GAMBARAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DENGAN
ANTIKOAGULAN K3EDTA 10% VOLUME 5, 10 DAN 15 µL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
pada Program Studi D3 Analis Kesehatan
Oleh :
TIKA APRILIANI NIM. 13DA277048
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
iv
INTISARI
Pemeriksaan hitung jumlah trombosit merupakan salah satu jenis pemeriksaan hematologi. Salah satu cara pemeriksaan hitung jumlah trombosit yaitu dengan metode manual Brecker-Conkite menggunakan reagen Ammonium Oksalat 1%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengunaaan K3EDTA 10% dengan volume 5, 10, 15 µL.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, populasi penelitian adalah mahasiswa/i prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Sampelnya sebanyak 10 sampel dari mahasiswa/i tingkat 3 Prodi D3 Analis Kesehatan. Sampel diperiksa di laboratorium Hematologi STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Berdasarkan hasil penelitian pada trombosit menggunakan antikoagulan K3EDTA 10% volume 5 µL hasil cenderung menurun dan 15
µL cenderung meningkat.
Kata Kunci : Hitung Jumlah Trombosit, Antikoagulan K3EDTA 10%
Kepustakaan : 17, 1989-2016
Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama pembimbing II
v
THE DESCRIPTION OF THE COUNT THE NUMBER OF PLATELET WITH ANTICOAGULANTS K3EDTA 10% VOLUME 5, 10
AND 15 µ L1
Tika Apriliani2 Minceu Sumirah3 Atun Farihatun4
ABSTRACT
Examination count the number of platelets is one type of examination of Hematology. One way to calculate the number of platelets examination i.e. by manual methods Brecker-Conkite use reagents Ammonium Oksalat 1%. The purpose of this research is to know the use K3EDTA 10% with volume 5, 10, 15 µL.
This research is experimental research, population studies is a student prodi D3 Health Analyst STIKes Muhammadiyah Ciamis. Sampelnya total of 10 samples from student level 3 Prodi D3 Health Analyst. the sample examined in laboratory Hematology STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Based on the results of research on platelets using anticoagulants K3EDTA 10% volume 5 µ L its results tend to decline 15 µ L tend to increase
Keywords : The Count Number of Platelet, Anticoagulant K3EDTA
10%
Library : 17, 1989-2016
Description : 1 the title of the, 2 name of student, 3 name of supervisor I, 4 name of supervisor II
1 A. Latar Belakang
Trombosit adalah sel dengan ukuran kecil, trombosit dibentuk dalam sumsum tulang melalui proses fregmentasi sitoplasma megakariosit. Bentuk trombosit tidak berinti diameternya sekitar 2-3 µm dan konsentrasinya sebesar 150.000 – 400.000 sel/mm3 di seluruh darah. Peranannya sangat penting dalam peenggumpalan darah. Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanik selam respon hemostasis normal terhadap cedera vaskuler, melindungi integritas endotel pembuluh darah, dan akan memulai perbaikan pada kerusakan dinding pembuluh darah (Tawoto, 2008).
Parameter pada pemeriksaan laboratorium hematologi antara lain : kadar Hb, hitung leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), hitung trombosit, retikulosit, hematokrit, SADT dan pemeriksaan hemostasis (Sacher, 2004). Hitung jumlah trombosit ialah pemeriksaan untuk menentukan jumlah trombosit dalam µL darah. Satuan hitung jumlah trombosit dinyatakan dalam sel/mm3, sel/µL, × 10⁶ sel/L.
K3EDTA merupakan antikoagulan yang sering digunakan pada
pemeriksaan hematologi. Fungsi pemberian K3EDTA agar tidak
terjadinya pembekuan pada darah. K3EDTA cair dengan konsentrasi
10% menggunakan 10 µL K3EDTA dan 1mL darah. Kelebihan
penggunaan K3EDTA dikarenakan adanya zat adiktifnya yang
menghambat agregasi trombosit dengan lebih baik (Nugraha, 2015). Trombosit akan mengalami pembengkakan sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang pada akhirnya mengalami fragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang masih dalam pengukuran trombosit sehingga dapat menyebabkan peningkatan palsu jumlah trombosit. Pada pemberian K3EDTA yang kurang akan menyebabkan
2
terjadinya gumpalan sehingga terjadi penurunan pada trombosit yang terhitung (Wirawan, 2004).
