• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA PENDERITAAN YESUS DI KAYU SALIB (EKSEGETIS LUKAS 23:33-43) DAN REFLEKSINYA BAGI UMAT KRISTEN MASA KINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA PENDERITAAN YESUS DI KAYU SALIB (EKSEGETIS LUKAS 23:33-43) DAN REFLEKSINYA BAGI UMAT KRISTEN MASA KINI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA PENDERITAAN YESUS DI KAYU SALIB (EKSEGETIS LUKAS 23:33-43)

DAN REFLEKSINYA BAGI UMAT KRISTEN MASA KINI

Meldayanti Berutu

Institu Agama Kristen Negeri Tarutung

Email: Berutumeldayanti94@gmail.com

ABSTRACT:

The purpose of this study is to interpret the Gospel of Luke 23: 33-43 in providing an overview of the suffering of Jesus on the cross to show all mankind that love does not return evil deeds. The love is shown above the fierceness of human sin so that humans could repent and believe in Him as the Messiah. Even though He knew that sinful humans crucified Him because there was an element of ignorance, Jesus was willing to accept it in place of the punishment of all people, so that the gospel or the joyful news would become reality on earth. The inhuman treatment and humiliation that He received from all parties were rewarded with love which is a gift to the salvation of all people. This is the watchword for believers to still forgive each other, even though His dignity and life are at stake.

The research method in writing scientific papers is qualitative, namely the exegetical study approach. The method of interpretation that is carried out is of course by using the following terms and steps: book introduction, text analysis, text criticism by comparing the opinions of experts and analyzing them, comparison of translations, general and special contexts, Literary Forms, Sitz im Leben, aspects of governance and politics, socio-economic aspects, religious aspects, verse-by-verse interpretation, overall interpretation and scope, reflections for Christians today. Based on Jesus' Suffering on the Cross Luke 23: 33-43. The conclusion is that the Cross of Christ is a sign of Christian life in which humans have been reconciled by God, and justified with God. Therefore, humans receive redemption from God. So that the warning we do is our motivation to be more enthusiastic about living this life, especially the spirit of preaching God's love amid -the middle of our lives. Keywords: Jesus' Suffering, on the Cross

PENDAHULUAN

Istilah kekerasan (KBBI) memiliki arti penderitaan atau kesengsaraan sebagai hukuman. Dalam Alkitab adalah kata “penganiayaan” , (bahasaYunani δεδιωγμένοι/ dediogmenoi) kata ini dalam bentuk partisive passive dari akar kata “διώκω/dioko” artinya seseorang yang dianiaya sebagai konsekuensi dari suatu kebenaran. Kristus mengalami penderitaan sebagai hukuman baik dari segi fisik maupun batin. Yesus menderita hukuman siksa dengan cara diikat pada tonggak dengan punggung terbuka. Cemeti yang digunakan untuk mendera tubuh Yesus terbuat dari tali kulit panjang sembari di sana-sini diberi butir-butir timah dan

potongan kecil tulang yang sudah diruncingkan.Sebelum diperhadapkan dengan Pilatus, Yesus diperhadapkan kepada Mahkamah Agama. Bukan Ia yang harusnya diratapi, tetapi merekalah, sebab Ia telah memperingatkan mereka mengenai kejatuhan akan Yerusalem sebab mereka telah menolak utusan-utusan Allah (Luk. 19:41-44; 13:34-35). Peribahasa yang diucapkan oleh Yesus, dituliskan oleh Lukas sebagai peringatan lebih lanjut betapa seharusnya mereka mengasihani diri mereka sendiri sebab jika hal seperti ini terjadi kepada Ia yang melakukan kehendak Allah, bagaiman dengan mereka yang menentang akan kehendak Allah.

(2)

Sesudah itu, Yesus dikirim ke kayafas dan dari sana ke Pretorium (sidang pengadilan) Romawi. Pengadilan terhadap Yesus disebut lagi secara sepintas dibeberapa bagian Perjanjian Baru lainnya.Setelah dicambuk, Yesus dibawa ke sebuah tempat dimana para tentara Romawi memakaikan Mahkota duri, jubah merah, dan memberinya tongkat kayu, untuk mengajeknya sebagai Raja Yahudi. Untuk menjawab masalah-masalah yang dijelaskan di atas, maka penulis membuat Judul: “Makna penderitaan Yesus di kayu salib (Eksegetis 23:33-43) dan Refleksinya bagi umat Kristen masa kini.” Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pandangan Injil Lukas 23:33-43 tentang Penderitaan Yesus di kayu Salib dan mengetahui Refleksi Penderitaan Yesus di kayu Salib terhadap kehidupan umat Kristen.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis mencoba memasukkan penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan bagi karya ilmiah ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penulisan karya Ilmiah yang di susun oleh Sonny Eli Zaluchu dengan judul :Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia. Dalam memahami tulisan tersebut Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia tampaknya penderitaan Kristus harus dipahami dari sebuah rancangan Allah yang besar atas manusia. Menurut Paul Budi Kleden Salib Yesus Penderitaan Maria menurut pandangan beliau mengenai Salib

