• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh nilai taksasi barang jaminan dan nisbah bagi hasil Pembiayaan pada minat nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh nilai taksasi barang jaminan dan nisbah bagi hasil Pembiayaan pada minat nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NILAI TAKSASI BARANG JAMINAN DAN

NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT

NASABAH MENGAJUKAN PEMBIAYAAN DI BMT NURUL

JANNAH PETROKIMIA GRESIK

SKRIPSI

Oleh:

NAJIH AL HAKIM NIM. C74213131

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A.Landasan Teori ... 13

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36

C.Kerangka Konseptual ... 43

D.Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A.Jenis Penelitian ... 46

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

C.Populasi dan Sampel ... 47

(8)

E.Definisi Operasional ... 50

F. Data dan Sumber Data ... 55

G.Teknik Pengumpulan Data ... 56

H.Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITAN ... 64

A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 64

B.Analisis Data ... 88

BAB V PEMBAHASAN ... 110

A.Analisis Regresi Linier Berganda ... 110

B.Pengaruh Nilai Taksasi terhadap Minat Nasabah Mengajukan Pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik ... 112

C.Pengaruh Nisbah bagi Hasil Terhadap Minat Nasabah Mengajukan Pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik ... 114

D.Pengaruh Nilai Taksasi dan Nisbah Bagi Hasil terhadap Minat Nasabah Mengajukan Pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik Secara Simultan ... 116

BAB VI PENUTUP ... 119

A.Kesimpulan ... 119

B.Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Nasabah Pembiayaan Muḍārabah ... 47

Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 51

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 82

Tabel 4.2 Usia Responden ... 82

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 83

Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan ... 84

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Nilai Taksasi Barang Jaminan ... 85

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Nisbah bagi hasil ... 86

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Minat Nasabah ... 86

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 87

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Item Variabel Nilai Taksasi ... 88

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Item Variabel Nilai Taksasi ... 89

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Item Variabel Nilai Taksasi ... 89

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Item Variabel Nilai Taksasi ... 90

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Item Nisbah Bagi Hasil ... 90

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Item Nisbah Bagi Hasil ... 91

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Item Nisbah Bagi Hasil ... 91

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Item Nisbah Bagi Hasil ... 92

(10)

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Item Nisbah Bagi Hasil ... 93

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 94

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 94

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 95

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 95

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 96

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 97

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Item Minat Nasabah ... 97

Tabel 4.26 Kolmogorov-Smirnov Test ... 98

Tabel 4.27 Hasil Uji Multikolinieritas ... 100

Tabel 4.28 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 102

Tabel 4.29 Koefisien Determinasi ... 104

Tabel 4.30 Hasil Uji T ... 106

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 68

Gambar 4.2 Kurva Normal P-Plot ... 99

(12)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. ا ’ ط t}

2. ب B ظ z}

3. ت T ع ‘

4. ث Th غ gh

5. ج J ف f

6. ح h} ق q

7. خ Kh ك k

8. د D ل l

9. ذ Dh م m

10. ر R ت n

11. ز Z و w

12. س S ه h

13. ش Sh ء ’

14. ص s} ي y

15. ض d}

(13)

B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia

ـــ ـــــ fath}ah a

ــــــــ kasrah i

ــــــــ d}ammah u

Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berh}arakat sukun atau didahului oleh huruf yang berh}arakat sukun. Contoh: iqtid}a>’ (ءﺎ ﻗا)

2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia Ket.

