• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SECTIO CAESAREA DENGAN KECEMASAN IBU PRE OPERASI DI RUANG CATLEYA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SECTIO CAESAREA DENGAN KECEMASAN IBU PRE OPERASI DI RUANG CATLEYA RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SECTIO CAESAREA DENGAN KECEMASAN IBU PRE OPERASI DI RUANG CATLEYA

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh : DWI HASTUTI NIM: ST. 13 020

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2015

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea Dengan Kecemasan Ibu Pre Operasi di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini b a n y a k pihak yang telah membantu. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin , S.kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S Keperawatan

STIKES Kusuma Husada Surakarta.

3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Pembimbing utama yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses pengajuan judul sampai dengan selesainya pembuatan proposal skripsi ini.

4. Anis Nurhidayati, S.S.T., M.Kes selaku Pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses pengajuan judul sampai dengan selesainya pembuatan proposal skripsi ini. 5. bc Yeti Nurhayati, M. Kes, selaku penguji yang telah memberikan kritik dan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. T. Soebroto, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

(5)

7. Bambang Kamiwarno, S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Staff Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

9. Responden yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 10.Seluruh Civitas Akademi Prodi S 1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

11.Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam meyelesaikan Skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh sebab itu atas kekurangan tersebut dengan senang hati penulis menerima saran- saran serta kritikan yang sifatnya membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Surakarta, 11 Agustus 2015 Penulis

Dwi Hastuti

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori ... 7

2.2 Keaslian Penelitian ... 31

2.3 Kerangka Teori ... 32

2.4 Kerangka Konsep ... 33

2.5 Hipotesis ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 46

(7)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 47

3.5 Instrumen Penelitian ... 49

3.6 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 38

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 46

BAB V. PEMBAHASAN... 49

BAB VI. PENUTUP... 57 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 31

3.1 Definisi Operasional Variabel dan skala pengukuran 36

4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang sectio caesarea 46

4.2 Distribusi Frekuensi tentang Kecemasan pada pasien 47

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman Gambar

2.3 Kerangka Teori 32 2.3 Kerangka Konsep 33

(10)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Keterangan

1. Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan 3. Surat Balasan Ijin Penelitian

4. Surat Pernyataan Kesanggupan menjadi Responden 5. Surat Permohonan menjadi Responden

6. Kuesioner

7. Surat Balasan Ijin Validitas dan Reabilitas

8. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan tentang sectio caesarea

9. Tabel r Product Moment 10. Rekapitulasi Data Penelitian 11. Jadwal Penelitian

(11)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

DWI HASTUTI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SECTIO CAESAREA DENGAN KECEMASAN IBU PRE OPERASI DI RUANG CATLEYA

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

Abstrak

Ibu yang menjalani persalinan dengan sectio caesarea dapat mengalami kecemasan karena belum pernah mengalami operasi maupun belum mengetahui tentang tindakan yang akan dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta.

Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta. Teknik sampling dengan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang. Analisis yang digunakan dengan korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pre operasi yang akan menjalani operasi sectio caesarea paling banyak adalah cukup yaitu sebanyak 19 orang (47,5%), kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea yang paling banyak adalah kecemasan berat sebanyak 18 orang (45,5%), dan terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang sectio caesarea dengan kecemasan (rs = -0,338; p-value = 0,033), dan keeratan hubungan bersifat lemah.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang section caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi.

Kata kunci: Pengetahuan, kecemasan, sectio caesarea. Daftar Pustaka: 12 (2005 – 2014)

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin, sehingga akan menimbulkan kecemasan pada ibu hamil. Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Hawari, 2008).

Cemas berbeda dengan takut, dimana seseorang yang mengalami kecemasan tidak dapat mengidenfikasi ancaman dan cemas dapat terjadi rasa takut, namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa kecemasan (Kusumawati dan Hartono, 2010). Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh seseorang, dimana kecemasan menunjukkan reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan orang dari dalam secara naluri, bahwa adanya bahaya dan orang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut (Lynda, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ketika ibu akan menjalani persalinan diantaranya adalah tingkat pengetahuan, dukungan suami, faktor ekonomi dan faktor psikologis. Pengalaman atau pengetahuan ternyata berhubungan dengan perilaku yang didasari oleh pengetahuan dimana

(13)

seorang ibu mengalami kecemasan dengan tidak mengetahui tentang persalinan dan bagaimana prosesnya. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal-hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh (Notoatmodjo, 2010). Kecemasan juga dapat berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya (Dalami, 2009).

