• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan topik penting dalam ekonomi ketenagakerjaan. Respon individu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan topik penting dalam ekonomi ketenagakerjaan. Respon individu"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejauh mana tingkat upah mempengaruhi penawaran tenaga kerja merupakan topik penting dalam ekonomi ketenagakerjaan. Respon individu terhadap perubahan tingkat upah dinyatakan sebagai elastisitas penawaran tenaga kerja. Terdapat dua perbedaan utama dalam memprediksi elastisitas penawaran tenaga kerja terhadap upah, yaitu model neoklasik dan model reference dependent.

Model neoklasik memprediksi bahwa elastisitas antara penawaran tenaga kerja (jumlah jam kerja) terhadap upah adalah positif. Adanya kenaikan upah secara sementara, akan sama dengan naiknya biaya opportunitas dari leisure. Hal tesebut akan menyebabkan individu akan lebih memilih menggunakan waktunya untuk bekerja daripada untuk leisure. Begitupun sebaliknya bahwa individu akan meluangkan waktu bekerja lebih sedikit ketika biaya oportunitas dari leisure adalah rendah. Implikasi dari model ini adalah individu akan bekerja lebih lama ketika kondisi upah tinggi dan bekerja lebih sedikit pada kondisi upah rendah.

Analsis pada penawaran tenaga kerja neoklasik dibedakan antara model statis dan model life cycle. Perbedaan utama antara model statis dengan life cycle model adalah terletak pada akibat yang ditimbulkan karena adanya perubahan upah. Pada model statis, perubahan upah akan meningkatkan oportunitas pekerja

(2)

2 yang akan menciptakan income effect sehingga waktu untuk leisure akan lebih besar. Pada model life cycle, adanya perubahan upah tidak berdampak pada total lifetime income karena perubahan upah merupakan ekspektasi dari individu seiring bertambahnya usia (Borjas, 2000).

Model life cycle lebih dipilih daripada model statis karena model statis tidak dapat menangkap permasalahan respon penawaran tenaga kerja terhadap fluktuasi upah tenaga kerja antar waktu. Studi yang mengacu pada model life cycle antara lain Lucas dan Rapping (1970), Heckman (1971), Heckman dan Macurdy (1980) dan Macurdy (1981). Secara umum, pada studi-studi yang mengimplementasikan model dengan kerangkan life cycle menghadapi dua kendala utama. Pertama, tidak tersedianya data seluruh upah individu di masa lampau dan ekspektasi tingkat upah di masa mendatang pada keseluruhan periode siklus hidup individu. Kedua, adanya measurement error pada data upah dan jumlah jam kerja (Altonji, 1986).

Permasalahan terhadap hasil estimasi dengan model kerangka life cycle adalah dikarenakan ketersediaan data (Altonji, 1986) (Otinger, 1999) (Fehr dan Goete, 2007). Menurut Camerer et al. (1997), pengujian ideal yang dapat digunakan untuk menguji respon penawaran tenaga kerja terhadap perubahan upah adalah menggunakan suatu kondisi upah dimana relatif konstan dalam satu hari tetapi tidak berkorelasi antar hari. Dengan kondisi tersebut akan diprediksi bahwa terdapat korelasi positif antara upah dan jumlah jam kerja, akan tetapi

(3)

3 dengan mengabaikan dampak kenaikan upah terhadap kesejahteraan dalam life cycle individu.

Di sisi yang lain, model reference dependent memprediksi bahwa elastisitas antara jumlah jam kerja terhadap upah adalah negatif. Hubungan negatif tersebut dapat diartikan bahwa adalah individu akan bekerja lebih pendek ketika kondisi upah tinggi dan bekerja lebih lama pada kondisi upah rendah. Hal tersebut dikarenakan adanya target pada tingkat pendapatan tertentu yang akan menentukan seseorang untuk berhenti bekerja.

