• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Jenis-jenis bencana Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Jenis-jenis bencana Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Rindu Chairani M./ 26/ XI IPS 1 Viona P. P./ 32/ XI IPS 1

Kisi-kisi PTS Geografi/Bab: Mitigasi Bencana

1. Definisi Bencana

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia.

2. Jenis-jenis bencana

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

(2)

Terdapat pula 3 jenis bencana alam yaitu bencana alam geologis, klimatologis, dan ekstraterestrial.

a. Bencana alam geologis, adalah bencana alam yang terjadi sebagai akibat dari proses tektonik bumi yang berpotensi merusak lingkungan alam, dan dapat menyebabkan kehilangan nyawa, kerusakan harta benda, gangguan sosial dan ekonomi. Fenomenanya antara lain:

o Gempa bumi, Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api.

o Tanah longsor, adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

(3)

o Tsunami, adalah gelombang laut besar yang disebabkan oleh gerakan tiba-tiba di dasar laut. Gerakan tiba-tiba ini bisa berupa gempa bumi, letusan gunung berapi yang kuat, atau tanah longsor bawah laut. Dampak meteorit besar juga bisa menyebabkan tsunami.

o Gunung meletus, bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api berkaitan dengan proses dan material yang dikeluarkan ketika gunung api itu meletus

b. Bencana alam klimatologis, merupakan bencana alam yang disebabkan oleh perubahan cuaca. Berikut fenomena bencana alam klimatologis:

o Banjir, adalah kejadian alam di mana suatu daerah atau daratan yang biasanya kering menjadi terendam air. Secara sederhana, banjir dapat didefinisikan sebagai luapan air dalam jumlah besar ke daratan yang biasanya kering. Banjir terjadi karena banyak hal seperti hujan yang berlebihan, meluapnya aliran sungai, sungai, danau atau lautan. Banjir sangat berbahaya dan

(4)

berpotensi menyapu bersih seluruh kota, garis pantai atau daerah dan menyebabkan kerusakan luas pada kehidupan dan properti. Banjir juga memiliki kekuatan erosif yang besar dan bisa sangat merusak.

o Badai, fenomena alam yang disebabkan gangguan atmosfer yang dahsyat di darat dan air

o Kekeringan, disebabkan penurunan curah hujan alami selama periode waktu yang lama

o Kebakaran hutan, Merupakan keadaan ketika hujan dilanda api. Akibatnya kerusakan hutan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan

Gambar 3: Banjir

(5)

c. Bencana alam ekstraterestrial, merupakan bencana alam yang disebabkan gaya atau energi dari luar bumi. Bencana ini terjadi ketik asteroid, meteoroid, dan komet melintas didekat bumi.

3. Definisi Mitigasi Bencana

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa Pengertian Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

4. Tujuan Mitigasi Bencana

Bencana dapat terjadi kapanpun, dimanapun dan dapat menimbulkan kerugian dan korban jiwa bagi manusia. Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan pengertian mitigasi sebelumnya, tujuan utama mitigasi adalah untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Berikut ini beberapa tujuan mitigasi adalah untuk:

o Meminimalkan risiko dan / atau dampak yang dapat terjadi akibat suatu bencana, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi, serta kerusakan sumber daya alam.

Gambar 5: Bencana alam ekstraterestrial

(6)

o Sebagai pedoman bagi pemerintah untuk melakukan perencanaan pembangunan di satu tempat.

o Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik saat menghadapi dampak dan risiko bencana.

5. Urutan Siklus Bencana dan penjelasannya

Menurut undang-undang No. 24 tahun 2007 penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiataan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.

a. Pra bencana, yang meliputi

o Situasi tidak terjadi bencana o Situasi terdapat potensi bencana

Dalam situasi tidak terjadi bencana, penyusunan rencana penanggulangan bencana disusun. Sementara itu, dalam situasi terdapat potensi bencana, dilakukan penyusunan rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu. Situasi ini mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini yang dijelaskan sbb:

• Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir, biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.

(7)

• Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.

• Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

b. Tahap tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana, Pada tahap ini dilakukan rencana operasi (operational plan) sebagai operasionalisasi dari rencana kedaruratan atau rencana kontinjensi. saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian

c. Pascabencana yang dilakukan setelah terjadi bencana,

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana pemulihan yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pascabencana. Semenrara itu, jika bencana belum terjadi, untuk mengantisipasi kejadian bencana pada masa mendatang, dilakukan penyusunan petunjuk/ pedoman mekanisme penanggulangan pascabencana. Siklus ini mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi yang dijelaskan sbb:

(8)

• Pemulihan (recovery);adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses recovery terdiri dari: • Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung

yang sifatnya sementara atau berjangka pendek. • Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi, mekanisme penanggulangan bencana terbagi ke dalam 3 :

o Pada saat prabencana, fungsi BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) bersifat koordinatif dan pelaksana

o Pada saat darurat, fungsi BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) bersifat koordinatif, komando dan pelaksana

o Pada saat pascabencana, fungsi BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) bersifat koordinatif dan pelaksana

6. Rambu2/Tanda yang menggambarkan wilayah rawan bencana a. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat. b. Lapisan tanah tebal di atas lereng.

c. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik. d. Lereng terbuka atau gundul.

