• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN SINJAI SELATAN

KABUPATEN SINJAI

oleh:

DIAN ANUGERAH

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 05453 15

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI

PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN SINJAI

SELATAN KABUPATEN SINJAI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh : DIAN ANUGERAH Nomor Stambuk : 10561 05453 15

Kepada :

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Dian Anugerah Nomor Stambuk : 105610545315

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun ini pencabutan gelar akademik.

Makassar, Januari 2020 Yang Menyatakan,

(6)

v ABSTRAK

Dian Anugerah, Amir Muhiddin dan Adnan Ma’ruf. Strategi Pemerintah Daerah Dalam Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi pemerintah daerah dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data yang digunakan yaitu primer dan sekunder. Pengumpulan data digunakan dengan menggunakan Teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemerintah daerah dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai ada yang tergolong optimal dan belum optimal apabila dibahas dari aspek sosialisai sudah berjalan sesuai terori yang ada, namun belum optimal karena masih terdapat kendala dan hambatan dari beberapa masyarakat. Regulasi, terkait dengan regulasi tentang perkawinan tersebut telah dijalankan dengan baik, namun belum optimal karena kurang tegasnya pemerintah terhadap masyarakat yang melakukan nikah dini. Sanksi, penerapan sanksi terhadap pernikahan dini telah berjalan relatif baik. Faktor internal yang mempengaruhi dalam penelitian ini yaitu atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan faktor eksternalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ekonomi, pendidikan, atau tradisi masyarakat.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

ِ

ِ

ميِحَّ

رلٱِ

نَٰ

مۡحَّ

رلٱِهَّ

للٱِ

مۡسِ

ب

Assalamu „Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah Daerah Dalam Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis ajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelas sarjana di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih pertama-tama penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis, Ibunda tercinta Subaidah Atas dukungan, semangat serta doa-nya yang tidak pernah berhentinya diberikan kepada penulis agar selalu diberikan kemudahan dan kelancaran untuk setiap segala urusannya. Terima Kasih atas segala perjuangan dan pengorbanannya, Semoga ayahanda dan ibunda senantiasa di rahmati oleh Allah SWT.

Banyaknya rintangan dan tantangan yang harus penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini dan menyadari bahwa hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang selalu mengarahkan penulis untuk mencapai dan memperoleh kebenaran untuk menyelesaikan skripsi ini. Izinkan penulis untuk memberikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam

(8)

vii

penyusunan skripsi ini, maka dari itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ayahanda Dr. Amir Muhiddin, M.Si selaku Pembimbing I dan Ayahanda Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kakanda Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Kakanda Nurbiah Tahir, S.Sos., M.Ap selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah sudi berbagi ilmunya kepada penulis selama ini.

6. Segenap Dosen Penguji mulai dari Seminar Proposal, Ujian Hasil, sampai Ujian Tutup yang selalu mengkritik dan memberi masukan kepada penulis demi perbaikan Skripsi.

7. Segenap Dosen yang berada di ruangan Tata Usaha, Simak, LP3M Unismuh Makassar yang telah membantu pengurusan berkas selama ini. 8. Para pihak kantor, mulai dari Kantor Bupati Sinjai, Kantor Dinas

(9)

viii

Bangsa dan Politik, Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sinjai yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Buat teman-teman terdekat yang selalu membimbing saya, memberikan semangat untuk saya dan senantiasa memberikan bantuan baik itu secara materil ataupun secara moril, terima kasih kepada Muhammad Ilham, Jumasni, S.Pd, dan Wahdania S.Ip

10.Seluruh teman-teman kelas ADN.F 015 BEFORE dan ADN.F 015 AFTER yang selama ini selalu bersama-sama mengikuti jadwal kuliah yang selalu punya cerita dan pengalamannya tersendiri didalam kelas.

11.Kepada seluruh keluarga besar SOSPOL Universitas Muhammadiyah Makassar terutama kepada satu angkatan penulis EXECUTIVE 2015 yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari 2020 Penulis,

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 7

C. Tujuan Penelitian. ... 7

D. Manfaat Penelitian. ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep dan Teori. ... 9

B. Kerangka Pikir. ... 24

C. Fokus Penelitian. ... 25

D. Deskripsi Fokus Penelitian. ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian. ... 26

B. Jenis dan Tipe Penelitian. ... 26

C. Sumber Data. ... 26

D. Informan Penelitian. ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 27

F. Teknik Analisis Data. ... 28

(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 31

B. Pembahasan Strategi Pemerintah Daerah Dalam Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai ... 45

C. Pembahasan ... 54 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 57 B.Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN ... 60

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Peristiwa Nikah Berdasarkan Usia dan Status Pernikahan di Kabupaten Sinjai Sepanjang Tahun 2018 ... 5 Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sinjai Selatan ...32 Tabel 4.2 Data Jumlah Pernikahan Dini Di Kecamatan Sinjai Selatan ...44

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan merupakan alat hukum administrasi dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja sama untuk menjalankan seluruh aktivitas guna meraih tujuan yang diinginkan. Implementasi dapat dipahami sebagai proses, output maupun sebagai hasil. Dalam kebijakan perlu adanya implementasi. Tanpa implementasi maka kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar merupakan rencana indah yang tidak akan terwujud.

Proses untuk melaksanakan kebijakan pemerintah perlu mendapatkan perhatian yang seksama karena banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Proses kebijakan merupakan proses dinamis, banyak faktor yang mempengaruhinya. Kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan memperoleh legitimasi dari lembaga legislatif telah memungkinkan birokrasi untuk bertindak, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan menyangkut prilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program, yang akan mempengaruhi dampak baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem kerja yang baik agar kebijakan itu dapat dilaksanakan sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan peraturan pemerintah yang diatur dalam keputusan Menteri Dalam Negri No. 27 tahun 1983 yang diinstruksikan kepada pejabat Daerah untuk mengajukan penundaan usia perkawinan sampai umur 19 tahun untuk perempuan dan 21 tahun untuk laki-laki. Jika calon mempelai belum mencapai umur tersebut

(15)

2

maka wajib ada izin dari kantor pengadilan agama. Jika kita lihat dimasyarakat indonesia sejak dahulu terutama di pedesaan, menikah sudah menjadi sesuatu hal yang harus segera dilaksanakan baik itu pernikahan di usia dini maupun tua. Namun berdasarkan pengamatan empiris, banyak kalangan masyarakat yang memilih untuk menikah diusia dini. Banyak faktor yang mendasari hal tersebut, baik itu karena dorongan ekonomi, kemauan sendiri, bahkan karena hal-hal yang tidak terduga.

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai Marrus (2002: 31). Strategi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan dan harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai diwaktu yang akan datang, selain itu suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya.

Pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas - luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang - undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat. Peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam

(16)

3

rangka melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2014 adalah: (a) Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indinesia; (b) Pemerintah daerah melaksakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan; (c) Pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi kewenagan presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh APBN. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, anak dan sumber daya lainnya.