ْﻲ ــــ fath}ah dan ya’ ay a dan y

ْﻮـ ــــ fath}ah dan wawu aw a dan w Contoh : bayna ( ﻦ ﺑ )

: mawd}u>‘ ( عﻮ ﻮ )

3. Vokal Panjang (mad)

Tanda dan Huruf

Arab Nama Indonesia Keterangan

ﺎ ــــ fath}ah dan alif a> a dan garis di atas

ﻲـــ kasrah dan ya’ i> i dan garis di atas

ﻮــــ d}ammah dan

wawu

u> u dan garis di atas

Contoh : al-jama>‘ah ( ﺔ ﺎ ﺠﻟا ) : takhyi>r ( ﺮ ﺨ )

(14)

C. Ta’ Marbut}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua :

1. Jikahidup (menjadi mud}a>f) transliterasinya adalah t. 2. Jikamati atau sukun, transliterasinya adalah h.

Contoh : shari>‘at al-Isla>m (م ﺳ ا ﺔ ﺮﺷ) : shari>‘ah isla>mi>yah ( ﺔ ﺳإ ﺔ ﺮﺷ)

D. Penulisan Huruf Kapital

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau

kalimat yang ditulis dengan translitersi Arab-Indonesia mengikuti

ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial

latter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lain ditulis

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, lembaga keuangan memiliki peranan yang penting, semua

kegiatan ekonomi hampir tidak lepas atau terhindar dari lembaga keuangan

baik konvensional ataupun syariah. Lembaga keuangan dikatakan memiliki

peran penting karena lembaga tersebut sebagai wadah intermediary financial

yaitu lembaga keuangan yang memiliki fungsi menghimpun dana bagi

masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan kemudian menyalurkannya

kepada masyarakat yang membutuhkan dana.1 Sekarang ini banyak

bermunculan lembaga keuangan khususnya yang menjalankan operasionalnya

berdasarkan prinsip syariah yang didalamnya mengatasi tentang konsumsi,

investasi dan pembiayaan seperti, Bank Syariah, Koperasi Syariah, Baitul

Ma>l Wat Tamwil (BMT), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan

lain-lain. Koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh dan

berkembang di masyarakat serta mengambil bagian penting dalam

memberdayakan ekonomi masyarakat. Di masyarakat telah bermunculan

BMT yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi.

Kegiatan BMT, mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil antara lain dengan

mendorong kegiatan menabung dan menunjang perekonomiannya dalam

1

(16)

2

dunia usaha. BMT juga berorientasi bisnis, mencari laba dan keuntungan

bersama guna meningkatkan pengembangan ekonomi anggota dan

lingkungan sekitarnya. Tetapi misi utama BMT bukan semata-mata mencari

keuntungan dan penumpukan laba modal pada segolongan orang kaya saja,

tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil,

sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Masyarakat ekonomi mikro

harus didorong untuk berpartisipasi dalam modal melalui simpanan

penyertaan modal, sehingga mereka dapat menikmati hasil-hasil BMT.2

BMT telah mulai menjadi alternative pemulihan kondisi perekonomian

di Indonesia. Lembaga BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis

Usaha Kecil (PINBUK). Sistem operasional BMT mengadaptasi sistem

perbankan syariah yang menganut sistem bagi hasil. Salah satunya adalah

BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik.

Pada umumnya BMT melakukan kegiatan produktif yang difokuskan

pada usaha membantu para pedagang maupun pengusaha kecil. Pelaksanaan

seperti itu sudah banyak berlaku, Baitul Māl wat Tamwīl Nurul Jannah yang

disebut juga BMT Nurul Jannah, awalnya merupakan bagian dari Seksi

Mental Spiritual Islam (SMSI) atau sekarang disebut Seksi Bina Rohani

Islam (SBRI) PT. Petrokimia Gresik yang salah satu bidang kerjanya adalah

pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah.

BMT Nurul Jannah didirikan dengan 2 (dua) tugas pokok, pertama

pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah, kedua pemberdayaan dan

2

(17)

3

pengembangan ekonomi umat dengan konsep syariah. BMT Nurul Jannah

tersebut diresmikan pada tanggal 1 Januari 1997 di Masjid Nurul Jannah oleh

Bapak Ir. Rauf Purnama3.

Dengan banyak bermunculannya BMT saat ini, maka salah satu masalah

yang dihadapi adalah yaitu bagaimana cara BMT Nurul Jannah Petrokimia

Gresik untuk menarik minat masyarakat dan mempertahankan pelanggan atau

nasabahnya untuk tetap menggunakan jasa BMT Nurul Jannah Petrokimia

Gresik. Salah satu hal yang dijadikan strategi untuk menarik minat nasabah

pembiayaan dalam hal ini adalah nilai taksasi barang jaminan yang tinggi.

