• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA RAKHMAT QALBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA RAKHMAT QALBI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI

HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN

BULUKUMBA

RAKHMAT QALBI

105960172114

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)

PERAN LEMBAGA GAPOKTAN TERHADAP STABILISASI

HARGA GABAH DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN

BULUKUMBA

RAKHMAT QALBI

105960172114

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu

(S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

RAKHMAT QALBI, 105960172114. Peran Lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga Gabah di Kecamatan Kajang kabupaten Bulukumba , dibimbing oleh AMRUDDIN dan ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi peran lembaga gapoktan terhadap stabilisasi harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Penelitian di lakukan pada gapoktan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dimana :Di Kecamatan Kajang Memiliki 3 gapoktan diantaranya (Gapoktan Bonto Rannu, Gapoktan Bontobiraeng, Dan Gapoktan Sangkala) sehingga diambil sampel dengan perincian 3 orang ketua, 3 orang sekretaris, 3 orang bendahara, dan 15 orang anggota jadi total sampel sebanyak 24 orang petani padi. Analisis data di lakukan secara scoring untuk mengetahui peran lembaga gapoktan dan analisis deskriftip untuk menegetahui upaya gapoktan dalam stabilisasi harga gabah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1.)Peran lembaga sebagai lembaga Sentral berada pada kategori sedang dengan nilai 2,24. Hal ini di sebabkan karena gapoktan telah berfungsi sebagai lembaga yang mensuplai kebutuhan petani ( pupuk, dan lain-lain). Peran lembaga sebagai Ketahanan pangan berada pada kategori tinggi dengan nilai 2.30. Hal ini di sebabkan karena gapoktan berperan aktif dalam peningkatan produksi dan mutu gabah. Peran gapoktan sebagai Usaha Ekonomi Pedesaan berada pada kategori sedang dengan nilai 1,70. Hal ini di sebabkan karena gapoktan belum berperan dalam proses stabilisasi harga, petani masih mengandalkan pedagang dalam proses pemasaran dan harga menjadi turun pada saat panen raya (2) Dalam hal ini upaya gapoktan dalam stabilisasi harga di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dimana harga gabah di tentukan oleh adanya permintaan dan penawaran sementara gapoktan belum menjadi perpanjangan tangan melalui buloq..

(7)

KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada saya dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yan berjudul “Peran Lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga Gabah Di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba” dengan tepat waktu. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.. Untuk itu penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mustamin.M dan Ibunda Rosdiana S.Pd yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil serta menghantarkan doa, kasih sayang dan kesabaran yang tulus yang tiada hentinya. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada kakanda Fitrah William dan Lili Armawedana yang senantiasa memberikan semangat, motivasi serta memberikan dukungan baik moril maupun materil dan doa yang tak henti dihaturkan kepada penulis. Teruntuk adikku Nur Rahmi Tenri Yola dan Nurul Azizah tetap semangat kuliah dan sekolahnya semangat menggapai cita-cita untuk masa depan.

Tanpa mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini pula penulis juga menyampaikan ucapan rasa terima kasih dengan segala keikhlasan kepada :

1. Bapak Amruddin, S.Pt.,M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan ilmu, arahan dan menjelaskan ketidak pahaman dalam menyusun skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

2. Ibu Asriyanti Syarif, S.P, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang berkenan meluangkan waktu untuk membimbing penulis, pembimbing yang telah memberikan nasehat, arahan, petunjuk dan bimbingan serta dengan sabar dan

(8)

penuh tanggung jawab meluangkan waktu, tenaga dan pikiran mulai dari penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Mohammad Natsir, S.P, M.P. dan Ibu Sitti Arwati S.P. M.Si selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, kritikan serta saran yang dapat menunjang dalam proses menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak H. Burhanuddin,S.P.,M.P selaku Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh jajarannya. 5. Ibu Dr. Sri Mardiyati.S.P.,M.P selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan Bapak Nadir S.P., M.Si selaku sekretaris Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. 7. Kepada pihak pemerintah kecamatan Kajang kabupaten Bulukumba khususnya

para petani dan penyuluhnya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

8. Teman-teman seperjuangan tanpa terkecuali, yang telah setia menemani, mendengarkan segala curahan hati dan terima kasih untuk pertemanan, semangat dan kebersamaannya selama ini.

9. Seseorang yang spesial, Heri Atmasari S.P yang telah sabar menghadapi dan menuntun penulis dan selalu memberikan motivasi, semangat, Doa serta membantu dalam penyusunan skripsi ini terima kasih yang tak terhingga.

10. Seluruh keluarga serta segala pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih telah memberikan bantuan dan dukungan khususnya pada penulis.

11. Dan terakhir terima kasih juga untuk teman-teman Kost cicilan, Sound Coffe dan Scooter Independent Kampoeng (S.I.K) Bulukumba yang telah memberikan motivasi dan ketenangan dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari akan ketidak sempurnaan tulisan ini, mengingat tingkat kemampuan penulis yang terbatas. Namun demikian penulis telah berusaha keras untuk menyusun agar tugas akhir ini dapat tersusun dengan baik.

(9)

Akhir kata, penulis menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar , Juli 2019

Rakhmat Qalbi 105960172114

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Petani Gapoktan ... 5

2.2. Stabilisasi Harga ... 9

2.3. Kerangka Pemikiran ... 11

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 14

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 14

3.3. Jenis Dan Sumber Data ... 14

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 15

3.5. Teknik Analisis Data ... 16

3.6. Definisi Operasional ... 17

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

4.1. Letak Geografis………19

4.2. Keadaan Pertanian dan Luas Lahan……… 23

4.3. Keadaan penduduk………...25

4.3.1. Jenis Kelamin dan Umur………25

4.3.2. Pola Penggunaan Lahan……….26

4.4. Sarana dan Prasarana………..27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 30

5.1 Identitas Responden………...30

(11)

5.1.2. Pendidikan Responden……….32

5.1.3. Pengalaman Berusaha Tani………..34

5.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga………..36

5.2. Peran lembaga………36

5.2.1. Peran Lembaga Sebagai Lembaga Sentral………37

5.2.2. Peran Lembaga sebagai Lembaga Ketahanan Pangan……….39

5.2.3. Peran Lembaga Sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan.41 5.3. Upaya Gapoktan Dalam Stabilisasi Harga………44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 48

6.1. Kesimpulan……….48

6.2. Saran………49 Daftar Pustaka

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Luas Penggunaan Lahan Kebun, Sawah dan Hutan

di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba……… 24

2. Responden Berdasarkan Umur……… 31

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 33

4. Pengalaman Berusahatani……….. . 35

5. Jumlah Keluarga Responden ... 36

6. lembaga sentral... 38

7. Ketahanan Pangan ... 40

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

(14)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Teks 1. Koesioner penelitian... 52 2. Identitas responden... 57 3. Lembaga Sentral ... 58 4. Ketahanan Pangan ... 59

5. Usaha Ekonomi Pedesaan ... 60

6. Dokumentasi ... 61

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gabah merupakan buah dari tanaman padi yang berbentuk biji yang diselimuti oleh sekam. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami) Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah (Pujiharto : 2010).

Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan. Karasteristik fisik gabah pada beberapa varietas padi berbeda-beda seperti dalam hal dimensi dan penampakan gabah. Kualitas fisik gabah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kemurnian gabah. Tingkat kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah terhadap berat keseluruhan campuran gabah. Tingkat kemurnian gabah akan semakin menurun dengan makin banyaknya benda atau gabah hampa didalam campuran gabah. (Hasbullah dan Dewi : 2011).

Gabah hasil panen kemudian diproses lebih lanjut menjadi beras melalui proses penggilingan. Tahapan pascapanen tanaman padi meliputi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan..Salah satu tahapan pascapanen yang penting yaitu proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang

(16)

2

sudah siap digiling atau Gabah Kering Giling (GKG) akan diproses menjadi beras putih yang siap dikonsumsi. (Amang, B dan Husein Sawit : 2001).

Kelembagaan pertanian Gapoktan dijadikan alat yang penting untuk menjalankan sebuah program. Namun demikian, penggunaan strategi pemantapan kelembagaan banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan. Kesalahan selama ini adalah menganggap bahwa permasalahan kelembagaan ada di tingkat petani belaka, bukan pada superstrukturnya, padahal mungkin permasalahan ada pada pelaksananya Karena banyaknya permasalahan dalam tubuh kelembagaan Gapoktan. Karakteristik Utama, meliputi Orientasi utama kelembagaan gapoktan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota dan mensejahterakan petani.

Permasalahan harga gabah turun secara drastis pada saat panen, sampai saat ini masih merupakan dilema klasik sektor pertanian. Bahkan tidak jarang harga gabah petani turun dan berada di bawah harga dasar gabah. Manfaat harga dasar yang diharapkan oleh petani adalah harga yang mampu melindungi petani dari melimpahnya produksi padi pada saat panen raya, bukan jaminan harga sepanjang tahun (Amang, B dan Husein Sawit : 2001).

Secara umum pendapatan yang diterima petani belum memadai dibanding dengan jerih payah yang telah dikeluarkannya ditambah dengan resiko kegagalan panen. Tingkat pendapatan yang diterima petani bergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas lahan. Beberapa indikator menunjukkan bahwa di beberapa daerah banyak petani yang belum menikmati hasil jerih payahnya secara memadai. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh beberapa kebiasaan yang

(17)

3

tidak tepat, khususnya dalam penyimpanan padi. Sebagian petani ada yang langsung menjual seluruh hasil panennya dan membeli dalam bentuk beras atau menyimpan sebagian, sedangkan sebagian lain dijual atau dikonsumsi sendiri seluruhnya. Pola penyimpanan gabah yang dipilih petani, berkaitan dengan beberapa hal seperti tingkat harga gabah yang berlaku di pasaran, kemampuan penanganan pasca panen, dan kebutuhan uang kontan untuk keperluan sehari-hari termasuk untuk membiayai usahataninya. (Natawidjaja, R.S. : 2001)

Disamping masalah tersebut di atas, salah satu sumber rendahnya harga jual gabah yang diterima petani adalah panjangnya mata rantai pemasaran gabah. Hasil studi awal menunjukkan bahwa tingkatan perdagangan gabah terdiri dari pedagang tingkat Desa, pedagang tingkat Kecamatan, pedagang tingkat Kabupaten dan pedagang besar yang akan memproses gabah menjadi beras dan menjualnya ke konsumen. Oleh karena itu, untuk membantu petani mendapatkan harga yang lebih layak perlu dilakukan suatu kajian tentang pola pemasaran beras untuk melihat secara lebih mendalam fungsi dari masing-masing tingkatan perdagangan gabah. (Natawidjaja, R.S. : 2001)

Kecamatan kajang, Kabupaten Bulukumba mempunyai wilayah penghasil padi dan memiliki kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan. Gapoktan memiliki peran sebagai sarana produksi dan membuiat pemasaran tanaman padi yang telah di olah menjadi beras. Oleh karena itu, hal ini yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian dengan judul Peran Lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga Gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

(18)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peran lembaga gapoktan terhadap stabilisasi harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?

2. Bagaimana upaya gapoktan dalam menstabilisasi harga gabah di Kecamatan kajang Kabupaten Bulukumba.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui fungsi peran lembaga gapoktan terhadap stabilisasi harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

2. untuk mengetahui upaya lembaga dalam menstabilkan harga. 1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengkaji peran lembaga gapoktan terhadap petani pada nilai tukar petani.

2. Mengetahui stabilisasi harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.yang dilakukan oleh gapoktan.

(19)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lembaga Petani Gapoktan

Lembaga petani merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani, yang dibentuk atas dasar sesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang dinamakan dengan kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelembagaan petani lainnya. Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk mengubah pola fikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan fungsinya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi Sehingga mampu mengembangkan agribisnis dan menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.

Pembentukan dan pengembangan gapoktan yang akan di bentuk di setiap Kecamatan, juga harus menggunakan basis sosial kapital setempat dengan prinsip kemandirian lokal, yang di capai melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan. Terdapat tiga peran pokok yang di harapkan dapat di jalankan oleh gapoktan (Syahyuti : 2007), (Wahyuni : 2009) yaitu :

1. Gapoktan berperan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi yaitu bertugas merekap daftar permintaan benih dan nama anggota. Demikian pula dalam pencairan anggaran subsidi benih dengan menerima voucher dari Dinas Pertanian setempat. Gapoktan

(20)

6

merupakan lembaga strategis yang akan merangkum seluruh aktifitas kelembagaan petani di wilayah tersebut. Gapoktan dijadikan sebagai basis usaha petani di setiap pedesaan.