Yesus adalah wadah manusia yang diselamatkan tanpa perlu berbuat apapun, menerima keselamatan sungguh-sungguh hanya melalui anugerah dan rakhmat, sola gratia.Hal ini, Yesus mengajarkan kepada orang Percaya bagaimana menghadapi kematian, berdasarkan pada kepercayaan bahwa Yesus sebagai Tuhan dan sekaligus sebagai manusia suci.

Dari penelitian terdahulu, penelitian ini sama-sama mengangkat masalah terkait dengan Peyaliban. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini, jika penelitian sebelumnya Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia, Salib Yesus Penderitaan Maria dan Makna Tujuh Ungkapan Yesus di Salib bagi orang percaya Maka penelitian ini penulis akan mengemukakan Penderitaan Yesus di kayu salib (Eksegetis Lukas 23:33-43) dan Refleksinya Bagi Umat Kristen Masa Kini. Kajian masalah ini yang menarik perhatian penulis dalam melakukan penelitian terhadap Injil Lukas 23:33-43 ini adalah untuk mendapatkan Makna “Penderitaan Yesus di Kayu Salib” dan Refleksinya bagi umat Kristen Masa kini, agar menjadi pengetahuan dasar bagi orang-orang percaya dalam menyikapi dan menghadapi penderitaan yang telah dihadapi Yesus, bahkan Dia rela mengorbankan hidup-Nya demi menebus dosa manusia.

Demikian juga bagi Umat Masa kini, supaya bisa menghadapi penderitaan yang akan dialami dan menghampiri. Penderitaan Yesus di Kayu Salib adalah

(3)

untuk keselamatan bagi umat berdosa yang mau percaya kepadaNya. Dengan penyaliban Yesus kristus hingga sampai pada kematian-Nya pertemuan Allah dengan manusia dalam kematian dan kebangkitan Yesus nampak solidaritas Kristus dengan manusia, dalam kebangkitan-Nya dengan Allah. Artinya keselamatan berarti Kristus hidup untuk kita dan mati untuk kita. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah tanda cinta kasih Allah kepada kita manusia (Yoh 3:16;1 Kor 15:57).

Konsep Penderitaan Yesus di Kayu Salib Penderitaan Orang Percaya Adalah fakta bahwa penderitaan tidak dapat terpisahkan dari kekristenan. Hal ini bukan karena Allah tidak sanggup memberikan keselamatan secara sempurna kepada umat-Nya, baik secara jiwa maupun fisik. Tetapi di balik semua itu, ada tujuan Allah yang harus dipahami oleh orang-orang percaya. Inilah inti berita dari surat 1 Petrus, agar orang percaya yang tersebar di Asia Kecil yang sedang mengalami penderitaan dan aniaya dikuatkan. Tidaklah mudah bagi orang percaya ketika diperhadapkan dengan berbagai aniaya, namun tetap bertahan dan berjuang untuk melayani Yesus.

Demikian juga Penderitaan atau sengsara Kristus berasal dari kata passion (Inggris) atau patio (Latin). Artinya, Kristus menderita atau menanggung penderitaan. Hal ini terjadi dalam sebuah rangkaian peristiwa, yang disebut sebagai masa sengsara Yesus, sejak masuk kota Yerusalem hingga

kebangkitan-Nya dari kematian. Peristiwa ini sendiri sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya sudah dirancang di dalam kekekalan.

Metododologi Penelitian

Metode yang gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan studi kepustakaan (Library Research), yang merupakan Studi Biblika khususnya Perjanjian Baru dari analisis isi. Hasil penafsirandiharapkan dapat memberikan pemahaman yang benar atas pokok bahasan, sehingga menghasilkan refleksi teologis yang benar. Adapun metode penafsiran yang dipakai adalah panduan penafsiran Gordon D. Fee dan Stevri Lumintang.