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Ada dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina dan persalinan dengan operasi caesar atau sectio caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melakukan insisi atau pemotongan pada kulit, otot perut, serta rahim ibu (Suririnah, 2008). Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkin- kan atau karena adanya indikasi medis maupun nonmedis. Tindakan medis hanya dilakukan jika ada masalah pada proses kelahiran yang bisa mengancam nyawa ibu dan janin misalnya kehamilan dengan preeklampsi (Judhita, 2009).

Angka kejadian sectio caesarea di dunia pada tahun 2010 berdasarkan WHO mencapai 10% sampai 15% dari semua proses persalinan. Di negara maju angka persalinan sectio caesareamencapai 15% dari sebelumnya 5% pada tahun 2010. Sedangkan di negara berkembang seperti Kanada angka sectio caesarea mencapai 21% dari keseluruhan persalinan (Husna, 2012). Di Indonesia persalinan metode sectio caesareabukan merupakan hal yang baru

(14)

lagi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya angka sectio caesareadalam kurun waktu 20 tahun terakhirdi Indonesia dari 5% menjadi 20% pada tahun 2010 (Depkes, 2012).

Kasus bedah obgyn, khususnya sectio caesarea menempati urutan kedua dari kasus-kasus bedah lainnya di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Berdasarkan data dari medical record Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta bahwa pada bulan Januari-September 2014 jumlah atau kegiatan operasi sebanyak 1.267 orang diantaranya persalinan yang menjalani operasi sectio caesarea khususnya di ruang Catleya sebanyak 295 pasien (23,28%).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo didapatkan dari 10 ibu hamil yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea, 6 orang diantaranya mengatakan was-was (cemas) dalam menghadapi persalinan dengan sectio caesarea karena selama ini belum pernah mengalaminya, di samping itu juga belum mengetahui cara mengatasi kecemasan penghadapi persalinan dengan sectio caesarea. Ada empat orang mempunyai kecemasan yang ringan dalam menghadapi persalinan dengan sectio caesarea seperti bibir bergetar dan tremur halus pada tangan karena belum mengetahui tentang persiapan apa yang harus dilakukan sebelum sectio caesarea dan dampak dari tindakan sectio caesarea tersebut. Berdasarkan hal tersebut, pasien yang akan menjalani operasi sectio caesarea ternyata mempunyai tingkat kecemasan sedang. Faktor individu pasien seperti tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan yang beragam serta faktor lingkungan menjadi salah satu penyebab utama timbulnya rasa cemas (Husna, 2012).

(15)

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan persalinan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil terhadap tanda-tanda bahaya kehamilan. Penelitian lain yang dilakukan Zamriati (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor penyebab kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur, paritas, dan pengalaman traumatis dengan tingkat kecemasan ibu.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan ibu pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta”.

1.2.Rumusan Masalah

Proses persalinan patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin akan menimbulkan kecemasan pada ibu hamil. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah terdapat hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta?”.

(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang sectio caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini untuk :

a. Mengetahui pengetahuan tentang sectio caesarea pada ibu pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta.

b. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta

c. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan ibu pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya: 1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek layanan keperawatan khususnya pasien-pasien pre operasi sectio caesarea.

(17)

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar bagi mahasiswa terkait hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan yang terjadi pada pasien pre operasi.

3. Bagi Peneliti berikutnya

Sebagai acuan untuk peneliti lebih lanjut dengan metode penelitian yang berbeda dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi.

4. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan teori metodologi penelitian untuk diterapkan dalam kegiatan nyata di lapangan terutama berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan tentang sectio caesarea dengan tingkat kecemasan pada ibu pre operasi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengetahuan

2.1.1.1.Pengertian Pengetahuan

Menurut Sukanto (2005), pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstilions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

2.1.1.2.Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu:

1) Tahu (Know).

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pegetahuan yang lebih rendah.

(19)

2) Memahami (Comprehension).

Memahami diartikan sebagai kemam-puan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi secara benar. Tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. 3) Aplikasi (Aplication).

Aplikasi dapat diartiakan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(20)

2.1.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Over behavior) perilaku yang didasari pengetahuan bersifat langgeng. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan (Sukanto, 2005) yaitu :

1) Tingkat pendidikan.

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

2) Informasi

Seseorang mempunyai sumber informasi lebih akan mempunyai pengetahuan lebih luas. Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka

(21)

secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

5) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan, hal ini disebabkan oleh sarana prasarana serta biaya yang dimiliki untuk mencari ilmu pengetahuan terpenuhi. Usaha memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

2.1.1.4.Cara Mendapatkan Pengetahuan

Beberapa cara untuk mendapatkan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah :

1) Coba-salah (trial and eror).

Cara ini digunakan saat orang mengalami masalah, upaya pemecahannya adalah dengan cara coba-coba saja atau dengan kemungkinan–kemungkinan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas.