Nilai taksasi merupakan nilai/perkiraan harga tertentu yang akan

dijadikan jaminan yang di dasarkan pada harga jadi, pasar dan peraturan yang

berlaku pada masa tertentu. Nilai taksasi pada umumnya mempunyai kriteria

tertentu, diantaranya :4

1. Tidak boleh sama atau melebihi harga pasar.

2. Tidak boleh terlalu rendah dari harga pasar,kecuali ketentuan pasar yang

berlaku.

Jadi, nilai taksasi adalah suatu acuan yang dijadikan untuk memprediksi

harga suatu barang jaminan. Nilai sebuah agunan dapat dijadikan sebuah

jaminan sebagai syarat dalam pengajuan pembiayaan, proses pencairan,

3

Dokumen Profil BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik 4

(18)

4

sebagai bahan taksiran seberapa jumlah dana yang akan dikucurkan, dan

dapat diambil kembali setelah masa angsuran dalam pembiayaan berakhir.5

Jaminan merupakan salah satu unsur agar BMT dapat memperoleh

tambahan keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan

utangnya. Taksasi terhadap jaminan ditinjau dari dua segi yakni segi

ekonomis (nilai ekonomis dari barang yang dijaminkan) dan segi yuridis

(apakah jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai

sebagai jaminan).6

Suatu jaminan yang diserahkan dalam rangka pemberian pembiayaan

oleh bank harus diteliti dan dinilai secara baik untuk mendapatkan nilai

prakiraan (taksasi) yang wajar. Nilai taksasi yang wajar ditetapkan untuk

suatu jaminan dan merupakan pedoman untuk mengukur kewajarannya

terhadap pemberian pembiayaan yang sedang dipertimbangkan apakah sudah

cukup memadai atau belum memenuhi persyaratan nilai jaminan yang

ditetapkan oleh lembaga keuangan.

Mengingat besarnya jumlah pinjaman sangat tergantung pada nilai

barang yang akan digadaikan, maka barang yang diterima dari calon

nasabah terlebih dahulu harus ditaksir nilainya oleh petugas penaksir.

Bapak Imam Sujarwo sebagai PGS Pimpinan cabang PT Pegadaian

(Persero) menyatakan Petugas penaksir adalah orang-orang yang sudah

mendapatkan pelatihan khusus dan berpengalaman dalam melakukan taksiran

5

Hajar Septi Nasution, Skripsi, “Pengaruh Nilai Taksiran Agunan Pada Pencairan

Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Terhadap Perkembangan Jumlah Nasabah Bba Di Bmt Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang”, Salatiga: Progam Studi Perbankan Syariah. 6

(19)

5

terhadap barang-barang yang akan digadaikan. Proses tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut: Penaksir menentukan taksiran atas barang

jaminan yang diserahkan oleh nasabah. Taksiran yang baik akan

menghasilkan uang pinjaman yang baik pula. Uang pinjaman yang baik

akan menghasilkan sewa modal yang optimal. Sebaliknya taksiran yang

buruk (taksiran rendah) akan menghasilkan uang pinjaman yang

bermasalah. Taksiran rendah akan menyebabkan uang pinjaman

rendah dan pendapatan sewa modal yang rendah pula, disamping itu

kepercayaan masyarakat kepada PT. Pegadaian akan semakin rendah

karena barang mereka ditaksir rendah oleh penaksir di kantor cabang.7

Pada umumnya suatu lembaga keuangan mempunyai patokan bahwa

harga (nilai) dari suatu jaminan harus melebihi dari jumlah pembiayaan yang

akan disetujuinya. Keadaan ini sangat berkaitan dengan sikap hati-hati pihak

lembaga keuangan terhadap kemungkinan terjadinya kemacetan pembiayaan

dikemudian hari.

