MAKALAH RADIOLOGI
“PEMERIKSAAN RADIOGRAFI EKSTRAORAL”
Disusun oleh: NAGITHA SUBUDILA 160112100529 TIARA A. KHUSNA 160112100530 MARCHIANNE S.F. 160112100531 DWI DESIAYUNIS 160112100532 Pembimbing: Lusi Epsilawati, drg.
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
Bandung
2011
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI EKSTRAORAL
Pada pemeriksaan radiografi ekstraoral, baik sumber sinar maupun reseptor gambar diletakkan di luar mulut pasien. Radiografi ekstraoral diantaranya adalah proyeksi lateral cephalometrik dari bidang sagital atau median; proyeksi submentovertex dari bidang transversal dan horizontal; Waters, Posteroanterior cephalometrik, dan proyeksi reverse-Towne dari bidang koronal dan frontal; dan proyeksi lateral oblique dari ramus mandibula.
Teknik
Langkah pertama dalam mendapatkan radiograf yang baik adalah pemilihan dari proyeksi yang sesuai untuk tujuan diagnostik. Radiograf ekstraoral diproduksi dengan mesin dental x-ray konvensional, mesin panoramik, atau unit x-ray lain yang berkapasitas lebih tinggi. Gambar cephalometrik dan tegkorak memerlukan reseptor gambar yang berukuran paling tidak 20x25cm (8x10 inchi), sedangkan proyeksi obliq lateral dapat diperoleh dengan reseptor gambar berukuran 13x18 cm (5x7 inchi). Sangat penting untuk memberikan label yang benar dan jelas pada sisi kanan dan kiri gambar dengan logam penanda (tanda “R” dan “L”) tanpa merusak informasi diagnostik.
Parameter eksposur yang sesuai bergantung pada ukuran pasien, anatomi, dan orientasi kepala; kecepatan reseptor gambar; kecepatan sumber sinar ke reseptor; dan penggunaan grid. Dalam kasus yang umum atau suspek penyakit, kombinasi layar film berkecepatan medium atau tinggi menghasilkan keseimbangan optimal antara informasi diagnostik dan eksposur pasien. Untuk keperluan orthodontik, kombinasi kecepatan tinggi mengurangi eksposur pasien tanpa mengkompromikan identifikasi dari keadaan anatomis penting untuk analisis cephalometrik. Walaupun grid radiografi mengurangi pancaran radiasi dan meningkatkan kontras serta resolusi, grid menghasilkan eksposur pasien yang lebih tinggi. Grid digunakan untuk meningkatkan kualitas radiografi dari struktur yang halus, seperti trabekular, dan menunjang dalam diagnos penyakit.
Posisi yang tepat dari sumber sinar, pasien, dan reseptor gambar membutuhkan kesabaran, perhatian pada detail, dan pengalaman. Patokan anatomi utama yang digunakan dalam penempatan posisi pasien selama radiografi ekstraoral adalah garis canthomeatal, yang menghubungkan titik pusat dari kanal auditori eksternal dengan canthus (salah satu sudut mata di mana kelopak mata atas dan bawah bertemu).
PROYEKSI LATERAL CEPHALOMETRIK (PROYEKSI LATERAL TENGKORAK)
Definisi
Foto rontgen yang digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.
Indikasi
Mengevaluasi bagian cranium dan kerangka wajah untuk mengetahui apakah terdapat suatu penyakit, trauma, kelainan, hubungan rahang dan pertumbuhan skeletal.
Biasa digunakan pada bagian orthodontik
Visualisasi terbaik untuk melihat bagian seluruh bagian cranium dan kerangka wajah dari sisi kiri atau kanan.
Reseptor gambar dan penempatan posisi pasien
Reseptor gambar diposisikan paralel dengan bidang midsagital pasien. Pada radiografi cephalometrik, pasien diposisikan dengan sisi kiri mengarah ke reseptor gambar (standar USA), dan filter pada kepala tube diposisikan di atas aspek anterior dari sinar untuk menyerap radiasi dan memberikan visualisasi dari jaringan lunak wajah.
Gambar 1 Posisi Pasien Foto Lateral Cephalometrik
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral tegak lurus dari bidang midsagital pasien dan bidang dari reseptor gambar dan dipusatkan di atas meatus auditori eksternal.