Cara ini digunakan secara turun-temurun, atau karena kebiasaan sehari-hari serta tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah hal tersebut baik atau tidak.

(22)

3) Pengalaman.

Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis akan tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun sistematis oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran.

Cara induksi dan deduksi. Induksi yaitu apabila proses pembuatan keputusan itu melalui pernyataan – pernyataan khusus kepada yang umum. Deduksi apabila pembuatan kesimpulan dari pernyataan– pernyataan umum kepada yang khusus.

5) Cara modern.

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “Metodologi penelitian atau Metode Penelitian Ilmiah”.

2.1.1.5.Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpre-tasikan dengan skala menurut, (Wawan dan Dewi, 2010) yaitu:

(23)

2) Pengetahuan Cukup ( 56% - 75% ) 3) Pengetahuan Kurang ( < 56% )

2.1.1. Sectio Caesarea

2.1.2.1.Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005). Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y, 2007).

2.1.2.2.Jenis-jenis Sectio Caesarea

Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu : 1) Sayatan melintang

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Prawirohardjo, 2008).

(24)

2) Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007).

2.1.2.3.Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dilakukan operasi sectio caesarea antara lain meliputi: 1) Indikasi Medis

Ada tiga faktor penentu dalam proses persalinan yaitu Power, pasanger, passage. Power yaitu kekuatan atau kontraksi, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga. Passanger yaitu keadaan janin dan placenta misalnya anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah). Passage, yaitu kondisi jalan lahir, kelainan pada panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C. (Dewi Y, 2007)

(25)

2) Indikasi Ibu a) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.

b) Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mudah tidaknya proses persalinan.

c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan. d) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

(26)

e) Kelainan Kontraksi Rahim

Kelainan kontraksi rahim jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

f) Ketuban Pecah Dini

Kantung ketuban yang robek sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.

g) Rasa Takut Kesakitan

Seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang berlangsung (Prawirohardjo, 2008).

3) Indikasi Janin

Indikasi janin yang akan melalui jalan sectio caesarea adalah : (Cendika, dkk. 2007).

(27)

a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120 x/mnt – 160 x/mnt. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.

b) Bayi Besar (makrosemia) c) Letak Sungsang

Letak sungsang yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.

d) Faktor Plasenta (1) Plasenta previa

Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

(2) Plasenta lepas (Solution placenta)

Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban. (3) Plasenta accreta

Plasenta accreta merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi (operasinya

(28)

meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta.

e) Kelainan Tali Pusat

(1) Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

(2) Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman (Prawirohardjo, 2008).

2.1.2.4.Komplikasi Sectio Caesarea

Bagi ibu yang melahirkan dengan tindakan sectio caesarea tidak saja menimbulkan resiko medis tapi juga resiko psikologis. Resiko Sectio Caesarea menurut Kasdu (2008), antara lain:

1. Resiko medis

a) Infeksi rahim dan bekas jahitan

Infeksi luka akibat caesarea beda dengan luka pada persalinan normal. Luka setelah caesar lebih besar dan lebih belapis-lapis. Bila penyembuhan tidak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka pada rahim dan jahitan bisa lebih parah.

(29)

b) Perdarahan

Perdarahan tidak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun darah yang hilang lewat sectio caesarea dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal. Kehilangan darah yang cukup banyak mengakibatkan syok secara mendadak.

c) Resiko obat bius

Pembiusan pada proses caesarea bisa menyebabkan komplikasi. Selain itu, obat bius juga bisa mempengaruhi bayi. Sebagian bayi mengalami efek dari obat bius yang diberikan doker kepada ibunya saat caesarea. Setelah dilahirkan bayi biasanya menjadi kurang aktif dan banyak tidur sebagai efek dari obat bius.

2. Resiko psikologis a) Baby blues

Bagi sebagian ibu yang menjalani caesarea ini merupakan masa peralihan. Biasanya berlangsung selama satu atau dua minggu. Hal ini ditandai dengan perubahan suasana hati, kecemasan, sulit tidur, konsentrasi menurun.

b) Post Traumatic Syndrom Disorder (PTSD)

Pengalaman perempuan menjalani sectio caesarea sebagai suatu peristiwa traumatik. 3% perempuan memiliki gejala klinis PTSD pada 6 minggu setelah caesarea dan24% menunjukkan setidaknya 1 dari 3 komponen PTSD.

c) Sulit pendekatan kepada bayi

Perempuan yang mengalami sectio caesarea mempunyai perasaan negatif setelah menjalani sectio caesarea tanpa memperhatikan

(30)

kepuasan terhadap hasil operasi. Sehingga Ibu yang melahirkan secara sectio caesarea biasanya sulit dekat dengan bayinya. Bahkan jarang bisa menyusui dibandingkan dengan melahirkan normal. Karena rasa tidak nyaman akibat sectio caesarea.