Pernikahan dini menurut Indraswari (dalam Syafiq Hasyim, 1999: 31) dapat diartikan sebagai pernikahan yang dilakukan sebelum usia 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki, batasan usia ini mengacu pada ketentuan formal batas minimum usia menikah yang berlaku di Indonesia. Definisi Indaswari mengenai pernikahan dini menekankan pada batas usia pernikahan dini. Batas usia yang ditetapkan mengacu pada ketentuan formal dalam UU

(17)

4

perkawinan. Maraknya kasus pernikahan dini karena beberapa faktor yang sangat berpengaruh yaitu faktor dari diri individu, orangtua, lingkungan masyarakat serta peran dari pemerintah daerah khususnya pemerintah desa.

Pemerintah daerah sendiri terdiri atas Kepala Daerah, beserta perangkat lainnya yang mempunyai kewajiban serta wewenang yang harus dijalankan oleh pemerintah daerah. Pernikahan dini di kalangan remaja kini tidak hanya terjadi di pedesaan melainkan di kota-kota besar juga demikian. Fenomena demikian sudah menjadi trend atau metode di kalangan remaja dengan banyak motifnya. Jika pada zaman dahulu banyak orang tua ingin menikahkan anaknya pada usia muda maka kini tidak sedikit remaja yang ingin menikah.

Dari hasil berbagai penelitian terdahulu tentang pernikahan dini menunjukkan bahwa pernikahan dini banyak terjadi di daerah-daerah yang penduduknya mempunyai motivasi untuk bersekolah kurang maksimal khususnya bagi anak-anak seperti di daerah Kabupaten Sinjai khususnya di Kecamatan Sinjai Selatan yang merupakan tingkat pernikahan dini yang tinggi dengan kontrol dari orang tua yang lemah dan kontrol dari pemerintah daerah atau pemerintah desa yang kurang tegas..

Ada beberapa kasus pernikahan dini di Kabupaten Sinjai yaitu anak yang belum lulus SMP diperbolehkan untuk menikah karena pasangan murid SMP yang hendak menikah tersebut baru menginjak 15 dan 14 tahun masih tergolong anak-anak. Sedangkan dalam Undang- undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat 1 bahwa pernikahan diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita umur 16 tahun.

(18)

5

Hasil wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai peristiwa nikah berdasarkan usia dan status pernikahan yang terjadi pada tahun 2018 di Kabupaten Sinjai pada Kasi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sinjai diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Data Peristiwa Nikah Berdasarkan Usia dan Status Pernikahan di Kabupaten Sinjai Sepanjang Tahun 2018

No KUA Kecamatan Jumlah Pernikahan

Jumlah Berdasarkan Usia Nikah Jumlah Laki-Laki Perempuan Di bawah Umur (19) Di bawah Umur (16) 1 Sinjai Utara 415 3 0 3 2 Sinjai Timur 275 1 5 6 3 Sinjai Tengah 220 6 4 10 4 Sinjai Selatan 358 6 7 13 5 Sinjai Barat 188 4 2 6 6 Sinjai Borong 149 1 10 11 7 Bulupoddo 126 3 0 3 8 Tellulimpoe 343 6 3 9 9 Pulau Sembilan 63 0 1 1 Jumlah 2137 30 32 62

Sumber Data : Kasi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kab. Sinjai

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah pernikahan usia di bawah umur 19 tahun untuk laki-laki dan usia di bawah 16 tahun untuk perempuan di Kecamatan Sinjai Utara 3 orang laki-laki dan 0 untuk perempuan, di Kecamatan Sinjai Timur 1 orang untuk laki-laki dan 5 orang untuk perempuan, di Kecamatan Sinjai Tengah 6 orang laki-laki dan 4 untuk perempuan, di Kecamatan Sinjai Selatan 6 orang laki dan 7 untuk perempuan, di Kecamatan Sinjai Barat 4 orang laki-laki dan 2 untuk perempuan, di Kecamatan Sinjai Borong 1 orang laki-laki-laki-laki dan 10 untuk perempuan, di Kecamatan Bulupoddo 3 orang laki-laki dan 0 untuk perempuan, di Kecamatan Tellulimpoe 6 orang laki-laki dan 3 untuk perempuan, di Kecamatan Pulau Sembilan 0 orang laki-laki dan 1 orang untuk perempuan.

(19)

6

Dari sembilan kecamatan yang ada di kabupaten Sinjai terkait peristiwa nikah berdasarkan usia menunjukkan bahwa jumlah usia nikah dibawah umur yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Sinjai Selatan yakni 13 orang.

Dari hal tersebut terdapat suatu masalah yang terjadi antara kasus pernikahan usia dini dengan peraturan Undang-undang perkawinan. Namun, di Kabupaten Sinjai ini banyaknya pernikahan usia dini yang secara hukum telah melanggar undang- undang tetapi diduga ada permainan keluarga pasangan nikah dini yang dibantu oleh oknum pemerintah desa dan memperbolehkan anak- anak di bawah umur menikah dengan memanipulasi akta kelahiran.

Dalam hal ini peneliti mencoba mengungkapkan permasalahan tentang “Strategi Pemerintah Daerah dalam Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan Sinjai Selatan” dikarenakan banyaknya pernikahan dini dan lemahnya peran pemerintah daerah dalam menangani permasalahan tersebut. Selain itu juga pendidikan yang masih rendah serta motivasi untuk sekolah yang dimiliki anak-anak di Kabupaten Sinjai kurang maksimal walaupun dilihat dari perekonomian sebagian masyarakat tergolong kelas menengah yang bisa memenuhi kebutuhan untuk pendidikan. Sehingga mendorong munculnya kasus pernikahan usia dini di daerah tersebut.Pernikahan dini perlu diantisipasi karena keputusan untuk menikah diusia dini bisa mengakhiri pendidikan sehngga dapat diakibatkan kurangnya kesempatan kerja. Dengan pendidikan yang lebih rendah lebih tidak siap untuk memasuki masa dewasa dan memberikan kontribusi, baik terhadap keluarga maupun masyarakatBerdasarkan fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik dalam melihat kondisi yang terjadi di lapangan untuk mengkaji lebih

(20)

7

mendalam tentang strategi pemerintah dalam menangani pernikahan dini untuk menemukan solusi dan merumuskan strategi yang tepat untuk diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Sinjai. Adapun masalah penelitian penulis yaitu sosialisasi yang dijalankan di kecmatan sinjai kurang tegas, regulasi yang belum mantap, serta sanksi yang lemah.

Melalui pemaparan latar belakang masalah penelitian yang telah peneliti kemukakan, maka dari penulis menganggap bahwa hal tersebut merupakan hal yang cukup menarik dan dianggap menjadi bahan penelitian dengan judul“Strategi Pemerintah Daerah dalam Menangani Pernikahan Dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menangani pernikahan dini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menangani pernikahan dini

(21)

8 D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat praktis

a. Sebagai input pemerintah di Kabupaten Sinjai untuk menjadi acuan dalam pemerintahan selanjutnya dalam menangani permasalahan mengenai pernikahan dini;

b. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi pemerintah daerah dan pihak lain yang menjalankan strategi.