Gambar yang Dihasilkan
Superimposisi yang tepat dari sisi kiri dan kanan tidak mungkin karena struktur dari sisi yang dekat dengan reseptor gambar diperbesar kurang dari struktur yang sama pada sisi yang jauh dari reseptor gambar. Struktur bilateral yang dekat dengan bidang midsagital menunjukkan sedikit perbedaan dalam ukuran ketika dibandingkan dengan struktur bilateral yang jauh dari bidang midsagital.
Gambar 2 Foto Lateral Cephalometrik
PROYEKSI SUBMENTOVERTEX (BASIS)
Definisi
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.
Indikasi
Mengevaluasi bagian arcus zygomaticum dan maxilla untuk mengetahui apakah terdapat suatu penyakit, trauma dan kelainan.
Kontraindikasi
Reseptor Gambar dan Penempatan Pasien
Reseptor gambar diposisikan parallel dengan bidang transversal pasien dan tegak lurus dari bidang midsagital dan bidang koronal. Untuk menghasilkan posisi tersebut, leher pasien ditarik ke belakang sejauh mungkin, dengan garis canthomeatal membentuk sudut 10 derajat dari reseptor gambar.
Gambar 3 Posisi Pasien Foto Submentovertex
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral tegak lurus dari reseptor gambar, langsung dari bawah mandibula mengarah ke vertex dari tengkorak, dan dipusatkan sekitar 2 cm ke anterior dari garis yang menghubungkan kondilus kiri dan kanan.
Hasil Gambar
Bidang midsagital (digambarkan dengan garis imaginer dari ruang interproksimal di gigi insisif sentral rahang atas melalui septum nasal, ke tengah lengkung anterior atlas lalu ke gigi geligi) harus membagi gambaran kepala menjadi dua bagian yang simetris. Bagian bukal dan lingual dari bidang kortikolingual rahang bawah diproyeksikan sebagai garis putih yang uniform.
Gambar 4 Foto Submentovertex
PROYEKSI WATERS
Definisi
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.
Indikasi
Paling baik digunakan untuk mengevaluasi fraktur di bagian facial yaitu daerah arcus zygomatic, orbital, spina nasalis, septum nasalis, cavum nasalis dan processus coronoideus.
Bisa juga untuk melihat bagian frontal, maxilla dan sinus sphenoid.
Reseptor Gambar dan Penempatan Pasien
Reseptor gambar ditempatkan di depan pasien dan tegak lurus dengan bidang midsagital. Kepala pasien dimiringkan ke atas sehingga garis canthomeatal membentuk sudut 37º dengan reseptor gambar. Apabila mulut pasien terbuka, sinus sphenoid akan terlihat superimpos di atas palatum.
Gambar 5 Posisi Pasien Waters View
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral tegak lurus dengan reseptor gambar dan berkumpul di area sinus maksilaris.
Hasil Gambar
Bidang midsagital (digambarkan dengan garis imaginer dari ruang interproksimal dari gigi insisif sentral rahang atas melalui septum nasal dan bagian tengah hidung) harus membagi gambaran kepala menjadi dua bagian simetris. Petrous ridge (pinggiran kaku) dari tulang temporal harus diproyeksikan di bawah sinus maksilaris.
PROYEKSI CEPHALOMETRIC POSTEROANTERIOR (Proyeksi Kepala Posteroanterior)
Definisi
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.
Indikasi
Mengevaluasi kelainan, trauma, penyakit di bagian cranium
Mendeteksi perubahan yang progresif di bagian mediolateral cranium
Bisa juga untuk mengevaluasi bagian orbital, frontal, sinus ethmoideus, septum nasalis dan fossa nasalis.
Reseptor Gambar dan Penempatan Pasien
Reseptor gambar ditempatkan di depan pasien, tegak lurus dengan bidang midsagital dan paralel ke bidang koronal. Pasien ditempatkan sehingga garis canthomeatal membentuk sudut 10º dengan bidang horizontal dan bidang Frankfurt tegak lurus dengan reseptor gambar. Pada proyeksi tengkorak posteroanterior, garis canthomeatal tegak lurus dengan reseptor gambar.