Artinya : Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya (Al Haqqah : 45-46).
Berdasarkan survey lapangan penggunaan K3EDTA 10%
menggunakan volume 10µL, tetapi volume darah tidak sesuai dengan volume antikoagulan yang ditetapkan. Saya memilih volume K3EDTA
10% 5µL, 10µL, 15µL untuk melihat penggunaan K3EDTA yang
berpengaruh pada pemeriksaan trombosit.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui gambaran hitung jumlah trombosit dengan antikoagulan K3EDTA 10% volume 5, 10 dan 15 µL.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut : “Bagaimana gambaran hitung jumlah trombosit dengan antikoagulan K3EDTA 10% volume 5, 10 dan 15
µL
?”C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hitung jumlah trombosit dengan atntikoagulan K3EDTA 10% volume 5, 10 dan 15
µL
.D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik
a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan, wawasan dan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam bidang hematologi khususnya pada pemberian antikoagulan yang benar dan hitung jumlah trombosit.
b. Sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktik
Untuk memberikan informasi kepada tenaga analis tentang cara pemberian antikoagulan pada darah yang benar untuk pemeriksaan hematologi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Desy yanuarti, 2014 poltekes semarang judulnya “perbedaan jumlah trombosit cara manual langsung (ress ecker) pada sampel dengan antikoagulan EDTA 10% volume 10 µL dan 50 µL”. Sedangkan penelitian yang dikaji terhadap “Gambaran Hitung Humlah Trombosit Dengan Antikoagulan K3EDTA
10% volume 5, 10 dan 15
µL
”.Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada antikoagulan EDTA 10% dengan volume 10 µL. Perbedaan yang akan dilakukan dengan penelitian tersebut adalah pada metode Brecker-conkite dan volume EDTA nya 5µL dan 15 µL.
Hasil penelitian Desy yanuarti, 2014 poltekes semarang menunjukkan bahwa jumlah trombosit pada sampel dengan EDTA 10% volume 50 uL cenderung lebih tinggi dibandingkan jumlah trombosit pada sampel dengan EDTA 10% volume 10 uL.
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Darah
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang ada di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung selama darah berada dalam pembuluh darah maka akan tetap cair, tetapi kalau keluar dari pembuluhnya maka bisa menjadi beku (Syaifudin, 2006).
Volume darah secara keseluruhan sekitar satu per dua belas berat badan atau kira-kira 5 L. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu di atur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan jaringan. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung kepada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah (Pearce, 2008).
Gambar 2.1. Sel-sel Darah dalam Hematopoiesis
2. Trombosit
a. Definisi Trombosit
Trombosit atau kepingan darah (platelet) adalah fragmen atau potongan-potongan kecil dari sitoplasma megakariosit, jumlah pada orang dewasa antara 150.000-400.000 keping/mm3. Trombosit merupakan komponen yang sangat penting dalam respon hemostasis yang berkaitan dengan komponen hemostasis lainnya. Ukuran trombosit sangat kecil 2-4 µm berbentuk lonjong. Trombosit dapat bergerak aktif karna mengandung protein rangka sel yang dapat menunjang perpindahan trombosit secara cepat dari keadaan tenang menjadi aktif, jika terjadi kerusakan pembuluh darah.
b. Morfologi trombosit
Morfologi trombosit Dalam keadaan inaktif trombosit bentuknya seperti cakram bikonveks dengan diameter 2-4 μm. Dengan mikroskop elektron, trombosit dapat dibagi menjadi 4 zone dengan masing-masing zone mempunyai fungsi khusus. Keempat zone adalah zone perifer yang berguna untuk adhesi dan agregasi, zone solgel menunjang struktur dan mekanisme kontraksi, zone organel yang berperan dalam pengeluaran isi trombosit serta zone membran yang keluar dari isi granula saat pelepasan.
