• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter Satelit Inderaja yang diperlukan Bangsa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakter Satelit Inderaja yang diperlukan Bangsa Indonesia"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Karakter Satelit Inderaja yang

diperlukan Bangsa Indonesia

Baba Barus

1,2

dan BH Trisasongko

1

1 Departeman Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB

2 Ketua Mapin Komisariat Jabodetabek

Disampaikan pada :

Seminar Nasional lnovasi Teknologi Satelit untuk Kemajuan Bangsa

Diselenggarakan di TMII, Cibubur, 29 Agustus 2013

(2)

Materi

1. Pendahuluan

2. Karakter penggunaan data citra di Asia Plus

3. Pengguna citra satelit di Indonesia

4. Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya

5. Perencanaan dan Pengelolaan Pemanfaatan

Sumberdaya

6. Penelitian dan Pendidikan

7. Urgensi Kemandirian Teknologi Inderaja

8. Penutup

(3)

I. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan berbagai aktivitas

pemanfaatan sumberdaya dan aneka potensi sumberdaya

Keberadaan sumberdaya alam : hutan, pertanian, laut, aktivitas

pertambangan dan lainnya perlu dipantau statusnya

Sumberdaya hayati atau non-hayati yang belum teridentifikasi saat

ini– perlu diketahui di masa yang akan datang

Identifikasi dan pemantauan dapat dilakukan dengan citra satelit

Kebijakan pengembangan teknologi satelit sudah ada (UU

Keantariksaan), yang mendukung penguatan data spasial untuk

berbagai keperluan para pihak

Lapan akan mengembangkan teknologi satelit operasional tipe kecil

(A4) mencerminkan kemandirian teknologi inderaja

Apa ciri-ciri kebutuhan pengguna citra satelit di Indonesia ??

(4)

2. Karakter Pemanfaatan Inderaja di Asia Plus

Data abstrak ACRS 2013 di Bali, menunjukkan porsi pemanfaatan teknologi

inderaja sangat besar untuk sumber daya alam dan lingkungan

sensor 8% metode RS 24% environment 19% natural resources 20% hazards 10% sosek 2% kesehatan 1% pendidikan 1% input data 8% Nav_GPS 2% mapping 4% lain 1%

Proporsi Tema di Kegiatan ACRS 2013 Bali (sekitar 1000 paper)

(5)

Proporsi Tema Peserta Indonesia dalam ACRS Bali 2013

sensor, 13

metode RS, 59

environment, 24

natural

resources, 61

hazards, 27

sosek, 6

kesehatan, 2

pendidikan, 4

data, 15

input

Nav_GPS, 4

mapping, 10

lain, 1

(6)

Keragaan Materi Sumber Daya dari Indonesia

5 2 1 3 7 3 3 9 3 16 4 2 1 1 3 3 1 1 3 5 7 1

jumlah tema paper lingkungan dan sumber daya

dari Indonesia

sumber: ACRS, 2013

Pangan>landuse>water>hutan>perkotaan…….

Cerminan lembaga pengguna ? Dukungan riset ?

Komoditas potensial ?

(7)

3. Karakter Pemanfaatan Inderaja di Indonesia

Aplikasi pemanfaatan citra di Indonesia yang menonjol untuk berbagai

keperluan

tertinggi ke padi (perlu juga yang lain)

Komoditas strategis seperti padi sawah (pangan) memanfaatkan teknologi

indraja untuk identifikasi, manajemen, prediksi, dan pemantauan

Komoditas ekonomis seperti kelapa sawit, tegakan

hutan, karet, perikanan,

sudah banyak dipantau dengan inderaja

Beberapa komoditas penting, seperti tanaman sagu, kakao,

sudah mulai diinvestigasi

Potensi sumberdaya hayati (menurut prediksi, sangat kaya) belum

menggunakan teknologi inderaja

ke depan sangat penting

Lingkungan : penggunaan lahan, pencemaran, lahan kritis, kebakaran

hutan, tutupan hijau, bencana, dll

(8)

3a. Kebijakan data spasial

UU No 26, 2007, Penataan Ruang

ruang untuk pertanian (sawah dan lainnya)

UU No 32, 2009, PPLH

daya dukung dan daya tampung

UU No 4, 2011, Informasi Geospasial

Standarisasi dan kebijakan satu peta

Peta dasar dan peta tematik

PP No 85, 2007, Jaringan Data Spasial Nasional

Berbagai simpul dan jaringan K/L

Data terstandisasi dan berbagi (share)

