• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Mia Kusumawati*) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Mia Kusumawati*) ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL

Mia Kusumawati*)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seberapa besar dampak kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga terhadap perilaku sosial siswa, selain itu ingin melihat ekstrakurikuler manakah yang memberikan dampak yang lebih besar terhadap perubahan perilaku sosial siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang bersifat ex post facto dengan teknik analisis data menggunakan deskriptif analisis. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin, sehingga jumlah sampel yang digunakan sebanyak 50 siswa dari lima SMKN se-wilayah Yogyakarta yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga sebanyak 25 orang dari siswa yang mengikuti olahraga bola basket dan bola voli. Sedangkan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler non olahraga sebanyak 25 orang dari siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka, paskibra, PMR, OSIS dan keputrian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah berupa dua buah angket, yaitu angket mengenai ekstrakurikuler dan angket mengenai perilaku sosial.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan teknik analisis regresi mengenai dampak kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap perilaku sosial, kegiatan ekstrakurikuler olahraga memberikan dampak terhadap perilaku sosial sebesar 33,4 %, dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga memberikan dampak terhadap perilaku sosial sebesar 14,1 %. Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan ternyata kegiatan ekstrakurikuler olahraga memberikan dampak lebih besar terhadap perilaku sosial terhadap siswa dibandingkan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga, karena dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga secara tidak sadar siswa akan dapat merubah perilaku sosial kearah yang lebih positif dengan sendirinya yaitu melalui permainan atau pertandingan.

▸ Baca selengkapnya: contoh sk ekstrakurikuler olahraga

(2)

A. Latar belakang

Keseluruhan proses pendidikan di sekolah pada umumnya, mengutamakan kegiatan belajar para siswa. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh setiap individu untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar berkembang secara optimal (Harsono,2004:2). Hal ini berarti bahwa melalui pendidikan, siswa diharapkan memiliki nilai-nilai yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan juga merupakan peristiwa dalam kehidupan melalui bentuk interaksi atau hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Berbagai nilai yang dapat diraih melalui pendidikan adalah kecerdasan, keimanan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, pengetahuan, keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian, kemandirian, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Untuk memantapkan pendidikan siswa di sekolah diselenggarakan kegiatan ekstrakurikuler yang dalam penyelenggaraannya dapat dilakukan di dalam sekolah dan di luar jam pelajaran.

Sehubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler dijelaskan oleh Rusli Lutan (1986 : 12) bahwa, Program ekstrakurikuler merupakan bagian integral dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intra dan ekstra kedua-duanya tak dapat dipisahkan. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan, pelengkap atau penguat kegiatan intra untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi didik hingga mencapai taraf maksimum.

Kebutuhan belajar anak didik diharapkan terpenuhi melalui kegiatan ekstrakurikuler selain juga belajar dalam intrakurikuler. Bakat dan minat terhadap suatu kegiatan yang diprogramkan dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapkan pula dapat tersalurkan, sehingga potensi anak didik dapat berkembang secara maksimal. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dapat memberikan nilai-nilai positif bagi siswa dalam pemanfaatan waktu luang siswa sehingga siswa selalu mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya.

Hasil survey sementara penulis di salah satu SMKN di Yogyakarta menujukkan bahwa, program aktivitas yang diselenggarakan oleh siswa SMK Negeri di Yogyakarta secara umum

(3)

adalah bentuk kegiatan organisasi yang meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Pasukan Kibar Bendera (Paskibra), Pendidikan Kesehatan Sekolah (PKS), Praja Muka Karana (Pramuka) dan Palang Merah Remaja (PMR), dan Olahraga. Bentuk program kegiatan ektrakurikuler olahraga diantaranya; bola voli, bola basket, dan pencak silat. Sedangkan kegiatan di luar hal tersebut adalah pengajian siswa, kegiatan-kegiatan keputrian seperti memasak dan menjahit, kesenian dan keterampilan. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berlaku bagi para siswa di lingkungan sekolah.