Gambar 2.2. Trombosit
6
c. Struktur trombosit
Ultra stuktur trombosit terdapat glikoprotein menyelubungi permukaan trombosit sangat berperan dalam reaksi perlekatan pada proses pembentukan sumbatan trombosit. Dalam sitoplasma trombosit ada mengandung tiga jenis granula, yaitu granula α, padat dan lisosom. Granula α banyak mengandung faktor pembekuan. Granula padat sangat jarang mengandung adenosin difosfat (ADP), adenosin trifosfat (ATP), serotonin dan kalsium. Granula lisosom sangat banyak mengandung enzim hidrolitik (Nugraha, 2015).
d. Fungsi trombosit
Fungsi trombosit adalah membentuk sumbatan mekanik terhadap cidera vaskuler. Reaksi yang terdapat pada trombosit adalah reaksi adhesi, sekresi, agregasi (Hoffbrand, dkk, 2012).
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat (serotin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif di daerah yang luka (Handayani, 2008).
e. Sifat trombosit
1) Adhesi : melekat dipermukaan asing 2) Agregasi : melekat satu sama lain 3) Aglutinasi : menggumpal
f. Masalah klinis
1) Trombosit Rendah
ITP (Purpura trombositopenia idiopatik), mieloma multipel, kanker (tulang, saluran gastrointestinal, otak), leukemia (limfositik, mielositik, monositik), anemia (aplastik, defesiensi zat besi, pernisioasa, defenisi asam folat, sel sabit), penyakit hati (sirosis, hepatitis aktif kronis), SLE (lupus eritemslosus sistemik), DIC, penyakit ginjal, eklamsia, demam reumatik akut.
2) Trombosit tinggi
Polisitemia vera, trauma (pembedahaan, fraktur), pasca splenektomi, kehilangan darah akut (memuncak pada 7 sampai 10 hari), karsinoma metastatik, embolisme pulmonar, dataran tinggi, tuberkulosis, retikulositosis, latihan fisik berat (Nugraha, 2015).
g. Hal yang mempengaruhi pemeriksaan trombosit
Kelebihan penggunaan K3EDTA sebagai antikoagulan
karena mempunyai zat adiktifnya yang tidak merubah morfologi sel dan menghambat agregasi trombosit dengan lebih baik dari antikoagulan lainnya (Nugraha, 2015). Dan trombosit akan mengalami pembengkakan sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang pada akhirnya mengalami fragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang masih dalam pengukuran trombosit sehingga dapat menyebabkan peningkatan palsu jumlah trombosit.
Pada pemberian K3EDTA yang kurang akan
menyebabkan terjadinya gumpalan sehingga terjadi penurunan pada trombosit yang terhitung (Wirawan, 2004). oleh sebab itu K3EDTA lebih sering digunakan dalam
laboratorium karena kelarutannya sangat tinggi sehingga menghasilkan spesimen yang memiliki gumpalan lebih sedikit.
8
K3EDTA harus segera dicampurkan dengan sampel darah
untuk menghindari pembentukan gumpalan trombosit dan pembetukan bekuan mikro (Nugraha, 2015).
h. Pemeriksaan laboratorium untuk uji jumlah trombosit 1) Cara langsung
a) Rees Ecker
Darah diencerkan dengan larutan Ress Ecker di dalam pipet eritrosit, lalu dimasukkan ke dalam bilik hitung/ hemositometer. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktif dan mengkilat berwarna biru muda/ bila lebih kecil dari eritrosit, serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Keuntungan dari metode ini adalah cepat, trombosit akan tersebar merata dan trombosit terlihat kontras dengan latar belakang sehingga mudah dihitung. Hemositometer terdiri atas:
(1) Kamar hitung/ bilik hitung
Kamar hitung yang biasa digunakan adalah “Improved Neubauer”.
(2) Kaca penutup
Kaca penutup dibuat benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek.
(3) Pipet
Pipet yang digunakan adalah pipet thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca merah (Sacher, 2004).
