KULIT SEBAGAI RESEPTOR RASA SAKIT
(Telaah Penafsiran Surat an
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program
PRODI
FAKULTAS USHULUDDIN
KULIT SEBAGAI RESEPTOR RASA SAKIT
(Telaah Penafsiran Surat an-Nisa' Ayat 56 dengan Pendekatan
Sains)
“SKRIPSI” Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Ilmu Alquran
dan Tafsir
Oleh:
M. ROYYAN NAFIS F.W E03213046
PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2017
KULIT SEBAGAI RESEPTOR RASA SAKIT
Nisa' Ayat 56 dengan Pendekatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah Sarjana Strata Satu Ilmu Alquran
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : M. Royyan Nafis FW
NIM : E03213046
Fakultas/Jurusan : Ushuluddin dan Filsafat/ Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir E-mail address : m.royyannafis@gmail.com
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :
Skripsi Tesis Disertasi Lain-lain (………) yang berjudul :
KULIT SEBAGAI RESEPTOR RASA SAKIT
(Telaah Penafsiran Surat an-Nisa’ Ayat 56 Dengan Pendekatan Sains)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 17 Pebruari 2017
Penulis
( M. Royyan Nafis FW )
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
PERPUSTAKAAN
Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id
ABSTRAK
M. Royyan Nafis F.W. E03213046. Kulit Sebagai Reseptor Rasa Sakit (Telaah Penafsiran Surat An-Nisa' Ayat 56 Dengan Pendekatan Sains)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini berarti penafsiran Alquran yang bersifat stagnan harus terus dilanjutkan karena mengingat Alquran yang bersifat dinamis. Baru-baru ini ditemukan bahwasannya otak tidak berperan sebagai reseptor rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh melainkan kulit. Secara mengejutkan, hal tersebut telah dijelaskan oleh Alquran jauh-jauh hari sebelum ditemukannya penemuan itu. Dalam Alquran surat an-Nisa' ayat 56 dijelaskan bahwa akan tiba masanya orang yang mendustakan agama Allah akan dimasukkan ke dalam neraka dan mendapat siksaan berupa pergantian kulit. ketika dibuktikan dengan adanya proses pembakaran yang sangat, ujung saraf sensorik akan rusak. Hal itu mengakibatkan kulit tidak lagi bisa menerima rangsangan. Oleh karena itu dalam neraka Allah mengganti kulit penduduk neraka dengan kulit yang baru yang dimaksudkan untuk memperbarui ujung saraf sensorik agar mereka merasakan siksaan neraka kembali. Tujuan penelitian ini yaitu ingin menyelaraskan dengan menghadirkan pembuktian sains sebagai alat dukung penafsiran.
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yang mana dalam penyajiannya menggunakan teknik deskriptif-analisis. Penelitian ini didasari pada teori tafsir ilmiy. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik library research
yakni berupa buku tafsir, buku sains dan buku-buku yang memiliki korelasi dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini yaitu hasil penemuan sains telah ditulis di dalam Alquran. Pada dasarnya ketika kulit dibakar maka akan tiga fase perubahan pada kulit, yakni pertama memar, kemudian merasakan sakit yang berat, dan yang terakhir mati rasa sebab ujung saraf sensorik pada kulit terlah rusak.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii
Bab I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Kegunaan Penelitian ... 9
F. Kerangka Teori ... 10
G. Tinjauan Pustaka ... 14
H. Metode Penelitian ... 15
I. Sistematika pembahasan ... 18
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANATOMI KULIT ... A. Pengertian Kulit ... 20
B. Struktur Kulit ... 22
2. Penghubung Dermis dan Epidermis ... 27
3. Dermis ... 27
4. Hipodermis ... 30
C. Saraf Kulit ... 32
D. Fungsi Kulit ... 34
Bab III PENAFSIRAN KULIT SEBAGAI RESEPTOR RASA SAKIT DALAM SURAT AN-NISA' AYAT 56 MENURUT PERSPEKTIF SAINS ... 35
A. Tinjauan Umum Surat An-Nisa ayat 56 ... 35
1. Ayat dan Terjemah surat an-Nisa' ayat 56... 35
2. Tafsir Mufradat ... 35
3. Munasabah Kata ... 36
B. Integrasi dan Pembuktian Teori Sains Terhadap Penafsiran Surat an-Nisa' Ayat 56 ... 37
Bab IV PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian Alquran sebagai sumber dari segala sumber ilmu telah dilakukan
semenjak zaman sahabat. Namun, secara embrioritas pada zaman Nabi pun telah
dilakukan bentuk suatu kajian Alquran secara mendalam. Hal itu dibuktikan
cukup banyak adanya hadis-hadis yang menjelaskan tentang makna suatu ayat.
Melirik pada zaman kontemporer ini, Alquran tidak hanya sebagai sumber ilmu
Islam saja yang mana pada zaman klasik pembahasan Alquran hanya dinisbatkan
kepada kajian agama seperti fikih, akidah, tasawuf dan disiplin ilmu agama lainya.
Semenjak begesernya era, Alquran mulai dihidupkan dengan kajian-kajian yang
bersifat sosialis, humanis dan saintis. Jika ditelusuri lebih dalam, yang dinamakan
dengan saintis tidak hanya bergelut dengan apa yang dinamakan biologi, fisika,
dan kimia. Hal tersebut hanya segelintir ilmu yang ada di dalam Alquran.
Dengan hadirnya Alquran sebagai sumber ilmu, manusia bisa menjadi
suatu makhluk yang terlepas dari ketidaktahuan akan berkembangnya suatu
zaman. Hal itu tergantung bagaimana manusia memposisikan Alquran sebagai
sumber ilmu. Cukup banyak manusia yang semena-mena mengartikan makna
Alquran tanpa tahu apa maksud ayat Alquran tersebut. Apakah ayat tersebut
relevan dengan masalah yang hadir. Atau hanya mengambil dalil dalam Alquran
sebagai legitimasi atas ideologi yang dianutnya. Hal itu yang sangat disayangkan
dimana Alquran dapat digunakan untuk menambah kecerdasan dan pengetahuan
2
bukan kecerdasan dan pengetahuan manusia yang bertambah akan tetapi
pertumpahan darah, korban, dan kematian yang terus bertambah. Hal ini sungguh
jauh dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memposisikan
Alquran sebagai sumber ajaran ilmu yang tinggi dibandingkan dengan sumber
ilmu lainnya.
Alquran dan sains, memang di zaman kontemporer ini mulai nampak
perkembangannya. Mulai dari menelusuri surat per surat, ayat per ayat, bahkan
sampai kata per kata hanya untuk bertafakkur bagaimana Alquran yang telah ada
semenjak 1400 tahun yang lalu sudah memikirkan hal-hal yang berbau saintis
yang bahkan baru ditemukan pada abad 21 ini. Mayoritas sarjana muslim
berasumsi bahwasannya seluruh ilmu sains yang ada pada era kontemporer ini
sebenarnya telah ditulis dalam Alquran sejak dulu. Secara logika memang benar
dan hal tersebut didukung oleh ayat dalam Alquran yang berbunyi:
َ ِ َٰ
ُ ٰ َ ِ
ۡ ٱ
َ
َۛ ۡ َر
ِ ِ
ى ٗ ُ
َ ِ ُ
ۡ
ِّ
1Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa2 (al-Baqarah: 2)
Esensinya memang Alquran tidak ada keraguan yang berarti Alquran
tersebut benar adanya, apapun yang tertulis didalam Alquran baik secara implisit
maupun eksplisit pasti akan terjadi. Kemudian dilanjutkan oleh kata hudan yang
berarti petunjuk. Selama hidup di dunia, manusia pasti membutuhkan petunjuk
walaupun itu dalam dunia sains. Seluruh eksperimen yang telah dilakukan oleh
1Alquran, 2:2
2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
3
manusia pasti telah tertulis rapi dalam Alquran. Hanya saja mayoritas sarjana
muslim masih belum menemukannya.