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral tegak lurus dengan reseptor gambar, berjalan dari posterior ke anterior (sehingga disebut Posteroanterior atau PA), paralel dengan bidang midsagital pasien, dan berpusat di bagian hidung.
Hasil Gambar
Bidang midsagital (digambarkan dengan garis imaginer dari ruang interproksimal dari gigi insisif sentral melalui septum nasal dan bagian tengah hidung) harus membagi gambaran kepala menjadi 2 bagian yang simetris. Batas superior petrous ridge (pinggiran kaku) harus berada di sepertiga bawah orbit.
Gambar 8 Foto PA
PROYEKSI REVERSE-TOWNE (Membuka Mulut)
Definisi
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.
Indikasi
Melihat hubungan condilus karena memiliki visualisasi yang baik arah posterolateral.
Bisa juga untuk melihat bagian occipital, foramen magnum, petrous ridge.
Reseptor Gambar dan Penempatan Pasien
Reseptor gambar ditempatkan di depan pasien tegak lurus dengan bidang midsagital dan paralel dengan bidang koronal, kepala pasien dimiringkan ke bawah sehingga garis canthomeatal membentuk sudut 25º-30º dengan reseptor gambar. Untuk meningkatkan visualisasi kondilus, mulut pasien dibuka sehingga kepala kondilus berada di inferior dari eminensia. Ketika melihat hasil gambar untuk mengevaluasi kondilus, harus diperhatikan untuk menentukan jenis ”reverse-Towne atau membuka mulut” karena jika tidak diperhatikan dengan teliti maka hanya akan terlihat gambaran proyeksi Towne standar.
Gambar 9 Posisi Pasien
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral tegak lurus dengan reseptor gambar dan paralel dengan bidang midsagital pasien dan berpusat sejajar dengan kondilus.
Hasil Gambar
Bidang midsagital (digambarkan dengan garis imaginer dari tengah foramen magnum dan lengkung posterior atlas melalui tengah hidung dan septum nasal) membagi gambaran kepala menjadi dua bagian yang simetris. Petrous ridge (pinggiran kaku) dari tulang temporal akan superimpos di bagian inferior dari tulang occipital, dan kepala kondilus akan diproyeksikan inferior dari eminensia.
Gambar 10 Foto Reverse-Towne
PROYEKSI LATERAL OBLIQUE MANDIBULA 1. Proyeksi Bagian Mandibula
Indikasi
Mengevaluasi adanya kelainan, penyakit ataupun trauma seperti fraktur di daerah premolar, molar dan batas inferior mandibula.
Reseptor Gambar dan Penempatan Pasien
Reseptor gambar ditempatkan berlawanan dengan sisi pipi pasien yang akan diperiksa dan berpusat di area gigi molar-premolar. Batas bawah kaset harus paralel dan sekitar 2 cm di bawah batas inferior mandibula. Kepala pasien dimiringkan ke arah sisi yang akan diperiksa dan mandibula diprotusikan.
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral diarahkan ke area gigi molar-premolar dari titik 2 cm di bawah sudut pada sisi mandibula yang berlawanan.
Hasil Gambar
Hasil gambar yang jelas dari gigi geligi, linggir alveolar, dan mandibula harus dapat terlihat. Apabila kepala pasien terlalu miring maka akan terdapat distorsi gambar yang
signifikan. Jika sisi kontralateral dari mandibula superimpos dengan sisi yang diinginkan, maka itu akibat dari kepala pasien yang tidak dimiringkan dengan benar.
Gambar 11 Foto Lateral Oblique Mandibula Bagian Badan Mandibula
2. Proyeksi Ramus Mandibular
Indikasi
Mengevaluasi bagian ramus dari sisi mandibula kearah kondilus
Reseptor Gambar dan Penempatan Pasien
Film ditempatkan di sekitar ramus dan diletakan lebih ke posterior agar kondilus terfoto. Batas paling bawah dari kaset diletakan secara paralel dan minimal 2 cm di bawah batas inferior mandibula. Kepala dimiringkan ke arah sisi yang akan diperiksa seperti kondilus yang merupakan area penting dan sudut kontralateral dari mandibula dari garis horizontal. Mandibula protusif.