Inpres No 6, 2012, Penyediaan Citra Resolusi Tinggi

Simpul terkait dengan data citra

Penyediaan data Res-tinggi terkordinasi: LAPAN dan BIG

Penguatan kapasitas lembaga dan Efiesiensi dan standarisasi

UU No 21 tahun 2013 Keantariksaan

Peran lapan sangat kuat dalam pengadaan data inderaja

Paradigma Baru :

a. Pembangunan

berkelanjutan

b. Data spasial

standar

c. Koordinasi K/L

d. Pemanfaatan

bersama

e. Penguatan

peran lembaga

(9)

3b. Kebijakan Pertanian, Pangan dan Lahan

UU No 7, 1996, Pangan (sedang direvisi)

Pangan pokok : Padi, jagung, sagu, dan ubi kayu (1,2 juta ha), jagung (3,9 juta ha). Ikan, dan daging

UU No 41, 2009, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

penetapan LP2B, LCP2B, KP2B

penetapan di RTRW utk KP2B; RTRW-RINCI untuk LP2B dan LCP2B

4 Peraturan Pemerintah: konversi lahan, sistem

informasi, insentif dan pembiayaan

 konversi lahan, PP No 1, 2011 – larangan, sanksi dan kemungkinan konversi

 sistem informasi, PP No 25, 2012 – dikelola lembaga pertanahan

UU No 16, tahun 2004, Perkebunan

 Indentifikasi dan pemantauan perkebunan

UU No 41, 1999, Kehutanan

 Hutan konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi

 Hutan Adat

UU No 5, 1960, UU Pokok Agraria (akan direvisi ke UU

Pertanahan)

Hak penguasaan dan pemilikan

PP No 16,2004, Penatagunaan Lahan

 Pengelolaan terkait dengan P4T

 Neraca penggunaan lahan

Permasalahan:

a. Perlindungan

lahan utama

b. Konversi lahan

c. Penguasan lahan

dan pemilikan

d. Kekayaaan hayati

e. Penataan spasial

f. Neraca lahan

Data inderaja

(10)

4. Inventarisasi Sumber daya dan Pemantauan

Pangan / ikan : - luasan dan produksi, perlindungan lahan, prediksi

isu strategis – kemandirian/ketahanan pangan

Perkebunan dan hutan : luasan dan produksi

isu ekonomi dan kedaulatan bangsa

Pemetaan sagu papua

dengancitra res tinggi dan radar Pemetaan sawit dengan AVNIR ALOS

Peta kementan untuk penentuan kawasan P2B, LP2B, LCP2B

Kebutuhan citra spesifik : 1, 3 bulan; 1 tahun dst

Perlu strategi data capture yang jelas dan dapat

diulang – ada standar

Sumber : Barus, 2013

(11)

5. Perencanaan dan Pengelolaan Pemanfaatan Sumberdaya

Citra

WolrdView

untuk

identifikasi

kantong air

Integrasi

citra

optis

dengan

RADAR

Sumber : Barus, 2013

(12)

KKP Tematik Faperta - Bimas-21

KKProfesi Mahasiswa Fakultas

Pertanian (2012-2015)

Mendukung Kegiatan

Mahasiswa, bagian pengembangan

database persil sawah dan riset

Bimas 21 : inventarisasi sawah dan

pengembangan model produksi

secara cermat

Citra optik resolusi tinggi

dikombinasikan dengan radar

6. Penelitian dan Pendidikan

Metode klasifikasi berbeda QUEST dan CRUISE - Akurasi hasil berbeda

Tjahjono et al. 2009. Jurnal Ilmiah Geomatika

Trisasongko et al. 2011. (in prep).

(13)

7. Urgensi kemandirian teknologi

Biaya pengadaan citra resolusi tinggi dan radar

Kreativitas anak bangsa

Percepatan riset dan publikasi

No Komoditas/objek

Luasan (ha)

Urgensi inderaja

1

Sawah / lahan pangan

9 juta

Rutin diperlukan, bulan or minggu

2

Sagu /lahan pangan

3-4 juta

Rutin, tahunan

3

Sawit / ekonomis

11 juta

Rutin, 6 bulan or tahunan

4

Gambut / lingkungan

15 juta

situasional

5

Hutan konservasi/lindung

53,44 juta

Rutin, biodiversitas

8

Hutan produksi

56,96 juta

Pemantauan usaha

7

Tutupan lahan / lingkungan

189,1 juta

Rutin/ situasionall

8

Pesisir / laut

Puluhan juta

Rutin, potensi ikan, detil

(14)

7a. Prediksi keperluan citra untuk komoditas tertentu

Area

(ribuan

ha)

relatif

waktu

2010

padi

Inven

Pantau

riset

sawit/hutan

sago

biodersits

ikan

20 ??