Dalam Alquran banyak sekali disinggung mengenai manusia. Memang
demikian karena Alquran ada untuk manusia. Alquran hadir ditengah polemik
kerancuan yang diperbuat manusia. Dan pembahasan mengenai manusia pun
sangat beragam. Mulai dari masalah sosial manusia hingga hal terkecil dalam diri
manusia yakni anatomi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia anatomi berarti suatu ilmu yang
melukiskan letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang, atau
tumbuh-tumbuhan.3 Dalam hal ini lebih difokuskan bagaimana Alquran berbicara
mengenai anatomi manusia. contohnya dalam Alquran dijelaskan mengenai
gumpalan darah. Dalam ilmu sains, organ yang paling banyak mengandung darah
dan bentuknya berupa gumpalan ialah jantung. Dan masih banyak lagi bagaimana
Alquran menjelaskan tentang anatomi manusia.
Anatomi yang dimaksudkan dalam sains begitu banyak jenisnya. Salah
satunya yakni anatomi kulit. Kulit yang dipandang oleh manusia awam ialah
sesuatu yang melapisi manusia yang letaknya berada di bagian paling luar. Tetapi
jika ditilik menggunakan kacamata sains, ternyata kulit tidak sederhana itu.
Banyak sekali lapisan-lapisan yang terdapat pada kulit manusia dan setiap lapisan
itu memiliki fungsi yang berbeda beda. Bahkan segala hal yang berkaitan dengan
sentuhan dan rangsangan sepenuhnya melalui kulitlah yang berperan. Sentuhan
panas, lembut dan sakit sekalipun hanya kulitlah yang bisa merasakannya. Bisa
4
dibayangkan jika manusia hidup tidak memiliki kulit. Manusia tersebut pasti tidak
akan bisa merasakan sakit, panas, lembut dan rasa lainnya yang seharusnya
dengan adanya kulit bisa merasakan hal tersebut.
Ketika Alquran memandang tentang fungsi kulit tersebut sebenarnya dapat
diteliti apakah bisa dibuktikan bahwasannya anatomi kulit, fungsi kulit memang
benar-benar telah dituliskan dalam Alquran secara implisit sejak 1400 tahun yang
lalu. Maka dari itu penelitian ini berjudul “Kulit Sebagai Reseptor Rasa Sakit
dalam surat an-Nisa’ ayat 56 (Kajian Sains Alquran)”. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwasannya Alquran berbicara mengenai sains dan memang benar
yang dikatakan oleh Alquran sejalan dengan ilmuan sains yang telah melakukan
berbagai eksperimen panjang.
Secara garis besar, yang dinamakan reseptor ialah alat penerima. Dalam
hal ini kulitlah yang berperan untuk menerima rasa sakit. Secara logika, sifat kulit
yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan rangsangan memang masuk akal.
Tetapi di sisi lain sebelum era sekarang, banyak hipotesa-hipotesa yang
dikeluarkan oleh ilmuan mengatakan bahwasannya otaklah yang berpengaruh
terhadap rasa sakit tersebut. Mereka beranggapan bahwasannya rasa sakit
ditimbulkan di dalam syaraf dan bagian tubuh manusia yang mengandung
milyaran syaraf ialah otak. Sementara di bagian tubuh lain juga terdapat
5
Sakit ialah suatu perubahan rasa pada setiap individu yang menyebabkan
parameter kesehatan mereka berada di bawah kondisi normal.4 Ketika kulit dalam
kondisi normal tidak akan meninggalkan bekas apapun. Indikasi kulit jika terjadi
rasa sakit, maka akan ada parameter yang menunjukkan bahwasannya telah terjadi
kondisi tidak normal pada kulit. Misalkan, ketika kulit terkena api maka
kondisinya akan memar sementara, kemudian akan muncul benjolan pada kulit
tersebut.
Namun, pada penelitian sebelumnya, dikatakan bahwasannya rasa sakit
berasal otak. Otak (serebrum dan serebelum) adalah salah satu komponen dalam
sistem susunan saraf manusia.5 Pada abad 17 Rene Descartes dalam bukunya yang
berjudul “Treatise of Man” menjelaskan bahwasannya syaraf otak berfungsi
sebagai stimulus-respons yang berarti rasa ada karena adanya stimulus yang
memberikan suatu respon. Pada tahun 1906 konsep stimulus respon di jelaskan
kembali secara detai oleh Charles Sherrington. Sherrington berpendapat bahwa
adanya stimulus respon dikarenakan proses saraf dimulai dengan stimuli yang
mengaktifkan neuron sensoris, menghasilkan sinyal yang berpropagasi melalui
serangkaian hubungan dalam sumsum tulang belakang dan otak, mengaktifkan
neuron motorik dan maka menghasilkan respons seperti kontraksi otot.6
Jika dilihat menggunakan kacamata kontemporer, hal tersebut sungguh
tidak relevan. Baru-baru ini ditemukan bahwasannya bukan otak yang berperan
4Lorraine McCarty, Wilson, Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes, Terj.
Brahm U, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Vol. 1, (Jakarta: EGC, 2005), 3
5Lorraine McCarty, Wilson, Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes, Terj.
Brahm U, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Vol. 2, (Jakarta: EGC, 2005), 1024
6Charles Sherrington, The Integrative Action of the Nervous System, (London: Humphrey Milford,
6
terhadap rasa sakit melainkan kulit. Kulit sebagai reseptor rasa sakit yang
kemudian rasa sakit itu dapat dirasakan langsung oleh manusia. Hal tersebut
mengakibatkan degradasi hasil peneltian. Bagaimana bisa hal tersebut baru
ditemukan sedangkan Alquran sudah menuliskan hal tersebut pada 1400 silam.
Salah satu mukjizat Alquran yang berupa mukjizat ilmu pengetahuan. Pembuktian
ayat Alquran dengan sains sudah cukup banyak ditemukan. Seharusnya pengkaji
Alquran khususnya orientalisme yang berorientasi pada rasio semata sudah tidak
memiliki keraguan terhadap Alquran sebagai kitab Tuhan yang tetap terjaga
sepanjang zaman dan bisa berdialektika dengan zaman manapun.
Seorang peneliti dari Thailand, Prof. Tejatat Tegasen sebagai guru besar
dibidang anatomi membuat suatu percobaan. Dan hasilnya sungguh menakjubkan.
Tegasen mengatakan bahwa dia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Alquran
dalam surat An-Nisa ayat 56. Memang yang menjadi reseptor rasa sakit bukan
otak, melainkan kulit karena kulit juga terdapat bebagai macam jenis syaraf yang
salah satunya berfungsi sebagai reseptor rasa sakit.7 Adapun bunyi surat an-Nisa
ayat 56 sebagai berikut:
نِإ
َ ِ ٱ
ْاوُ َ َ
ِب
َ ِ ٰ َ أَ
َفۡ َ
ۡ ِ ِ ۡ ُ
ٗر َ
َ ُ
ۡ َ ِ َ
ُ ُد ُ ُ
ۡ ُ ٰ َ ۡ َ
اًد ُ ُ
َ َ ۡ َ
ْا ُ وُ َ ِ
َۗباَ َ
ۡ ٱ
نِإ
َ ٱ
َن َ
اً ِ َ
ٗ ِ َ
8Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
7
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana9 (an-Nisa’: 56)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasannya kalimat yang menjelaskan
bahwa Allah SWT akan mengganti kulit orang-orang kafir yang telah dimasukkan
kedalam neraka yang hangus, digantikan oleh kulit lain supaya mereka merasakan
azab. Kulit lain disini bukan kulit bekas ataupun kulit yang sudah terbakar juga
melainkan dengan kulit yang baru. Esensi neraka adalah tempat untuk melakukan
penyiksaan. Ketika penyiksaan berlangsung, maka sakit dan pedih yang hanya
dapat dirasakan oleh orang-orang yang masuk kedalam neraka tersebut. Ayat ini
dapat dimaknai tujuan penggantian kulit ialah untuk merasakan siksaan yang baru.
Sebab dalam penelitian anatomi mengatakan bahwasannya kulit yang telah
terbakar tidak bisa merasakan rasa sakit karena ujung syaraf yang berperan
terhadap rasa sakit tersebut telah rusak. Hal ini berbeda dengan orang yang
memilik luka bakar yang tidak terlalu hangus karenanya dia hanya akan
mengalami sakit parah yang dikarenakan ujung syaraf yang berperan belum rusak
tetapi hanya agak terbuka.