Sumber data adalah kitabLukas dan dikhususkan dalam teks Lukas 23:33-43.Dengan didukung oleh nats-nats lain yang semakin memperkaya penulisanpenelitian ini serta, dengan menggunakan buku-buku literature seperti: buku-buku tafsiran ataupun buku-buku teologi untuk semakin mempertajam argumentasi pemikiran penulis dalam melakukan penelitian ini.

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi teks dengan menggunakan Novum sebagai bahan dasar untuk membantu penulis memahami teks Lukas 23:33-43 dalam bahasa aslinya melakukan temuan kajian teologis dan memunculkan tema-tema baru dalam teks Lukas23:33-43. kemudian diskusi teman-teman yang dalam penulisan skripsi guna mengembangkan pengumpulan data, Melakukan exsegesa atau tafsiran pada teksLukas 23:33-43.

(4)

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian digunakan instrument penelitian sebagai berikut:

1. Novum Testamentum Graece: Instrumen ini digunakan sebagai bahan dasar penulis untuk mengetahui kritik teks dalam Lukas 23:33-43.

2. Alkitab, Perjanjian Baru (Indonesia-Yunani): instrumen ini digunakan untuk mengkaji teks kitabLukas 23:33-43. Lebih dalam lagi bila dibandingkan antara teks dalam bahasa aslinya (Yunani) dengan teks dalam bahasa Indonesia.

3. Alkitab digunakan sebagai bahan untuk mempermudah penulis untuk memahami maksud ataupun makna dalam teks.

Data Penelitian dianalisis dengan cara analisis isi dengan menggunakan syarat dan langkah-langkah penafsiran Alkitab. Adapun teknik analisis data: pertama dimulai dengan eksegesis Lukas 23:33-43, terdiri dari kritik teks (analisis teks dan apparatus teks), analisis bandingan terjemahan (KJV, GNT, ITB, TH) lalu disimpulkan, konteks (konteks umum dan konteks khusus), kritik bentuk, kritik sastra, sitz im leben (setting in life: geografis; sosial, budaya dan ekonomi, agama), peredaksian nats, tafsiran ayat perayat, tafsiran keseluruhan, danscopus terakhir Refleksi Penderitaan Yesus di kayu Salib Bagi Umat Kristen masa kini.

PEMBAHASAN (EKSEGESIS) DAN HASIL

4.1. Konteks Umum

Konteks umum merupakan suatu usaha untuk menemukan tempat dan peranan nats dalam karangan seluruhnya. Usaha ini meliputi pengenalan terhadap bagan dan susunan seluruh kitab atau surat, maka dari sanalah dapat dilihat tempat dan peranan nats bagi seluruh karangan. D.J. Douglas mengatakan bahwa: “Lukas bukanlah orang Yahudi dan seorang dokter berpendidikan, sehingga ia disebut sebagai ahli sejarawan. Ia merupakan penulis yang rendah hati dan berdisiplin senantiasa menempatkan dirinya dilatar belakang dan membiarkan semuanya cahaya tema besarnya yaitu kabar kesukaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat.

4.2 Konteks Khusus a.Hubungan ke Belakang

pada pasal 23:26-32 memiliki hubungan dengan pasal 23:33-43, karena dalam perikop ini menguraikan perjalanan Yesus memikul salib yang dibantu Simon dari Kirene. Perjalanan Yesus menuju tempat penyaliban yang disebut Tengkorak, yang mana Yesus sudah menderita banyak dari orang-orang yang mengikuti perjalanan mulai dari pengadilan Pilatus sampai penetapan hukum salib bagi-Nya.Lukas 23 merupakan pengadilan yang dimulai dari Pilatus kemudian kepada Herodes dan kembali lagi kepada Pilatus yang merupaka tempat pengadilan terakhir bagi Yesus untuk disalibkan. Secara khusus pada ayat 26-32 diuraikan Yesus yang tidak mau ditangisi oleh

(5)

orang-orang yang mengasihi-Nya. Yesus justru berbalik mengatakan kepada mereka, supaya mereka menagisi diri sendiri.

b. Hubungan ke Depan

Pada pasal 23:33-43 dimana setelah Yesus disalibkan diantara dua orang penjahat dan menerima begitu banyak caci makian, Yesus berkata kepada Allah Bapa supaya orang yang turut menyalibkan Yesus diampuni oleh Allah, karena mereka tidak tahu siapa Yesus sebenarnya. Pada ayat 39-43 diantara kedua penjahat yang turut disalibkan bersama Yesus melihat dan merasakan bahwa Yesus itu adalah benar Anak Allah, sehingga salah seorang penjahat itu bertobat dan memohon kepada Yesus supaya Yesus mau menerimanya di Firdaus. Inilah perkataan Yesus di kayu salib yang kedua yang dicatat oleh Lukas, dimana pada ayat 33-38 letak ucapan pertama.Yesus mengaminkannya dan menerima pertobatan penjahat tersebut.

