salah satu pihak menipu pihak lain dilarang oleh nabi Saw, transaksi yang mengandung gharar seperti menjual ikan yang masih dalam air, menjual buah yang masih di pohon dan semua jenis jual beli yang mengandung unsur ketidaktransparanannya (Qardhawi, 2007:356).

(3) Jual beli yang mengandung maysir

Istilah maysir (judi) merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu karena seseorang yang seharusnya menempuh jalan semestinya, walaupun jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai aturan syariah (Nawawi, 2012:265).

(66)

51

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) (Al Maidah:90-91).

(4) Jual beli yang mengandung unsur dharar

Salah satu tujuan hukum islam adalah untuk melindungi jiwa. Maka sebagai umat islam kita harus mematuhinya karena dengan mematuhi hukum islam maka berarti kita telah menjaga diri kita. Segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah Swt Maka kita harus tunduk walaupun kita tidak mengetahui secara detail keburukan atau kemadharatannya. Terkadang sesuatu yang dapat dilihat oleh orang lain, suatu keburukan yang tidak terungkap pada suatu masa ternyata dapat diketahui pada masa sesudahnya (Qardhawi, 2007:50).

(67)

52

zaman ilmu pengetahuan berhasil mengungkap bahwa di dalam daging babi tersebut terdapat kuman dan bakteri yang mematikan (Qardhawi, 2007:50).

Sebagaiman Allah Swt Berfiman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 220:

Artinya: Dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. Dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Al Baqarah:220).

(5) Jual beli yang mengandung unsur haram

(68)

53

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan…. ( Al Maidah:3).

(6) Jual beli yang mengandung unsur dzulm

Kedhaliman merupakan tindakan melampaui batas yang sering terjadi dan digunakan seseorang untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Tindakan dengan dengan melakukan kedhaliman untuk mendapatkan keuntungan ini sering juga disebut dengan

Machiavellian yaitu sikap menghalalkan segala cara asal tujuan bisa tercapai. Kedhaliman (penindasan) merupakan salah satu hal yang sangat dimurkai dan iharamkan dalam islam. Bahkan kedhaliman kepada orang lain tidak akan diampuni Allah sehingga orang tersebut meminta maaf kepada orang yang didhaliminya (http://tuntunanislam.com/etika bisnis dalam islam/, diakses 29 Maret 2017). Larangan berbuat dzulm

diterangkan dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 279:

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan MLM dengan Money Game (Skema piramida)
Gambar 3.1 Kantor Perwakilan  MCI
Tabel 3.1   Daftar Harga Paket
Tabel 3.3   Daftar Harga Paket ID Reward
+7

Referensi

Dokumen terkait

mempelajari dan mengevaluasi sifat fisis mekanis papan semen dari limbah serat tandan kosong sawit, dan dari penelitian ini diharapkan menghasilkan papan semen yang

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan, yang meliputi analisis internal dan eksternal (IFE dan EFE Matriks), analisis SWOT dan analisis

Untuk memudahkan didalam pengelolaan dokumen penting ditentukan sistem pengendalian dokumen agar memudahkan didalam pengelolaan, penyimpanan dan pencarian untuk diberlakukan

Dari penjelasan teori yang diberikan diatas dapat disimpulkan bahwa Prosedur Pengajuan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan serangkaian langkah – langkah yang menjadi

Masalah lain ialah belum terbakukannya kadar reseptor transferin sehingga bervariasi untuk masing-masing produk kit tes reseptor transferin, sTfR bermanfaat penuh

Di dalam strategi kooperatif ini ada tiga aspek pengelolaan yang harus diperhatikan, yaitu tugas-tugas yang terstruktur yang harus dikerjakan peserta didik dalam bekerja

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepercayaan diri siswa pada kelas yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing rata-rata kepercayaan diri

Kegiatan ini juga akan bermanfaat bagi siswa-siswa yang masih duduk di kelas X dan XI karena akan dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai belajar di tingkat lanjut