Ekstrakurikuler non olahraga kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran baik dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah. Ekstrakurikuler non olahraga memiliki tujuan tertentu diantaranya adalah untuk merubah perilaku sosial siswa, selain itu juga agar siswa mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri, siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler non olahraga akan memiliki karakter atau kepribadian yang baik seperti menurut Hermanto (2000:35) Pengembangan kepribadian peserta didik merupakan inti dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Karena itu, profil kepribadian yang matang merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik.

Selain itu ekstrakurikuler non olahraga contohnya seperti pramuka, didalamnya mengajarkan mengenai berbagai macam pertolongan terhadap bencana ataupun kecelakaan,seperti menurut namun sebelum praktek langsung terhadap korban siswa diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh pembina mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan kegiatan, pada saat kegiatan pembina masih memberikan instruksi kepada siswa.

Sedangkan ekstrakurikuler olahraga adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran baik dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah. Ekstrakurikuler olahraga berkaitan dengan aktivitas fisik siswa, sebelum melakukan ekstrakurikuler olahraga biasanya pelatih atau pembina memberikan pengarahan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti, fair play, empati, bekerjasama, toleransi, sikap, dan lain sebagainya seperti menurut Suseno (1989:53) mengatakan bahwa: Moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

(4)

Maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga nilai-nilai yang terkandung didalamnya secara tidak langsung akan masuk kedalam karakteristik siswa melalui permainan atau pertandingan, berbeda dengan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga yang harus diberi penjelasan mengenai nilai-nilai yang terkandung saat siswa melakukan kegiatanya.

Dalam penelitian ini penulis memilih aktivitas ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga sebagai variabel penelitian. Program ekstrakurikuler olahraga merupakan suatu kegiatan mendidik melalui aktivitas jasmani yang memiliki tujuan untuk memberdayakan siswa atau anak didik mencapai kedewasaannya dan mengalami perubahan perilaku dan sikap sosial secara positif. Selain itu, aktivitas olahraga dipilih karena kegiatan tersebut banyak diminati para siswa.

Olahraga beregu (team sport) merupakan salah satu bentuk olahraga yang dapat mengembangkan keterampilan sosial seseorang. Hal ini dikarenakan olahraga beregu akan membentuk sebuah situasi sosial yang dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Seperti yang disebutkan dalam Wikipedia Free Encyclopedia (2008:th) bahwa, “Team sport refers to sports that are practiced between opposing teams, where the players interact directly and simultaneously between them to achieve an objective . Bahwa olahraga tim mengacu pada olah raga yang dilatih atau dipraktekkan, dimana pemain saling berhubungan secara langsung dan secara simultan di antara keduanya untuk mencapai satu tujuan. Hal itu menunjukkan bahwa olahraga beregu memberikan ruang pada individu untuk berinteraksi secara langsung dan berkelanjutan, baik dengan rekan maupun lawan. Interaksi sosial yang terjadi dalam olahraga beregu tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial individu yang terlibat. Olahraga beregu dengan partisipasi yang luas diantaranya football (dalam berbagai bentuk), cricket, baseball, handball, hockey, basketball, dan volleyball (Wikipedia Free Encyclopedia, 2008:th).

Kegiatan ektrakurikuler olahraga selain bermanfaat bagi siswa dalam mengisi waktu luang olahraga itu sendiri juga ditujukan untuk pembentukan perilaku sosial seperti kerjasama, kemurahan hati, persaingan, empati, sikap tidak mementingkan diri sendiri, sikap ramah, memimpin dan mempertahankan diri. Pembentukan perilaku sosial terbentuk seirama dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Seorang individu atau siswa membutuhkan kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan itu adalah keterampilan sosial (social skills). Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan dengan orang

(5)

lain dan kemampuan memecahkan masalah, dengan keterampilan yang siswa miliki suatu lingkungan sosial yang harmonis dapat dicapai (Cartledge & Milburn, 1992:8). Keterampilan sosial sangat berhubungan erat dengan interaksi sosial, seperti yang diungkapkan oleh Anderson (2004, 451) “Social skills are developed and manifest in social interaction”. Hal ini berarti bahwa interaksi sosial yang terjadi dalam suatu situasi sosial dapat mendeskripsikan keterampilan sosial seseorang. Lebih lanjut Andersone mengungkapkan bahwa setiap individu membutuhkan keterampilan untuk berinteraksi sosial. Keterampilan sosial memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting bagi individu agar dapat hidup bermasyarakat di kemudian hari.