2. Manfaat teoritis

a. Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber referensi yang dimiliki oleh Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar;

b. Sebagai salah satu sumber data dan informasi atau bahan referensi dasar bagi para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian;

c. Sebagai salah satu sumber referensi dalam diskusi, seminar, maupun pengkajian terkait strategi pemerintah;

d. Sebagai salah satu sumber data, informasi, dan referensi tambahan dalam Ilmu Administrasi Publik.

(22)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep, Definisi, dan Teori

1. Konsep Pemerintah Daerah

Pengertian pemerintah menurut KBBI (2001:859) pemerintah ialah sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehhidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya. Pemerintah adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan masyarakat dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek kehidupan berdasarkan norma -norma tertentu. Menurut W.S.Sayre (1960) defenisi pemerintah ialah sebagai organisasi dari negara yang memperlihatkan dan yang menjalankan kekuasaannya.Menurut Sarundanjang (1999: 228-237) local government dimasa depan paling tidak memiliki ciri - ciri sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah yang bercorak wirausaha Suatu pemerintahan yang memanfaatkan ketiga komponen sumberdaya: pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat.

2. Pemerintah daerah yang memiliki akuntabilitas publik Akuntabilitas yang dimaksud yaitu sebagai kewajiban pemerintah daerah dengan segenap unsur birokrasinya dalam memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat menyangkut berbagai kegiatan pemerintah, termasuk kinerjanya dalam pelayanan publik.

3. Pemerintah daerah yang bercirikan pemerintahan yang baik secara teoritis pemerintahan yang baik mengandung makna bahwa pengelolaan kekuasaan

(23)

10

didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku, pengambilan kebijaksanaan secara transparan, serta pertanggungjawaban kepada masyarakat.

4. Transparansi dalam Pemerintahan daerah Transparansi bukan berarti ketelanjangan, tetapi keterbukaan dalam arti yang sebenarnya, yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui berbagai aktifitas pemerintah daerah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat banyak.

Syaukani, Afan Gaffar dan Ryaas Rasyid dijelaskan dalam bukunya tugas pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan yakni : “Tugas Eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah to execute atau melaksanakan apa yang sudah disepakati atau ditetapkan oleh pihak legislatif dan yudikatif. Bisa juga dikatakan sebagai mengimplementasikan semua kebijaksanaan yang sudah diputuskan oleh pihak legislatif dan yudikatif. Namun karena pembuatan kebijaksanaan pemerintahan atau kebijaksanaan publik bukan semata-mata domain atau kewenangan legislative, maka dalam sebuah pemerintahan yang modern tidak jarang mengambil inisiatif sendiri dalam mengagendakan dan merumuskan kebijakan.”

Pemerintah di Indonesia, dibagi berdasarkan tingkatan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berdasarkan keberadaan desentralisasi yang berlaku pada masing-masing negara dan pemerintahan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa:

(24)

11

1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indinesia;

2. Pemerintah daerah melaksakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan;

3. Pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi kewenagan presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh APBN.

Dalam penjelasannya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pemerintah daerah mempunyai wewenang dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Dalam melakukan otonomi daerah perlu asas yang harus dijalankan sebagai berikut.

a. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi.

b. Dekonsentrasi ialah pelimpahan wewenang dari aparat pemerintah pusat atau pejabat di atasnya (misalnya, wilayah provinsi).

c. Tugas pembantuan. Dalam hal ini pemerintah daerah ikut serta mengurus sesuatu urusan tetapi kemudian urusan itu harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat.

(25)

12

Dalam rangka menjalankan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, pemerintah daerah melaksankan urusan pemerintah yang konkuren, lain dari pemerintah pusat yang melaksankan urusan pemerintahan absolut. Urusan pemerintahan konkuren meliputi pemerintah pusat dan daerah provinsi serta daerah kabupaten/kota.

Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren, berbeda dengan pemerintah pusat yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut. Urusan Pemerintahan konkuren dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

Dasar pemikiran dibentuknya pemerintah adalah untuk menjaga sistem ketertiban agar masyarakat dapat melakukan aktivitas kehidupan secara wajar, dengan demikian pemerintah berkewajiban memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat. Hakikat pemberian pelayanan kepada masyarakat dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang kondusif sehingga memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.

Adapun hal-hal menjadi tugas pokok pemerintah, adalah: 1. Keamanan, menjaga serangan dair dalam dan luar

2. Ketertiban, mencegah konflik antar suku, tawuran, menjamin perubahan dan perkembangan dalam masyarakat secara damai;

3. Keadilan, menjaga dan menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara, bersifat netral dan tidak berpihak pada golongan manapun;

(26)

13

4. Kesejahteraan sosial, memberi bantuan kepada orang-orang yang tidak mampu, cacat, anak-anak, terlantar, sehingga dapat menikmati kesejahteraan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan professional

5. Ekonomi, melakukan hubungan dagang dengan negara luar negeri menciptakan lapangan kerja, mengendalikan inflasi serta menjamin pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara

6. Pekerjaan umum, mendirikan posyandu, membangun jembatan dan jalan sebagai sarana transportasi darat

Pemerintahan daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahan sendiri harus menjalankan asas otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

Adapun kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah sebagai berikut: 1. perencanaan dan pengendalian pembangunan

2. perencanaan pemanfaatan,dan pengawasan tata ruang;

3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4. penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. penanganan bidang kesehatan;

(27)

14

7. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; 8. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

9. Memfasilitasi pengembangan koperasi,usaha kecil, dan menengah termasuk lintaskabupaten/kota;

10.pengendalian lingkungan hidup;

11.pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; 12.pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

13.pelayanan administrasi umum pemerintahan

14.pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota; 15.penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan

olehkabupaten/kota; dan

16.urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan.

Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan,pemanfaatan,dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. Penanganan bidang kesehatan; 6. Penyelenggaraan pendidikan; 7. Penanggulangan masalah sosial; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

(28)

15

9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10.Pengendalian lingkungan hidup;

11.Pelayanan pertanahan;

12.Pelayanan administrasi penanaman modal; 13.Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14.Pelayanan kependudukan,dan catatan sipil; 15.Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

16.Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan

Pemerintahan daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahan sendiri harus menjalankan asas otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hal ini sesuai dengan prinsip desentralisasi sesuai dengan syarat pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Menurut Josef Mario Monteiro ada beberapa metode yang bisa di gunakan oleh pemerintah daerah guna menyebarluaskan peraturan daerahnya agar lebih efektif dan menyeluruh kepada seluruh masyarakatdiwilayahnya. Disisi lain, peraturan itu dapat mencantumkan sanksi pidana atau sanksi pemkasa bagi pelanggaran ketentuan-ketentuannya. Karena sanksi-sanksi itu merupakan

(29)

16

wewenang peraturan perundang-undangan. Adapun metode yang dapat digunakan dalam penyebarluasan suatu peraturan daerah antara lain :

a. Pengumuman melalui berita ( RRI, TV Daerah) atau media cetak ( Koran ) oleh kepala biro Hukum provinsi atau kepala bagian kabupaten/kota.

b. Sosialisasi secara langsung oleh Bagian Hukum/kepala bagian hukum atau dapat pula oleh unit kerja pemrakarsa, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat yang berkompeten

c. Sosialisasi melalui seminar dan lokakarya (semiloka)

d. Sosialisasi melalui sarana internet. Untuk ini Pemda daDPRD hendaknya memiliki fasilitas website agara masyarakat mudah mengakses segala perkembangan kedua lembaga tersebut.