Posisi Sinar X Sentral
Sinar sentral diarahkan secara langsung ke bagian tengah ramus, 2 cm di bawah garis inferior dari sisi berlawanan mandibula area molar pertama.
Hasil Gambar
Gambar yang jelas dari molar ketiga, area retromolar, sudut dari mandibula, ramus dan kepala kondilus harus didapatkan. Jika terdapat distorsi maka kepala terlalu miring, jika
sisi kontralateral dari mandibula superimpose pada area yang diperlukan, maka kepala tidak akan terlalu miring.
Gambar 12 Foto Lateral Oblique Mandibula Bagian Ramus Mandibula
EVALUASI HASIL GAMBAR
Gambaran ekstraoral pertama-tama harus dievaluasi mengenai kualitasnya. Eksposure yang tepat dan cara yang tepat akan terlihat hasilnya pada gambar dengan kontras dan ketajaman yang baik. Posisi pasien akan mencegah superimpos dan gambaran yang tidak diinginkan lainnya dan juga memudahkan dalam interpretasi foto. Bila kualitas gambar buruk maka interpretasi pun menjadi tidak maksimal dan akan mengakibatkan salah diagnosa dan juga salah perawatan gigi.
Tahap pertama dalam interpretasi gambaran radiografi adalah pengidentifikasian bentuk-bentuk anatomi. Pengetahuan mengenai bentuk-bentuk anatomi secara radiografi dan bentuk-bentuk normal yang berbeda merupakan sesuatu yang harus dipertanyakan dalam identifikasi patologi. Keabnormalan menyebabkan kelainan pada bentuk anatomis. Menemukan bentuk anatomis yang tidak normal dan diklasifikasikan ke beberapa tipe perubahan dan menegakan diagnosis banding. Apa yang tidak terdeteksi tidak bisa diinterpretasikan.
Interpretasi dari gambaran radiografi ekstraoral harus teliti, hati-hati dan cermat. Gambaran harus diinterpretasi dalam ruangan yang cukup penerangan dan lampu sekitar dari monitor harus diberi alas.
Berikut adalah cara untuk memeriksa seluruh gambar : 1. Proyeksi Lateral
Tahap 1 : evaluasi dasar dari tengkorak dan calvarium. Identifikasi sel mastoideus, clivus, processus clinoideus, sella turcica, sinus sphenoid dan atap dari orbita. Pada calvarium, lekukan pembuluh darah, sutura dan diploic space. Lihat bagian klasifikasi intracranial.
Tahap 2 : evaluasi bagian atas dan bagian tengah. Identifikasi orbita, sinus (frontal, ethmoid dan maksila) Fisura pterygomaksila, pterygoid, processus zygomaticum, spina nasalis anterior dan palatum keras (dasar hidung). Evaluasi jaringan lunak dari bagian atas dan tengah muka. Rongga hidung, palatum lunak dan bagian belakang lidah.
Tahap 3 : evaluasi bagian bawah muka. Ikuti outline dari mandibula dimulai dari kondilus dan processus coronoideus, ke ramus mandibula, lalu ke bagian angulus mandibula hingga ke bagian rahang dan berakhir pada bagian anterior mandibula. Evaluasi jaringan lunak pada muka bagian bawah.
Tahap 4 : Evaluasi bagian spina servikal, jalur pernapasan, dan area leher. Identifikasi setiap bagian dari tulang belakang, identifikasikanlah bahwa hubungan dari area tengkorak hingga C1 dan C1-C2 dalam keadaan normal. Evaluasi jaringan lunak sekitar.
Tahap 5 : Evaluasi bagian tulang alveolar dan gigi.
2. Proyeksi Submentovertex
Tahap 1 : Evaluasi bagian calvarium dan bagian belakang fossa cranial. Foramen magnum, atlas, gigi dan kondilus occipital. Identifikasi petrous ridge kiri dan kanan dari tulang temporal, canalis auditori dan sell mastoideus. Untuk keseluruhan dan tahap-tahap berikutnya bandingkan sisi kira dan kanan dan lihatlah apakah tampak simetri atau tidak.