Salah satu bagian dari keterampilan sosial adalah perilaku sosial; perilaku sosial ini menjadi sangat penting keberadaannya di tengah-tengah berbagai masalah sosial yang kerap terjadi dalam lingkungan sosial.

Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaban manusia (Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukanya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. Perilaku secara umum akan terbentuk dari beberapa komponen dasar, mengenai komponen pembentuk perilaku ada beberapa komponen yang menunjangnya. menurut Mar’at (2006:56), mengemukakan komponen perilaku sosial sebagai berikut : ”a) Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief, ide dan konsep. b) Komponen afeksi yang berhubungan dengan emosional seseorang. c) Komponen konatif merupakan kecenderungan bertingkah laku”. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerjasama, ada orang yang melakukanya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.

B. Metode Penelitian

Dari penjelasan tersebut memberikan makna bahwa penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan

(6)

pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.

Dalam beberapa hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut. Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah angket yang berisi 60 pertanyaan, setiap pertanyaan ditawarkan 5 alternatif jawaban. Responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban dari pertanyaan yang ditawarkan berikut ini:

Tabel 1: Alternatif Jawaban dan Skor Nilai

Sumber: Usman, Uzer, (2004), Menjadi Guru Profesional, Edisi ke II, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal: 119

Angket bersifat tertutup, artinya responden hanya dapat memilih salah satu dari jawaban yang ditawarkan dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang dipilih. Responden tidak diberikan kesempatan untuk memberi jawaban dengan cara lain. Nilai jawaban masing-masing

ALTERNATIF JAWABAN SKOR

Baik Sekali 5

Baik 4

Cukup 3

Kurang 2

(7)

responden kemudian ditabulasi dan dihitung menggunakan teknik statistik prosentasi, seperti dibawah ini

dimana: P =Prosentasi yang dicari

X1 = Banyaknya skor (skor faktual) SMI =Skor maksimal ideal

D. Hasil Penelitian

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMKN Se Kota Bekasi telah berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.” Untuk membuktikan hipotesis tersebut, peneliti menggunakan uji prosentase, hal ini juga digunakan disamping untuk menjawab hipotesis juga digunakan untuk memjawab beberapa pertanyaan penelitian, hasilnya sebagai mana dirangkum dalam tabel 1

Tabel 1.

Perbandingan Persentase Lingkungan Lembaga

Pilihan Jawaban Disiplin Berpartisipasi di Kegiatan Ekstrakurikuler Hubungan Baik dengan Semua Elemen di Sekolah Menerima Tanggung Jawab Olahra ga Non-Olahraga Olahr aga Non-Olahraga Olahr aga Non-Olahraga Olahr aga Non-Olahraga Sangat Tidak Setuju 0,50% 1% 2,5% 1,5% 0% 0% 0% 0,5% Tidak Setuju 1,51% 2,5% 4% 14% 0,5% 0,5% 0,5% 1,5% Ragu-Ragu 14,57 % 13% 18,5% 18,5% 7% 17,5% 1% 10% Setuju 62,81 % 68,5% 56% 51,5% 59% 57% 58% 61% Sangat Setuju 20,60 % 15% 19% 14,5% 33,5% 25% 40,5% 27%

(8)

Komponen lingkungan lembaga perbandingan persentase ekstrakurikuler olahraga lebih dominan untuk indikator disiplin sebesar 62.81%. Ekstrakurikuler non olahraga lebih dominan pada indikator berpartisipasi sebesar 19% dan indikator hubungan baik dengan semua elemen di sekolah sebesar 33.5%, indikator menerima tanggung jawab sebesar 40.5%.

Tabel 2.