Model reference dependent didasarkan pada asumsi preferensi pekerja yang secara fundamental berbeda dengan model neoklasik. Hipotesis tersebut berasal dari teori prospek (prospect theory) yaitu model tentang sikap terhadap risiko yang dikembangkan oleh Kahneman dan Tvesrsky, (1979; 1991). Atas teori teesebut, Kahneman dan Tvesrsky mendapatkan hadiah Nobel bidang ekonomi pada tahun 2002. Teori prospek menyatakan bahwa individu tidak menggunakan rasionalitas dari teori neoklasik akan tetapi menggunakan heuristic sederhana dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

Pada model reference dependent, pekerja menetapkan target pendapatan selama jangka waktu tertentu dan menyesuaikan jam kerja mereka untuk memenuhi target tersebut. Utilitas pekerja dalam model tersebut berupa referensi yang tergantung (reference dependent), yaitu keuntungan (hasil di atas target)

(4)

4 dan kerugian (hasil di bawah target) yang diperlakukan secara berbeda. Perlakuan berbeda terhadap keuntungan (gain) dan kerugian (loss) ditunjukkan bahwa seseorang mengalami lebih ketidaksenangan dari kerugian daripada mereka mendapatkan kesenangan dari keuntungan yang sama besar.

Dengan logika adanya perlakuan berbeda terhadap gain dan loss, maka pekerja akan menentukan berapa banyak pendapatan yang ingin didapatkan pada hari tertentu sebagai titik referensi. Pekerja cenderung untuk berhenti bekerja setelah titik referensi telah tercapai. Konsekuensinya adalah individu akan bekerja lebih sedikit ketika upah naik sementara dan bekerja lebih ketika upah mengalami penurunan sementara.

Terkait dengan pengujian yang ideal untuk menguji respon penawaran tenaga kerja terhadap perubahan upah sementara (transitory), salah satu sumber data yang ideal adalah berasal dari bidang pekerjaan pengemudi taksi. Pengemudi taksi menghadapi perubahan upah secara harian karena adanya shock permintaan akibat dari kondisi cuaca, liburan dan perayaan-perayaan tertentu. Pengemudi taksi bebas memilih jam kerjanya karena sistem kontraknya berupa sewa dengan setoran atau milik pribadi.

Penelitian dengan subyek pengemudi taksi untuk mengukur elastisitas penawaran tenaga kerja diawali oleh Camerer, Babcock, Lowenstein dan Thaler pada tahun 1997. Penelitian tersebut dilakukan dengan sampel pengemudi taksi

(5)

5 di kota New York (NYC) dan menemukan bahwa terdapat elastisitas negatif pada jumlah jam kerja terhadap perubahan upah. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan prediksi model neoklasik.

Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa pengemudi akan berhenti bekerja lebih awal pada hari dimana mudah mendapatkan uang, serta sebaliknya pengemudi akan bekerja lebih lama pada hari dimana sulit mendapatkan uang. Menurut Camerer et al. (1997), hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis reference dependent yang ada dalam prospect theory. Elastisitas negatif dikarenakan perilaku pengemudi taksi yang menetapkan target pendapatan harian dan berhenti bekerja lebih awal ketika target pendapatannya sudah terpenuhi. Selain itu, studi tersebut menyimpulkan bahwa pengemudi membuat keputusan penawaran tenaga kerja hanya berdasarkan horison waktu satu hari. Horison waktu yang pendek konsisten dengan kajian ilmu psikologi dengan ilmu ekonomi yang menyatakan bahwa individu akan menyederhanakan keputusannya dan mengisolasinya dari konteks yang lebih luas.

Hasil penelitian Camerer et al. (1997) menjadi salah satu topik kajian yang mendorong dilakukannya pembuktian empiris terkait elastisitas penawaran tenaga kerja. Selain itu, mendorong terhadap pengujian terhadap prospect theory dalam menganalisis penawaran tenaga kerja. Selanjutnya, penelitian pada pembuktian prospect theory dalam menganalisis penawaran tenaga kerja terfokus pada perilaku pengemudi taksi (Barberis 2013).