Salah satu upaya untuk memperoleh pelunasan terhadap pembiayaan

macet adalah melalui penjualan, pelelangan, atau pencairan jaminan yang

diserahkan oleh nasabah.8 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moch.

Adam Sudharta mengatakan bahwa peran nilai jaminan yang dimiliki calon

debitur memiliki fungsi yang sangat penting dalam kegiatan penyaluran dana.

Dilihat secara kasat mata apabila suatu perusahaan memiliki nilai jaminan

yang tinggi maka harapan mendapatkan realisasi penyaluran dana sesuai

7

Jezias Dhioka Bromm dkk, Jurnal “Tanggung Jawab Penaksir akibat salah taksir objek gadai dalam pemberian kredit di PT. Prgadaian” (wawancara Bapak Imam Sujarwo)

8

(20)

6

dengan harapan akan terwujud, namun dalam teknis pelaksanaannya Bank

atau Lembaga Keuangan memiliki kewajiban untuk menilai serta menyeleksi

setiap permohonan yang diajukan, hal tersebut dilakukan karena kegiatan

penyaluran dana memiliki resiko mengenai pengembalian yang telah atau

akan diberikan kepada masyarakat supaya tidak mempengaruhi kegiatan

operasional lembaga keuangan itu sendiri.9

Oleh karena itu, barang-barang yang diserahkan nasabah harus dinilai

pada saat dilaksanakan analisis pembiayaan dan pihak BMT harus

berhati-hati dalam menilai barang-barang tersebut. Untuk itu, BMT Nurul Jannah

Petrokimia Gresik mempunyai daftar harga taksiran sendiri untuk jaminan

yang diberikan oleh nasabah pembiayaan. Dimana nilai taksasi ditentukan

berdasarkan nilai jual 70% dari harga jual barang jaminan tersebut.

Menurut Rambat Lupiyoadi nilai taksiran yang tinggi mampu

mendorong keputusan nasabah menggunakan jasa pegadaian. Nasabah akan

merespon positif apabila nilai yang dihasilkan dari produk atau jasa mampu

memenuhi manfaat bagi kebutuhannya.10

Sedangkan menurut penelitian Hajar Septi Nasution menunjukkan

bahwa pengaruh nilai taksiran agunan dengan standar yang ditetapkan oleh

Pihak BMT terhadap Perkembangan nasabah, tidak membawa pengaruh

terhadap minat nasabah untuk tetap melakukan Transaksi pembiayaan.

9

Moch. Adham Sudharta,Skripsi, “ Pengaruh Laba Usaha dan Nilai Jaminan Kredit Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi di PT bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk. Kantorcabang Sidoarjo” Jawa Timur: Fakultas EkonomiJurusan AkuntansiUniversitas

Pembangunan nasional “VETERAN”, 2010. 10

(21)

7

Masyarakat lebih memilih pembiayaanBa’I bi tsaman Ajil (BBA), dilihat

Dari perkembangan nasabah yang cenderung ada peningkatan nasabah Tiap

tahunnya. Jadi tidak ada pengaruh apapun terhadap jumlah nasabah.11

Dari kedua penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai taksasi

barang jaminan yang tinggi tidak selalu berpengaruh terhadap minat nasabah

mengajukan pembiayaan.

Selain itu, BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik juga menawarkan

beberapa produk yang dimilikinya untuk menarik minat nasabah. Produk

yang paling banyak diminati oleh nasabah adalah produk pembiayaan yang

menggunakan mekanisme bagi hasil dan jual beli yaitu produk dengan akad

muḍārabah, dan murābahah. Pembiayaan murābahah adalah perjanjian

jual-beli antara bank dengan nasabah. Lembaga keuangan syariah memjual-beli barang

yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang

bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan

yang disepakati antara lembaga keuangan syariah dan nasabah.. Pembiayaan

muḍārabah adalah kerjasama antara shohibul ma>l (BMT) dan muḍarib

(nasabah) dimana modal 100% dari shahibul ma>l (BMT) dan modal

tersebut digunakan muḍarib (nasabah) sebagai modal usaha.12 Bagi hasil

merupakan konsep yang adil dan memiliki nuansa kemitraan yang sangat

kental. Hasil yang diperoleh dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah) yang

11

Hajar Septi Nasution, Skripsi, “Pengaruh Nilai Taksiran Agunan Pada PencairanPembiayaan Ba’I bi tsaman Ajil (BBA) Di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang Jurusan Syariah Program Studi Perbankan syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) SALATIGA

12

(22)

8

disepakati dan bukan sebagaimana penetepan bunga pada lembaga keuangan

konvensional.13

Nisbah merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil.