Pemerintah daerah wajib mensosialisasikan perda yang telah diatur perundang-undangan dalam lembaran dan perturan kepala daerah yang telah diundangkan dalam berita daerah. Untuk menegakkan peraturan daerah, dibentuk satuan polisi pamong praja yang bertugas membantu kepala daerah untuk menegakkan perda dan penyelenggaraan ketertiban umum serta ketentraman masyarakat. Anggota Satuan polisi Pamong Praja dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil dan penyidikan, serta penuntutan terhadap pelanggaraan atas ketentuan perda dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk menegakkan Perda maka dapat ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan Perda.

(30)

17

Kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan apabila dialihkan harus melalui atribusi atau delegasi yang tegas dan jelas. Maka kewenangan pembentukan peraturan kebijakan selalu dapat dialihkan secara tidak langsung karena yang dialihkan secara langsung adalah kewenangan penyelenggaraan pemerintahan saja. Demikian juga pengalihan itu dapat dilakukan melalui atribusi dan delegasi atas dasar pemeberian andat, baik mandate itu diberikan khusus untuk bidang pengambilan keputusan, untuk bidang pelaksanaan, maupun untuk bidang penandatanganan.

Peraturan kebijakan merupakan peraturan yang berada dalam lingkup penyelenggaraan kewenangan pemerintahan dalam arti sempit atau ketataprajaan, dan peraturan ini bukan kewenangan perundang-undangan. Peraturan tersebut tidak dapat bergerak terlalu jauh sehingga mengurangi hak asasi warga Negara dan penduduk. Disisi lain, peraturan itu tidak dapat mencantumkan sanksi pidana atau sanksi pemkasa bagi pelanggaran ketentuan-ketentuannya. Karena sanksi-sanksi itu merupakan wewenang peraturan perundang-undangan, itupun apabila kewenangannya diatribusikan atau didistribusikan atau didelegasikan secara tegas dan benar. Peraturan kebijakan hanya mungkin mengandung sanksi administrasi bagi pelanggar ketentuannya.

2. Konsep Strategi a. Pengertian Strategi

Secara etimologi strategi sesuatu yang berasal dari kata yang dalam bahasa Yunani, stratego. Adapun kata strategos merupakan terjemahan yang dapat diartikan sebagai “komandan militer” yang berasal dari zaman demokrasi Athena.

(31)

18

Pada umumnya istilah strategi digunakan untuk memenangkan suatu peperangan dalam permasalahan dunia militer yang sebagai cara digunakan untuk memanfaatkan kekuatan militer. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya stretgi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Para ahli telah mengemukakan sudut pandang yang berbeda-beda tentang strategi, namun pada dasarnya hakikatnya itu mempunyai arti atau makna yang sama yakni pencapaian tujuan yang efektif dan efisien. Menurut Mulyadi (2001:72) berpendapat bahwa strategi ialah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Sedangkan menurut pendapat Stephanie K. Marrus (1995:58) Strategi diartikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, diserta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

David, Fred R (2004:15) memberikan pendapat mengenai strategi yang dimana menurutnya strategi merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dan merupakan tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Sedangkan menurut pendapat A.Halim (2005) mengenai strategi ialah suatu cara dimana organisasi/lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lngkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal.

(32)

19

Berdasarkan beberapa definisi para ahlitersebut maka bisa diambil kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu cara atau tindakan berdasarkan analisa terhadap faktor internal dan eksternal yang dijalankan suatu instansi melalui visi dan misi untuk mencapai tujuan.

b. Tujuan Pembuatan Strategi

Pembuatan strategi memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif ketimbang reaktif dalam membentuk masa depan sendiri, hal itu memungkinkan suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi aktivitas sehingga dapat mengendalikan tujuannya sendiri. Menurut David (2002:15) tujuan dari strategi adalah untuk membantu oganisasi mencapai tujuan dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, rasional pada tersedianya pilihan-pilihan strategis. Sedangkan Greenley (2007:25) menyatakan manajemen strategis memberikan manfaat berikut :

a. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan eksploitasi peluang.

b. Memberikan pandangan objektif atas masalah manajemen.

c. Merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol dan koordinasi yang lebih baik.

d. Meminimalkan efek dari kondisi dan perubahan yang jelek. Memungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung dengan lebih baik tujuan yang telah ditetapkan.

e. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk peluang yang telah terindentifikasi.

(33)

20

f. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana.

g. Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal diantara staf. h. Membantu mengintegrasikan perilaku individu kedalam usaha bersama.

i. Memberikan dasar untuk mengklarifikasi tanggungjawab individu. Mendorong pemikiran ke masa depan.

j. Menyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk menghadapi masalah dan peluang.

k. Mendorong terciptanya sikap positif akan perubahan.

l. Memberikan tingkat kedisiplinan dan fomralitas kepada manajemen suatu bisnis.

Tujuan strategi adalah kunci dari arah perubahan masa depan. Ia mengarahkan apa yang hendak dikejar diwaktu yang akan datang. Arahan tersebut harus jelas dan tegas bagi keseluruhan organisasai. Oleh sebab itu, sering juga dikatakan bahwa tujuan strategi merupakan planning umbrella(payung perencanaan) dalam mengintegrasikan usaha dari semua unit kerja dan personil keadaan suatu kegiatan menyeluruh dan menyatu dari suatu organisasi. Untuk dapat melakukan itu, tujuan strategik harus lebih tajam dari pada misi, tetapi masih cukup luas untuk dapat mendorong lahirnya kreatifitas dan inofasi bagi semua unit kerja (Koteen, 1991). Dengan tegas koteen (dalam J Salusu,2000) mengatakan bahwa apabila tujuan strategik berjalan dengan baik maka kenyataan itu sendiri merupakan “kunci”.

(34)

21

Terkait dengan kegiatan yang berorientasi pada dinamika politik maka peneliti merumuskan beberapa peran strategi yang diambil berdasarkan pengertian peran strategi secara umum diantarannya yaitu :

a. Menetapkan tujuan strategis yang harus dicapai baik pada tingkat pusat maupun daerah. Dalam hal ini suatu organisasi harus memiliki visi dan misi yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi tersebut.

b. Menetapkan ukuran dan indikator yang jelas guna mencapai tujuan suatu organisasi.

c. Menetapkan langkah-langkah strategis yang bersifat realistis dalam mencapai suatu tujuan organisasi.

d. Tipe Strategi

Dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan dan misi organisasi maka suatu organisasi menggunakan bentuk atau tipe strategi tertentu.