Dalam penjelasan ayat di atas, kulit akan mengalami peradangan.
Peradangan ialah reaksi lokal pada vaskular dan unsur-unsur pendukung jaringan
terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eskudat10 kaya-protein; atau
merupakan respons protektif sistem imun nonspesifik yang bekerja untuk
melokalisasi, menetralisi atau menghancurkan agen pencedera dalam persiapan
9Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., 127
10Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan
8
untuk proses penyembuhan.11 Ketika kulit nanti dibakar dalam neraka,
peradangan yang mungkin akan terjadi berupa rubor (kemerahan), kalor(panas),
dolor(nyeri), tumor(pembengkakan), dan fungsio laesa (hilangnya fungsi). Ketika
kulit sudah mengalami peradangan hingga sampai titik fungsio laesa maka kulit
tersebut akan diganti oleh Allah SWT dengan kulit yang baru hingga terus
menerus mengalami berbagai macam peradangan. Hal inilah yang menjadi
penekanan bahwasannya surat an-Nisa' ayat 56 dapat tersinkronisasi dengan teori
sains.
Dengan pemaparan di atas dapat dipahami kulit sebagai reseptor tersebut
tidak hanya berlaku didalam neraka saja, tetapi ketika di dunia sangat berlaku.
Katakanlah ketika tangan kita pukul, pasti merasakan sakit. Dan memang
esensinya Alquran berbicara mengenai sains. Hanya saja tinggal sarjana muslim
untuk membuktikannya. Karena Alquran sesuai dengan kodratnya sebagai sumber
ilmu yang tidak diragukan lagi keabsahannya dan sebagai petunjuk bagi
kehidupan manusia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Alquran sains?
2. Bagaimana Alquran menjawab eksperimen sains?
3. Apa yang dimaksud dengan kulit?
9
4. Bagaimana kulit menerima rangsangan dan sentuhan?
5. Bagaimana cara kerja rasa sakit sakit?
6. Bagaimana sistem syaraf otak menerima rasa sakit?
7. Bagaimana penafsiran surat Al-Nisa’ ayat 56 ?
8. Bagaimana pembuktian Al-Nisa’ ayat 56 terhadap studi sains?
Banyak sekali masalah yang dapat ditemukan dari latar belakang di atas.
Oleh karena itu, agar pembahasan fokus pada satu titik maka pembahasan dibatasi
hanya mengenai penafsiran Alquran dan pembuktiannya terhadap kajian sains.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, Agar lebih fokus dan
pembahasannya tidak melebar, maka dirumuskanlah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penafsiran surat an-Nisa ayat 56 tentang kulit sebagai reseptor
rasa sakit?
2. Bagaimana pembuktian surat an-Nisa ayat 56 jika ditinjau dari sudut pandang
sains?
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa bagaimana Allah SWT menjelaskan dalam Alquran tentang kulit
sebagai reseptor rasa sakit
2. Membuktikan maksud surat an-Nisa’ ayat 56 yang menjelaskan kulit sebagai
10
E. Kegunaan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, sudah seyogyanya penelitian tersebut dapat
berguna khusunya untuk kepentingan keilmuan tafsir dan sebagi langkah untuk
melanjutkan penelitian ini. Adapun kegunaan penelitian ini dapat berupa
kegunaan teoritis dan kegunaan praktis
1. Kegunaan Teoritis
Sumbangan wacana ilmiah kepada dunia pendidikan, khusunya
pendidikan Islam dalam rangka memperkaya khazanah keilmuan reseptor
rasa sakit dalam surat an-Nisa' ayat 56
2. Kegunaan Praktis
Motivasi dan sumbangan gagasan kepada penelitian selanjutnya yang
akan meneliti penelitian yang serupa berhubungan kulit sebagai resepor rasa
sakit dalam surat al-Nisa’ ayat 56.
F. Kerangka Teoritik
Secara bahasa kata ‘ilmy merupakan bentuk masdar dari kata – ﻢَﻠﻌﯾ – ﻢِﻠﻋ
ﺎًﻤﻠﻋ yang berarti mengetahui atau memahami (فﺮﻋ / كردأ / ىرد) (mengetahui/memahami)12. Kata ‘ilmy ini merupakan bentuk nisbah yang
mendapat tambahan ي diakhir kata sehingga menjadi ّﻲﻤﻠﻋ yang bermakna
berhubungan dengan suatu ilmu (ﻢﻠﻌﻟ ﺎﺑ وأ ﺎﻣ ﻢﻠﻌﺑ ﻖّﻠﻌﺘﻣ)13. Jadi, jika dirangkai dengan
kata tafsir menjadi ّﻲﻤﻠﻌﻟا ﺮﯿﺴﻔّﺘﻟا yang berarti tafsir ilmiah. Lebih kompleks
12Louis Ma’luf al-Yassu’i dan Bernand Toffel al-Yassu’i, al-Munji@d al-Wasit} fi ‘Arabiyyah
al-Mu’ashirah, (Beirut: Dar al-Masyriq, 2003), 526
11
mengenai terminologi tafsir ilmi, M. Husain Al-Dhahabi memaparkan tafsir ilmi
adalah:
ﱠﺘﻟا
ْﻔ
ِﺴ
ْﯿ
ُﺮ
ﱠﻟا
ِﺬ
ْي
َﯾ
ْﺤ
ُﻜ
ُﻢ
ِْﻹا
ْﺻ
ِﻄ
َﻼ
َﺣ
ِتﺎ
ْﻟا
ِﻌ ْﻠ
ِﻤ ﱠﯿ
ِﺔ
ِﻓ
ﻰ
ِﻋ
َﺒ
َرﺎ
ِتا
ْﻟا
ُﻘ
ْﺮ
َأ
ِن
َو َﯾ
ْﺠ
َﺘ ِﮭ
ُﺪ
ِﻓ
ﻰ
ِا
ْﺳ
ِﺘ
ْﺨ
َﺮ
ٍج
ُﻣ
ْﺨ
َﺘ َﻠ
ِﻒ
ْﻟا
ُﻌ ُﻠ
ْﻮ
ِم
َو
َْﻷا
َر
ِءا
ْﻟا
َﻔ ْﻠ
َﺴ
ِﻔ ﱠﯿ
ِﺔ
ِﻣ ْﻨ
َﮭﺎ
14Tafsir yang menetapkan istilah-istilah ilmu pengetahuan dalam penuturan
al-Quran. Tafsir‘ilmy berusaha menggali dimensi ilmu yang dikandung al-Quran
dan berusaha mengungkap berbagai pendapat keilmuan yang bersifat falsafi.
Hampir sejalan dengan pemaparan al-Zahabi, al-Rumi memberikan
gambaran mengenai tafsir ilmi yakni suatu penafsiran ayat-ayat kauniyah
(kosmos) yang terdapat dalam Alquran dengan menggunakan informasi ilmu-ilmu
modern tanpa melakukan pembenaran dan penolakan.15 Dengan berdasarkan dua
terminologi diatas, maka dapat dikatakan bahwa tafsir ilmi merupakan suatu
ijtihad seorang mufassir dalam mengungkapkan hubungan ayat-ayat kauniyah
dalam Alquran dengan penemuan sains modern, yang bertujuan untuk
mendapatkan secara ril bentuk kemukjizatan Alquran.
Ulama mengaitkan tafsir ilmi bukan hanya terbatas pada ayat-ayat
kauniyah yang terdapat dalam Alquran saja, melainkan ada juga asebagian ulama
yang mengartikan tafsir ilmi sebagai sebuah penafsiran terhadap ayat-ayat
kauniyah yang sesuai dengan tuntutan dasar-dasar bahasa, ilmu pengetahuan dan
hasil penelitian alam.16 Dalam pengaplikasiannya, tafsir ilmi menghubungkan
14Husain Al-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassiru>n Juz 2, (Maktabah Wahbah: Al-Qahirah, 2000), 349 15M. Abduh Almanar, "Tafsir Ilmi: Sebuah Tafsir Pendekatan Sains", dalam Mimbar Ilmiah,
Tahun 17 No. 1, (Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 2007), 29
16Sayyid Agil Husin al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
12
dengan ilmu pengetahuan. Adapaun dalam Alquran Allah memerintahkan kepada
hambanya untuk mencari dan menggali intisari dalam Alquran yang biasanya
mengenai pengetahuan tanda-tanda Allah pada alam semesta. Hal inilah yang
menjadi dorongan mufassir untuk menulis tafsirnya.