Sebab nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah

pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu

diperhatikan aspek-aspek; data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang

dijalankan, tingkat return yang diharapkan, nisbah pembiayaan dan distribusi

bagi hasil.14 Dengan tingginya penawaran nisbah bagi hasil tersebut maka

otomatis akan menarik minat nasabah untuk menggunakan produk

pembiayaan yang dimiliki oleh BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik.

Menurut penelitian yang dilakukan Raihanah Daula menyatakan

bahwa bagi hasil mempunyai pengaruh paling besar yang mempengaruhi

keputusan menabung nasabah dilanjutkan dengan pelayanan. Ini

menunjukkan keputusan menabung nasabah Bank Syariah Mandiri

dipengaruhi adanya pengetahuan tentang bagi hasil. Jika perusahaan mampu

mengelola dengan baik dana yang disimpan nasabah maka bagi hasil yang

diperoleh akan lebih besar pula. Jika perusahaan mampu melaksanakannya

maka tidak sulit bagi perusahaan untuk menarik nasabah untuk membuat

keputusan menabung di bank syariah.15

Adapun penelitian terkait minat nasabah yang di tulis oleh Muh Risky.

Prinsip bagi hasil sangat mempengaruhi minat nasabah bertransaksi. Program

13

Veithzal Rivai, H. Islamic Financial Management..., hlm. .666.

14

Veithzal Rivai, H, Islamic Financial Management..., hlm.134.

15

Raihanah Daula, Tesis “Pengaruh Pelayanan, Bagi Hasil dan Keyakinan Terhadap Keputusan Menabung Nasabah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Utama Medan”, Medan:

(23)

9

bagi hasil memberikan konstribusi terbaik setelah konsep bunga yang

diterapkan di bank konvensional. Bagi hasil memberikan keuntungannya

dengan taraf seimbang yang diberikan ke sesama nasabah, dimana

keuntungan dibagi rata sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.16

Dengan berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang

Pengaruh Nilai Taksasi Barang Jaminan dan Nisbah Bagi Hasil

Pembiayaan Terhadap Minat Nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokima Gresik”

Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu meluas dan agar lebih terarah

maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada pembiayaan muḍārabah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka perlu

ditetapkan rumusan masalah yang terkait dengan penelitian ini guna

menjawab segala permasalahan yang ada. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

16

(24)

10

1. Apakah nilai taksasi barang jaminan berpengaruh signifikan terhadap

minat nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia

Gresik ?

2. Apakah nisbah bagi hasil pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap

minat nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia

Gresik?

3. Apakah nilai taksasi barang jaminan dan nisbah bagi hasil pembiayaan

berpengaruh secara simultan terhadap minat nasabah di BMT Nurul

Jannah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh nilai taksasi barang jaminan terhadap minat

nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia

Gresik.

2. Untuk menguji pengaruh nisbah bagi hasil pembiayaan terhadap minat

nasabah mengajukan pembiayaan di BMT Nurul Jannah Petrokimia

Gresik.

3. Untuk menguji pengaruh nilai taksasi barang jaminan dan nisbah bagi hasil

pembiayaan secara bersama-sama terhadap minat nasabah di BMT BMT

Nurul Jannah Petrokimia Gresik.