Menururt Koten dalam Salusu (2008:104) tipe-tipe strategi meliputi: a. Corporate Strategy (strategi organisasi). Strategi ini berkaitan dengan

perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif strategis yang baru; Program Strategy (strategi program). Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategis dari suatu program tertentu; b. Resource SupportStrategy (strategi pendukung sumber daya). Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Institutional Strategy (strategi kelembagaan). Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.

(35)

22

Pernikahan secara umum sama dengan perkawinan merupakan masalah yang dihadapi oleh setiap orang, baik anak muda maupun orang tua. Bagi anak muda khususnya remaja merupakan keinginan akan kebahagiaan maupun kekhawatiran yang harus dihadapi pada waktu yang akan datang, dalam kehidupan berumah tangga. Selain itu beberapa orang tua yang takut anaknya sudah cukup umur, namun belum ada tanda menemukan jodohnya ataupun malah sebaliknya anaknya belum mencukupi umur untuk melakukan perkawinan tetapi mereka sudah merasa siap untuk dikawinkan. Semua orang yang mau melakukan suatu perkawinan sebaiknya mengerti arti perkawinan itu apa, tujuannya dan hal-hal apa saja yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu perkawinan.

Pernikahan dini menurut Indraswari (dalam Syafiq Hasyim, 1999: 31) dapat diartikan sebagai pernikahan yang dilakukan sebelum usia 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki, batasan usia ini mengacu pada ketentuan formal batas minimum usia menikah yang berlaku di Indonesia. Definisi Indaswari mengenai pernikahan dini menekankan pada batas usia pernikahan dini. Batas usia yang ditetapkan mengacu pada ketentuan formal dalam UU perkawinan.

Pernikahan dini merupakan sebuah pernikahan dibawah umur yang memiliki target persiapan (persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan materi) belum dikatakan maksimal (Muhammad M. Dlori, 2005: 5). Definisi menurut Dlori lebih menekankan pada faktor persiapan remaja dalam pernikahan dini. Remaja melakukan pernikahan dini dianggap belum memenuhi persiapan fisik, persiapan mental dan persiapan materi yang dibutuhkan untuk melangsungkan pernikahan.

(36)

23

Definisi lain dikemukakan oleh Riduan Syarani (1980: 8) pernikahan dini adalah pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita yang masih belum dewasa baik psikis maupun mentalnya. Sementara itu, definisi menurut Riduan Syarani lebih menekankan pada faktor kedewasaan remaja yang melakukan pernikahan dini. Remaja dianggap belum mencapai taraf kedewasaan untuk melakukan pernikahan dini.

Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja atau anak yang dibawah umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki tanpa adanya kesiapan baik psikis, mental maupun materi yang belum bisa dipenuhi oleh seorang remaja yang akan melakukan sebuah pernikahan.

Namun dalam kenyataannya masih banyak kita jumpai perkawinan pada usia muda ataudibawah umur, padahal perkawinan yang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian didasarkan pada tinjauan pustaka. Pelimpahan wewenang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui kebijakan desentralisasi berdasrkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pelaksanaan kebijakan ini memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus walaupun ada beberapa urusan pemerintah yang tidak bisa dilimpahkan.

(37)

24

Dalam teori yang dikemukakan oleh Josef Mario Monteiro yang akan dijalankan oleh pemerintah akan berhasil apabila semua indikator terlaksana dengan baik. Adapun indikator yang ingin dicapai yaitu: 1) Sosialisasi, 2) Regulasi, dan 3) Sanksi.Menurut Josef Mario Monteiro ada beberapa metode yang bisa di gunakan oleh pemerintah daerah guna menyebarluaskan peraturan daerahnya agar lebih efektif dan menyeluruh kepada seluruh masyarakatdiwilayahnya. Disisi lain, peraturan itu dapat mencantumkan sanksi pidana atau sanksi pemkasa bagi pelanggaran ketentuan-ketentuannya.Karena sanksi-sanksi itu merupakan wewenang peraturan perundang-undangan.

Untuk memudahkan pemahaman dari penjelasan diatas, maka penulis merumuskan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir Strategi Pemerintah Daerah dalam Menangani Pernikahan Dini

di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai

Penanganan Pernikahan Dini di Kecamatan Sinjai Selatan

Kabupaten Sinjai dapat Teratasi

(38)

25 C. Fokus Penelitian

Berdasarkan judul dan teori yang digunakan, maka yang menjadi fokus penelitian adalah strategi pemerintah dalam penanganan pernikahan dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Adapun yang menjadi fokus penelitian penulis yaitu; a) sosialisasi, b) regulasi, dan c) sanksi.

Strategi adalah suatu tindakan yang berpengaruh dan sangat menentukan keberhasilan terhadap program atau kegiatan, baik yang akan maupun yang telahdirencanakan oleh pihak manajemen. Oleh sebab itu, strategi sebagai suatu bentuk\pemikiran rasional yang disusun secara sistematis, kemudian pembentukannya berdasarkan dengan pengamatan dalam pengalaman, pengamatan dalam perkembangan lingkungan.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan dari penjelasan sebelumnya maka dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah:

1. Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang dilakukan oleh seorang individu untuk bertingkah laku berdasarkan batasan-batasan yang telah ada dan diakui didalam masyarakat.

2. Regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat untuk membantu mengendalikan suatu kelompok, lembaga/organisasi, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan bersama, bermasyarakat, dan bersosialisasi.

3. Sanksi adalah tindakan-tindakan untuk memaksa seseorang menaati aturan atau menaati ketentuan undang-undang.

(39)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan setelah seminar proposal dilaksanakan danobjek penelitian dilaksanakan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Terpilihnya lokasi tersebut, karena banyaknya kasus pernikahan dini di Kabupaten Sinjai, serta untuk dapat mengetahui bagaimana strategi pemerintah dalam menangani pernikahan dini.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif dan tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai strategi yang digunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sinjai. Adapun masalah yang diteliti adalah mengenai penanganan maraknya pernikahan dini.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang didapat langsung peneliti melalui hasil observasi dan wawancara dengan informan yang bersangkutan.

2. Data Sekunder, yaitu data-data yang dikumpulkan peneliti dari laporan-laporan yang bersifat informasi tertulis dan dokumen yang mendukung dan berhubungan dengan pokok pembahasan penelitian.

(40)

27 D. Informan Penelitian

Untuk memeproleh data guna kepentingan penelitian serta adanya hasil yang representatif, maka diperlukan informan yang memahami dan mempunyai kaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun informan yang dimaksud dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kepala KUA Kecamatan Sinjai Selatan

2. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak 3. Orang tua pasangan suami istri pernikahan dini 4. Tokoh masyarakat/agama

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan:(1) Observasi; (2) Wawancara; dan (3) Studi Dokumentasi.