(6)

6 Penelitian Camerer et al. (1997) diuji ulang oleh Farber (2005, 2008) dengan asumsi yang sama pada subyek pengemudi taksi di NYC. Hasil kajian Farber (2005, 2008) menemukan hasil yang berlawanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas penawaran tenaga kerja adalah positif sesuai dengan prediksi model neoklasik dan menyatakan bahwa hipotessis reference dependent tidak terbukti. Menurut Farber (2005), pada penelitian Camerer et al. (1997) terdapat beberapa permasalahan terkait dengan isu ekonometrika yang digunakan. Akan tetapi, hasil temuan Farber (2005, 2008) kembali dibantah oleh Crawford dan Meng (2011) dengan data sama dengan yang digunakan oleh Farber (2005). Crawford dan Meng (2011) menemukan hasil yang konsisten dengan temuan Camerer et al.(1997).

Replikasi penelitian dari model penawaran tenaga kerja yang dikembangkan oleh Camerer et al (1997) dilakukan di salah satu negara di Asia, yaitu di Singapura. Penelitian tersebut dilakukan oleh Yuan K Chou pada tahun 2002. Chou (2002) menguji apakah perilaku pengemudi taksi di Singapura sesuai dengan hipotesis neoklasik atau hipotesis reference dependent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pengemudi taksi di Singapura konsisten dengan hipotesis Camerer et al (1997) yaitu membuktikan adanya elastisitas negatif dan sesuai dengan hipotesis reference dependent. Penelitian serupa dilakukan oleh Agarwal et al (2013) dengan data set pengemudi taksi di Singapura yang lebih besar dan menunjukkan hasil yang konsisten dengan model reference dependent.

(7)

7 Sejauh ini, penelitian elastisitas penawaran tenaga kerja di negara berkembang dengan sampel pekerja yang bebas menentukan jam kerjanya sangat terbatas. Pengujian terhadap dua hipotesis tersebut penting dan relevan untuk dilakukan di negara berkembang kerena adanya kendala likuiditas di negara-negara tersebut. Pada kondisi likuiditas yang terbatas, maka individu akan bekerja lebih lama ketika kondisi upah rendah, hal ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat kesejahteraan dan terbatasnya akses kredit sehingga prediksi terhadap hipotesis reference dependent (perilaku menetapkan target pendapatan) pada negara berkembang sangat relevan. Selain itu, selama ini prediksi mengenai perilaku penawaran tenaga kerja bergantung pada hasil estimasi yang dilakukan di negara maju (Indrawati dan Leuthold, 1992). Menurut Duflo (2005), menerapkan temuan dari negara maju untuk pembangunan di negara berkembang merupakan hal yang tidak tepat karena adanya perbedaan karakteristik demografi dan kondisi perekonomian.

Di antara terbatasnya studi terkait dengan elastisitas penawaran tenaga kerja yang dilakukan di negara berkembang, studi yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain dilakukan oleh Rochjadi and Leuthold (1991), Indrawati dan Leuthold (1992), Yuwono (2009). Sebagaimana hasil penelitian di negara maju, penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan data mikro dari survei rumah tangga dan mendapatkan hasil estimasi yang sangat kecil dan susah diinterpetasikan karena permasalahan sampel pekerja yang digunakan tidak bebas menentukan jumlah jam kerjanya.

(8)

8 Sesuai dengan studi pendahulu yang dilakukan oleh Camerer et al (1997), studi ini menggunakan data pengemudi taksi di kota Surabaya, Indonesia. Pemilihan subyek studi yang sama dimaksudkan agar sepadan dengan penelitian yang dilakukan untuk menguji hipotesis neoklasik dan hipotesis reference dependent dalam prospect theory. Studi ini akan berkontribusi terhadap dua hal. Pertama, penggunaan data dari sampel pekerja yang bebas memilih jumlah jam kerjanya. Kedua, meninjau ulang hipotesis reference dependent atas hasil temuan Camerer et al. (1997) pada subyek penelitian pengemudi taksi dengan kasus di negara berkembang.