Dalam sejarah kemunculannya, sebenarnya secara embrioritas tafsir ilmi
telah hadir ketika zaman Nabi dan sahabat. Walaupun demikian, secara kompleks
hadirnya model tafsir ini ketika pada zaman dinasti abbasiyah dimana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat pada zaman itu. Ketika dipetakan
terdapat dua faktor yang melatar belakangi munculnya model tafsir ilmi. Yang
Pertama, Faktor internal yang terdapat dalam teks Alquran sendiri,dimana
sebagian ayat-ayatnya sangat menganjurkan manusia untuk selalu melakukan
penelitian dan pengamatan terhadap ayat-ayat kauniyah atau ayat-ayat kosmologi,
bahkan adapula ayat Alquran yang disinyalir memberikan isyarat untuk
membangun teori-teori ilmiah dan sains modern, karena seperti dikatakan
Muhammad Syahrur, wahyu Alquran tidak mungkin bertentangan dengan akal
dan realitas.17
Kedua, faktor eksternal yakni adanya perkembangan dunia ilmu
pengetahuan dan sains modren,dengan ditemukannya teori-teori ilmu
pengetahuan, para ilmuwan muslim (pendukung tafsir ilmi) berusaha untuk
melakukan kompromi antara Alquran dan sains serta mencari justifikasi teologis
17Muhammad Syahrur, Al-Kita>b Wa Al-Qur’a>n Qira>’ah Mu’assirah, (Damaskus: Ahali li al-Nashr
13
terhadap sebuah teori ilmiah. Mereka juga membuktikan kebenaran al-qur’an
secara ilmiah-empiris, tidak hanya secara teologis-normatif.18
Ketika model tafsir ilmi digunakan dalam bentuk penafsiran, didapatkan
bahwa ada prinsip yang harus dipenuhi dalam tafsir ilmi. Adapun
prinsip-prinsip yang dimaksudkan sebagai berikut:19
1. Ilmu Allah bersifat universal dan mutlak kebenarannya, sedangkan ilmu
manusia terbatas dan relatif kebenarannya
2. Terdapat ayat-ayat Alquran yang Qat}'i al-dala>lah (makna ayat pasti) sebagaimana ada realitas ilmu pengetahuan yang pasti juga. Sebaliknya
terdsapat ayat-ayat Alquran yang z}anni al-dala>lah (makna ayat dugaan) sebagaimana terdapat juga teori-teori ilmiah yang tidak pasti (dugaan)
3. Tidak mungkin terjadi pertentangan antara yang pasti dari Alquran dengan
yang pasti dari ilmu ekperimentasi. Jika ada gejala pertentangan maka dapat
dipastikan ada kesalahan dalam menentukan salah satunya.
4. Ketika Allah menampakkan tanda-tanda kekuasaannya di ufuk dan dalam diri
manusia yang membenarkan ayat-ayat Alquran, maka pemahamannya
menjadi jelas, kesesuaiannya menjadi sempurna, penafsirannya menjadi tetap
dan indikasi lafa-lafal Alquran itu menjadi terbatas dengan apa yang telah
ditemukan pada realitas alam dan inilah sisi kemukjizatannya.
5. Sesungguhnya ayat Alquran itu diturunkan dengan menggunakan lafal-lafal
yang mencakup segala konsep yang benar dalam berbagai topiknya yang
senantiasa muncul dalam setiap generasi
14
6. Jika terjadi pertentangan antara makna nash yang qat}'i al-dalalah teori ilmiah, maka teori ini harus ditolak karena wahyu berasal dari Allah yang ilmunya
mencakup segala sesuatu, jika terjadi kesesuaian antara keduanya, maka nash
merupakan pedoman atas kebenaran teori tersebut. Akan tetapi, jika nash itu
z}anni al-dala>lah sedangkan hakikat alam itu pasti, maka itu ditakwilkan. 7. Jika terjadi pertentangan antara realitas ilmiah yang pasti dan hadis yang
ketetapannya tidak pasti, maka hadis tersebut harus ditakwilkan agar sesuai
dengan realitas yang pasti. Jika terjadi kesesuaian, maka yang pasti
didahulukan.
G. Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai anatomi kulit telah banyak dibahas oleh
ilmuan-ilmuan sains dengan berbagai sudut pandang. Tetapi ketika membahas
pembuktian Alquran yang dibuktikan dengan ilmu sains hanya ditemukan sedikit.
Hal ini menunjukkan masih banyak ruang untuk membahas masalah ini. Berikut
dipaparkan beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki masalah serupa,
diantaranya yaitu:
1. On The Sensory Characteristic of the Skin, Tejatat Tegasen tahun 1999 dalam
World Supreme Council For Mosques Affairs Commiuion on Scientific Signs
of Qur'an And Sunnah, AlHaramain Islamic Foundation. Makalah ini menjadi
bahan pada konferensi kedokteran saudi ke-8 di riyadh. Dalam penelitiannya
mengatakan bahwasannya urat syaraf dalam kulit berperan dalam merasakan
kepekaan panas dan sakit. walaupun sempat dibenturkan dengan surat
15
memfokuskan dalam bidang sains saja dan tidak membahas lebih detail
mengenai pemaknaan lanjut surat an-Nisa ayat 56.
2. Studies On Pain: Quantitative Measurements of Two Pain Sensations of the
Skin, with Reference to the Nature of the "Hyperalgesia of Peripheral
Neuritis", Nolton Bigelow dkk tahun 1944 dalam penelitian dari Rumah Sakit
New York, dan Departemen Neurologi and Psikiater, Universitas Kedokteran
Cornell. Dalam penelitian ini hanya sebatas menjelaskan perbedaan pengaruh
rasa sakit yang akan dirasakan oleh kulit jika kulit tersebut ditusuk dan
dibakar. Tetapi dalam penelitian ini belum menjelaskan bahwasannya
terdapat sensor yang mengakibatkan rasa sakit. Hanya sebatas perhitungan
secara kuantitatif mengenai perbedaan rasa sakit jika kulit tersebut ditusuk
dan dibakar.
3. Pengaruh pemberian klonidine 75µg oral pre operatif terhadap tramadol
hidrochloride 2,5 mg/KgBB/IV untuk penatalaksanaan nyeri paska bedah,
Andri Faizal Lubis tahun 2011, pada Universitas Sumatera Utara. Dalam tesis
tersebut dijelaskan bahwasannya kulit memiliki ujung syaraf yang bernama
nosiseptor yang berfungsi sebagai reseptor nyeri. Tetapi fokus tesis ini ialah
pengaruh pemberian klonidine terhadap rasa nyeri. Dengan demikian dapat
diketahui tesis ini lebih cenderung pada eksperimen pengaruh klonidine.
Berdasarkan beberapa penelitian di atas, dapat ditegaskan bahwa skripsi
yang akan dibahas tidak ada kesamaan yang mendasar dengan penelitian di atas.
16
Tejatat Tegasen. Hanya saja dalam penelitian ini fokus pada kajian tafsir Alquran
dan sains.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data
diperoleh dengan mencari buku rujukan sebagai sumber primer. Oleh karena
itu penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (library research),
yaitu penelitian yang berusaha menghimpun data dari khazanah literatur dan
menjadikan dunia teks sebagai objek utama analisisnya. Penelitian ini
mencoba untuk mengupas tentang kulit sebagai reseptor rasa sakit dalam
surat al-Nisa’ ayat 56.
2. Sumber Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Data diambil dari kepustakaan baik berupa buku, dokumen, maupun artikel20,
sehingga teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui pengumpulan
sumber-sumber primer maupun sekunder. Seperti halnya Metode
dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.21
20Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
Kencana, 2011), 141
21Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
17
Data penelitian ini menggunakan data kualitatif yang dinyatakan
dalam bentuk kata atau kalimat dan berdasarkan pada dunia empiris.22 Ada
dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian
ini adalah
1. Tafsir Alquran al-'Adhi@m
2. Tafsir Al-Mara>ghy
3. Clinically Oriented Anatomy
4. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine
Sedangkan sumber sekundernya adalah dan buku-buku anatomi,
biologi, fisiologi, dan buku-buku lain yang relevan dengan tema yang dikaji.