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data dari lokasi penelitian dalam bentuk mengamati langsung secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang diteliti sesuai dengan tujuan penelitian serta direncanakan secara sistematis juga dapat dikontrol realibilitas dan validitasnya.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung atau mengadakan proses tanya jawab, dialog atau percakapan dengan beberapa informan yang dipilih antara lain pemerintahan

(41)

28

setempat dan masyarakat untuk memperdalam informasi mengenai strategi pemerintah daerah dalam menangani pernikahan dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

3. Studidokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa setiap bahan tertulis ataupun foto dan video. Dokumentasi yaitu sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan serta untuk meramalkan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini adalah kualitatif. Penelitian ini menggambarkkan atau mendeskripsikan bagaimana strategi pemerintah daerah dalam penanganan pernikahan dini. Teknik analisis dalam penelitian ini menggambarkan teknik analisis data sebagai berikut.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu sebagai proses pemilihan, perumusan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan perubahan data yang telah muncul dari catatan-catatan yang diproleh di lapangan. Reduksi data menjadi bagian bentuk analisis yang menajamkan, mengarahkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang sebagaimana mestinya maka kesimpulan akhirnya dapat ditarik data untuk diverifikasi. Reduksi data ini digunakan dalam penelitian di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian ini bagian untuk mengumpulkan informasi secara tersusun yang dapat memberikan kemungkinan adanya dalam penarikan kesimpulan

(42)

29

dari peneliti dan saat mengambil tindakan. Dengan begitu akan membantu sehingga mudah memahami hal-hal yang akan terjadi dan yang harus dilakukan peneliti melakukan tindakan dalam menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari penyajian-penyajian tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan atau verifikasi yaitu cara peneliti yang harus dilakukan selama penelitian berlangsung untuk menganalisis kumpulan makna-makna dari hasil penelitian yang akan muncul dari data yang akan diuji kebenaran, kekuatan, dan kecocokannya yang dapat diterima validitasnya, yang dapat membuat kesimpulan tersebut dapat diakui kebenaran dan kegunaannya.

G. Pengabsahan Data

Penelitian metodologi kualitatif pengabsahan data menggunakan metode triagulasi, dimana metode ini merupakan pengecekan akan kebenaran data dengan menggunakan teknik penggunaan data lainnya serta pengecekan pada waktu yang berbeda. Triagualsi terdiri atas tiga bagian, antara lain:

1. Triangulasi sumber data

Membandingkan cara mengecek kembali derajat kepercayaan informasi yang didapatkan melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil wawancara dengan pengamatan; membandingkan sudut pandang secara umum dengan pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

(43)

30

Dilakukan untuk menguji sumber data, memiliki tujuan untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. 3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan pengecekan data berbagai sumber dengan cara berbagi waktu. Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi penelitian perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

(44)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Kecamatan Sinjai Selatan

Kecamatan Sinjai Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Sinjai Selatanmerupakan salah satu dari 9 kecamatan di Kabupaten Sinjai, terbagi kedalam 11 desa dengan luas keseluruhan wilayah 131,99 km² dari Makassar, ibukota provinsi, Kecamatan Sinjai Selatan berjarak 195 km² dengan jarak tempuh kendaraan bermotor ± 4 jam, sementara dari ibukota kabupaten, kecamatan ini berjarak 27 km² dengan jarak tempuh kendaraan bermotor ± 30 menit.Kecamatan Sinjai Selatan merupakan pintu gerbang Kabupaten Sinjai di bagian selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bulukamase dan Kecamatan Sinjai

Tengah

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur dan Kecamatan Tellulimpoe

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai Borong.

Secara administrasi di Kecamatan Sinjai Selatan, Desa Bulukamase dan Desa Talle merupakan desa dengan luas wilayah terluas yaitu 19.23 km² atau

(45)

32

sekitar 0.15 % dari luas kecamatan. Sedangkan Desa Gareccing merupakan desa dengan luas wilayah paling kecil dengan luas 8.02 km² atau 6.07% dari luas wilayah. Untuk lebih jelasnya luas dan pembagian wilayah administrativ berdasarkan desa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sinjai Selatan

No Desa Luas (km²) 1 Palangka 9,20 2 Sangiasseri 16,72 3 Puncak 9,02 4 Polewali 8,63 5 Songing 9,25 6 Aska 8,03 7 Palae 17,00 8 Talle 18,19 9 Bulukamase 19,23 10 Alenangka 8,70 11 Gareccing 8,02 Jumlah 131,99

Sumber data: BPS Sinjai, 2019

Visi dan Misi Kecamatan Sinjai Selatan a. Visi Kecamatan Sinjai selatan ialah:

“Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang amanah dan profesional dalam mendukung peningkatan pelayanan masyarakat kecamatan sinjai selatan”

b. Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai selatan ialah:

Pengamalan Pancasila secara konsisten yang dijiwai nilai-nilai moral dan etika, agama dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

1. Penguatan Daya Saing dan Peningkatan Kualitas Aparat 2. Munculnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas

(46)

33

3. Memberikan Pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan prinsip Cepat Jujur dan Transparan serta Bertanggung Jawab

4. Mendorong peran aktif masyarakat dalam budaya Gotong Royong dan Swadaya Masyarakat

2. Deskripsi Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai Selatan

1) Sejarah berdirinya Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai Selatan Kecamatan sinjai selatan yang terdiri dari 1 kelurahan 10 Desa dan merupakan kecamatan yang jumlah penduduk urutan ke 2 dari kecamatan sinjai utara ibu kota kab.sinjai dengan jarak sekitar 27 km,Tugas kepenghuluan termasuk orang yang mulia dan tinggi kedudukannya di masyarakat. Ia memimpin agama dan mempunyai wewenang mengurus seluruh urusan agama Islam, antara lain pendidikan agama Islam, nikah, talak, rujuk, mengurus kemesjidan, zakat Ibadah puasa dan lain sebagainya.

Dengan demikian maka setiap kecamatan perlu ada kantor KUA yang mengurus hal tersebut di atas, KUA sinjai selatan berdiri pada tahun 1983 sampai sekarang dengan daftar kepala KUA sebagai berikut :

1. Muh.Tayyeb periode 1983 – 1989 2. Muh.Anwar periode 1989 – 1992 3. Drs.Muh.Danial periode 1992 – 1995 4. Muh.Anwar periode 1995 – 2000 5. Drs.Muh.Dahlan periode 2000 – 2008 6. M.Arifin Oncing BA periode 2008 -2012 7. Muh.Sabir,S.Ag periode 2012 – 2017

(47)

34 8. Drs.H.Ambo Hasan periode 2017 – 2019

9. H.Muhammad Said.LC periode 2019 – Sekarang 2) Letak Geografis

Unsur geografis tidak dapat terlepas dari suatu lembaga Negara, baik secara administrative, sejarah maupun wilayahnya. Secara geografis Pelaksanaan magang di KUA Sinjai Selatan terletak di ibu kota kecamatan.