2. Gapoktan berperan untuk peningkatan ketahanan pangan di tingkat lokal. Mulai tahun 2006 melalui Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan “Program Desa Mandiri Pangan” dalam rangka mengatasi kerawanan dan kemiskinan di pedesaan. Pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Masyarakat yang tergabung dalam suatu kelompok tani dibimbing agar mampu menemukan dan mengenali permasalahan yang dihadapi dan potensi yang mereka miliki, serta mampu secara mandiri membuat rencana kerja untuk meningkatkan pendapatannya melalui usahatani dan usaha agribisnis berbasis pedesaan. Beberapa kelompok tani dalam satu desa yang telah dibina kemudian difasilitasi untuk membentuk Gapoktan. Dengan cara ini, petani miskin dan rawan pangan akan meningkat kemampuannya dalam mengatasi masalah pangan dan kemiskinan di dalam suatu ikatan kelompok dan gabungan kelompok tani untuk memperjuangkan nasib para anggotanya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bersama dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

3. Usaha Ekonomi Pedesaan (UEP) sehingga dapat menerima Dana Penguatan Modal (DPM), yaitu dana pinjaman yang dapat digunakan untuk membeli gabah petani pada saat panen raya, sehingga harga tidak terlalu jatuh. Gapoktan dapat bertindak

(21)

7

sebagai pedagang gabah, dimana ia akan membeli gabah dari petani lalu menjualkannya.

Gapoktan merupakan lembaga yang strategis yang akan merangkum seluruh aktifitas kelembagaan pertanian (Syahyuti : 2007). Meskipun kelembagaan memiliki peran strategis, namun menurut aspek kelembagaan, baik kelembagaan formal maupun kelembagaan non formal justru merupakan aspek menonjol yang dapat menghambat jalannya pembangunan pertanian di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini terjadi karena masih banyaknya kelembagaan yang belum optimal yang ada di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Padahal kelembagaan memegang peranan penting dalam keberhasilan pembangunan pertanian dan pedesaan. (Soekartawi : 2001) Gapoktan pada hakekatnya bukanlah lembaga dengan fungsi yang baru sama sekali, namun hanyalah lembaga yang dapat dipilih di samping lembaga-lembaga lain yang juga terlibat dalam aktivitas ekonomi secara langsung. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, lembaga pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya. Gapoktan diharapkan dapat menjalankan fungsi kemitraan dengan adil dan saling menguntungkan dengan pedagang saprotan maupun pedagang hasil-hasil pertanian (Syahyuti : 2007).

(22)

8

Untuk pengembangan Gapoktan, maka sikap yang diterapkan semestinya tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan masa sebelumnya. Berbagai sikap yang semestinya ditempuh adalah:

1. Kelembagaan adalah sebuah pilihan, bukan keharusan. Apapun kelembagaan yang akan diintroduksikan di pedesaan atau ditingkat Kecamatan, terlebih dahulu merumuskan apa kegiatan yang akan dijalankan, baru kemudian dipilih apa wadah yang dibutuhkan.

2. Hindari sikap yang memandang desa ataupun Kecamatan sebagai satu unit interaksi sosial ekonomi yang padu. Meskipun Gapoktan bekerja dalam satu unit desa, namun perlu dibangun jejaring sosial (social network) dengan Gapoktan lain. 3. Gapoktan lebih banyak berperan di luar aktivitas produksi atau usahatani, karena

kegiatan tersebut telah dijalankan oleh kelompok-kelompok tani serta petani secara individual. Untuk terlibat dalam mekanisme pasar, maka Gapoktan harus merancang diri sebagai sebuah kelembagaan ekonomi dengan beberapa karakteristiknya adalah mengutamakan keuntungan, efisien, kalkulatif, dan menciptakan relasi-relasi yang personal dengan mitra usaha (Wahyuni : 2009). 4. Gapoktan salah satu komponen dalam pengembangan kelembagaan masyarakat

pedesaan atau Kecamatan yang bergerak di bidang pertanian. Pengembangan Gapoktan haruslah berada pada kerangka strategi yang lebih besar. Gapoktan hanyalah wadah dari kelompok tani untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

(23)

9

Stabilisasi Harga adalah price stabilization yaitu tindakan mempertahankan suatu harga bara ng atau jasa pada tingkat tertentu yang dilakukan oleh pemerintah pada saat tingkat laju inflasi yang tinggi sebagai upaya di dalam menstabilkan harga barang dan jasa tersebut selama periode tertentu. Pemerintah mempunyai tugas pokok untuk mengendalikan komoditas pangan dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Kenaikan dan gejolak harga yang terjadi pada komoditas pangan akan menurunkan kesejahteraan rakyat, terutama rakyat yang berpenghasilan rendah dan juga memicu kenaikan laju inflasi. Beras merupakan komoditas pangan utama masyarakat Indonesia. Gejolak harga yang terjadi pada komoditas ini akan berdampak kepada masyarakat luas selaku konsumen dan juga para petani selaku produsen komoditas tersebut. (Femina, V. D. : 2006).

Permasalahan harga gabah turun secara drastis pada saat panen raya, sampai saat ini masih merupakan dilema klasik sektor pertanian. Bahkan tidak jarang harga gabah petani turun dan berada di bawah harga dasar gabah. Manfaat harga dasar yang diharapkan oleh petani adalah harga yang mampu melindungi petani dari melimpahnya produksi padi pada saat panen raya, bukan jaminan harga sepanjang tahun. Salah satu permasalahan utama yang sering dihadapi para petani produsen khususnya petani padi sampai saat ini adalah rendahnya tingkat harga penjualan gabah terutama pada saat puncak musim panen karena lingkungan dan cuaca yang biasanya bersamaan dengan musim hujan. (Amang dan Sawit : 2001). Gabah terbagi atas 3 bagian yaitu :

(24)

10

1. Gabah Kering Panen gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25% hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% butir hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

2. Gabah Kering Simpan adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18%, kotoran/hampa lebih besar dari 3% tetapi lebih kecil atau sama dengan 6% butir hijau/mengapur lebih besar dari 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7% butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

3. Gabah Kering Giling adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14%, kotoran/hampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur maksimal 5%, butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

Terbatasnya sarana dan prasarana produksi dan pascapanen, desakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi sehingga tidak jarang berakibat kepada rendahnya kekuatan tawar petani yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak lain. Petani jarang dapat menjual gabahnya sampai menunggu harga yang tinggi. Pertanian merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara berkembang seperti Indonesia. Padi merupakan produk pertanian pangan yang utama dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dan memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. (Mulyani, S. : 2007.)

(25)

11

Dalam sistem agribisnis padi, pada umumnya petani padi menjual gabah secara langsung kepada penjual besar atau tengkulak pada saat musim panen. Sebagian besar petani tidak mempunyai bangunan dan alat penyimpanan serta penggilingan padi sehingga proses tersebut dilakukan oleh pedagang besar. Ketika harga beras naik, maka pedagang-pedagang beras akan menikmati keuntungan dari kenaikan harga beras tersebut. (Mulyani, S. : 2007)

2.3. Kerangka Pemikiran

Tanaman padi merupakan tanaman semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai. Akar serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lmma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil), putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma. Padi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu padi sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo di tanam di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak terdapat perbedaan morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang membedakan hanyalah tempat tumbuhnya. Tanaman padi mengalami proses yang cukup panjang hingga menjadi gabah kemudian menjadi beras.

Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata gabah berasal dari bahasa Jawa yaitu

(26)

12

Gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan. Gabah inilah yang akan menjadi beras kemudian menjadi nasi dan di konsumsi manusia setiap hari dengan melalui proses yaitu penanaman, pembibitan, panen, dan penggilingan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara peran kelembagaan Gapoktan terhadap stabilisasi gabah di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Petani mewujudkan hasil pertanian yang optimal maka sangat dibutuhkan peran penyuluh pertanian untuk memberikan wawasan dan bimbingan kepada petani agar petani mampu menggarap lahan dan menghasilkan hasil pertanian yang memuaskan sehingga petani dapat sukses dalam usahanya. Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka.

Sebagai salah satu daerah yang penduduknya masih berprofesi sebagai petani Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sangat menekankan peran Gapoktan pertanian pada setiap tingkat kecamatan dengan tujuan agar hasil gabah bisa maksimal. Adapun kerangka pikirnya sebagai berikut :

(27)

13

Gambar 1 : Kerangka Pikir Peran lembaga Gapoktan Terhadap Stabilisasi Harga Gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

Tanaman Padi

Gabah

Peran lembaga Gapoktan - Lembaga sentral - Ketahanan Pangan

- Usaha Ekonomi Pedesaan

Harga

Upaya gapoktan dalam menstabilkan harga gabah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

(28)

14

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan Februari 2019. Terpilihnya Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba karena mayoritas petani padi yang tergabung dalam gapoktan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling dimana : : Di Kecamatan Kajang Memiliki 3 gapoktan diantaranya (Gapoktan Bonto Rannu, Gapoktan Bontobiraeng, Dan Gapoktan Sangkala) sehingga diambil sampel dengan perincian 3 orang ketua, 3 orang sekretaris, 3 orang bendahara, dan 15 orang anggota jadi total sampel sebanyak 24 orang petani padi.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu :

1. Data kuantitatif adalah data yang berupa bilangan , nilainya bisa berubah-ubah atau bersifat variatif.

2. Data Kualitatif adalah data yang yang berupa gambaran dari kualitas objek yang akan diteliti.

(29)

15

Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu:

1. Data Primer

Data primer atau data pokok merupakan data yang diperoleh penulis dengan terjun langsung ke objek penelitian, dalam hal ini melakukan wawancara dan observasi ke beberapa wilayah yang terkait. (Sugiarto Dkk : 2001).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen atau catatan, tulisan karya ilmiah dari berbagai media, arsip-arsip resmi yang mendukung kelengkapan data primer. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari data-data yang diambil oleh penulis dari data instansi (Churchill : 2005).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian (Moh. Pabunda Tika : 2005). Metode ini digunakan dalam rangka mencari data awal tentang daerah penelitian, untuk mendapatkan gambaran umum daerah penelitian dengan memperhatikan keadaan reall atau fenomena yang ada di lapangan.

(30)

16

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan respondennya sedikit/kecil (Sugiyono : 2006).

Wawancara dilakukan dengan Gapoktan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan bantuan kuisioner, di mana kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Iskandar : 2008).

c. Dokumentasi

Selain melalui observasi dan wawancara, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi baik berupa surat, catatan harian, arsip foto, cinderamata, jurnal penelitian dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infomasi yang terjadi di masa silam. (Emzir : 2010).

3.5. Teknik Analisis Data

1. Usaha mengetahui peran Gapoktan.

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik skoring, dimana pemaparan kenyataan yang peneliti peroleh dari lapangan yang kemudian dianalisis dan dinarasikan sesuai dengan mekanisme penulisan skripsi. Proses penentuan skor atas jawaban responden yang dilakukan dengan membuat

(31)

17

klasifikasi dan kategori yang cocok tergabung pada anggapan atau opini responden. Untuk menentukan skor pilihan jawaban responden menggunakan skala likert. Dikemukakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono : 2014). Rumus skoring :

Skoring =data terbesar−data terkecil

jumlah kategori

Skoring : 3−1

3 = 2

3= 0,66

Kategori : 0,66 - 1,66 = tidak puas 1,67 – 2,33 = cukup puas 2,34 – 3,00 = puas

Skoring dengan jawaban reponden : Keterangan : 3 = jika jawaban ya

2 = Jika jawaban kadang-kadang 1 = jika jawaban tidak

2. Untuk mengetahui upaya Gapoktan dengan analisis deskriptif. 3.6.Definisi Operasional

1. Padi merupakan tanaman yang sangat penting di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting karena beras masih digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama asia sampai sekarang.

(32)

18

2. Gabah merupakan hasil dari tanaman padi yang sudah dapat di jual dan memberikan harga bagi petani.

3. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk diambil buat petani yang tergabung dalam gapoktan

4. Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang menghimpun petani padi 5. Peran gapoktan yaitu membantu petani menstabilkan harga

a. Lembaga sentral yaitu berfungsi merekap daftar permintaaan benih dan nama anggota demikian pula dengan pencairan anggaran subsidi benih dengan penerima voucher dari dinas pertanian setempat.

b. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

c. Usaha ekonomi pedesaan adalah usaha yang telah ada yang dikelola oleh pemerintah Desa atau masyarakat yang berasal dari program pemerintah.

6. Upaya Gapoktan yaitu upaya yang dilakukan oleh Gapoktan untuk menstabilkan harga.

(33)

19

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Secara wilayah, Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng - Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.Kecamatan kajang Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.

a. Batas Wilayah

Secara geografis Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur. Batas-batas wilayahnya adalah:

- Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai

- Sebelah Selatan: Kabupaten Kepulauan Selayar

- Sebelah Timur: Teluk Bone

(34)

20

b. Topografi

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir, yaitu: Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut, meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.

c. Klimatologi

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembap atau agak basah.

Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober – Maret dan musim rendengan antara April - September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng,

(35)

21

stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari, stasiun Bulo–bulo dan stasiun Herlang.

Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian selatan curah hujannya rendah.

- Curah hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut: Curah hujan antara 800 - 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.

- Curah hujan antara 1000 - 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.

- Curah hujan antara 1500 - 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.

- Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.

Salah satu komponen lingkungan yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu budiyada tanaman adalah iklim/cuaca. Interaksi antara iklim/cuaca sebagai faktor lingkungan dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan faktor genetik tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman. Faktor genetik berkaitan dengan karakteristik yang biasanya bersifat khas pada tanaman, seperti kondisi batang, bentuk bunga, bentuk daun dan sebagainya.