(9)

7. Wilayah Stabil di Indonesia

Wilayah Indonesia yang merupakan wilayah stabil yang tidak pernah mengalami gempa bumi adalah wilayah Kalimantan. Berdasarkan catatan sejarah, daerah di Indonesia yang tdak pernah mengalami gempa bumi adalah wilayah Kalimantan, Bangka Belitung, dan juga Kepulauan Riau 8. Mitigasi Gempa saat di dalam kelas, dijalan raya, berkendaraan, diluar gedung,

di pantai

a. Mitigasi gempa di dalam kelas

Lebih baik kamu ambil posisi sujud, lindungi kepala dan leher kamu dengan lengan kamu. Lalu cari furnitur yang sekiranya kuat, misalnya

Gambar 6: (Dari kiri ke kanan) Rawan Erupsi, gempa bumi, dan banjir

Gambar 7: (Dari kiri ke kanan) Rawan kebakaran, kekeringan, tanah longsor, tsunami

(10)

meja yang ada di kelas. Lalu berlindunglah di bawahnya sampai gempa selesai. Jangan keluar dari bawah meja sebelum gempa benar-benar berhenti. Saat gempa terjadi dan posisi Anda di dalam ruangan, berlindung pada tempat yang kuat. Di bawah meja atau tempat yang aman untuk berlindung, atau segera keluar ruangan jika memungkinkan.

b. Mitigasi dijalan raya

Mengarah ke jalur evakuasi/ meeting point yang telah ditentukan c. Mitigasi saat berkendaraan

Tidak keluar dari kendaraan sampai gempa berhenti. Ketika dihitung aman silahkan keluar. Yang dilakukan pertama adalah mematikan mesin baru membuka safety belt. Ini untuk berjaga-jaga siapa tahu gempa akan datang lebih besar.

d. Mitigasi diluar gedung

Hindari tiang listrik, pohon atau bangunan yang mudah roboh. Selalu perhatikan kondisi.

e. Mitigasi di pantai

Menyiapkan barang penunjang keselamatan dalam satu tas, agar bisa langsung membawanya saat terjadi bencana. Dan menjauhi pantai agar terhindar dari gempa susulan/ tsunami

9. Status-status dalam Gunung berapi a. Normal,

Status aktif normal artinya pada gunung api yang diamati tidak ada perubahan aktivitas secara visual, seismeik dan kejadian vulkanik. Ini menujukan tidak ada letusan hingga kurun waktu tertentu. Pada status ini pengamatan gema dan gejala lain tidak memperhatikan kelainan b. Waspada,

(11)

Status waspada menunjukan mulai meningkatnya aktvitas seiemik dan mulai muncul kejadian vulkanik. Pada status ini juga mulai terlihat perubahan visual di sekitar kawah, mulai terjadi magmatik tektonik dll. Mulai terjadi hidromental namun di perkirakaan tidak terjadi erupsi dalam jangka waktu tertentu.

c. Siaga,

Pada statu siaga ada peningkatan seismic yang didukung dengan pemantauan vulkanik lainnya, serta terlihat jelas perubahan baik secara visual maupun perubahan aktivitas kawah. Kondisi itu akan diikuti dengan letusan utama. Kemungkinan erupsi terjadi dalam kurun 2 pekan d. Awas,

Kondisi paling memungkinkan terjadinya erupsi. Status ini merujuk letusan utama yang dilanjutkan dengan letusan awal, diikuti semburan abu dan uap. Kemungkinan erupsi besar akan berlangsung dalam kurun 24 jam

10. Dampak dari pergerakan lempeng tektonik bagi Indonesia o Terbentuknya pegunungan

o Terbentuknya gunung berapi

o Terjadinya gempa bumi dan tsunami

11. Mitigasi Tanah longsor a. Pra bencana

o Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. Perhatikan fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.

(12)

o Membuat bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling o Menghindari membangun rumah, fasilitas umum atau

pemukiman di daerah rawan bencana

o Melakukan penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam menembus tanah dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).

b. Saat terjadi bencana

o saat terdengar suara gemuruh terutama apabila tinggal di pemukiman deket lereng atau tanah yang rawan longsor, segara evakuasi menjauh dari suara gemuruh atau arah datangnya longsor

o apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segara evakuasi ke zona yang telah ditentukan (beberapa wilayah di indonesia terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor)

c. Pascabencana

o Meski longsor sudah terjadi, belum tentu ada pohon maupun material lain yang akan menyusul jatuh, sehingga hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.

o Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.