4.3. Bentuk Sastra

Secara khusus Injil Lukas memiliki keistimewaan-keistimewaan dari kitab Injil lain di bidang sastra. Hal ini dapat kita lihat dari usahanya dalam menghilangkan

segala kata Aram dalam

tulisannya.Duyverman menuliskan bahasanya termasuk yang terelok dari seluruh Perjanjian Baru. Kitabnya yang dipersembahkan kepada “Teofilus yang mulia”, itu mengikuti kebiasaan pengarang diantara kalangan orang-orang beradap Yunani.

Bahasa Yunani yang halus disajikan oleh Lukas terjadi, karena ia sendiri adalah tabib, bukan Yahudi, yang mewarisi tradisi-tradisi dalam penulisan sejarah gaya Yunani.

4.4. Sitz Im Leben

Untuk menentukan Sitz Im Leben atau kedudukan teks dalam kehidupan, terlebih dahulu dilihat situasi kehidupan yang tengah berlangsung semasa kitab ini ditulis dan berlaku bagi kehidupan jemaat mula-mula. Adapun berbagai situasi kehidupan jemaat meliputi beberapa asppek sebagai berikut: 1. Aspek Pemerintahan dan Politik

Pada masa penulisan Injil Lukas (57-60 M), Kekaisaran Romawi berada dibawah kekuasaan Kaisar Nero (54-68 M) (Merril C.Tenney, 2001:220). Drewes B.E (1998:330) menuliskan: “Kesan lain yang kita terima dan kedua kitab itu, ialah bahwa jemaat di sekitar Lukas mengenai penganiayaan. Boleh jadi pokok ini tidak terlepas dari hal tersebut tadi, yaitu kesedihan miskin (dalam suasana penganiayaan?) demi nama Yesus. Memang mungkin sekali bahwa jemaat-jemaat Kristen mengalami penindasan dan pihak pemerintah.”Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa pola-pola kehidupan jemaat Kristen pada masa kitab Lukas dipengaruhi oleh tindakan pemerintah yang tidak menginginkan pertumbuhan dan perkembangannya. Artinya: secara politis, pertumbuhan dan perkembangan jemaat Kristen yang sedemikian pesatnya secara tidak

(6)

langsung menimbulkan tekanan tersendiri bagi keamanan dan stabilitas negara.

2. Aspek Sosial Ekonomi

Situasi sosial tetap memberikan pengaruh tersendiri bagi kehidupan jemaat Kristen mula-mula, yaitu bagaimana hidup jemaat di tengah-tengah masyarakat yang semakin hari semakin menjauh, apalagi di tambah dengan adanya perbedaan Strata sosial yang mencolok antara kelas atas dan kelas bawah. Umat Kristen menjadi dilematis oleh keadaan sosial ini, di situasi sisi mereka membutuhkan bantuan baik berupa makanan, uang, gedung dan perairan, tetapi disisi lain mereka tidak ingin mengabdikan diri kepada para penyumbang-penyumbang tersebut oleh karena iman kepada Yesus Kristus. Pada akhirnya, jemaat , memang tetap mempertahankan diri dalam kesusahan dan penderitaan, bahkan anggota jemaat yang memiliki materi sekalipun telah menjual hartanya untuk dapat saling menanggung beban hidup sesama anggota jemaat.

3. Aspek Keagamaan

Masyarakat Romawi-Yunani merupakan suatu masyarakat yang beragama, masyarakat dan agama sangat toleran. Negara dapat menyerap segala sesuatu asal tidak mengancam kesatuan politik kultural. Sebagaimana dilihat dalam perikop ini, Yesus di beritahukan tengah berhadapan dengan sekelompok Farisi, para rasul, dan pengikut lainnya. Dari hal diatas dapat di katakan bahwa kebebasan yang di dapatkan oleh para kaum Farisi berasal dari

pembauran unsur agama dan politik. Pihak kekaisaran dan senat tentunya menghalalkan aspirasi politik mereka untuk menunjang peraturan politik. Umat Yahudi umumnya mendapat perhatian yang khusus dari kekaisaran dan biasanya selalu mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Hal ini lebih bersifat hubungan yang saling mengantungkan, bukan kesadaran akan pengabdian timbal balik.Di dalam pelayanan dan pemberitaan-Nya, Yesus sangat keras dan tegas mengecam praktek-praktek keagamaan yang berlaku pada waktu itu. Dan hal di atas dapat dikatakan bahwa Sitz Im Leben dari Injil Lukas adalah pemberitaan-pemberitaan Firman Allah, pengajaran-pengajaran Para Rasul, maupun penyampaian suara-suara apologetis umat Kristen di tengah tekanan dan tantangan yang dihadapinya.

KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan penelitian mengenai “Makna Penderitaan Yesus di kayu salib, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah:

Pengampunan dosa yang dianugerahkan Allah dalam hidup-Nya melalui kematian Tuhan Yesus di kayu salib adalah sarana untuk semakin meneguhkan dan menghayati iman kita kepada Tuhan Yesus, bagaimana kasih Allah yang agung telah diperlihatkan kepada kita, bahwa pengasihan dan pertolongan Tuhan bukan kata-kata kosong tetapi sungguh nyata.

Penderitaan Yesus di kayu salib merupakan satu paket tindakan Allah yang meneguhkan pencapaian Yesus melalui

(7)

kematian-Nya adalah bukti kasih Allah kepada umatNya dan juga seruan pertobatan untuk menerima kasihNya yang besar itu. Sehingga peringatan yang kita lakukan adalah juga untuk melihat diri kita sudah sejauh mana sikap dan perbuatan kita mencerminkan kasih dan pengampunan dari Kristus untuk menerima anugerahNya.

Pencapaian tertinggi dari salib bukanlah kebebasan dari sakit penyakit, melainkan persekutuan kembali kepada Allah seperti tertulis dalam surat Petus, Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, dalam kondisi seperti ini, figur seorang yang menderita menjadi ungkapan iman yang mendalam.

Salib Kristus merupakan suatu tanda hidup kekristenan dimana manusia telah diperdamaikan oleh Allah, dan dibenarkan dengan Allah oleh karena itu, manusia mendapat penebusan dari Allah. Sehingga peringatan yang kita lakukan adalah motivasi kita untuk semakin semangat menjalani kehidupan ini, terlebih lagi semangat memberitakan kasih Allah ditengah-tengah kehidupan kita.

SARAN

1. Hendaklah kita yang telah percaya kepada-Nya saling mengampuni sekalipun taruhannya harga diri dan nyawa. 2. Orang yang telah percaya hendaknya

dalam melakukan perbutan baik yang tidak membalaskan perbuatan jahat.

3. Hendaklah umat Kristen memiliki iman kepada Yesus Kristus, karena itu adalah

syarat mutlak agar kita dibenarkan oleh Allah.

4. Hendaklah Umat Kristen menyatakan imannya melalui perbuatan baik terutama terhadap saudara seiman bahkan kepada semua orang.

DAFTAR PUSTAKA

Boehlke, Robert R. 2001. Siapakah Yesus Sebenarnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Dunnam. Maxie. 2001. Studi mengenai tujuh pernyataan Yesus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Duyverman, M.E.2000. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

France. R.T. 2004. Yesus Sang Radikal potret Manusia yang Disalibkan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Fee, Gordon D.2008.Eksegesis Perjanjian Baru , Edisi Ketiga. Malang: SAAT.

Weijing John. 1992. Yesus sang pembebas. Yogyakarta: Kanisius

Guthrie. Donald. 1995.Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hoekema .A. A. 2008. Diselamatkan oleh

Anugerah.Surabaya: Momentum. Hoekema, A. A. 2003. Manusia Ciptaan

MenurutGambar Allah. Surabaya: Momentum.

(8)

Kummel, W.W. 1996.Introduction to the New Testament . London: SCM, Press. Lumintang, Stevri Indra & Danik Astuti

Lumintang.2016. Theologia Penelitian & Penelitian Theologis. Jakarta: Geneva Insani Indonesia.

Lumbantobing. Andar.1989. Tudjuh Utjapan Tuhan Jesus di Kayu Salib. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Jaerock Lee. 2002. Pesan Salib.Yogyakarta: ANDI.

Morris Leon.2006. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.

Marinella. Mark A.2009. Yesus yang Disalib Bagiku .Yogyakarta: Andi.

Stoot John. 2013. Kristus Yang Tiada

Tara.Surabaya: Penerbit Momentum. Siahaan. S. M. 2008. Pengharapan Mesias

dalam Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Stalke. James M. 2008. Sengsara Tuhan Yesus. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.

Referensi

Dokumen terkait