(36)

22

Iklim perlu mendapat perhatian yang lebih serius mengingat pengaruhnya terhadap hampir semua aspek pertanian, sehingga sangat berperan terhadap perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, terlebih lagi pada kondisi terjadinya perubahan iklim atau kejadian iklim ekstrim. Kejadian perubahan iklim sebagaimana diproyeksikan oleh model-model iklim mempunyai potensi secara signifikan mengubah kondisi produksi. IPCC (2007) menjelaskan bahwa curah hujan rata-rata global meningkat 2% dalam 100 tahun terakhir. Hal ini menegaskan bahwa perubahan iklim mungkin terjadi.

Terjadinya iklim ekstrim berdampak cukup besar terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim yang dapat digunakan sebagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan. Mengingat curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasinya tinggi dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah curah hujan secara keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil (Anwar et al : 2015), terlebih apabila ditambah dengan peningkatan suhu, peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil. Peningkatan curah hujan di suatu daerah berpotensi menimbulkan banjir, sebaliknya jika terjadi penurunan dari kondisi normalnya akan berpotensi terjadinya kekeringan. Kedua hal tersebut tentu akan berdampak menurunkan produksi, hingga kegagalan panen

(37)

23

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi unggulan yang memberikan konstribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Bulukumba. Hal ini didukung dengan sumberdaya lahan yang luas, iklim yang sesuai dan keanekaragaman genetika sumberdaya hayati yang besar. Luas potensi pertanian yang tediri dari lahan sawah dan bukan sawah Tahun 2017 yakni 104.321 Ha.

- Mata Pencaharian Masyarakat

Sebagaimana lazimnya masyarakat agraris, masyarakat di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba bermata pencaharian disektor pertanian tanaman pangan, perkebunan serta peternakan. Komoditi yang dikembangkan oleh masyarakat adalah Jagung dan Padi.

Luas lahan sawah yang dikelola oleh masyarakat terdiri atas 2 klasifikasi yakni sawah non pengairan dan sawah tadah hujan dengan luas masing-masing 45,68 ha dan 61 ha. Selain itu terdapat lahan kering atau kebun seluas 154,32 ha, perkebunan 100 ha serta hutan rakyat seluas 100 ha. Selengkapnya tersaji pada tabel berikut:

Tabel 1 : Luas Penggunaan Lahan Kebun, Sawah dan Hutan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

(38)

24

No Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1 Lahan Sawah 106.68

2 Lahan Kering 418.32

3 Sawah Non Pengairan 45.68

4 Sawah Tadah Hujan 61.00

5 Tegal/Kebun 154.32

6 Perkebunan 100.00

7 Hutan Rakyat 100.00

Sumber : kantor kecamatan kajang (2019)

Dari luas lahan sawah tersebut di atas menurut jenis irigasi atau pengairannya, terdiri dari : lahan sawah Irigasi seluas 106.68 Hektar ,total lahan sawah menurut irigasi, kemudian penggunaan lahan kering sebesar 418.32 hektar selanjutnya sawah non pengairan seluas 45.68 hektar. Sawah tadah hujan seluas 61.00 hektar dan penggunaan lahan untuk tegal/kebun seluas 154.32 hektar dan yang terakhir perkebunan dan hutan rakyat seluas 100.00 hektar. Mayoritas lahan sawah di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba mampu berproduksi 2 kali dalam setahun. - Potensi Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang sangat potensial yakni tanaman padi dan merupakan bahan pangan utama masyarakat disamping padi, terdapat pula tanaman bahan pangan lainnya seperti Jagung yang merupakan tanaman sela atau tanaman antara yang ditanam oleh petani setelah sekali/dua kali panen tanaman padi, khususnya di lokasi

(39)

25

lahan persawahan sedangkan pada lokasi lahan non persawahan tanaman tersebut diantaranya merupakan tanaman utama.

4.3. Keadaan Penduduk

4.3.1. Jenis kelamin dan umur

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk berdasarkan jenis kelaminnya. Komposisi ini untuk mengetahui perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dalam satu wilayah tertentu. Adanya ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (rasio jenis kelamin) dapat mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhan penduduk. Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh :.

a. Pola mortalitas (kematian) antara laki-laki dan perempuan, jika kematian laki-laki lebih besar daripada angka kematian perempuan, maka rasio jenis kelamin akan makin kecil.

b. Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan perempuan, jika suatu daerah banyak penduduk perempuan yang bermigrasi keluar daerah, maka rasio jenis kelaminnya akan besar, demikian sebaliknya jika banyak penduduk laki-laki yang bermigrasi keluar, maka rasio jenis kelamin juga akan rendah.

Komposisi penduduk menurut umur dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menuntut kelompok umur tertentu. Komposisi menurut umur dapat dikelompokkan menjadi tiga yaiut :

(40)

26

a. Usia belum produktif (kelompok umur <14 tahun) b. Usia produktif (kelompok umur antara 15-64 tahun) c. Usia tidak produktif (kelompok umur >64 tahun)

Berdasarkan pengelompokan umur tersebut dapat diketahui rasio beban tanggungan (dependency ratio) yang dapat digunakan untuk melihat angka ketergantungan suatu negara. Rasio beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara penduduk usia nonproduktif dengan penduduk usia produktif.

4.3.2. Pola Penggunaan Lahan

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia. Seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.

Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya.

Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi,

(41)

27

pengolahan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam,. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Untuk itu perlu pengolahan lahan yang efektif, efisien dan optimal sehingga kelestarian lahan juga dapat terjaga dan kebutuhan manusia akan lahan dapat tercukupi.

4.4. Sarana dan Prasarana

Pemanfaatan sarana dan prasarana merupakan acuan bagi para penyelenggara penyuluhan pertanian baik di Pusat, Kabupaten maupun di Kecamatan. Pedoman ini masih bersifat umum, Kecamatan dapat mengembangkan sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing untuk dapat digunakan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang produktif, efisien dan efektif khususnya pada petani kakao di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sehingga dapat tercapai tujuan penyuluhan pertania. Salah satu faktor-faktor penting yang mempengaruhi tingkat peran kelembagaan gapoktan di kecamatan kajang.

(42)

28

Adapun saranana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yaitu sebagai berikut :

- Koperasi

- Koperasi sangat berguna di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba karna memudahkan petani untuk melakukan simpan pinjam dan berbagai macam kebutuhan lainnya.

- Jalan

Jalan adalah penghubung suatu daerah ke daerah lain. Jalan sangat berguna untuk para petani dan masyarakat setempat karna memudahkan perjalanan dari satu tempat ketempat lain.

- masjid

Masjid adalah tempat beribadah bagi umat islam.Mayoritas masyarakat kecamatan Kajang adalah penganut muslim.

- Jembatan

Jembatan adalah penghubung jalan dari satu daerah ke daerah lain. Dengan adanya jembatan maka para masyarakat mudah mengakses daerah untuk dan kota.