2.1.3.Kecemasan

2.1.3.1.Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Ansietas (kecemasan) merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomic (SSA) (Ashadi, 2008). Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Suliswati, 2006). Kecemasan juga dapat diartikan suatu kebingungan atau kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Hawari, 2008).

Individu apabila tidak mampu mengendalikan atau meramalkan situasi atau lingkungannya, baru akan timbul kecemasan yang patologis yang dapat berbentuk kecemasan jangka pendek atau kecemasan menahun yang tertanam dalam kepribadian individu dan dapat pula dalam bentuk serangan secara tidak disadari oleh seseorang.

(31)

2.1.3.2.Bentuk-bentuk Kecemasan

Tingkat kecemasan seseorang memberikan pergantian yang tepat dan tidak dalam suatu spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian berulang-ulang. Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit.

Para ahli membagi bentuk kecemasan itu dalam dua tingkat, (Dalami, 2009), yaitu:

1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.

2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.

Keluhan-keluhan yang sering ditemukan pada orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain adalah penyataan cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiranya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran

(32)

berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2008).

Kecemasan ditandai dengan emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan excited atau gemetar dan gelisah (Kartono, 2006). Manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini:

1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.

2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar.

3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah.

4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.

Menurut Wibisono (2004), setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan (live events) dapat menimbulkan stres. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup.

(33)

Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri di dalam lingkungan pada umumnya. Kecemasan timbul karena manifestasi perpaduan bermacam-macam proses emosi (Sundari, 2005). Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari dua faktor yaitu : a) Faktor internal seperti tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri, b) Faktor Eksternal adalah dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan diri, ancaman, pertentangan, ketakutan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

2.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan individu terkena kecemasan, (Manuaba, 2006) yaitu:

a) Faktor Usia

Bahwa usia < 20 tahun dan > 35 tahun akan member dampak terhadap perasan takut dan cemas menjelang persalinan, karena usia

ini merupakan kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang lanjut akan menanggung resiko yang semakin tinggi untuk melahirkan

bayi cacat lahir. b) Faktor Pengetahuan

Pengetahuan tentang persalinan dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan, karena ibu hamil yang memiliki

pengetahuan kurang akan memandang proses persalinan sebagai suatu yang menakutkan.

(34)

c) Faktor Paritas

Paritas dapat mempengaruhi kecemasan, karena terkait dengan aspek psikologis. Pada ibu yang pertama kali melahirkan, belum ada bayangan mengenai yang akan terjadi saat bersalin dan ketakutan karena mendengar cerita dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal. d) Faktor Pemeriksaan Kehamilan

Ibu hamil yang rutin periksa kehamilan akan lebih tenang dalam menghadapi persalianan daripada ibu hamil yang tidak rutin periksa.

2.1.3.4.Gejala dan Gambaran Klinik Cemas

Kecemasan sebagai suatu gangguan jiwa (neurosa cemas) dapat dieskpresikan sebagai kecemasan yang mengambang bila seseorang selalu waspada tanpa adanya bahaya yang beralasan dan dapat juga berupa ketakutan yang tidak layak bagi orang lain (fobi) atau suatu ketakutan yang mendadak dan tidak dapat diterangkan (Hawari, 2008).

Menurut Stuart and Sundeen’s (1998) cit Sudiyanto (2010), gejala dan gambaran klinik cemas adalah:

1) Secara fisiologis

a) Cardiovaskuler. Palpitasi, jantung berdebar, tensi meningkat, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, shock, dan lain-lain.

(35)

b) Respirasi. Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

c) Sistem kulit. Perasaan panas, atau dingin, muka pucat atau berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

d) Gastrointestinal. Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar pada jantung, nausea, diare.

e) Neuromuskuler. Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, gerakan lambat.

2) Secara psikologis

a) Perilaku. Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat, tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar, dan lain-lain.

b) Kognitif. Gangguan perhatian konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir, bloking, gampang bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan atau mati, dan lain-lain.

c) Afektif. Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

2.1.3.5.Tingkat dan Rentang Respon Kecemasan 1) Tingkat Kecemasan

Dalami (2009) menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas.