Gambar 2.3. Bilik hitung Improved Neubauer
Sumber : Nugroho, 2016
Gambar 2.4. Pipet Thoma
Sumber : Nugroho, 2016
Metode Rees Ecker yang merupakan metode manual, kesalahan dalam hal pengukuran dan pembacaan sampel kurang teliti, dan kotoran pun bisa terhitung sebagai sel trombosit. Tetapi kelebihan semua ukuran trombosit terhitung (Purwanto, 2007). b) Brecker-Conkite
(1) Masukan 10µL darah dan 1000µL Ammonium Oksalat kedalam tabung reaksi dan homogenkan. (2) Pipet sampel yang sudah ditambah Ammonium
Oksalat sebanyak 10µL masukan kedalam improve neubauer.
10
(3) Improve neubauer disimpan pada cawan petri yang telah diisi kapas dan dibasahi sebelumnya. (4) Inkubasi selama 5-30 menit.
(5) Baca dengan mikroskop pembesaran 40x. 2) Cara tak-langsung (Fonio)
Cara ini dilakukan dengan membuat sediaan apus darah yang kemudian diwarnai dengan pewarna wright atau giemsa. Jumlah trombosit dihitung per 1000 eritrosit (Sacher, 2004).
3) Cara automatik
Cara pemeriksaan trombosit dengan menggunakan alat analyzer, pemeriksaan trombosit secara automatik menggunakan alat analisis sel darah automatik.
Sumber kesalahan pemeriksaan secara automatis yaitu;
a) Alat bekerja tidak stabil atau alat tidak berfungsi dengan normal atau alat tidak bekerja dengan baik karena keadaan alat yang kotor.
b) Alat bekerja tidak teliti, tidak tepat dan tidak peka karena alat belum dikalibrasi.
c) Tidak mengikuti petunjuk operasional alat. d) Tidak menghomogenkan sampel dengan benar. e) Volume reagen tidak tepat (Mindray, 2006). 3. Antikoagulan
Antikoagulan merupakan zat yang ditambahkan ke dalam darah dengan tujuan menghambat atau mencegah proses pembekuan dengan cara mengikat atau mengendapkan ion kalsium dan menghambat pembentukan trombin dari protombin. Dengan memberi antikoagulan spesimen atau sampel darah utuh dan memperoleh plasma setelah di sentrifius.
Antikoagulan diberikan seperlunya karna sifat dari zat adiktif memiliki pengaruh spesimen darah yang berbeda (Nugraha, 2015).
Antikoagulan yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi yaitu;
a. EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid)
EDTA sebagai garam natrium atau kaliumnya. EDTA mencegah trombosit menggumpal karena EDTA sangat baik dipakai untuk antikoagulan pada hitung trombosit. K3EDTA
sering digunakan dalam bentuk larutan 10%. EDTA tersedia dalam bentuk kering garam di-kalium (K2EDTA) dan garam
di-natrium (Na2EDTA) atau bentuk cair yaitu tri-kalsium
(K3EDTA). Garam kalium dan natrium dapat mengubah ion
kalsium dari darah menjadi bukan ion kalsium sehingga pembekuan dapat dicegah (Gandasoebrata, 2010).
Kelebihan penggunaan EDTA sebagai antikoagulan karena mempunyai zat aditifnya yang tidak merubah morfologi sel dan menghambat agregasi trombosit dengan lebih baik dari antikoagulan lainnya (Nugraha, 2015). Dan trombosit akan mengalami pembengkakan sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang pada akhirnya mengalami fragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang masih dalam pengukuran trombosit sehingga dapat menyebabkan peningkatan palsu jumlah trombosit. Pada pemberian K3EDTA yang kurang akan
menyebabkan terjadinya gumpalan sehingga terjadi penurunan pada trombosit yang terhitung (Wirawan, 2004).
Oleh sebab itu K3EDTA lebih sering digunakan dalam
laboratorium karena kelarutannya sangat tinggi sehingga menghasilkan spesimen yang memiliki gumpalan lebih sedikit. EDTA harus segera dicampurkan dengan sampel darah untuk
12
menghindari pembentukan gumpalan trombosit dan pembetukan bekuan mikro.