1.2 Rumusan Permasalahan

Kelemahan studi yang dilakukan untuk mengestimasi elastisitas penawaran tenaga kerja adalah ketersediaan sumber data, dimana pekerja tidak bebas memilih jumlah jam kerjanya. Kendala tersebut juga terjadi pada studi-studi yang pernah dilakukan di Indonesia. Penggunaan data pengemudi taksi potensial untuk mengetahu elastisitas penawaran tenaga kerja dengan lebih baik dan menguji apakah terdapat hipotesis reference dependent. Karenanya dianggap perlu untuk melakukan studi yang mempertimbangkan hal tersebut.

Dalam menguji eksistensi hipotesis neoklasik ataukah reference dependent studi ini menggunakan sampel data pengemudi taksi di kota Surabaya. Model estimasi yang digunakan adalah regresi data panel dan instrumental variabel (IV) seperti yang diusulkan oleh Camerer et.al (1997) dan Chou (2002).

(9)

9 Kota Surabaya sebagai salah satu kota yang masyarakatnya menghadapi kendala likuiditas sebagaimana umumnya karakteristik masyarakat di negara berkembang. Pada kondisi likuiditas yang terbatas, maka untuk mendapatkan tingkat pendapatan tertentu seseorang akan bekerja lebih lama ketika kondisi upah rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya tingkat kesejahteraan dan terbatasnya akses kredit sehingga prediksi terhadap hipotesis reference dependent (perilaku menetapkan target pendapatan) kemungkinan terjadi.

Prediksi bahwa elastitisas penawaran tenaga kerja positif mungkin terjadi pada pengemudi taksi. Hal tersebut didasarkan pada pengalaman dimana pengemudi akan belajar setiap saat (heuristic). Pada pengemudi yang lebih berpengalaman akan bekerja lebih banyak pada kondisi upah tinggi dan bekerja lebih sedikit pada kondisi upah rendah sehingga akan mendapatkan pendapatan dan leisure yang lebih banyak. Pada kondisi demikian, maka pengemudi taksi yang lebih berpengalaman akan memiliki elastisitas yang lebih positif daripada pengemudi taksi yang tidak berpengalaman.

Terdapat sistem kontrak pengemudi taksi di Indonesia yang berbeda dengan studi sebelumnya yang dilakukan di NYC dan Singapura. Di Indonesia sistem tersebut disebut sistem kemitraan atau sistem sewa dengan kepemilikian. Sistem sewa dengan kepemilikan adalah sistem dimana setoran atau biaya sewa sekaligus sebagai angsuran kepemilikan armada taksi. Pada sistem ini, pengemudi diwajibkan membayar uang muka dan pada jangka waktu tertentu armada taksi akan menjadi milik pengemudi. Pada sistem ini terdapat penalti berupa penarikan

(10)

10 armada dan hangusnya uang muka jika pengemudi tidak memenuhi kewajiban biaya sewa selama periode tertentu. Dengan kondisi tersebut, diprediksi pengemudi akan bekerja lebih banyak pada kondisi upah rendah untuk menghindari kerugian dari hangusnya uang muka (elastisitas lebih negatif). Selain itu, menurut studi kasus UNDP yang dilakukan oleh Ganchero dan Sedyono (2007), sistem kontrak kerja ini dapat membantu mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia melalui kemitraan antara pengemudi dengan perusahaan.

Kondisi-kondisi yang telah diterangkan sebelumnya memuculkan pertanyaan-pertanyaan menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apakah perilaku penawaran tenaga kerja pada pengemudi taksi di Kota Surabaya sesuai dengan hipotesis neoklasik ataukah hipotesis reference dependent?

2. Apakah terdapat perbedaan antara pengemudi taksi yang lebih berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman terhadap perilaku penawaran tenaga kerja pada pengemudi taksi di Kota Surabaya?