(36)

Kedua, kecemasan neurotik, ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak mengetahui penyebab cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri. Secara luas, ada 4 (empat) tingkat kecemasan, yaitu:

a) Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu masih waspada dan berhati-hati, serta lapang persepsinya melebar. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon fisiologi kecemasan ringan adalah sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, sedang respon perilaku dan emosinya adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

b) Kecemasan Sedang

Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain, lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Respon fisiologi pada kecemasan sedang adalah sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, konstipasi atau diare, gelisah., sedang respon perilaku dan emosinya adalah gerakan tersentak-sentak (mremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

(37)

c) Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatianya pada detil yang kecil (spesifik) dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon fisiologi pada kecemasan berat adalah : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang respon perilaku dan emosinya adalah : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

d) Panik

Pada tingkatan ini lapangan persepsi Individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologi pada tingkat kecemasan ini adalah : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah, sedang respon perilaku dan emosi nya adalah : mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau. 2) Rentang respon kecemasan

Rentang respon kecemasan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Rentang respon Cemas (Stuart, 2007)

RENTANG RESPON ANSIETAS

Respon adaptif Respon maladaptif

(38)

Kecemasan atau ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti atau berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. 2.1.3.6.Konsep Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan

Meskipun kehadiran seorang bayi begitu diinginkan, kehamilan adalah saat ketika seorang wanita mengalami berbagai jenis emosi, dan salah satunya yang paling menonjol adalah kecemasan. Kehamilan terutama kehamilan tahap akhir akan dipenuhi dengan mimpi-mimpi dan bayangan mengenai seperti apakah bayi yang akan lahir ini. Kebanyakan dilanda kecemasan tentang apakah bayinya sehat atau tidak. Ketakutan akan melahirkan seorang bayi yang tidak normal atau meninggal dunia dapat menyebabkan stres berat. Beberapa calon ibu tidak berani membayangkan tentang persalinan karena khawatir kalau bayinya tidak lahir dalam keadaan sehat. Namun, beberapa wanita lainnya selalu tenang dan percaya diri (Nolan, 2008).

Salah satu yang paling dicemaskan oleh ibu hamil dan pasangannya selama kehamilan adalah bagaimana ibu hamil dan pasangannya mengetahui bahwa persalinan telah dimulai. Sebagian besar wanita hamil mencemaskan nyeri persalinan. Media massa sering

(39)

menggambarkan persalinan yang lama, sangat menyakitkan, bahkan berbahaya. Bayangan akan rasa nyeri membuat beberapa calon ibu menjadi begitu takut sehingga bulan-bulan terakhir dari kehamilannya terbuang sia-sia (Nolan, 2008).

Begitu persalinan tinggal beberapa minggu lagi, para calon ibu mulai menghadapi kesibukan untuk melahirkan. Kemungkinan besar ibu sudah mendengar banyak cerita tentang persalinan dan beberapa diantaranya membuat ibu takut. Beberapa minggu terakhir dapat terasa sangat lama dan banyak ibu yang cemas menanti dimulainya persalinan (Nolan, 2008).

Penyebab Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan

Menurut Kartono (2006), penyebab kecemasan dalam menghadapi persalinan adalah :

1) Takut mati

Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah fenomena fisiologis yang normal, namun tidak terlepas dari risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan, pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan-kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan dilahirkan. 2) Trauma Kelahiran

Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya dan ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada bayi, yang dikenal sebagai trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini

(40)

berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Ketakutan ini merupakan ketakutan “hipotetis” untuk dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya.

3) Perasaan Bersalah

Wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya dalam semua aktivitas reproduksinya. Jika identifikasi ini menjadi salah dan wanita tersebut banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa berdosa. Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya.

4) Ketakutan riil

Pada setiap wanita hamil, kecemasan untuk melahirkan bayinya bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya. Misalnya, takut bayinya lahir cacat atau lahir dalam kondisi patologis, takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam, takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi, munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau akan dipisahkan dari bayinya, takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamila sampai waktu melahirkan bayinya.

(41)

2.1.3.7.Pengukuran Kecemasan

Ada beberapa skala atau cara pengukuran untuk mengetahui tingkat kecemasan, yaitu: Hamilton Rate Scale for Anxiety (HRS A), Anxiety scale pada institute for personality and Ability Testing (IPAT), Manifestasi Anxiety Scale dari Taylor (T-MAS), dan Test Anxiety Questionare dari Sarason (cit Sjahriati, 2009).