Jumlah K2EDTA serbuk digunakan 1mg dalam 1 mL
darah, sedangkan K3EDTA cair dengan konsentrasi 10%
volume EDTA 10µL dan 1mL darah. Apabila takaran EDTA nya kurang maka akan mengalami koagulasi. Kelebihan penggunaan K3EDTA dikarenakan adanya zat adiktif yang
menghambat agregasi trombosit dengan lebih baik (Nugraha, 2015).
b. Heparin
Heparin merupakan antitrombin, tidak mempengaruhi terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Tiap penggunaan heparin 1mg heparin dan 10mL darah karena menjaga pembekuan darah. Heparin boleh digunakan dalam bentuk larutan maupun kering.
c. Natrium sitrat
Natrium sitrat adalah larutan isotonik dengan darah. Bisa digunakan berbagai macam pecobaan hemoragik dan laju endap darah.
d. Ammonium oksalat
Digunakan dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang akan diperiksa. Cara menggunkan ammonium oksalat dengan diisi ammonium oksalat 0,2 mL atau 0,5 mL kemudian keringkan disuhu 70°C kemudian masukan sampel darah 2 mL atau 5 mL darah untuk pemeriksaan hematologi rutin (Gandasoebrata, 2010).
B. Kerangka Konsep
Gambar 2.5. Kerangka Konsep
Keterangan : variabel yang di teliti Variabel yang tidak diteliti
Darah Rutin
Trombosit
Langsung Tidak langsung Automatic
Rees Ecker Brecker-Conkite
K3EDTA 5µL / 1mL darah K3EDTA 10µL / 1mL darah K3EDTA 15µL / 1mL darah
14 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental karena peneliti ingin mengetahui jumlah trombosit dengan konsentrasi K3EDTA 10% volume 5, 10 dan 15 µL.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Definisi
Oprasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur Hitung jumlah Trombosit Banyak trombosit yang dihitung dengan metode Brecker-Conkite 1. Bilik hitung (Improved Neubauer) 2. Mikroskop 3. Cell counter 1. Menggunakan metode Brecker-Conkite 2. Rumus hitung trombosit Jumlah sel/mm³= N × 5000 Jumlah trombosit per mmᶾ darah Ratio Volume EDTA Volume antikoagula n EDTA 10% dengan konsentrasi 5,10,15 µL ditambahka n pada sampel darah 1ml
Clinipete Pemipetan 5,10,15 µL Interval
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Keseluruhan dari mahasiswa/i STIkes Muhammadiyah Ciamis. 2. Sampel
Kriteria sampel 10 sampel dari mahasiswa/i STIkes muhammadiyah Ciamis dalam keadaan sehat.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer dengan hasil pemeriksaan hitung jumlah trombosit dengan konsentrasi EDTA 10% volume 5, 10, 15 µL dengan volume darah 1 mL menggunakan metode Brecker-Conkite.
2. Instrumen penelitian
Tabel 3.2 Daftar Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
Nama alat Spesifikasi Jumlah
Tourniquet Disposible 1 buah
Spuit 3 mL 10 buah
Tabung Reaksi 3 mL 30 buah
Rak Tabung Kayu 12 Lubang 3 buah Bilik Hitung Improved neubauer 1 buah Cell counter
Petri Disk
1 buah 1 buah Mikroskop Binokuler 1 buah Clinipet 5 µL, 10 µL, 15 µL dan 1000 µL 4 buah
Tabel 3.3 Daftar Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian
Nama Bahan Spesifikasi Jumlah
Alkohol 70% Secukupnya
Reagen ammonium oksalat 1 % Secukupnya Antikoagulan K3EDTA 10% Secukupnya
Aquades Secukupnya
Kapas Secukupnya
Plester 30 buah
E. Prinsip pemeriksaan trombosit metode brecker-conkite
Darah di encerkan dengan larutan Ammonium Oksalat 1% yang akan menyebabkan lisisnya eritrosit.
F. Cara Kerja
1. Tahap Pre-analitik
a. Pasien di persilahkan duduk dengan rileks dan tenang.