(25)

11

Dalam penelitian ini, hasil yang akan dicapai diharapkan akan

membawa manfaat yang banyak, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini berguna untuk menambah sumbangsih pemikiran

dalam ilmu perbankan yang berkaitan dengan manajemen pembiayaan

khususnya tentang pengaruh nilai taksasi barang jaminan dan nisbah bagi

hasil pembiayaan Muḍārabah terhadap minat nasabah untuk menggunakan

jasa BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik.

2. Secara Praktis

a. Bagi BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan saran, informasi

dan bahan masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan minat nasabah

dalam menggunakan jasa BMT Nurul Jannah Petrokimia Gresik.

b. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan

di Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dengan penelitian ini

diharap dapat memberikan pengetahuan akan kesamaan teori yang di dapat

di kampus dengan penerapan dimasyarakat yang sebenarnya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan untuk menambah pengetahuan khususnya bagi pihak-pihak

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Barang Jaminan a. Pengertian Jaminan

Pada dasarnya, pemakaian istilah jaminan dan agunan adalah sama.

Namun, dalam praktek perbankan istilah di bedakan, yaitu: Istilah

jaminan mengandung arti sebagai kepercayaan/keyakinan dari bank atas

kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melaksanakan

kewajibannya. Sedangkan istilah agunan diartikan sebagai barang atau

benda yang dijadikan jaminan untuk melunasi utang nasabah debitur.1

Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,

dalam Penjelasan Pasal 8 UU yang diubah, terdapat 2 (dua) jenis agunan,

yaitu: agunan pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok adalah

barang, surat berharga atau garansi yang berkaitan langsung dengan

objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, seperti

barang-barang atau proyek-proyek yang dibeli dengan kredit yang dijaminkan.

Sedangkan agunan tambahan adalah barang, surat berharga atau garansi

1

(27)

14

yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit

yang bersangkutan, yang ditambah dengan agunan.2

Jaminan pembiayaan adalah hak dan kekuasaan atas barang

jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada lembaga keuangan guna

menjamin pelunasan utangnya apabila pembiayaan yang diterimanya

tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian

pembiayaan. Jaminan dapat dibedakan sebagai berikut:3

1) Jaminan perorangan (personal guarantee) adalah suatu perjanjian

penanggungan utang dimana pihak ketiga mengikatkan diri untuk

memenuhi kewajiban debitur dalam hal debitur tidak dapat memenuhi

kewajibannya kepada lembaga keuangan.

2) Jaminan perusahaan (corporate guarantee) adalah suatu perjanjian

penanggungan yang diberikan oleh perusahaan lain untuk memenuhi

kewajiban debitur dalam hal debitur tidak dapat memenuhi

kewajibannya kepada lembaga keuangan.

3) Jaminan kebendaan adalah penyerahan hak oleh nasabah atau pihak

ketiga atas barang-barang miliknya kepada lembaga keuangan guna

dijadikan agunan atas pembiayaan yang diperoleh debitur. Penilaian

jaminan kebendaan baik yang bergerak maupun tidak bergerak, perlu

diperhatikan hal-hal berikut:4

2

Waangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012). Hal.308

3

Veithzal Rivai, H. Islamic Financial Management…, hlm.663.

4

(28)

15

a. Legalitas Jaminan

b. Legalitas penguasaan jaminan

c. Kemungkinan pengikatan jaminan

Pengikatan jaminan bisa dilakukan melalui lembaga hak

tanggungan, hipotek, gadai atau fiducia (FEO). Jika tidak dilakukan

pengikatan melalui salah satu lembaga jaminan, maka akan berakibat

lemahnya hukum penguasaan jaminan tersebut oleh lembaga keuangan.

Jika pengikatan suatu jaminan tidak dilakukan, hanya antara jaminan

dengan lembaga keuangan, maka lembaga keuangan mempunyai

kedudukan sebagai pembiayaan konkuren yang mempunyai kedudukan

berimbang dengan pihak pembiayaan lain terhadap harta nasabah.5

Jaminan dalam pembiayaan memilki dua fungsi yaitu pertama,

untuk pembayaran hutang seandainya terjadi wanprestasi atas pihak

ketiga dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut.

Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama, atau sebagai indikator

penentuan jumlah pembiayaaan yang akan diberikan kepada pihak

debitur. Pemberian jumlah pembiayaan tidak boleh melebihi nilai harta

yang dijaminkan.

Meminta jaminan atas utang pada dasarnya bukanlah sesuatu yang

tercela, demikian menurut Al Quran dan Sunnah. Al Quran memerintahkan

umat Islam untuk menulis tagihan atau utang mereka, dan jika perlu

5

(29)

16

meminta jaminan atas utang itu. Sebagaimana yang tercantum dalam surat

Al Baqarah :283.





























: Artinya

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang(oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai.

a. Konsep Jaminan dalam Hukum Islam

Secara umum jaminan dalam hukum Islam (fiqh) dibagi menjadi

dua; jaminan yang berupa orang (personal guarancy) dan jaminan yang

berupa harta benda. Yang pertama sering dikenal dengan istilah dlaman

atau kafalah. Sedangkan yang kedua dikenal dengan istilah rahn.

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi>l)

kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

ditanggung (makful’anhu). Menurut bank Indonesia, kafalah adalah

(30)

17

kepada pihak lain, dimana pemberi jaminan bertanggung jawab atas

pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan

(makful).

Sedangkan rahn menurut bahasa berarti al-tsubut dan al-habs,

yaitu penetapan dan penahanan. Adapula yang menjelaskan

bahwa rahn adalah terkurung atau terjerat.6 Secara istilah yaitu,

menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut ajaran islam

sebagai jaminan utang, sehingga orang yang bersangkutan dapat

mengambil piutang atau mengambil sebagian manfaat barang itu.

Menurut Dewan Syariah Nasional, Rahn yaitu menahan barang sebagai

jaminan atas hutang.7 Sedangkan menurut Bank Indonesia, Rahn adalah

akad penyerahan barang/harta dari nasabah kepada bank sebagai

jaminan sebagian atau seluruh utang.

2. Nilai Taksasi Jaminan a. Pengertian Nilai Taksasi

6

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: Rajawali Perss, 2010), 105.

7

(31)

18

Nilai adalah harga (dalam arti taksiran harga).8 Taksasi disebut juga

dengan taksiran yaitu menentukan (harga atau nilai jumlah) dengan

kira-kira.9 Nilai dapat ditafsirkan sebagai makna atau arti sesuatu barang

atau benda. Hal ini mempunyai pengertian bahwa sesuatu barang atau

benda akan mempunyai nilai bagi seseorang jika barang atau benda

tersebut memberi makna bagi seseorang

Menurut Rambat Lupiyoadi nilai taksiran yang tinggi mampu

mendorong keputusan nasabah menggunakan jasa pegadaian. Nasabah

akan merespon positif apabila nilai yang dihasilkan dari produk atau jasa

mampu memenuhi manfaat bagi kebutuhannya.10

Nilai taksiran yang digunakan merupakan acuan pencairan dana

yang diberikan untuk mengurangi resiko dikemudian hari. Dikhawatirkan

apabila terdapat nasabah yang tidak dapat melunasi pinjaman atau hanya

membayar jasa simpanan, maka pegadaian syariah melakukan pelelangan

terhadap barang jaminan tersebut. Apabila ada kelebihan antara nilai

penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpanan, dan pajak maka

kelebihan tersebut merupakan hak nasabah. Dan nasabah diberikan

kesempatan mengambil kelebihan tersebut dalam jangka waktu satu

tahun. Jika nasabah tidak mengambil sampai habisnya jangka waktu

pengambilan, maka kelebihan dana tersebut akan di serahkan kepada

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai dana ZIS.11

8

Meity Taqdir Qodratilah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar…, hlm.350 9

Ibid, hlm.526.