Tahap 2 : Evaluasi bagian tengah fossa cranial. Identifikasi foramen ovale dan spinosum. Kemudian bagian clivus dan sinus sphenoid.
Tahap 3 : Evaluasi bagian atas dan tengah dari muka. Periksalah rongga hidung, septum nasalis, maksila dan sinus ethmoid dan juga orbita. Periksalah kedua garis tulang dan strukturnya.
Tahap 4 : Evaluasi mandibula. Ikuti bentuk anatomis dari mandibula dari sisi kanan kepala kondilus, processus coronoideus, ramus, sngulus mandibula, dan bagian rahang mandibula bagian anterior hingga ke sisi bagian kiri.
3. Proyeksi Waters
Tahap 1: Evaluasi calvarium dan sutura dimulai di daerah temporal kiri melewati supraorbital ridges ke daerah temporal kanan. cari kalsifikasi intrakranial. dalam hal ini dan semua langkah berikutnya, bandingkan kanan dan kiri untuk mencari kesimetrisan.
Tahap 2: Evaluasi orbit dan sinus frontal. identifikasi rim supraorbital dan infraorbital, foramen orbital inferior, dasar orbit, sutura zygomaticofrontal, dan garis innominate dari fosa infratemporal yang bersimpangan pada aspek lateral orbit masing-masing. Tahap 3: Evaluasi sinus maksilaris dan rongga hidung. identifikasi dinding superior, medial, dan lateral dan dasar sinus maksilaris, septum hidung dan dasar dan dinding lateral rongga hidung. coba identifikasi proyeksi foramen rotundum ke arah dinding mesial dari sinus.
Tahap 4: Evaluasi lengkung zygomatic. identifikasi prosesus frontal, rahang atas, dan temporal dari zygoma dan sutura zygomaticofrontal. pastikan kelangsungan outline dan simetri dengan sisi kontralateral.
Tahap 5: Evaluasi prosesus condylar dan koronoideus rahang bawah. ini adalah salah satu gambaranPA terbaik dari proses koronoideus.
4. Proyeksi Pesteroanterior
Tahap 1: Evaluasi calvarium, sutura dan ruang diploic dimulai di daerah meatus kiri pendengaran eksternal (EAM). cari kalsifikasi intrakranial. identifikasi sel-sel udara mastoid, petrous ridge kanan dan tulang temporal kiri . dalam hal ini dan semua langkah berikutnya, bandingkan kanan dan kiri dan cari kesimetrisan.
Tahap 2: Evaluasi wajah atas dan tengah. identifikasi orbit, sinus (frontal, ethmoid, dan rahang atas), dan prosesus zygomatic rahang atas. periksai rongga hidung, turbinates tengah dan bawah, septum hidung dan langit-langit keras.
Tahap 3: Evaluasi wajah bagian bawah. mengikuti garis besar mandibula mulai dari condylar kanan dan prosesus koronoideus, ramus, angle, dan body melalui anterior mandibula ke kiri body, angle, ramus, prosesus koronoideus, dan kondilus.
Tahap 4: Evaluasi tulang belakang leher. identifikasi gigi, batas superior C2, dan batas inferiorC1.
Tahap 5: Mengevaluasi tulang alveolar dan gigi
5. Proyeksi Reverse-Towne
Tahap 1: Evaluasi calvarium dan cari kalsifikasi intrakranial. identifikasi foramen magnum dan posterior atlas. dalam hal ini dan semua langkah berikutnya, bandingkan kanan dan kiri untuk mencari simetri.
Tahap 2: Evaluasi fosa kranial tengah, petrous ridge, dan sel udara mastoid. anatomi di daerah ini sulit untuk dibedakan. Cari kelainan, gangguan garis outline, radiolusen, dan hilangnya simetri. identifikasi prosesus odontoid (dens) dari sumbu (C2) di garis tengah.
Tahap 3: Evaluasi rongga hidung. Identifikasi outline rongga hidung, septum hidung, inferior dan tengah turbinate.
Tahap 4: Evaluasi prosesus condylar dan koronoideus. dalam proyeksi mulut terbuka, kepala condylar, termasuk permukaan superior dan leher condylar, harus diidentifikasi.