3. Apakah terdapat perbedaan antara sistem kontrak sewa dengan kemitraan dan sistem kontrak sewa tanpa kemitraan terhadap perilaku penawaran tenaga kerja pada pengemudi taksi di Kota Surabaya?

(11)

11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis hipotesis yang berlaku antara hipotesis neoklasik atau hipotesis reference dependent pada perilaku penawaran tenaga kerja pada pengemudi taksi di Kota Surabaya.

2. Menganalisis perbedaan antara pengemudi taksi yang lebih berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman terhadap perilaku penawaran tenaga kerja pada pengemudi taksi di Kota Surabaya

3. Menganalisis perbedaan antara sistem kontrak kemitraan dan sistem kontrak sewa tanpa kemitraan terhadap perilaku penawaran tenaga kerja pada pengemudi taksi di Kota Surabaya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah pusat dan daerah, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam menyusun kebijakan ketenagakerjaan maupun kebijakan lain yang terkait.

2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian lanjutan dan dapat memperkaya literatur mengenai penawaran tenaga kerja dan aplikasi prospect theory.

(12)

12 3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk memperluas wawasan dan pengenalan terhadap fenomena hipotesis reference dependent pada penawaran tenaga kerja di Indonesia

1.4 Sistematika penulisan

Studi ini terdiri atas lima bagian atau bab. Bab pertama menjelaskan tentang latarbelakang pemilihan topik, penyusunan rumusan masalaha dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari masalah tersebut, penjelasan tujuan dan manfaat dari penelitian, dan yang terakhir adalah penjelasan mengenai sistematika penulisan yang digunakan. Bab kedua membahas dan mengkaji literatur-literatur yang berkaitan. Pembahasan diawali dengan mengidentifikasi teori-teori dan cabang-cabang utama teori tentang labor supply. Berikutnya pembahasan berfokus pada studi-studi empiris yang bertujuan membuktikan teori-teori yang ada. Selanjutnya, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam studi mengenai labor supply, yang meliputi diskusi pemilihan sampel data dan pemilihan metode estimasi. Pada bagian terakhir disajikan hipotesis yang disusun berdasarkan diskusi leiteratur pada sub bab sebelumnya. Bab ketiga, membahas metodologi yang digunakan dalam studi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian. Mencakup jenis dan sumber data yang digunakan, tahapan-tahapan analisis dan penjelasan metode dan model estimasi yang digunakan untuk mengaanalisis data. Bab keempat adalah pemaparan dan intepretasi hasil estimasi, yang bertujuan

(13)

13 membuktikan hipotesis yang telah disusun. Bab kelima, menyajikan kesimpulan dari pembahasan, serta saran-saran yang dapat ditawarkan dari temuan-temuan dalam penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Tongkat sebagai salah satu alat bantu berjalan untuk lansia masih kerap menerima adanya keluhan dari pengguna yaitu kekurangnyamanan saat digunakan.[2] Dimana tongkat tersebut

Dimana pencairan kearah bawah lebih cepat oleh produksi tofografi daerah rendah “diamict” supraglacial pada prosese sedimentasi ulang secara umum diakibatkan oleh aliran

Corrosion surveillance is done by creating a corrosion coupons made of carbon steel of RSG GAS secondary cooling pipe in the shape of disc and assembled in a

Selanjutnya, kami mohon bantuan Saudara untuk menyampaikan informasi di atas kepada masing-masing penerima hibah Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun

Rata – rata jumlah leukosit pada masing- masing perlakuan berada pada kisaran abnormal, hal ini diduga karena nutrien yang tercerna pada ransum perlakuan diduga tidak

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi

Oleh karena itu berikut rangkuman implementasi kebijakan penyeragaman tarif, dan implementasi kebijakan spesialisasi produksi yang mengacu pada pengimplementasian 12

Jawaban : Alat Pencuci Ikan berjalan dengan lancar, dimulai dari daging ikan yang di letakkan pada Conveyor sampai masuk pada Spin Whaser untuk melakukan proses pemisahan sisik