Di Indonesia telah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ) yaitu Anxiety Analog Scale (AAS). Ada korelasi yang positif antara AAS yang dibuat oleh penderita dan skor HRS A yang dibuat oleh pemeriksa. Cara pengukuran ini bersifat subyektif dan merupakan ukuran kasar, tetapi bermanfaat pada pemeriksaan keadaan cemas pada penderita dengan kecerdasan cukup dan kooperatif. Pada penelitian ini, pengukuran kecemasan pada ibu yang menjalani sectio caesarea digunakan pengukuran kecemasan dengan menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang yang diadopsi dari buku Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi (Hawari, 2008):

Skor < 14 : Tidak ada kecemasan Skor 14 - 20 : Kecemasan ringan. Skor 21 - 27 : Kecemasan sedang. Skor 28 - 41 : Kecemasan berat. Skor 42 - 56 : Kecemasan berat sekali

(42)

2.2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan, hal ini dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil

1 Zamriati, dkk (2013) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan Ibu hamil menjelang Persalinan di Poli KIA PKM Tuminting. Jenis penelitian observational analitik dengan rancangan cross sectional. Alat analisis yang digunakan Chi-Square Terdapat hubungan yang signifikan antara umur, paritas, pengalaman traumatis dengan tingkat kecemasan ibu. 2 Pawatte, dkk (2013) Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Ibu Pre Sectio Caesarea di RSIA Kasih Ibu dan RSUP Prof. Dr. R. Kandou. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Alat analisis yang digunakan dengan uji dua mean yaitu uji t-test.

Terdapat perbedaan antara kecemasan pada ibu pre sectio caesarea di kedua rumah sakit tersebut.

3 Aemilianus Mau (2013)

Pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang 1-6 Anggrek, Cempaka dan Asoka RSUD Johannes. Jenis penelitian pra eksperimen dengan rancangan pra-paska test dengan satu kelompok. Alat analisis uji wilcoxon signed ranks test. Ada pengaruh signifikan terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah operasi.

(43)

2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di muka, maka dapat dibuat suatu kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Kerangka Teori

Sumber: Brunner & Suddarth (2007), Notoatmodjo (2010), Nursalam dan Kurniawati (2007)

1. Indikasi Medis: a. Power b. Passanger c. Passage 2. Indikasi Ibu : a. Usia b. Tulang panggul c. Persalinan sebe- lumnya dengan sectio caesarea d. Faktor hambatan jalan lahir e. Kelainan kontraksi f. Kelainan kontraksi rahim.

g. Ketuban pecah dini h. Rasa takut kesakitan 3. Indikasi Janin a. Ancaman gawat janin. b. Bayi besar c. Letak sungsang d. Faktor plasenta e. Kelainan tali pusat

Ibu Hamil Caesarea Sectio Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan: 1. Usia 2. Pengetahuan 3. Paritas 4. Pemeriksaan Kehamilan.

Kecemasan yang dialami ibu dengan Sectio Caesarea:

1. Takut mati 2. Trauma kelahiran 3. Perasaan bersalah 4. Ketakutan riil.

(44)

2.4. Kerangka Konsep

Untuk memperjelas alur pemikiran secara jelas, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan ibu pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta

Ha : Ada hubungan pengetahuan tentang sectio caesarea dengan kecemasan ibu pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta

Variabel Bebas : Pengetahuan ibu hamil tentang

Sectio Caesarea

Variabel Terikat : Kecemasan ibu pre operasi

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelational yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Adapun pendekatan yang digunakan dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2009).

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta yang berjumlah 40 orang/bulan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Sampel pada penelitian ini

(46)

diambil dari sebagian pasien yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta 40 orang/bulan. 3.2.3. Teknik Sampling

Teknik sampling dengan non Probality Sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang memberi peluang/kesempatan sama bagi semua unsur atau anggota poplulasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode accidental sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kebetulan (Sugiyono, 2008) dalam arti pasien yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian 3.3.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya dilakukan pada bulan Mei 2015. 3.3.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta.

3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat (Setiadi, 2007) dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil tentang sectio caesarea. Adapun variabel yang lain adalah variabel terikat yaitu variabel yang diduga nilainya akan berubah

(47)

karena pengaruh dari variabel bebas, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea.

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan ibu tentang sectio caesarea dan Kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea.

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator Penilaian Skala

1 Pengetahuan

ibu hamil

tentang sectio caesarea

Pengetahuan ibu hamil tentang sectio

caesarea merupakan

segala sesuatu yang diketahui ibu hamil yang akan menjalani persalinan dengan

sectio caesarea, yang

meliputi pengertian, tujuan, indikasi, dampak dan komplikasi sectio caesarea Kuesioner 1. Baik 76% - 100 % 2. Cukup 56% - 75% 3. Kurang < 56% Ordinal

2 Kecemasan Kecemasan adalah

suatu keadaan

emosional yang

dialami ibu hamil

yang akan menjalani

persalinan dengan

sectio caesarea yang

disertai perasaan kekawatiran, ketakutan, dan kesedihan sehingga terganggunya kestabilan emosional.