16
c. Persiapkan alat untuk penyemplingan atau pengambilan darah.
d. Pasang Tourniquet pada lengan atas dari tangan kanan atau kiri.
e. Pasien diminta menggegam tangan agar vena terlihat jelas. f. Membersihkan vena cubiti tempat yang akan diambil darahnya
dengan alkohol 70% kemudian tunggu hingga kering.
g. Tusuklah kulit dengan jarum spuit sampai masuk kedalam vena cubiti.
h. Lepaskan pembendungan perlahan-lahan sampai jumlah darah yang diinginkan sebanyak 3 mL didapat.
i. Letakan kapas ditempat tusukan lalu tarik jarum spuit secara perlahan dan meminta kepada pasien agar menekan bekas tusukan dengan kapas beberapa detik sehingga darah tidak keluar lagi.
j. Kemudian jarum spuit yang sudah ada darahnya dipindahkan ke tabung yang telah diisi antikoagulan EDTA 10% dengan volume 5,10,15 µL.
k. Memberi label pada tabung (R. Gandasoebrata, 2010) 2. Tahap Analitik
a. Masukan 10 µL darah dan 990 µL Ammonium Oksalat kedalam tabung reaksi dan homogenkan, menggunakan 100× pengenceran.
b. Pipet sampel yang sudah ditambah Ammonium Oksalat sebanyak 10µL masukan kedalam improve neubauer.
c. Improve neubauer disimpan pada cawan petri yang telah diisi kapas dan dibasahi sebelumnya.
d. Inkubasi selama 5-30 menit.
e. Baca dengan mikroskop pembesaran 40x. f. Cara Perhitungan :
Luas kotak kecil = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000
Koreksi Volume 80 kotak kecil = 80 x 1/4000 = 80/4000
= 1/50 mm3
Pengenceran 100x
Jumlah sel/mm3 = N x 50 x100 Jumlah sel/mm3 = N x 5000 3. Tahap Post Analitik
Penulisan pada pelaporan hasil yang dikerjakan
G. Pengolahan Data
Data yang di peroleh dan terhimpun kemudian di lanjutkan pada tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), memasukan data-data dengan menyajikan data ke dalam bentuk tabel atau grafik, selanjutnya diperoleh kesimpulan akhir dari penelitian.
H. Etika Penelitian
Peneliti meminta izin kepada STIKes Muhammadiyah Ciamis untuk melakukan penelitian di Laboratorium Hematologi STIKes Muhammdiyah Ciamis. kepada responden, peneliti memberikan gambaran, manfaat, tujuan dan resiko yang mungkin terjadi saat penelitian. Apabila bersedia ikut serta dalam penelitian ini, responden menandatangani informed consent.
I. Tempat dan waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di Laboratorium Hematologi STIKes Muhammadiyah Ciamis, dan sudah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli tahun 2016.
23
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surat Al-Haqqah ayat 45-46.
Amin. (2013). Proses Terbentuknya Sel Darah yang Normal. Tersedia dalam http://cara-alami-obati-kanker.blogspot.co.id/2013/03/proses-terbentuknya-sel-darah-yang.html [diakses 16 Januari 2016].
Depkes RI. (1989) Hematologi. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani, Wiwik and Hariwibowo, AS. (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Selemba.
Hoffbrand, dkk. (2012) Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC.
Kosasih, E.N & Kosasih, A.S. (2008) Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Edisi Kedua. Tanggerang : Karisma Publishing Group.
Mindray, (2006) BC-2600 Auto Haematologi Analyzer, China.
Mulyanto, K.C (2012) Perbandingan Nilia Trombosit Dengan Metode Manual Dan Otomatis. Jakarta : EGC
Nugraha, Gilang. (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
Nugroho, Heru SW. (2016) Laboratorium Klinik 1: Alat-alat untuk
Pemeriksaan Hematologi. Tersedia dalam
http://static.schoolrack.com/files/25632/333288/lab-klinik.pdf. [diakses 16 Januari 2016]
Pearce, Evelyn C. (2008) Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purwanto. (2007) Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gandasoebrata R. (2010) Penuntun Laoratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Sacher, RA dan Mc Pherson RA. (2004) Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.
Syaifudin. (2006) Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tarwato. (2008) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penertbit : Trans Info Media
Wirawan, R. (2004) Kualitas Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Dalam Era Globalisasi. Dalam : Pemantapan Kualitas Hematologi Sebagai Model, Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.