Kemudian dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis sebagai
panduan dalam pembahasan. Adapun langkah yang akan peneliti lakukan
dalam pembahasan meliputi berikut ini:
a. Mengumpulkan tafsir-tafsir yang membahas tentang penafsiran surat
al-Nisa ayat 56.
b. Menganalisa secara analitis dan dikaitkan dengan ilmu sains dan medis
tentang kulit
c. Membaca dengan cermat dan teliti terhadap sumber data primer dan
sekunder yang berbicara dan mendukung tentang kulit sebagai reseptor
rasa sakit
22Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
18
3. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif-analisis yang berarti dilakukan dengan cara menyajikan deskripsi
sebagaimana adanya, kemudian dianalisa lebih mendalam.23 Usaha pemberian
deskripsi atas fakta tidak sekedar diuraikan, tetapi lebih dari itu, yakni fakta
dipilih-pilih menurut klasifikasinya, diberi intepretasi, dan refleksi.24
Pendekatan bisa diartikan sebagai cara atau metode analisis yang
didasarkan pada teori tertentu. Karena objek kajian penelitian ini adalah
Alquran surat al-Nisa’ ayat 56 maka pendekatan yang relevan adalah
pendekatan tafsir tahlili atau analitis dengan bertolak dari analisis bahasa
(linguistic) dan analisis konsep. Tafsir analitis terbagi dua: Pertama, bi
al-matsur atau riwayat, dengan cara mengemukakan berbagai riwayat dan
pendapat para ulama. Selain itu juga menggunakan ayat-ayat lain yang
berkaitan denga ayat tersebut. Namun sangat jelas terasa riwayat
mendominasi penafsiran sehingga dari uraian yang demikia panjang pendapat
mufassir haya ditemukan beberapa baris saja. Jadi dalam tafsir riwayat ini
tetap ada analisi tapi sebatas adanya riwayat. Karena dalam tafisr riwayat,
riwayat itulah yang menjadi subjek penafsiran.25 Kedua, bi al ra’yi atau
pemikiran, dengan cara memberikan interpretasi terhadap ayat-ayat Alquran
dengan pemikiran subjektifitas mufasir. Jadi para mufasir relatif memperoleh
kebebasan, sehingga mereka agak lebih otonom berkreasi dalam memberikan
23John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, terj. Achmad
Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 274
24Ibid
19
interpretasi selama masih dalam batas-batas yang diizinkan oleh syara’ dan
kaidah-kaidah yang mu’tabar. Itulah salah satu sebab yang membuat tafsir
dalam bentuk al-ra’yi dengan metode analitis dapat melahirkan corak
penafsiran yang beragam sekali.26 Peneliti lebih cenderung untuk
menggunakan cara kedua. yaitu berusaha menafsirkan ayat dengan
menggunakan ra’yi. Dengan demikian peneliti bisa secara otonom dalam
menafsirkan ayat asalkan masih dalam kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan, skripsi ini dibagi menjadi empat bab
sebagai berikut:
Bab I akan menjelaskan Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Identifikasi
Masalah dan Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Landasan Teori, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika
Pembahasan, dan Outline.
Bab II akan menjelaskan tentang tinjauan umum tentang anatomi kulit yang
meliputi tentang pengertian kulit, struktur kulit mulai dari Epidermis, Dermis dan
Hypodermis, serta fungsi kulit.
Bab III akan menjelaskan tentang kulit sebagai reseptor rasa sakit dalam surat
an-Nisa’ ayat 56 yang meliputi tinjauan umum surat an-Nisa' ayat 56 serta integrasi
dan pembuktian teori sains terhadap penafsiran surat an-Nisa' ayat 56.
Bab IV akan menjelaskan penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ANATOMI KULIT
A. Pengertian Kulit
Manusia memiliki lapisan terluar yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
Secara kasat mata, lapisan tersebut terkesan hanya berfungsi sebagai penahan
benturan agat tidak terjadi peradangan pada organ dalam. Secara logika empiris,
bisa dikatakan lapisan tersebut hanya melindungi tulang dan daging serta rumah
untuk aliran darah. Lapisan tersebut biasa dikenal dengan sebutan kulit. Kulit
adalah lapisan atau jaringan yang menyelimuti seluruh tubuh dan melindungi
tubuh dari bahaya yang datang dari luar.1 Kulit atau sistem integumen2 merupakan
organ tubuh manusia yang paling besar karena fungsinya sebagai pembungkus
seluruh tubuh manusia. Rata-rata kulit yang membungkus manusia memiliki luas
sebesar 1,67 m2.3 Rambut, kuku, kelenjar juga merupakan bagian dari kulit.4
Dalam ruang lingkup sains, kulit tidak hanya terdapat pada luar saja yang dapat
dilihat oleh mata, tetapi jaringan-jaringan yang lebih kompleks dalam
pembentukan kulit terdapat pada kulit bagian dalam yang harus dilihat secara
mikroskopis.
1Syaifudin, Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika,
2009), 393
2Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir)
3Michael F. Rizen, dkk, Menjadi Remaja Sehat: Panduan Remaja Dan Orangtua Untuk Kesehatan
Usia Puber, terj. Rani Sundari Ekawati, (Bandung: Mizan, 2012), 25
4Tejatat Tegasen, "Anathomy and Physiology", dalam Lampang Health Development Project
21
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, kulit dibagi menjadi dua bagian yakni
secara makroskopis dan mikrokopis. Secara makroskopis bisa dikatakan bahwa
kulit memiliki ketebalan yang bervariasi. Bagian kulit tertipis terletak pada sekitar
mata dalam artian bagian tersebut sangatlah sensitif. Sedangkan bagian kulit
paling tebal terletak pada telapak kaki dan telapak tangan yang memiliki
garis-garis tertentu. Gunanya untuk mengidentifikasi seseorang secara psikologi. Kulit
tebal ini sangat tahan terhadap rangsangan yang bersifat radang.5
Jaringan-jaringan yang membentuk kulit terdiri dari dua macam yakni
jaringan epitel yang membentuk kulit luar (epidermis) dan jaringan penunjang
yang membentuk kulit bagian dalam (dermis)6. Dalam teorinya, kulit bagian
dalam yang bekerja untuk memberikan kepekaan terhadap suatu rangsangan. Pada
kulit bagian dalam, jika diteliti secara mikroskopis akan ditemukan berbagai
serabut-serabut syaraf yang berguna sebagai reseptor. Reseptor tersebut berada
pada lapisan kedua dari kulit yang mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung
syaraf.7 Reseptor ini juga sebagai indikator untuk memperoleh kesan umum
dengan melihat perubahan pada kulit bagian luar.8 Secara fungsional, kulit bagian
dalam merangsang apa yang diterima oleh kulit bagian luar kemudian ditampilkan
kembali secara fisik sehingga dapat dilihat oleh mata. Ini menunjukkan bahwa
5Syaifuddin, Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika,
2009), 393
6Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukan tubuh, baik permukaan dalam maupun
luar. Jaringan penunjang adalah sekumpulan sel khusus yang serupa bentuknya, besarnya dan pekerjaannya yang berfungsi menunjang dan menyokong berbagai susunan tubuh yang ada di sekitarnya, baca: Syaifudin, Anatomi Tubuh..., 393
22
kulit bagian dalam memiliki struktur dan fungsi yang lebih kompleks
dibandingkan kulit bagian luar.