Kuesioner 1. Tidak Ada : < 14 2. Ringan : 14 -- 20 2. Sedang : 21 – 27 3. Berat : 28 – 41 4. Panik : 42 – 56

(48)

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu:

1. Kuesioner pengetahuan berbentuk closed question/pertanyaan tertutup, dengan pilihan jawaban dikotomi choice yaitu : apabila pertanyaan bersifat favourable jawaban salah (0) dan benar (1). Jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 item dengan memilih jawaban. Indikator : Pengertian sectio caesarea, persiapan diri, memperhatikan kondisi tubuh, mendeteksi gejala persalinan, mengurangi rasa sakit, pendamping persalinan, bersikap rileks, bersikap luwes, melewati masa kontraksi dengan tenang, membayangkan masa bahagia setelah persalinan, menikmati kebahagiaan setelah persalinan.

Indikator penilaian : a. Baik : 76% - 100%

b. Cukup : 56% - 75%

c. Kurang : < 56%

2. Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang diadopsi dari buku Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi (Hawari, 2004), yang mencakup 14 gejala psikis kecemasan, yaitu perasaan cemas (ansietas), ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, perasaan depresi (murung), gejala somatik/fisik (otot), gejala somatik/fisik (sensorik), gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), gejala respiratori (pernafasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), gejala autonom, dan tingkah laku (sikap) pada wawancara. Alat ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan

(49)

gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya:

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan) 1 = gejala ringan

2 = gejala sedang 3 = gejala berat 4 = gejala berat sekali

Adapun kisi-kisi angket yang digunakan untuk mengukur kecemasan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Angket Variabel Tingkat Kecemasan

Item Variabel Kecemasan Butir Pertanyaan

1. Perasaan cemas 2. Ketegangan 3. Ketakutan 4. Gangguan tidur

5. Kesukaran konsentrasi dan gangguan daya ingat 6. Perasaan sedih (sedih, murung, tidak berdaya, dan perasaan tidak ada harapan)

7. Gejala somatik umum (gejala muskuler/murung) 8. Gejala somatik umum (sensorik/fisik)

9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) 10. Gejala pada alat pernafasan.

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan).

12. Gejala genito iriner (perkemihan dan kelamin) 13. Gejala syaraf otonom (mulut kering, muka merah, mudah keringat, kepala pusing, dan bulu berdiri) 14. Tingkah laku (sikap) pada saat wawancara

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Jumlah item soal 14

Dari sejumlah kuesioner yang telah memenuhi syarat dan bisa digunakan untuk penelitian, kemudian dihitung dan hasilnya dalam bentuk

(50)

skala, yaitu: Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang yang diadopsi dari buku Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi (Hawari, 2008) yaitu :

Skor < 14 : Tidak ada kecemasan, kode 1 Skor 14 - 20 : Kecemasan ringan, kdoe 2 Skor 21 - 27 : Kecemasan sedang, kode 3 Skor 28 - 41 : Kecemasan berat, kode 4 Skor 42 - 56 : Kecemasan berat sekali, kode 5

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Sugiyono, 2008). Untuk mengetahui validitas tiap item dari instrumen dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment dari Pearson. Adapun rumus korelasi product moment adalah :

rXY = 2 2 2 2 Y Y N x X N Y X XY N Keterangan:

r = koefesien korelasi antara skor item dengan total item X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

N = jumlah responden (Suharsimi, 2006).

Kriteria pengukuran validitas instrumen yaitu dengan membandingkan antara r hitung denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhit > 0,361

(51)

pada taraf signifikansi 95% (Suharsimi, 2006). Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan Program komputer dengan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil uji validitas dapat dijelaskan sebagaiberikut :

Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas untuk variabel pengetahuan tentang sectio caesarea nilai korelasi product moement (rxy) terendah sebesar 0,055 (item nomor 3) dengan nilai -value sebesar 0,774 dan nilai korelasi product moment tertinggi sebesar 0,559 (item nomor 15) dengan nilai -value sebesar 0,000. Dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai -value 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05, dan dikatakan tidak valid apabila nilainya rhitung ≤ rtabel dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji validitas tersebut maka diketahui item yang tidak valid sebanyak 2 item yaitu nomor 3 dan nomor 5. Adapun item yang valid adalah nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15, sehingga nomor item yang valid digunakan untuk penelitian sementara item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk menguji sejauh mana alat ukur relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini digunakan nilai koefisien alpha Cronbach. Rumus alpha cronbach yang digunakan adalah :

(52)

r11 = 2 2 1 1 St Si k k Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas yang dicari k = banyaknya item

Si2 = Jumlah varian item St2 = Varian total

Setelah harga r11 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks korelasi > 0,600 berarti reliabilitas (Ghozali, 2009).

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan di Ruang Maternitas Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta terhadap ibu hamil yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea yang dilakukan pada bulan Maret 2015 sebanyak 30 orang (Notoatmodjo, 2010). Hasil uji reliabilitas untuk variabel pengetahuan tentang sectio caesarea diketahui sebesar 0,724. Hal ini berarti instrumen yang disebarkan reliabel karena nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,600.