12. Mitigasi Kebakaran hutan a. Prabencana

(13)

o Penyediaan dana untuk pelatihan penanggulangan bencana dan penelitian ilmiah tentang kebakaran hutan.

o Pengembangan sistem peringatan dint kebakaran hutan o Pembuatan waduk untuk pemadaman api

o Gladi simulasi bencana kebakaran hutan di wilayah rawan kebakaran hutan

b. Saat terjadi bencana

o Memakai masker dan kacamata saat di luar rumah untuk menghindari infeksi mata dan pernapasan

o Upayakan agar api dari hutan atau lahan terbakar tidak menajalar ke rumah dan wilayah lain. Untuk itu perlu menebang sisi luar hutan atau lahan untuk menyekat pejalaran api

c. Pascabencana

o pengelolaan kawasan hutan dengan membuat “fire breaker”, Sekat ini dapat berupa keadaan alami (seperti jurang, sungai, tanah kosong dan sebagainya) atau dapat dibuat oleh manusia, yang berguna (seperti parit berair yang disekat) untuk memisahkan wilayah terbakar dan yang masih hijau.

o Membangun kembali dan memperbaiki prasarana yang rusak seperti jembatan, jalan raya dll

o Melakukan reboisasi untuk hutan yang habis terbakar 13. Instansi yang terkait dalam penanggulangan bencana

a. Pemerintah pusat b. Pemerintah daerah

c. BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) d. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah)

(14)

e. Lembaga usaha -> setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha mili daerah, koperasi atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan usaha dan berkedudukan di wilayah NKRI

f. Lembaga internasional (Bagian dari PBB)

• WHO, World Health Organization, Menangani masalah kesehatan pasca bencana

• UNHCR, United Nation High Commissioner for Refugees, Mengurus para pengungsi korban bencana • UNICEF, United Nations Children Fund, Mengurus

anak-anak yang menjadi korban bencana g. BMKG dan PVMBG, Memonitor aktivitas alam

h. BASARNAS dan TNI, Mengevakuasi warga/ korban, pencarian korban, membawa korban ke tempat identifikasi

i. PMI, Menyalurkan tenaga medis

14. Kearifan lokal untuk penanggulangan bencana dalam bentuk konstruksi rumah

a. Kampung Cikondang, Bandung , Jawa Barat

Salah satunya bentuk rumah tradisional Sunda di Kampung Cikondang yang ternyata menerapkan mitigasi bencana pada struktur bangunannya. Yaitu bangunan dengan rumah panggung

b. Suku Baduy, Lebak, Banten

Membuat aturan adat atau pikukuh (aturan dalam membuat rumah), seperti bahan bangunan yang digunakan adalah bahan-banhan yang lentur, seperti bamboo, ijuk dan kiray supaya rumah tidak mudah rusak, rumah juga tidak boleh didirikan langsung menyentuh tanah

(15)

c. Masyarakat Sesar Opak, Yogyakara

Membangun rumah dengan model tahan gempa, seperti pondasi minimal besi 12 Milimeter, sistem pengecoran pasir, coral dan semen, harus ada ring dan slope sebagai penahan guncangan

15. Kearifan lokal yang terkait penanggulangan bencana alam • Kearifan lokal suku Mentawai, Sumatera Barat

Tidak mengenal sistem tebas bakar karena mereka percaya akan menimbulkan kemarahan roh penjaga hutan. Kearifan lokeal seperti ini bisa menjaga dari kebakaran hutan

• Semong dalam cerita rakyat Aceh

Semong menjadi semacam mitigasi bencana yang meneyrukan kepada penduduk untuk lari ke bukit saat ada gempa sistem irigasi yang ramah lingkungan

• Subak di bali yang mengelola irigasi untuk sistem pertanian dengan menjaga keseimbangandan keharmonisan antarmanusia, alam dan tuhan sebagai pencipta alam semesta

• Di Jawa Tengah dikenal dengan nama Dharma Tirta. Di Jawa Barat dikenal dengan nama mitracai sistem sengkedan

• Nyabuk gunung di lereng Gunung Sindoro dan sumbing atau ngais gunung di Jawa Barat merupakan sistem pertanian dengan membuat teras sawah mengikuti contour gunung (contour planning), untuk mencegah terjadinya longsor

16. Alasan kearifan lokal digunakan sebagai alat penanggulangan bencana

Kearifan lokal selalu memiliki konsep yang dekat dengan alam sehingga umumnya berisi nilai-nilai luhur yang melindungi kelestarian alam. Dengan menggunakan kearifan lokal masyarakat setempat memiliki kesigapaan

(16)

maupun perencanaan tersendiri untuk bencana alam yang sering terjadi di wilayahnya, sehingga masyarakat bisa waspada dan melakukan penanggulangan dengan baik .