Ketika berbicara mengenai kesehatan medis. Secara mengejutkan,
kesehatan seseorang dapat diidentifikasi awal dengan melihat perubahan pada
kulitnya. Hal ini dikarenakan bahwa kulit merupakan organ inti manusia yang
mudah diakses keberadaannya dan merupakan salah satu indikator terbaik dalam
menentukan kesehatan seseorang secara umum.9
B. Struktur Kulit
1. Epidermis (Kulit Ari)
Lapisan paling luar terdiri atas lapisan epitel gepeng.10 Unsur utamanya
adalah sel-sel keratinosit11 dan sel melanosit12. Lapisan epidermis akan
tumbuh terus menerus. Hal tersebut dikarenakan lapisan sel induk yang
berada di lapisan bawah terus-menerus bermitosis, sekadangkan lapisan
terluar dari epidermis akan terkelupas dan gugur.13 Siklus pengelupasan yang
terjadi dikarenakan lapisan induk yang terus bermitosis terjadi selama 6-8
minggu.14 Epidermis (kulit ari) terdiri dari beberapa lapis sel. Sel-sel ini
9Keith L. Moore, dkk, Clinically Oriented Anatomy Seventh Edition, (Philadelphia: Wolters
Kluwer, 2014), 40
10Epitel gepeng adalah epitel yang berbentuk seperti sisik ikan dan apabila dilihat dari permukaan
epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal
11Keratinosit adalah sel ektodermal yang berasal dari 80% dari sel-sel epidermis. Didalam
keratinosit berisi sitoplasma keratin. Kegunaan lain dari keratinosit tergantung letaknya pada epidermis. Baca: Irwin M. Freedberg, dkk, Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine Sixth Edition, Vol. 1, (New York: McGraw-Hill Professional, 2003), 90
12Melanosit adalah sel-sel epidermis yang berasal dari krista neuralis embriologik. Melanosit
menghasilkan melanin dan terletak sendirian dalam lapisan basal, tampak sebagai sel jernih besar. Baca: Roem Soedoko, Ringkasan Patologi Anatomi, (Jakarta: EGC, 1995), 798
13Syaifuddin, Anatomi Tubuh..., 394
23
berbeda tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap
sebagai akhir keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri atas lima lapis yakni:15
a. Stratum Korneum: lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tanduk,
gepeng, kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat
keratin, makin ke luar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas
dari tubuh. Sel yang terkelupas akan digantikan oleh sel lain. Zat tanduk
merupakan keratin lunak yang susunan kimianya berada dalam sel-sel
keratin keras. Lapisan tanduk hampir tidak mengandung air karena
adanya penguapan air, elastisnya kecil, dan sangat efektif untuk
pencegahan penguapan air dari lapisan yang lebih dalam.
b. Stratum lusidium: lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat
gepeng dan bening. Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit
terlihat sehingga lapisannya secara keseluruhan seperti kesatuan yang
bening. Lapisan ini ditemukan pada daerah tubuh yang berkulit tebal
seperti telapak kaki dan telapak tangan.
c. Stratum granulosum: lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang
agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma berisi butiran (granula)
keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini
menghalangi masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke
dalam tubuh.
d. Stratum spinosum: lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk
kubus dan poligonal, inti terdapat di tengan dan sitoplasmanya berisi
24
berkas serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel). Desmosom
merupakan sel induk epidermis yang banyak terdpat pada membran sel.
Sel ini aktif bermitosis sampai orang meninggal. Seluruh sel terikat rapat
lewat serat-serat tersebut sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya
berduri. Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, tebal
dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan
beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
e. Startum malpigi: unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia
yang khas. Inti bagian basal lapis taju mengandung kolestrol dan
asam-asam amino. Stratum malpigi merupakan lapisan terdalam dari epidermis
yang berbatasan dengan dermis dibawahnya dan terdiri atas selapis sel
berbentuk kubus. Diantara sel epidemis terdapat melanosit.
Seperti dipaparkan di awal bahwa jaringan epidermis terdiri dari 80%
sel-sel keratin yang memiliki lima lapisan diatas. Dibawah ini akan
dipaparkan 20% sel pembentuk epidermis yang didalamnya tidak
mengandung sel keratin.
a. Melanosit
Melanosit adalah sel-sel epidermis yang berasal dari krista neuralis
embriologik. Melanosit menghasilkan melanin dan terletak sendirian di dalam
lapisan basal, tampak sebagai sel jernih besar. Reaksi dopa yang positif pada
25
mengidentifikasi melanosit. Melanosit memiliki tonjolan dendrit yang
bercabang di dalam epidermis dan memindahkan melanin ke keratinosit.16
Melanosit dapat dikenali pada mikroskop elektron dengan adanya
melanosom, yang merupakan struktur elips terikat membran yang berisi
lamela internal konsentrik. Pewarnaan yang positif untuk protein S100 antigen
melanosom (HMB45) berguna sebagai penanda imunohistok untuk melanosit.
Jumlah melanosit di dalam kulit relatif tetap. Pigmentasi kulit bergantung
pada kecepatan sintesis melanin, yang diatur oleh faktor rasial (lebih besar
pada ras berkulit gelap), radiasi ultraviolet yang meningkatkan sintesis
melanin, dan hormon (hormon perangsang melanosit dan adrenokortikon
meningkatkan pigmentasi melanin).
Ada hubungan yang penting dan memiliki interaksi fungsional antara
keratinosit dan melanosit yang bergantung selama proses diferensiasi. Sekitar
35-36 basal dan supra basal keratinosit diperkirakan berdampingan secara
fungsional dengan masing-masing melanosit pada epidermal melanin. Dalam
hal ini, jumlah pengiriman pigmen melanosit untuk keratinosit berkaitan.
Akibatnya, pigmen didistribusikan ke seluruh lapisan basal pada tingkat yang
lebih rendah. Lapisan yang lebih dangkal yang berfungsi untuk melindungi
kulit dengan menyerap dan menyebarkan radiasi yang berpotensi
membahayakan.
Distribusi melanosom dalam keratinost bervariasi tergantung dengan
rasnya. Melanosom dalam keratinosit terdegradasi oleh enzim lisosom sebagai
26
sel pembeda dan naik ke atas. Beberapa melanosom mungkin masih diakui
dalam stratum korneum, tetapi biasanya sudah tidak lagi tertutup oleh
membran.17
b. Sel-sel Langerhans: Non Keratinosit yang terletak pada Suprabasal Lapisan
Epidermis
Sel-sel Langerhans adalah sel-sel dendrit jernih yang terletak diantara
sel-sel startum spinosum. Sel-sel ini dianggap sebagai sel yang memproses
antigen. Pada penelitian imunohistokimia, sel ini positif S100 protein. Pada
mikroskop elektron, sel-sel ini kekurangan melanosom, tetapi mengandung
organel khas yang disebut granula birbeck.18
Sel-sel langerhans adalah sel utama dalam epidermis yang bertanggung
jawab untuk pengenalan, penyerapan, pengolahan dan penyajian antigen larut
yang peka terhadap limfosit T.19 Sel langerhans terlibat dalam mekanisme
patologis yang mendasari dermatitis kontak alergi, kulit leishmaniasis, dan
infeksi virus human immunodeficiency. Jumlah sel langerhans akan berkurang
dalam epidermis ketika seseorang mengidap penyakit tertentu seperti
psoriasis, sarkoidosis, dan dermatitis kontak. Sel langerhans juga berkurang
ketika ada gangguan fungsional oleh radiasi ultraviolet. Setelah terkena radiasi
ultraviolet, kemampuan sel langerhans akan menurun untuk menyajikan
17Irwin M. Freedberg, dkk, Fitzpatrick's Dermatology...,97 18Roem Soedoko, Ringkasan Patologi....,798
19Limfosit T adalah kelompok sel darah putih yang memainkan peran utama pada kekebalan
27
antigen. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada sistem pengawasan
kekebalan manusia.20
c. Sel-sel Merkel
Sel-sel merkel adalah sel-sel neuron-endokrin yang terdapat di dalam
lapisan basal epidermis. Sel-sel ini tidak dapat dikenali dengan potongan
histologik rutin, tetapi dapat diidentifikasi pada mikrograf elektron dengan
adanya granul neurosekretorik sitoplasmik.21
2. Penghubung Dermis dan Epidermis
Penghubung dermis-epidermis adalah zona membran dasar yang
membentuk antarmuka antara epidermis dan dermis. Fungsi utamanya adalah
untuk mempertemukan epidermis dan dermis antara satu sama lain serta
untuk memberikan perlawanan terhadap gaya geser dari luar. Penghubung ini
juga berfungsi sebagai epidermis, menentukan polaritas pertumbuhan,
mengarahkan organ sitoskeleton di sel basal, dan menyediakan sinyal
perkembangan. Struktur dari dermis-epidermis ini hampir seluruhnya terbuat
dari keratinosit basal dengan sedikit campuran dari fibroblas dermis.22
3. Dermis (Kulit Jangat)
Batas dermis sangat suli ditentukan karena menyatu dengan lapisan
subkutis (hipodermis), ketebalannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih
tebal dari epidermis, dan dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivat
dermis terdiri atas bulu, kelanjar minyak, kelenjar lendir, dam kelenjar
keringat yang membenam jauh ke dalam dermis. Dermis bersifat ulet dan
20Irwin M. Freedberg, dkk, Fitzpatrick's Dermatology...98. 21Roem Soedoko, Ringkasan Patologi....,798
28
elastis yang berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Pada
perbatasan antara epidermis dan dermis terdapat tonjolan-tonjolan kulit ke
dalam epidermis yang disebut papil kulit jangat.23 Kulit jangat terdiri atas
serat-serat kolagen, serabut-serabut elastis, dan serabut-serabut retikulin.