Gambaran umum tentang letak geografis KUA Sinjai Sealatan adalah sebagai berikut:

1. Batas-batas Wilayah

a. Utara : Kecamatan Timur b. Selatan : Kecamatan Borong c. Timur : Kecamatan Tellulimpoe d. Barat : Kecamatan Sinjai Tengah 2. Pemerintahan

Luas keseluruhan wilayah kecamatan Sinjai Selatan adalah 131,99 km. , Wilayah Kecamatan Sinjai Selatan membawahi 11 kelurahan /Desa yaitu: 1) Kelurahan Sangiaseri 2) Desa Gareccing 3) Desa Alenangka 4) Desa Talle 5) Desa Palae 6) Desa Aska

(48)

35 7) Desa Bulukamase 8) Desa Songing 9) Desa Puncak 10)Palangka 11)Polewali 3. Data Demografi

Secara demografis Kecamatan Sinjai Selatan mempunya situasi kependudukan sebagai berikut. Jumlah penduduk kecamatan Sinjai selatan adalah: 41280 jiwa,9432 kk, Dari jumlah total penduduk tersebut dilihat dari jenis kelaminnya terinci sebagai berikut:

Jenis Kelamin Laki-laki : 20.933 orang Jenis Kelamin Perempuan : 20.287 orang 4. Kondisi Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Ditinjau dari aspek kehidupan umat beragama Wilayah Kecamatan Sinjai Selatan mempunyai jumlah pemeluk agama sebagai berikut:

Islam : 41.278orang

Katholik : - orang

Kristen : 2 orang

Hindu : - orang

Budha : - orang

Kehidupan umat beragama di wilayah kecamatan Sinjai Selatan berjalan secara harmonis dan penuh kerukunan. Kerukunan umat beragama dimaksud meliputi kerukunan intern umat beragama, kerukunan

(49)

36

antar umat beragama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Keharmonisan umat beragama terwujud merupakan upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pimpinan lembaga-lembaga keagamaan, selain juga kesadaran umat beragama itu sendiri.

3) Visi dan Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai Selatan

Upaya mewujudkan pelayanan prima pada visi dan misi Kantor Urusan Agama perlu ditetapkan visi dan misi kantor Urusan Agama.Rumusan Visi dan Misi dimaksud harus memperhatikan Visi dan Misi Kantor Kementrian Agama kabupaten / Kota yang bersangkutan.

Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai selatan ialah:

“Terwujudnya KUA Sinjai Selatan sebagai Kantor pelayanan yang handal dan profesional”

Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai selatan ialah: a. Meningkatkan Kualitas pelayanan nikah dan rujuk

b. Meningkatkan kualitas SDM aparat KUA yang handal dan professional c. Meningkatkan peran KUA dalam pembinaan keagamaan pada masyarakat d. Memberdayakan peran ulama,lembaga keagamaan dan penyuluh agama

Islam sebagai motivator dan pasilitor dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

4) Rincian Kegiatan KUA 1. Tupoksi KUA

(50)

37

a) Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan.

b) Menetapkan kebijakan teknis Tata Usaha, Perlengkapan, Rumah Tangga Kantor, Nikah dan Rujuk, Kemasjidan, Zakat Wakaf dan Ibadah Sosial serta bimbingan perkawinan. Mengkoordinasikan, membimbing, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan tugas staf. c) Menandatangani surat-surat keluar, baik yang berhubungan dengan

nikah dan rujuk, SPJ keuangan, perwakafan dan lain-lain. d) Mendisposisi surat-surat masuk dan keluar.

e) Melaksanakan tugas-tugas lintas sektoral seperti kerukunan hidup umat beragama, lembaga keagamaan Islam, sosial kemasyarakatan, kependudukan, keluarga berencana, dan lain-lain.

f) Melaksanakan tugas extra struktural dan lain-lain. g) Memberikan cuti tahunan dan izin lainnya.

h) Melakukan koordinasi dengan Muspika dan Dinas/Instansi terkait dengan pelaksanaan tugas.

i) Memberikan saran pertimbangan kepada Kakemenag Kabupaten bila diperlukan.

b. Bagian StafAdministrasi a) Membuat absensi pegawai

b) Membuat surat rekomendasi nikah

c) Membuat surat keterangan belum pernah nikah d) Melakukan penomoran surat keluar

(51)

38

e) Mengarsipkan surat masuk dan keluar f) Mengarsipkan semua dokumen g) Melayani legalisasi akta nikah h) Membuat data-data NTCR

i) Membuat data-data kepenghuluan

j) Membuat data-data barang inventaris milik negara k) Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan wakaf l) Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan kemasjidan m)Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan kepenghuluan n) Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan keluarga sakinah o) Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan pangan halal

p) Menyiapkan surat-surat yang berkaitan dengan kegiatan Ibadah sosial q) Membuat laporan bulanan tentang NTCR dan lain-lain

r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala / pimpinan c. Kepenghuluan

a.) Menyusun rencana kerja tahunan kepenghuluan

b.) Menyusun rencana kerja operasional kegiatan kepenghuluan

c.) Melakukan pendaftaran dan meneliti kelengkapan administrasi pendaftaran kehendak nikah/rujuk

d.) Mengolah dan memverifikasi data calon pengantin e.) Menyiapkan bukti pendaftaran nikah/rujuk

(52)

39

g.) Mengolah dan menganalisis tanggapan masyarakat terhadap pengumuman peristiwa nikah/rujuk

h.) Memimpin pelaksanaan akad nikah/rujuk melalui proses menguji kebenaran syarat dan rukun nikah/rujuk dan menetapkan legalitas akad nikah/rujuk

i.) Menerima dan melaksanakan taukil wali nikah/tauliyah wali hakim j.) Memberikan khutbah/nasihat/doa nikah/rujuk

k.) Memandu pembacaan sighat taklik talak l.) Mengumpulkan data kasus pernikahan

m.)Memberikan penasehatan dan konsultasi nikah/rujuk n.) Memantau dan mengevaluasi kegiatan kepenghuluan

o.) Melakukan koordinasi kegiatan lintas sektoral di bidang kepenghuluan p.) Memproses permohonan duplikat nikah

q.) Memberikan pertimbangan kepada kepala dalam urusan kepenghuluan r.) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala / pimpinan d. Keluarga Sakinah

a) Membuat jadwal penasehatan perkawinan b) Mengidentifikasi kondisi keluarga pra sakinah c) Mengidentifikasi kondisi keluarga sakinah d) Membentuk kader pembina keluarga sakinah e) Melatih kader pembina keluarga sakinah

f) Melakukan konseling kepada kelompok keluarga sakina g) Membuat laporan tentang perkawinan

(53)