(15)

8. Penutup

1. Kebutuhan data citra untuk mendukung identifikasi, pemantauan,

dan prediksi untuk berbagai sumber daya yang diperbaharui

bervariasi – untuk database dan standarisasi

Komoditas (ha) Spektral Spasial Temporal Radiomerik Catatan Rice /sawah (10 juta ) Tinggi Sangat tinggi Kurang dari sebulan tinggi Radar Sagu (3-4 juta) tinggi Tinggi Tahunan Tinggi Radar Sawit (11 juta) Sangat tinggi Tinggi Kurang dari setahun Tinggi

HTI Tinggi Sedang Kurang dari setahun Sedang Ikan/laut Sangat tinggi Tinggi –

sedang Kurang dari sebulan Tinggi Radar ? Gambut (15 juta) Sangat tinggi tinggi Lebih dari 1 tahun Sangat tinggi Radar Tutupan lahan tinggi sedang setahun sedang Radar

2. Kemandirian teknologi satelit bersifat

mendesak dan perlu

realisasi

, untuk percepatan penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya

dan peningkatan pengetahuan dan teknologi

3. Pengembangan kelembagaan pengembangan dan pemanfaatan

dengan K/L perlu diinisiasi dalam bentuk tim khusus

(16)

Referensi

Abstract dari Paper-paper di ACRS Bali yad

 Barus, B, 2012. Trend Kebutuhan Data Satelit untuk Mendukung Ketersediaan Pangan Nasional, Makalah disampaikan pada Workshop Roadmap Teknologi Satelit di Indonesia , Hotel Bidakara Jakarta, 10 Juli 2012

Barus, B. 2013. Kesiapan Sumberdaya Manusia, Infrastruktur dan Lingkup Penelitian Inderaja di Fakultas

Pertanian, IPB. Disampaikan pada Workshop Implementasi Perjanjian Kerjasama Pengembangan Sistem Ruas Bumi Penerima Data Satelit Lapan A-3 dan Pemanfaatan Data Satelit Lingkungan dan

Cuaca, IPB, Darmaga, 23 Juli 2013

Barus, B., D.R Panuju, K. Munibah, LS Iman, Bambang.H. T, Nina, W, R. Kusumo. 2012. Model Pemetaan Sawah dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan dengan Penginderaan Jauh dan SIG. Disampaikan di Acara Seminar dan Ekspose Hasil-Hasil Kegiatan dan Penelitian P4W LPPM-IPB dengan tema: Pengembangan Metodologi Penelitian Bidang Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, IPB ICC, Bogor, 11 Desember 2012

 Deputi Lapan, 2013. RPJM Teknologi Dirgantara. 2015-2019 dan Kemungkinan Kemanfaatannya untuk menunjang program ketahanan pangan. Disampaikan pada Workshop Implementasi Perjanjian Kerjasama Pengembangan Sistem Ruas Bumi Penerima Data Satelit Lapan A-3 dan Pemanfaatan Data Satelit

Lingkungan dan Cuaca, IPB, Darmaga, 23 Juli 2013

 Tim P4W, 2011. Studi Revisi RTRW Kota Banjarmasin

 Tim Sucofindo, 2010. Verifikasi dan pemetaan industri kelapa sawit, kakao, karet Indonesia

Barus B, et al. 2010. Pemetaan Lahan Pertanian Berkelanjutan Kabupaten GarutBarus, B et al 2013. Verifikasi Peta KHG Papua. KLH

 Lillesand, T.M., R.W. Kiefer, J.W. Chipman, 2004. Remote Sensing and Image Interpretation. 5thedition. Wiley

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam (ANOVA) terhadap total hasil tangkapan untuk setiap shortening menunjukkan bahwa perlakuan shortening berpengaruh terhadap total hasil tangkapan.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kepuasan

Tentang hak dan kewajiban bela negara perlu dikaji lebih mendalam dari sisi etika, khususnya etika politik. Mengapa demikian ? Karena alasan-alasan hukum saja tidak memadai

To make it especially difficult, we may ask our question in the multiple-multiple choice (K type) format, in which students get no credit for knowing how volumes and osmolarity

Peraturan Bank Indonesia No.19/6/PBI/2017 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum.. BPD Lampung Nomor

This study has used Hofstede's national culture taxonomy to derive predictions about Japanese-, Taiwanese- and U.S.-owned ®rms' design of seven management controls in their

Indus delta a coastal wetland, Uchhali complex an inland wetland which are both protected sites while another site Nurri Lagoon which is not sheltered under any category of protected

[r]