Kearifan lokal ataupun budaya penanggulangan bencana yang sudah turun temurun biasanya tingkat relevansi dan kemungkinan keberhasilaannya tinggi karena di dasarkan oleh pengalaman masyarakat setempat penyebaran pengetahuan kearifan lokal di masyarakat lebih mudah dan sederhana, melalui syair-syair sesuai bahasa daerah setempat

17. Bagian dari tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana

Terdapat 4 tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Keempat tahapan itu adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Bencana (Belum terjadinya bencana)

Terdiri dari tahap pencegahan dan mitigasi dan tahap kesiapsiagaan, berikut penjelasannya:

o Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta menanggulangi resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:

- Membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana

- Pembuatan alarm bencana

(17)

- Memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana.

o Tahap kesiapsiagaan, Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi. Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut. Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:

- Menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.

- Menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.

- Melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.

b. Pra bencana, yang meliputi o Situasi tidak terjadi bencana o Situasi terdapat potensi bencana

(18)

Dalam situasi tidak terjadi bencana, penyusunan rencana penanggulangan bencana disusun. Sementara itu, dalam situasi terdapat potensi bencana, dilakukan penyusunan rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu. Situasi ini mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini yang dijelaskan sbb:

• Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir, biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.

• Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.

• Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

c. Tahap tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana,

(19)

Pada tahap ini dilakukan rencana operasi (operational plan) sebagai operasionalisasi dari rencana kedaruratan atau rencana kontinjensi. saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian

d. Pascabencana yang dilakukan setelah terjadi bencana,

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana pemulihan yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pascabencana. Semenrara itu, jika bencana belum terjadi, untuk mengantisipasi kejadian bencana pada masa mendatang, dilakukan penyusunan petunjuk/ pedoman mekanisme penanggulangan pascabencana. Siklus ini mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi yang dijelaskan sbb:

• Pemulihan (recovery);adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses recovery terdiri dari: • Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung

yang sifatnya sementara atau berjangka pendek. • Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi, mekanisme penanggulangan bencana terbagi ke dalam 3 :

o Pada saat prabencana, fungsi BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) bersifat koordinatif dan pelaksana

(20)

o Pada saat darurat, fungsi BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) bersifat koordinatif, komando dan pelaksana

o Pada saat pascabencana, fungsi BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) bersifat koordinatif dan pelaksana

18. Bencana-bencana yang dapat mengancam DKI Jakarta Banjir, cuaca ekstrem, longsor dan abrasi

19. Tanggu jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan BNPB dalam penanggulangan bencana

a. Pemerintah pusat Tugas :

- Penanggulangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan resiko bencana dengan program pembangunan - Perlindungan masyarakat dari bencana

- Pemulihan kondisi dari dampak bencana

- Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum

- Pemeliharaan arsip/dokumen autentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana

- Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai

b. Pemerintah daerah Tugas :

- Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah yang memadai

(21)

- Perlindungan masyarakat dari dampak bencana

- Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum

- Penanggulangan resiko bencana dan pemaduan pengurangan resiko bencana dengan program pembangunan c. BNPB

Tugas :

- memberikan pedoman pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara

- Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan

- Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat - Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana

kepada presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal pada setiap saat dalam kondisi darurat bencana

20. Indikator menetapkan status dan tingkat bencana nasional dan daerah Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana:

• Jumlah Korban

• Kerugian Harta Benda

• Kerusakan prasarana dan sarana

• Cakupan luas wilayah yang terkena Bencana • Dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan

Gambar

Gambar 1: Gempa bumi
Gambar 2: Tanah Longsor
Gambar 3: Banjir
Gambar 5: Bencana alam  ekstraterestrial
+2

Referensi

Dokumen terkait

(1) Setiap orang atau badan yang menghambat penyelenggaraan penanggulangan pada tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana sebagaimana dimaksud dalam

Secara umum, masyarakat Pacitan mengkategorikan beberapa peristiwa sebagai bencana yaitu: (1) bencana alam disebabkan karena manusia tidak menjaga alam; (2) bencana nonalam

Penetapan bencana alam Gunung Sinabung sebagai bencana nasional sebenarnya telah memenuhi definisi bencana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007

Menindaklanjuti amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Dalam sistem tersebut, terdapat siklus tanggap darurat bencana yang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat terjadi bencana untuk menangani

• Perwakilan peserta didik dalam kelompok menuliskan pokok masalah dan menentukan produk apa yang akan dibuat dengan bantuan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran2.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: Implementasi penilaian berorientasi life skills untuk matakuliah kimia

Melalui tema tahun 2017/2018 Pelkat PA GPIB yaitu ”Anak GPIB aktif mewujudkan Kasih Tuhan kepada sesama dan alam” hendak mendorong gereja agar menciptakan ruang bagi anak