40 h) Membuat laporan bulanan

i) Memasyarakatkan baca tulis al-Qur’an pada calon pengantin j) Membantu tugas kepenghuluan dalam pendistribusian buku nikah k) Memberikan pertimbangan kepada kepala dalam urusan keluarga

sakinah

l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala / pimpinan m)Kemasjidan dan Wakaf

n) Membuat kegiatan pembinaan pada rumah ibadah o) Membuat daftar nama-nama masjid

p) Membuat daftar nama-nama langgar

q) Memproses usulan terhadap rehab rumah ibadah

r) Menginventarisir pelaksanaan zakat fitrah dan ibadah qurban s) Mengusulkan pesertifikatan tanah wakaf

t) Memproses usulan pensertifikatan tanah wakaf u) Membuat daftar pensertifikatan tanah wakaf v) Membantu kepenghuluan dalam hal catin.

w)Memberikan pertimbangan kepada kepala dalam urusan kemasjidan. e. Penyuluh

Penyuluh agama Islam mempunyai fungsi yang sangat dominan dalam melaksanakan kegiatannya , yaitu :

a) Fungsi Informatif dan Edukatif, ialah Penyuluh Agama Islam memposisikan sebagai da’i yang berkewajiban menda’wahkan Islam,

(54)

41

menyampaikan penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebai-baiknya sesuai ajaran agama.

b) Fungsi Konsultatif, ialah Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai anggota masyarakat umum.

c) Fungsi Advokatif, ialah Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap umat / masyarakat dari berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan aqidah, mengganggu ibadah dan merusak akhlak

2. Jenis Kegiatan KUA

Melaksanakan tugas lain yang diberikan Jenis kegiatan yang dilakukan Kantor Urusan Agama adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan kantor yang meliputi: menerima surat, mengarahkan surat oleh kepala / pimpinan, menyelesaikan surat, pendistribusian surat, penyimpanan dan pemeliharaan surat, dan menata kearsipan.

b. Membuat dokumentasi dan statistik kegiatan-kegiatan di bidang Nikah/Rujuk.

c. Menyajikan data hasil kegiatan di bidang Nikah/Rujuk. 3. Tugas dan Wewenang

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan instansi yang mempunyai peran cukup strategis dalam melakukan upaya pemberdayaan dan

(55)

42

transformasi sosial. Oleh karena itu, KUA dituntut tidak hanya melaksanakan tugas-tugas formal saja, tetapi juga harus mampu menunjukkan eksistensinya sebagai sebuah instansi perpanjangan tangan kementerian Agama dalam melaksanakan pelayanan publik di bidang urusan agama Islam, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 517 Tahun 2001, Pasal 2. Kantor Urusan Agama (KUA) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor kementerian Kabupaten/Kota di bidang urusan agama Islam di wilayah Kecamatan.

KUA sebagaimana tercermin dalam KMA tersebut tidak hanya melayani masalah nikah dan rujuk (NR), tetapi juga melaksanakan tugas-tugas dalam bidang perwakafan, zakat, kemasjidan, pembinaan tilawatil Qur’an, kehidupan keagamaan, pembinaan haji, dan pembinaan keluarga sakinah.

Disamping tugas tersebut, KUA juga mempunyai tugas mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dan melaksanakan kegiatan sektoral maupun lintas sektoral di wilayah Kecamatan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, KUA Kecamatan berfungsi:

1. Menyelenggarakan statistik, dokumentasi, surat-menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga Kantor Urusan Agama (KUA)

2. Menyelenggarakan pelaksanaan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, manasik haji, dan ibadah sosial,

(56)

43

kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan peraturan undang-undang yang berlaku.

Agar tugas dan fungsi tersebut dapat terealisasi dengan baik, maka KUA Kecamatan Sinjai Selatan menetapkan program kerja sebagai berikut:

1. Program Kepenghuluan

a. Pelaksanaan tugas-tugas pokok sebagai penghulu b. Penyuluhan administrasi pernikahan

c. Pembinaan organisasi keagamaan d. Penyelesaian duplikat NTCR

2. Program Bimbingan Perkawinan (Kepdirjen No 379 tahun 2018) a. Penasehatan dan pengarahan pra nikah

b. Pelayanan dan bimbingan pernikahan 3. Program Zakat dan Wakaf

a. Pembinaan kemasjidan b. Pembinaan perwakafan

4. Program Kemitraan Umat Islam Produk Halal a. Pembinaan dan bimbingan produk-produk halal

b. Pengkordinasi kegiatan monitoring produk-produk halal. 5) Data kasus pernikahan dini di Kecamatan Sinjai Selatan

Temuan-temuan sebelumnya menunjukkan bahwa kasus pernikahan dini banyak terjadi setelah anak lulus SD, yakni sekitar 12 tahun sampai 14 tahun, dan alasan utamanya adalah perjodohan dan kekhawatiran orang tua bila anaknya

(57)

44

terjerumus dalam perzinaan. Berikut data pernikahan dini yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Jumlah Pernikahan Dini Di Kecamatan Sinjai Selatan

No Tahun Jumlah

1 2016 7 orang

2 2017 9 orang

3 2018 13 orang

Sumber: Kantor Urusan Agama Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai Data di atas menunjukkan bahwa jumlah pernikahan usia di bawah umur 19 tahun untuk laki-laki dan usia di bawah 16 tahun untuk perempuan pada tahun 2016 sebanyak7 orang, tahun 2017 sebanyak 9 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 13 orang di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Dari data diatas terkait peristiwa nikah berdasarkan usia menunjukkan bahwa jumlah usia nikah dibawah umur dari tahun 2016 ke tahun 2017 angka pernikahan dini jumlahnya meningkat dan pada tahun 2017 ke tahun 2018 juga terjadi peningkatan. Dengan demikian, peningkatan angka pernikahan dini pada tahun 2018 jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari hal tersebut terdapat suatu masalah yang terjadi antara kasus pernikahan usia dini dengan peraturan Undang-undang perkawinan. Namun, di Kabupaten Sinjai ini banyaknya pernikahan usia dini yang secara hukum telah melanggar undang- undang tetapi memperbolehkan anak- anak di bawah umur menikah.

B. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menangani Pernikahn Dini di Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................
Tabel 1.1 Data Peristiwa Nikah Berdasarkan Usia dan Status Pernikahan di  Kabupaten Sinjai Sepanjang Tahun 2018 ..........................................
Tabel  1.  Data  Peristiwa  Nikah  Berdasarkan  Usia  dan  Status  Pernikahan  di  Kabupaten Sinjai Sepanjang Tahun 2018
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sinjai Selatan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu faktor strategis yang berpengaruh dalam peningkatan populasi sapi potong adalah

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang melalui Badan Ketahanan Pangan Pelaksana dan Penyuluhan (BKP3) telah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor

Skripsi STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI PANDEMI COVID 19 DI KABUPATEN BANTAENG Oleh Ahmad Midrar 105641106817 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Adapun strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah tingkat Kecamatan dalam menangani penolakan vaksinasi yaitu memberikan sembako kepada masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis regresi

Maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Strategi organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nagekeo dalam rangka pengurangan risiko bencana banjir di Kabupaten