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

(53)

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di lengkapi.

b. Coding

Coding merupakan usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya.

c. Scoring

Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang telah ditentukan.

d. Tabulating

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan kuesioner.

2. Analisis Data

(54)

a. Analisis Univariate

Analisis univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat ini untuk mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang sectio caesarea dan tingkat kecemasan ibu pre operasi sectio caesarea di ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta.

b. Analisa Bivariate

Analisis Bivariate dilakukan terhadap tiap dua variabel yang

diduga ada perbedaan yang signifikan. Analisis ini digunakan untuk meng-gambarkan dua variabel yang diduga ada hubungan keeratan (Sugiyono, 2008). Uji bivariat dilakukan melalui pengujian statistik dengan analisis korelasi rank spearman, hal ini dikarenakan data berskala ordinal sehingga analisis yang sesuai menurut Dahlan (2011) adalah analisis rank spearman.

Interpretasi yang ditentukan:

1) Bila hasil rxyhit < rxytab atau nilai p > 0,05, artinya tidak ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang Sectio Caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

2) Bila hasil rxyhit ≥ rxytab atau nilai p < 0,05, artinya ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang sectio caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

(55)

3.8. Etika Penelitian

Prinsip etika dalam penelitian ini meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden. Hal ini bertujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak yang ditimbulkan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Identitas responden tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data, cukup menggunakan kode pada masing-masing lembar pengumpulan data.

3. Confidentialty (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian

4 Etical Clearence

Prinsip etika dalam penelitian ini berkaiatan dengan etical clearence karena subyek yang digunakan adalah manusia.

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

4.2.1 Pengetahuan tentang Sectio Caesarea

Hasil distribusi frekuensi pengetahuan tentang sectio caesarea pada pasien yang akan menjalani persalinan sectio caesarea dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang sectio caesarea

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Kurang Cukup Baik 5 19 16 12,5 47,5 40,0 Jumlah 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1, pengetahuan tentang sectio caesarea pada pasien yang akan menjalani perawatan di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 orang (47,5%), yang tergolong baik sebanyak 16 orang (40,0%) dan yang kurang hanya 5 orang (12,5%).

4.2.2 Kecemasan

Hasil distribusi frekuensi tentang kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Catleya Rumah Sakit (RS) Panti Waluyo Surakarta dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut:

(57)

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi tentang Kecemasan pada pasien

Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

Sedang Berat Panik 16 18 6 40,0 45,0 15,0 Jumlah 40 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2, kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagian besar mempunyai kecemasan berat yaitu sebanyak 18 orang (45,0%), kecemasan sedang sebanyak 16 orang (40,0%), sedangkan paling sedikit adalah pasien pre operasi sectio caesarea yang tergolong panik yaitu sebanyak 6 orang (15,0%).

4.2 Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil tentang sectio caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta. Berikut hasil analisis yang telah diuji yang dapat dilihat dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman

Variabel Nilai Rank Spearman p-value

Pengetahuan dengan Kecemasan

-0,338 0,033

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui nilai korelasi Rank Spearman sebesar -0,338 dengan nilai p value 0,033 (< 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pengetahuan

(58)

ibu hamil tentang sectio caesarea dengan kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta, semakin baik dan meningkat pengetahuan ibu tentang sectio caesarea maka akan semakin menurun tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Catleya RS Panti Waluyo Surakarta tersebut.

Gambar

Gambar 2.1. Rentang respon Cemas (Stuart, 2007)
Gambar 2.2 : Kerangka Teori
Tabel  3.1.  Definisi Operasional Pengetahuan ibu tentang sectio caesarea dan  Kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan karya tulis ilmiah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang asuhan keperawatan pada pasien pre, intra, post operasi sectio caesarea di RSUD

Dari permasalahan yang ada, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre, intra dan post operasi sectio caesarea

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif tapi tidak signifikan antara dukungan suami dengan kecemasan peran baru ibu remaja post sectio caesarea.. Sumbangan efektif

Aisya Ayu Anggraeny, 462012008, Gambaran Kecemasan pada Pasien Pre Sectio Caesarea di Kota Salatiga, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana

gambaran tingkat kecemasan ( anxiety ) suami terhadap tindakan operasi sectio caesarea yang..

Pengetahuan dan Tingkat kecemasan ibu terhadap mobilisasi dini post sectio caesarea di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi dengan sampel 37 responden diperoleh hasil sebanyak 26

penelitian terhadap 68 orang ibu post SC menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kemampuan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesarea

Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien pre sectio caesarea, tingkat pendidikan yang dienyamnya