Serat-serat ini bersama pembuluh darah dan pembuluh getah bening
membentuk anyaman-anyaman yang memberikan pendarahan untuk kulit.
Lapisan kulit dalam (dermis) mengandung jaringan ikat, kelenjar
sebasea dan beberapa folikel rambut. Jaringan tersebut menyatu di bawahnya
dengan jaringan subkutan yang mengandung lemak, kelenjar keringat dan sisa
folikel rambut.24 Di dalam dermis juga terdapat pembuluh darah. Pembuluh
darah ini fungsinya tidak hanya menyehatkan sel-sel di kulit, tetapi juga
membantu mengontrol suhu pada tubuh dan memberikan variasi pada warna
kulit. Kulit yang berwarna merah bisa jadi disebabkan oleh demam, sinar
matahari, atau peradangan. Kulit yang berwarna biru mungkin disebabkan
oleh peningkatan jumlah atas berkurangnya hemoglobin sekunder terhadap
hiposika. Kulit yang berwarna kuning bisa saja disebabkan oleh
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Warna kulit yang pucat
disebabkan oleh menurunnya aliran darah atau menurunya jumlah
oksihemoglobin (hemoglobin yang mengandung oksigen).25
Setidaknya letak saraf-saraf yang berfungsi sebagai sensorik terletak
pada dermis. Dalam dermis terdapat ujung saraf bebas yang sebagian besar
23Papil kulit jangat adalah tonjolan-tonjolan kulit kedalam epidermis yang terletak di perbatasan
epidermis dan demirmis
29
berfungsi sebagai sensor. Saraf ini memberikan variasi sensasi yang berbeda
yang mana dalam kulit mampu merasakan sensani sentuhan, panas, dingin,
dan sakit. Saraf ini juga menyadarkan individu agar berkontraksi dengan
lingkungan sekitar. Tetapi ujung saraf ini dapat diberhentikan sementara
fungsinya dengan menggunakan obat analgesik yakni sejenis obat bius yang
biasa digunakan dalam pembedahan agar pasien tidak merasakan sakit.26
Dalam dermis, setidaknya ada dua lapisan yakni sebagai berikut:27
a. Lapisan papilia
Lapisan ini mengandung lekuk-lekuk papilia sehingga stratum
malpigi juga ikut melekuk. Lapisan ini mengandung lapisan pengikat
longgar yang membentuk lapisan bunga karang yang diebut lapisan
startum spongeosum.
Lapisan papila terdiri atas serat kolagen halus, elastin dan retikulin
yang tersusun membentuk jaring halus yang terdapat dibawah epidermis.
Lapisan ini memegang peranan penting dalam peremajaan dan
penggandaan unsur-unsur kulit. Serat retulin dermis membentuk alas dari
serabut yang masuk ke dalam membran basal di bawah epidermis.
b. Lapisan Retikulosa
Lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat
kolagen. Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, mangandung
sedikit serat retikulin, dan banyak serat elastin. Sesuai dengan arah jalan
serat-serat tersebut terbentuklah garis ketegangan kulit.
30
Bahan dasar dermis merupakan bahan matrik amorf yang
membenam pada serat kolagen dan elastin. Turunan kulit
glikosaminoglikans utama kulit adalah asam hialuronat dan dermatan
sulfat dengan perbandingan yang beragam di berbagai tempat, bahan
dasar ini bersifat sangat hidro filik. Lapisan ini terdiri atas anyaman
jaringan ikat yang lebih tebal dan didalamnya ditemukan sel-sel fibrosa,
sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung
rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak
rambut
Didalan dermis juga terdapat unsur-unsur utama pembentuk dermis
yakni fibroblast dan makrofag, juga terdapat sel lemak yang berkelompok.
Selain juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada lingkungan
epidermis yang banyak mengandung pigmen. Selain itu dalam dermis juga
ditemukan serat otot polos yang tersusun membentuk berkas dihubungkan
dengan folikel rambut. Serat ini bertebaran di seluruh dermis dalam jumlah
yang cukup banyak pada kulit. Kontraksinya menyebabkan kulit daerah yang
bersangkutan mengerut. Di dalam kulit kulit muka dan leher sejumlah serat
otot rangka berakhir pada jalinan serat elastin halus pada dermis.28
4. Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri
atas jaringan pengikat longgar, komponen serat longgar, elastis dan sel lemak.
Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang terdapat
31
pada susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya.
Bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk bantal
lemak yang disebut pannikulus adiposus. Pada daerah perut, lapisan ini dapat
mencapai ketebalan tiga cm, sedangkan pada kelopak mata, penis dan
skrotum lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Bagian superfisial
hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut. Dalam lapisan
hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman
saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit dibawah dermis. Lapisan
ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longga
terhadap jaringan di bawahnya. Batas khusus yang tampak kasar di sepanjang
permukaannya, ditempat saluran keluar dengan epidermis saluran kehilangan
dinding dan menjadi saluran khusus melewati epitel.
Secara fungsional kelenjar ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh
dengan membuat lapisan lembab di permukaan untuk pendinginan dengan
penguapan. Kelenjar ini juga peka terhadap stres kejiwaan terutama kelenjar
yang terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar keringat besar
yang terdapat pada ketiak, areola mamae, labium mayus, dan sekitar anus
menghasilkan sekret lebih kental daripada kelenjar keringat kecil.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara dalm folikel rambut. Kelenjar
keringat besar ini kurang bergelung, lumen sekresinya lebih besar, dan
membentuk lapisan yang lebih sempurna di antara membran sel dan sel epitel,
32
serumen yang terdapat pada liang telinga luar dan kelenjar pada tepi kelopak
mata termasuk dalam golongan kelenjar keringat besar.
C. Saraf Kulit
Kulit dan kelengkapannya menerima rangsangan dari lingkungannya
karena dilengkapi banyak saraf sensorik. Di dalam jaringan subkutan terdapat
berkas besar serat saraf yang cabang-cabangnya menuju beberapa pleksus di
dalam daerah retikular papilar dan subepitel. Didalam semua lapisan kulit dan
hipodermis terdapat banyak badan akhir sel saraf. Folikel rambut dipersarafi
secara terpisah dari ujung-ujung bebas saraf sensoris tidak bermielin yang terdapat
di dalam atau dekat epidermis, selain serat saraf sensorik terdapat saraf eferen
simpatis yang mempersarafi pembuluh darah, otot penegak rambut, dan sel-sel
sekretorik kelenjar keringat.29
Jaringan saraf kulit mengandung sensor somatik dan serat simpatik
otonom. Sensor fiber (ujung saraf bebas) atau dalam hubungannya dengan
struktur yang spesial (reseptor korpuskula) memiliki fungsi pada setiap titik di
tubuh sebagai reseptor sentuhan, rasa sakit, suhu, gatal, dan rangsangan mekanik.