- Sekolah

Sekolah adalah tempat menempuh pendidikan. Di kecamatan Kajang sekolah mulai dari SD hingga SMA

- Pasar

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pasar sangat berguna di kecamatan kajang karna akses untu ke kota sangat jauh.

(43)

29

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah para petani di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 24 orang petani. Untuk mendaptkan gambaran secara lebih

(44)

30

jelas mengenai responden, berikut deskripsi identitas responden menurut umur responden, pendidikan responden, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga.

5.1.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi belajar, kerena akan berpengaruh tehadap minatnya pada macam pekerjaan tertentu sehingga umur seseorang juga akan berpengaruh terhadap motivasinya untuk belajar. Bertambahnya umur seseorang akan menumpuk pengalaman-pengalamannya yang merupakan sumberdaya yang sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut (Mardikanto : 2009).

Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena dikaitkan langsung dengan kekuatan fisik dan mental sehingga berhubungan erat dengan pengambilan keputusan dimana, umur petani adalah usia petani pada saat dilakukannya penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Umur berkaitan dengan kekuatan fisik, semangat dan pengalaman. Umur responden dapan dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 : Responden Berdasarkan Umur

No Umur Responden(jiwa) Persentase (%)

1 2 3 4 30 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 4 7 8 5 16.7 29.2 33.3 20.8 Jumlah 24 100

(45)

31

Berdasarkan tabel 2 di atas umur 30-40 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 16,7 %, dimana umur petani yang masih kuat bekerja dan cekatan dalam bertani. Selanjutnya umur 41-50 sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 29,2 % dengan umur yang demikian sudah termasuk petani yang berpengalaman dan telah mengetahui banyak tentang masalah daalam pertanian. Selanjutnya umur 51-60 tahun sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 33.3 % dimana umuer petani yang sudah masuk paruh bayah, para petani ini sudah tidak terlalu aktif dan kuat dalam bertani. Selanjutnya umur 61-70 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 20,8 %. umur tersebut sudah memasuki tahap umur tua dimana petani tersebut sudah memiliki pengalaman yang banyak serta memiliki pengetahuan yang cukup baiak tentang bagaimna cara merawat tanaman padi yang baik agar mampu mendapatkan hasil produksi sesuai yang diharapkan.

Hal ini penulis menyimpulkan bahwa hasil penelitian berdasarkan umur bahwa responden yang berumur muda relatif cenderung mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang berumur tua, tetapi dalam penelitian ini tidak keseluruhan petani muda yang cepat tangkap melainkan ada juga beberapa petani yang berumur tua memiliki pemahaman yang lebih bagus karena memiliki pengalaman bertani yang cukup lama.

5.1.2. Pendidikan responden

Menurut (Notoatmojo : 2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk menjadikan sumber daya manusia yang lebih baik, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan berkaitan

(46)

32

dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi sehingga cara pekerjaannya pada kemampuan psikomotor menjadi baik. Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan professional individu. Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

Pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang diperoleh dari bangku sekolah yang telah diselesaikan oleh responden. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh responden dapat diliat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3 : Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat pendidikan Terakhir Jumlah ( jiwa ) Persentase ( % ) 1 2 3 4 Tidak Sekolah SD SMP SMA 3 5 6 9 12.5 20.8 25.0 37.5

(47)

33

5 S1 1 4.2

Jumlah 24 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Pada tabel 3 di atas dapat di lihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA dengan jumlah 9 orang dengan persentase sebesar 37,5 % dapat di simpulkan bahwa tingkat kesadaran untuk bersekolah cukup baik di kalangan masyarakat. Di samping bertani mereka juga bersekilah untuk memperoleh ilmu. Selanjutnya yaitu SMP dengan tingkat pendidikan yaitu 6 orang dengan persentase sebesar 25.0 %. dari data ini disimpulkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan telah ada dalam lingkungan masyarakat setempat., sementara yang menempuh pendidikan samapai S1 sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 4,2 %. Hal ini menyatakan bahwa pendidikan sangat berperan penting dalam pertanian dimana pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang dalam keberhasilan usaha dan penyerapan teknologi oleh para petani yang didapat dari hasil penyuluhan. kemudian yang tidak sekolah berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 12,5 %. Hal ini dapat mengakibatkan daya serap para petani terhadap perkembangan teknologi dari penilaian tentang suatu hal menjadi lambat. Disinilah peran kinerja peyuluh pertanian sangat di butuhkan bagi para petani. Dari hasil penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa dimana tingkat pendidikan baik bagi petani untuk mampu memberikan persepsi baik buruknya

(48)

34

sesuatu yang terjadi di sekitarnya, serta petani yang telah mengenyam pendidikan diharapkan juga dapat membantu rekan mereka yang tidak pernah sama sekali mengenyam pendidikan meskipun jumlahnya relatif kecil.

5.1.3. Pengalaman Berusaha Tani

Menurut (Padmowiharjo : 1994) pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan, sehingga seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses ajar. Pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang mengecewakan, akan berpengaruh pada proses belajar seseorang. Seseorang yang pernah mengalami keberhasilan dalam proses belajar, maka dia akan memiliki perasaan optimis akan keberhasilan dimasa mendatang. Sebaliknya seseorang yang pernah mengalami pengalaman mengecewakan, maka dia telah memiliki perasaan pesimis untuk dapat berhasil. Pengalaman seorang bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Pengalaman seseorang dapat diukur secara kuantitatis berdasarkan jumlah tahun seseorang bekerja dalam bidang yang dijalani.

Pengalaman bertani responden yaitu lamanya bertani responden dalam melakukan usahatani. Pengalaman responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 : Pengalaman Berusahatani

No Pengalaman ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % ) 1 2 3 15 - 20 21 - 25 26 - 30 4 4 9 16.7 16.7 37.5

(49)

35

4 31 - 35 7 29.1

Jumlah 24 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Pada tabel 4 diatas dapat di lihat bahwa pengalaman bertani responden yang 15-20 dan 21-25 sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 16.7 %. Hal ini menunjukkan bahwa responden mempunyai pengalaman yang cukup baik dalam bertani, sehingga dari pengalaman tersebut mereka mampu memperoleh ilmu yang tidak di dapat di sekolah. Selanjutnya pengalaman bertani responden 26-30 sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 37, 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama usaha tani itu di jalankan maka akan banyak pula pengalaman yang di dapatkan.Selanjutnya pengalaman bertani responden 31-35 sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 29.1 %. Dapat di simpulkan bahwa semakin menuanya usia maka petani mempunyai pengalaman yang cukup luas dan bagus. Para petani yang sudah paruh baya mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup baik sehingga mampu mengolah dan merawat tanaman dengan baik dan benar.