Perbandingan Persentase Lingkungan Masyarakat

Pilihan Jawaban Menghormati dan Mengenal Orang Lain Melibatkan Diri di Kegiatan Masyarakat Mendahulukan Kepentingan Bersama Menghargai Nilai-Nilai Integritas Olahraga Non-Olahraga Olahr aga Non-Olahraga Olahr aga Non-Olahraga Olahr aga Non-Olahraga Sangat Tidak Setuju 0% 0,5% 0% 0,5% 1% 0,5% 0% 0% Tidak Setuju 2,5% 0,5% 2% 0% 8,5% 3,02% 3% 1% Ragu-Ragu 11,5% 2% 14% 3,5% 23,5% 25,63% 11,5% 5% Setuju 52,5% 42% 49% 42,5% 52,5% 57,29% 62,5% 51% Sangat Setuju 33,5% 55% 35% 53,5% 14,5% 13,57% 23% 43%

Komponen lingkungan masyarakat perbandingan persentase setuju untuk ekstrakurikuler olahraga lebih dominan pada indikator menghormati dan mengenal orang lain sebesar 52.5%, indikator melibatkan diri di kegiatan masyarakat sebesar 49% dan indikator menghargai nilai-nilai integritas sebesar 51%. Ekstrakurikuler non olahraga lebih dominan pada indikator mendahulukan kepentingan bersama sebesar 57.29%.

(9)

Tabel 3.

Perbandingan Persentase Subkomponen Perilaku Sosial

Pilihan Jawaban

Lingkungan

Keluarga Lingkungan Lembaga

Lingkungan Masyarakat Olahraga Non-Olahraga Olahraga Non-Olahraga Olahraga Non-Olahraga Sangat Tidak Setuju 1% 0,7% 0,75% 0,75% 0,25% 0,4% Tidak Setuju 6,7% 3% 4,63% 1,63% 4% 1,13% Ragu-Ragu 23,8% 12% 14,75% 10,26% 15,13% 9,01% Setuju 48,8% 54% 59,5% 58,95% 54,13% 48,19% Sangat Setuju 19,7% 30% 20,38% 28,41% 26,5% 41,30%

Subkomponen Perilaku Sosial perbandingan persentase Setuju untuk indikator lingkungan keluarga, ekstrakurikuler non olahraga lebih dominan sebesar 54%. Ekstrakuriuler olahraga lebih dominan pada indikator lingkungan lembaga sebesar 59.5%, dan indikator lingkungan masyarakat sebesar 54.13%.

E. Simpulan

Berdasarkan analisis pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan:

1. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku sosial. Hal ini berarti semakin intensif ekstrakurikuler olahraga yang diikuti siswa, maka semakin baik pula perilaku sosialnya.

(10)

2. Kegiatan ekstrakurikuler non olahraga memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku sosial. Hal ini berarti semakin intensif ekstrakurikuler non olahraga yang diikuti siswa, maka semakin baik pula perilaku sosialnya.

3. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga memiliki dampak yang lebih baik terhadap perilaku sosial siswa dibandingkan dengan ekstrakurikuler non olahraga.

F. Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. (1993). Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ahsan, Mc. (1981). Mental Health. New York: World Health Organization. Agung. (2007). Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah.Jakarta: Depdikbud

Anderson, Norman B. (2004). Understanding Radical And Ethnic In Health In Late Life. Washington DC.

Azwar, Saifuddin. (1997). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Carledge & Milburn. (1992). Keterampilan Sosial. Jakarta: Tiga Serangkai Coackley, Jay. (2001). Sport In Society. New York: McGraw-Hill.

Depdikbud. (2004). Kurikulum Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Freeman. (2001). Physical Education and Sport In A Changing Society. New York. Hermanto. (2000). Ekstrakurikuler Di Sekolah. Jakarta. Sinergi

Iwan. (1997). Ilmu Faal. Jakarta.

GBPP. (1994). Program Kegiatan Ekstrakurikuler untuk siswa SLTP. Jakarta: GBPP Giriwijoyo, Santosa. (1992). Ilmu Faal Olahraga. FPOK IKIP bandung.

(11)

Gerungan. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco

Hurlock, EB. (1998). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Harsono. (1988). Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma

Kartono, Kartini. (1993). Patologi Sosial dan Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Knop, De. (1996). Values and Norms In Sport. NY.