Ketebalan dan jenis dari reseptor tersebut pada umumnya berbeda-beda sehingga
perhitungan untuk variasinya berbeda-beda dalam tubuh tergantung pada
lokasinya. Reseptor tersebut sangat tebal pada bagian-bagian tertentu seperti pada
areola dan labia.30
29Syaifuddin, Anatomi Tubuh..., 401
33
Saraf sensor secara umum menyediakan beruas-ruas kulit, namun ada
beberapa batas yang tidak tepat dan menyebabkan persarafan tumpang tindih pada
bagian tertentu. Persarafan otonom tidak mengikuti pola yang sama secara persis
karena serat postganglionik didistribusikan pada kulit berasal dari rantai ganglia
simpatik dimana serat preganglionik berbeda dari beberapa saraf spinal sinaps.31
Ujung saraf bebas merupakan saraf yang paling lebar dan merupakan
reseptor sensorik yang paling penting bagi tubuh. Ujung saraf bebas secara umum
dapat ditemukan di dermis papilia yang letaknya tepat dibawah epidermis, pada
serat lamina basal yang bergabung dengan lamina densa dari zona dasar
membran.32
Reseptor kospuskular ini memiliki kapsul dan di dalam intinya
mengandung saraf-saraf dan komponen non saraf. Kapsul ini merupakan
kelanjutan dari perineurium, dan intinya terdapat serat yang dibungkus oleh sel
schwann. Ukuran reseptor ini tergantung pada posisinya pada kulit. Semakin
dalam letaknya pada kulit maka ukurannya semakin besar. Untuk jenis dan pada
usia tertentu, reseptor ini akan terus berubah sepanjang hidup individu tersebut.33
Secara mekanik, dengan adanya saraf pada kulit yang berfungsi sebagai
reseptor manusia bisa merasakan sensasi suhu. Manusia bisa membedakan suhu
mulai dari yang sangat ekstrim (sekitar -10o C) hingga yang cukup panas (sekitar
60o C). Pada manusia kesensitifan termal berbeda antar masing-masing individu
sesuai dengan rentang temperatur yang berbeda yang hal ini disajikan dalam
31Irwin M. Freedberg, dkk, Fitzpatrick's Dermatology...,106 32Ibid.
34
neuron sensorik pada kulit.34 Bagian inilah yang sangat penting dalam tubuh
manusia untuk sebagai reseptor atas keadaan lingkungan yang kemudian di
terjemahkan sebagi suatu perasaan oleh kulit.
D. Fungsi Kulit
Dalam fisiknya yang membungkus seluruh tubuh, secara detail kulit
berfungsi sebagai:35
1. Melindungi kulit dari efek luar seperti lecet, kehilangan cairan, zat-zat
berbahaya, radiasi ultraviolet, dan serangan mikroorganisme
2. Mencegah dehidrasi ketika terkena luka bakar
3. Mengatur kalor melalui penguapan keringat atau melalui pelebaran dan
penyempitan pembuluh darah
4. Merasakan sensasi rasa (misal nyeri) dengan saraf dangkal dan ujung saraf
sensoris
5. Penyimpanan vitamin D
6. Meminimalisir cedera organ dalam
7. Mencegah penguapan cairan tubuh yang berlebihan
8. Memfilter masuknya sinar matahari yang berlebih
34Ellen A. Lumpkin dan Michael J. Caterina, "Mechanisms of sensory transduction in the skin",
Journal Nature, Vol. 445 (February, 2007), 858
BAB III
PENAFSIRAN KULIT SEBAGAI RESEPTOR RASA SAKIT
DALAM SURAT AN-NISA’ AYAT 56 MENURUT
PERSPEKTIF SAINS
A. Tinjauan Umum Surat an-Nisa' Ayat 56
1. Ayat dan Terjemah
نِإ
َ ِ ٱ
ْاوُ َ َ
ۡ ُ ٰ َ ۡ َ ُ ُد ُ ُ ۡ َ ِ َ َ ُ ٗر َ ۡ ِ ِ ۡ ُ
َفۡ َ َ ِ َٰ
ْا ُ وُ َ ِ َ َ ۡ َ اًد ُ ُ
َۗباَ َ
ۡ ٱ
نِإ
َ ٱ
ٗ ِ َ اً ِ َ َن
َ
1Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana2
2. Tafsir Mufradat
Nus}lihim: memanggang mereka dengan api. Dikatakan "syatun mashliyyah",
yakni kambing panggang.
Nad}ijat: terbakar, masak dan hangus.
Julu>dan: kulit, lapisan yang menyelimuti tubuh manusia
Liyadhu>qu> al-'adha>ba: agar mereka terus-menerus merasakannya, tanpa
terputus-putus; seperti anda berkata kepada orang yang kuat, A'azzaka 'l-lahu,
yakni semoga Allah memberi anda kekuatan yang kekal dan menambahkan.
Al-'Azi@z: yang perkasa dan berkuasa atas urusannya.
1Alquran, 4:56
2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
36
Al-Haki@m: yang mengatur segala sesuatu sesuai dengan kebijaksanaan dan
kebenaran.
3. Munasabah Kata
Jika dianalisa ayat ini dengan menggunakan logika bahasa, maka akan
ditemukan keterkaitan atau korelasi antar statement Allah dalam ayat ini.
Yang pertama ada hukum kausalitas pada awal ayat yakni
نِإ
َ ِ ٱ
ْاوُ َ َ
ۡ َ َ ِ ٰ َ
ٗر َ ۡ ِ ِ ۡ ُ َف
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka
Di ayat tesebut ditemukan hukum kausalitas yakni jika ada
orang-orang yang mengingkari ayat Allah kemudian di anggap oleh Allah sebagai
orang kafir, maka kelak di akhirat neraka adalah balasan bagi orang kafir.
Kemudian pada kelanjutan ayat dalam ayat ini memiliki hubungan dengan
awal ayat yakni merupakan perinci terhadap kejadian yang akan terjadi di
neraka kelak yang akan diterima orang kafir. Allah melanjutkan perkataannya
dengan firman-Nya:
َ َ ۡ َ اًد ُ ُ ۡ ُ ٰ َ ۡ َ ُ ُد ُ ُ ۡ َ ِ َ َ ُ
Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain
Allah menjelasakan bahwasannya salah satu siksaannya kelak di
neraka yakni ketika kulit orang kafir telah terbakar hangus dan mati rasa,
37
Allah menjelaskan apa maksudnya mengganti kulit orang kafir ketika di
neraka dalam kelanjutan ayat. Allah berfirman:
ْا ُ وُ َ ِ
َۗباَ َ
ۡ ٱ
supaya mereka merasakan azab
Allah mengatakan bahwa maksud pergantian kulit tersebut yakni agar
orang kafir tetap merasakan pedihnya adzab neraka secara kontinuitas.
Kemudian Allah menutup ayat ini dengan firmannya
نِإ
َ ٱ
ٗ ِ َ اً ِ َ َن
َ
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
Allah maha 'azi@z dan maha haki@m. Penutup ini memiliki korelasi
dengan rencana Allah untuk menghukum orang kafir yakni ketika orang kafir
tersebut sudah pada saatnya untuk dihukum oleh Allah maka tidak ada
seorang pun yang mampu untuk merubah keputusannya. Allah tidak bisa
dintervensi karena keputusan Allah mutlak adanya. Tidak dapat diganggu
gugat.
B. Integrasi dan Pembuktian Teori Sains Terhadap Penafsiran Surat an-Nisa'
Ayat 56
Ketika berbicara mengenai perihal penafsiran, baik dengan bi al-ma'thur
maupun dengan bi al-ra'y maka penafsiran tersebut tidak akan lepas dari suatu
riwayat. Riwayat dapat berupa hadis maupun perkataan sahabat. Dalam
menafsirkan an-Nisa' ayat 56, Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan
melalui sumber periwayatan hadis dan perkataan sahabat. Ibnu Katsir menafsirkan
38
terhadap orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat-Nya dan kafir kepada
rasul-rasul-Nya.3 Untuk itu Allah SWT berfirman:
نِإ
َ ِ ٱ
ْاوُ َ َ
ٗر َ ۡ ِ ِ ۡ ُ َفۡ َ َ ِ َٰ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka
Maksudnya, Allah akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang
meliputi semua tubuh dan anggota mereka. Kemudian Allah menceritakan perihal
kekekalan siksa dan pembalasan yang mereka terima.4 Untuk itu Allah berfirman
ْا ُ وُ َ ِ َ َ ۡ َ اًد ُ ُ ۡ ُ ٰ َ
ۡ َ ُ ُد ُ ُ ۡ َ ِ َ َ ُ