Dengan demikisn penulis menyimpulkan bahwa pengalaman adalah landasan utama dalam mengolah tanaman bagi para petani. kaarna tapa adanya pengalaman dan pengetahuan maka petani akan kesulitan dalam bertani.

(50)

36

Tanggungan responden adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Jumlah anggota keluarga tanggungan responden dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5 : Jumlah Keluarga Responden

No Tanggungan (jiwa) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 1-4 5-6 16 8 66.67 33.33 Jumlah 24 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga responden yang 1-4 sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 66.67 % dan 5-6 dan jumlah tanggungan keluarga 5-6 sebanyak 8 orang dengan persentasse sebesar 33.33 %. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan responden tergolong tinggi dimana Jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat pengeluaran dari petani , oleh karena itu jika anggota keluarga dari petani semakin banyak maka kebutuhan akan biaya rumah tangga akan semakin besar.

Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi jumlah pendapatan responden. Karna semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin banyak pula pengeluaran.

5.2. Peran Lembaga

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial. Sedangkan lembaga yaitu instrument yang mengatur hubungan antar invidu serta ketentuan yang mengatur masyarakat yang

(51)

37

telah mendefinisikan bentuk aktivitas yang dapat dilakuykan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak istimewa yang telah di berikan serta tanggung jawab yang harus di lakukan. Berdasarkan teori peran lembaga sosial, dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan peran lembaga adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan status masing-masing yang dimiliki seseorang individu atau kelompok, dalam suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir atau terartur yang memperlihatkan adanya nilai-nilai peraturan, peran, dan cara-cara berhubungan satu sama lain yang di atur bersama guna memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat tertentu, yang tujuannya untuk bisa melakukan kontrol terhadap setiap anggota. (suyanto : 2010) 5.2.1. Peran Lembaga Sebagai Lembaga Sentral

Peran lembaga sebagai lembaga sentral yaitu lembaga yang menjadi lembaga gerbang penghubung antara petani 1 desa dengan lembaga diluarnya. Lembaga sentral di anggap sebagai lembaga usaha ekonomi pedesaan sehingga dapat menerima dana penguat modal yaitu dana pinjaman yang dapat di gunakan untuk membeli gabah petani pada saat panen raya sehingga harga gabah tidak terlalu jatuh.

Peran lembaga sebagai lembaga sentral dapat dilihat melalui tabel 6 berikut.

(52)

38

No. Uraian Nilai Kategori

1.

2.

3.

4.

Bantuan gapoktan dalam memperoleh bibit

Bantuan gapoktan dalam memperoleh subsidi pupuk Bantuan gapoktan dalam memperoleh peralatan

Bantuan gapoktan dalam memasarkan gabah 2.63 2.4 2.2 1.75 Tinggi Tinggi Sedang Sedang Jumlah 8.98

Rata- rata 2.24 sedang

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Dari tabel 6 diatas dapat di lihat bahwa dari nomor 1 dengan uraian yang menyebutkan bantuan gapoktan dalam memperoleh bibit mendapatkan nilai 2.63 dan masuk kategori tinggi, ini jelas bahwa gapoktan benar- benar memberikan bantuan berupa bibit untuk petani. selanjutnya yaitu nomor 2 dengan uraian bantuan gapoktan dalam memperoleh pupuk mendapatkan nilai 2.4 dan masuk dalam kategori tinggi. Dan dapat dilihat bahwa gapoktan pun memberikan bantuan subsidi pupuk untuk petani. selanjutnya yaitu nomor 3 dengan uraian bantuan gapoktan dalam memperoleh peralatan mendapatkan nilai 2.2 dan masuk dalam kategori sedang, hal ini yang membuat petani kurang mendapatkan pengalaman di bidang teknologi karna hanya memakai alat yang seadanya dan masih bersifat manual. Dan yang terakhirr adalah nomor 4 dengan uraian bantuan gapoktan dalam memasarkan gabah mendapatkan nilai 1.75 dan masuk dalam kategori sedang. Di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba para petani tidak menjual gabah nya saat selesai panen, mereka hanya menyimpan dan

(53)

39

menjadikan sebagai modal saat ada yang merayakan pesta ataupun perkawianan. Jadi dapat di lihat bahwa gapoktan kurang berperan dalam memasarkan gabah para petani karna petani itu sendiri yang tidak ingin menjualnya. (Sunarminto : 2010)

5.2.2. Peran Lembaga Sebagai Ketahanan Pangan

Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya Pangan bagi masyarakat sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta produktif secara berkelanjutan. Pada dasarnya pangan menyangkut hajat hidup masyarakat, baik produsen (petani) maupun konsumen sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menentukan sistem ketahanan pangannya secara mandiri. Ketahanan pada dasarnya berakar pada terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cuckup serta terjangkau.

Peran lembaga ketahanan pangan mengingatkan bahwa kebutuhan akan pangan selalu meningkat bersamaan dengan pertumbuhan pendududk sepanjang waktu maka penyelenggara yang bersangkutan bersama-sama masyarakat perlu menentukan kebijakan pangannya secara mandiri dan berkelanjutan. Secara prinsip dapat di kemukakan bahwa kemandirian pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya ketergantungan pada pihak luar atau berbasis sumber daya lokal dan memp[unyai daya tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi. Peran lembgaa ssebagai ketahanan pangan mengingatkan bahwa kebutuhan akan pangan selalu meningkat bersamaan dengan pertumbuhan penduduk sepanjang waktu maka penyelenggara Negara bersama sama masyarakat perlu menentukan kebijakan

(54)

40

pangannya secara mandiri dan berkelanjutan. Secara prinsip dapat di kemukakan bahwa kemandirian pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya ketergantungan pada pihak luar atau berbasisi sumber daya lokal dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi.

Adapun uraian ketahanan pangan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7 : Ketahanan Pangan

No. Uraian Nilai Kategori

1.

2.

Bantuan gapoktan dalam peningkatan produksi gabah Bantuan gapoktan dalam peningkatan mutu gabah

2.46

2.29

Tinggi

Sedang

Jumlah 4.75

Rata- rata 2.37 Tinggi

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nomor 1 dengan uraian bantuan gapoktan dalam meningkatkan produksi gabah mendapatkan nilai 2.46 dan masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa gapoktan berperan penting dalam peningkatan produksi gabah dan mendapatkan kepercayaan dari petani. dan nomor 2 dengan uraian bantuan gapoktan dalam peningkatan mutu gabah mendapatkan nilai 2.29 dan masuk dalam kategori sedang. Dan untuk nomor 2 dapat di ketahui bahwa upaya gapoktan dalam meningkatkan mutu gabah cukup baik tapi belum memuaskan para petani.