Lawrence. (2005). Sport Are Clearly More Important Than Over To Both.New York.

Lutan, Rusli. (1986). Interaksi Kegiatan Intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler. Bandung: Depdikbud

Lutan, Rusli. (1988). Interaksi Kegiatan Intrakurikuler, Ko-Kurikuler dan Ekstrakurikuler. IKIP Bandung

Lutan, Rusli. (1991). Manusia dan Olahraga. ITB IKIP Bandung. Mahmud, Dimyati. (1989). Psikologi Olahraga. Yogyakarta Nazir, Moh. (1998). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia

Nadisah. 1991. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung. Program Prajabatan Diploma Dua Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Riduwan. (2008). Metode Teknik Menyusun Tesis. Bandung

Rumini, Sri. (1993). Konferensi Nasional Proseding Vol 4. Yogyakarta

Sasono Agung. (2004). Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah. Bandung: Depdikbud. Suseno, Magnis F. (1989). Sesudah Filsafat. Jakarta

Said. (1984). Media Pendidikan dan Ilmu Pengatahuan. Jakarta

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Schneider, Robert E. (1964). Methods and Material Of Health Education. USA

Sudjana. (2000). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

(12)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sumaatmadja. (1994). Metode Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni Surakhmand. (1994). Metodologi Penelitian. Bandung: Tarsito.

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bakti Winaya. Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Taro, Yamane.(1967). Elementary Sampling Theory Prentice Hall, Inc.,Englewood Cliffs,N.J Toho C & Rusli Lutan. (1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud Ditjen

Dikti P2TG.

Thomson. (1998). President Council On Physical Fitness And Sport. [online]. Tersedia:http://www.edu.physicaleducation/DocG/1998/0.html [14 Mei 2010]

Toni. (2008). Wikipedia Free Encyclopedia. [online].

Tersedia:http://www.wikipedia.edu/2008/html [14 Mei 2010]

Webster’s New Collegiate Dictionary. [online]. Tersedia: http://www. webster’snewcollegiatedictionary/1980/html [14 Mei 2010]

Uzer, Usman Moh. (1993). Jurnal Penelitian Agama Masalah Perilaku. Balain Penelitian IAIN UPI. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung.

Wijasantosa, Ratal. 1984. Supervisi Pendidikan Olahraga. Jakarta.

Yulian & Pamardi. (2008) Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Beresiko Pada Remaja Di SMKN 4 Yogyakarta.Tersedia:http://www.skripsistikes.wordpress.com

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosda Karya Yusakarim, Yus S. (2007). Sosiologi Olahraga. Bandung. UPI

Gambar

Tabel 1: Alternatif Jawaban dan Skor Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Langkah strategis membudayakan berpikir dan beperilaku illmiah dapat dilakukan dengan: (1) membentuk komunitas-komunitas diskusi para peneliti dan ilmuwan, yang sebisa mungkin

Berdasarkan uraian di atas, dapat disampaikan beberapa masalah sebagai berikut: (a) formulasi kombinasi ekstrak sambiloto dan meniran menjadi sediaan nanoemulsi yang

Meskipun demikian apakah dengan memiliki standar mutu pelayanan ISO 9001:2000, kebutuhan konsumen akan pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Kesrem Binjai sudah

PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Notohadiprawiro, T., 1998.Tanah dan Lingkungan.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.. Universitas

Didalam pembuatan program tersebut, penulis berharap dapat memberikan solusi mengenai masalah pembuatan aplikasi penjualan Celluler yang digunakan dalam aktivitas penjualan.

TRADISI HAJAT LEMBUR AMPIH PARE DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG DAN PEMANFAATANNYA UNTUK MEMBUAT MODEL PELESTARIAN TRADISI LISAN PADA MASYARAKAT Universitas

TRADISI HAJAT LEMBUR AMPIH PARE DI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG DAN PEMANFAATANNYA UNTUK MEMBUAT MODEL PELESTARIAN TRADISI LISAN PADA MASYARAKAT.. Universitas