(55)

41

Usaha ekonomi pedesaan merupakan aktivitas manusia yang berhubungan dengan distribusi, produksi maupun konsumsi terhadap barang dan jasa namun seiring perkembangan zaman aktivitas berhubungan dengan ekonomi sudah mermbah area pedesaan sehingga pada era modern muncul istilah baru yang di sebut dengan ekonomi pedesaan. Berbagai macam kegiatan mengandung unsur ekonomi yang dapat menjadi tumpuan bagi perputaran perekonomian di sebuah desa. Artinya kegiatan yang di maksud tidak hanya sebatas pada profesi petani dimana pernyataa ini di anggap sesuai dengan gambaran kondisi pedesaan saat ini. Ekonomi desa adalah sebuah sistem berlandaskan pada aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian di sebuah desa.

Dalam memacu perekonomian suatu daerah atau wilayah di samping potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia sangat di perlukan pola keberdaan ekonomi pedesaan yang mampu meggerakkan roda perekonomian. Ekonomi pedesaan yang tidak memadai sangat sulit untuk mengembangkan daerah yang bersangkutan karena peran serta yang dimiliki oleh sarana dan prasarana maka perlu aktifitas ekonomi yang terjadi pada suatu daerah di masa sekarang maupun di masa yang aka datang. Pada prinsipnya ekonomi pedesaan sangat berpengaruh dilingkungan bermasyarakat.

Adapun uraian usaha ekonomi pedesaan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dapat di lihat pada tabel 8 sebagai berikut :

(56)

42

No. Uraian Nilai Kategori

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Bantuan gapoktan menentukan harga di pemasaran

kerja sama gapoktan dengan koperasi dalam menstabilkan harga

Bantuan Gapoktan dalam menstabilkan harga gabah

Kerja sama gapoktan dengan pemerintah dalam menstabilkan harga

Gapoktan membeli gabah ketika harga menurun

Bantuan gapoktan menjual kepasar Bantuan gapoktan memasarkan gabah ke bulog

Bantuan gapoktan menjual gabah ke toko tani

Bantuan gapoktan dlam penjualan serta memberlakukan sortasi

Bantuan gapoktan dalam melakukan pengemasan 2.13 2.13 2.04 1.79 1.54 1.38 1.63 1.75 1.38 1.17 Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Jumlah 16.94

Rata- rata 1.70 Sedang

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019

Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nomor 1 dengan uraian bantuan gapoktan menentkan harga pasaran mendapatkan nilai 2.13 dan masuk dalam kategori sedang. Selanjutnya yaitu nomor 2 dengan uraian kerja sama gapoktan dengan koperasi dalam menstabilkan harga mendapatkan nilai 2.13 dan masuk dalam kategori sedang, selanjutnya nomor 3 yaitu dengan uraian bantuan gapoktan dalam menstabilkan harga gabah mendapat nilai 2.04 dan masik dalam kategori sedang. Kemudian di nomor 4 dengan uraian kerja sama gapoktan dengan pemerintah dalam menstabilkan harga

(57)

43

mendapat nilai 1.79 dan masuk dalam kategori sedang. Untuk nomor 5 dengan uraian gapoktan membeli gabah ketika harga menurun mendapatkan nilai 1.54 dan masuk dalam kategori rendah. Selanjutnya nomor 6 dengan uraian bantuan gapoktan menjual ke pasar mendapatkan nilai 1.38 dan masuk dalam kategori rendah. Kemudian di nomor 7 dengan uraian bantuan gapoktan memasarkan gabah ke bulog mendapatkan nilai 1.63 dan masuk dalam kategori rendah. Kemudian nomor 8 dengan uraian bantuan gapoktan menjual gabah ke toko tani mendapatkan nilai 1.75 dan masuk dalam kategori sedang, kemudian nomor 9 dengan uraian bantuan gapoktan dalam penjualan serta memberlakukan sortasi mendapatkan nilai 1.38 dan masuk dalam kategori rendah. Dan yang terakhir yaitu nomor 10 dengan uraian bantuan gapoktan dalam melakukan pengemasan mendapatkan nilai 1.17 dan masuk dalam kategori rendah.

Untuk tabel di atas dapat di simpulkan bahwa gapoktan belum melakukan tugas dengan maksimal, karna belum mendapatka kepercayaan dari petani untuk mengolah gabah para petani tersebut. Hal ini terjadi karna di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba mayoritas penduduknya apabila panen tiba para petani tidak hanya menyimpan hasil panennya dan tidak menjual ke pasar, hasil panen tersebut di simpan di rumah ataupun di gudang dan di olah menjadi menjadi beras saat di butuhkan atau di jadikan sebagai amplop saat mengadakan pesta atau acara adat.

5.3. Upaya Gapoktan Dalam Stabilisasi Harga

Dalam hal ini upaya gapoktan dalam stabilisasi harga di Kecamatan Kajang Kabupaten bulukumba dimana harga gabah di tentukan oleh adanya permintaan dan

(58)

44

penawaran namun harga ini tidak mencerminkan harga yang sesungguhnya. Petani tidak dapat memaksimalkan keuntungan dari produksi padinya karna tergantung dari sikluas alam. Permintaan cenderung tetap karna konsumsi beras tidak begitu berubah dalam 1 tahun, sedangkan penawaran tinggi apabila kondisi alam mendukung untuk itu pada saat penawaran tinggi, sedangkan permintaan tetap maka harga akan mengalami penurunan. Harga seringkali lebih banyak di tentukan oleh pedagang, dan petani tidak mempunyai daya tawar apabila gapoktan tidak melakukan kebijakan kepada masyarakat maka kesejahteraan petani sebagai produsen tidak akan terjamin.

Kebijakan masyarakat di perlukan untuk mengatasi harga gabah akibat terjadinya kegagalan pasar. Kebijakan harga gabah di tingkat produsen relevan untuk melalukan permintaan :

1. Beras mempunyai tingkat sensivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi.

2. Tingkat harga yang terjadi di pasar tidak menggambarkan efisiensi. Informasi harga tidak dapat segera di respon oleh petani karna gabah hanya dapat di produksi bila sesuai dengan iklim, musim, serta jenis tanah.

3. Konsumsi penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras, namun gabah hanya di produksi di wilayah-wilayah tertentu.

4. Gabah di produksi oleh petani yang rata-rata hanya mempunyai kepemilikan lahan yang kurang dari 0,5 Ha.

Permasalahan harga gabah turun secara drastis pada saat panen raya, sampai saat ini masih merupakan dilema klasik sektor. Bahkan tidak jarang harga gabah petani

Gambar

Tabel 2 : Responden Berdasarkan Umur
Tabel 3 : Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5 : Jumlah Keluarga Responden
Gambar 3 : Ketua Gapoktan Desa Bonto Biraeng

Referensi

Dokumen terkait