10

Rambat Lupiyoadi dan Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba, 2008), 70-71. 11

(32)

19

Pedoman dasar penaksiran telah ditentukan oleh perum. Pegadaian

agar penaksiran atas suatu barang dapat sesuai dengan nilai yang

sebenarnya. Pedoman penaksiran yang dikelompokan atas dasar jenis

barang adalah sebagai berikut :12

a. Barang kantong

1. Emas

Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar

taksiran logam yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Harga

pedoman untuk keperluan pe\naksiran ini selalu disesuikan

dengan perkembangan harga yang terjadi.

1)Petugas penaksir melakukan pengujian karatase dan berat.

2)Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.

2. Permata

Petugas penaksir melihat harga standar taksiran pertama yang

telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan

dengan perkembangan pasar permata yang ada.

1)Petugas penaksiran melakukan pengujian kualitas dan barat

permata.

2)Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.

b. Barang gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain -

lain)

12

(33)

20

1. Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.

Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan

dengan perkembangan harga yang terjadi.

2. Petugas penaksir menentukan harga taksir.

Nilai taksir terhadap suatu objek barang yang akan digadaikan

tidak ditentukan sebesar harga pasar, melainkan setelah dikaitkan

dengan presentase tertentu.

Penilaian yang terlalu tinggi bisa berakibat lembaga keuangan

berada pada posisi yang lemah. Jika penjualan barang agunan tidak dapat

dihindarkan, keadaan tersebut dapat membawa lembaga keuangan

kepada kerugian karena hasil penjualan agunan biasanya akan lebih

rendah dari pada harga semula (pada saat diberikan) maupun harga pasar

pada saat agunan akan dijual sehingga tidak dapat menutupi kewajiban

nasabah-nasabah kepada lembaga keuangan.13

Kedudukan jaminan atau kolateral bagi pembiayaan memiliki

karakteristik khusus. Tidak semua properti atau harta dapat dijadikan

jaminan pembiayaan, melainkan harus memenuhi unsur MAST yaitu :14

1) Marketability yakni jaminan yang diterima oleh bank haruslah

agunan yang mudah diperjual belikan dengan harga yang menarik dan

meningkat dari waktu ke waktu atau sesuai dengan harga pasar.

13

Ibid.Hlm. .666.

14

(34)

21

2) Ascertainability of value yakni jaminan yang diterima memiliki

standar harga yang lebih pasti.

3) Stability of value yakni jaminan yang diserahkan kepada bank

memiliki harga yang stabil, sehingga ketika jaminan dijual, maka hasil

penjualan bisa meng-cover kewajiban debitur.

4) Transferability yaitu jaminan yang diserahkan kepada bank mudah

dipindah tangankan dan mudah dipindahkan dari satu tempat ke

tempat lain.

Semua jaminan wajib diretaksasi atau dinilai kembali, minimum satu

kali dalam enam bulan untuk jaminan utama dan satu kali dalam satu

tahun untuk jaminan tambahan. Penilaian jaminan harus dilakukan oleh

pejabat yang menangani pemberian pembiayaan dan atau dengan bantuan

pihak ketiga, antara lain perusahaan asuransi dan perusahaan appraisal

terdaftar yang ditunjuk oleh bank. Biaya atas penggunaanjasa-jasa pihak

ketiga ini ditanggung oleh nasabah.

Selanjutnya Jaminan akan diikat dengan hukum pengikatan.

Pengikatan jaminan bisa dilakukan melalui lembaga hak tanggungan,

hipotek, gadai atau fidusia (FEO). Jika tidak dilakukan pengikatan

melalui salah satu lembaga jaminan, maka akan berakibat lemahnya

hukum penguasaan jaminan tersebut oleh lembaga keuangan.

Jika dilakukan pengikatan terhadap suatu jaminan dengan lembaga

jaminan, maka lembaga keuangan mengikat sertifikat tanah dengan

(35)

22

sebagai pembiayaan preferen yang mempunyai hak didahulukan dari

pembiayaan lainnya.15

3. Nisbah

Nisbah keuntungan adalah salah satu rukun yang khas dalam akad

muḍārabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini

mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak

yang bermuḍārabah. Muḍarib mendapat imbalan atas kerjanya,

sedangkan shahibul ma>l mendapatkan imbalan atas penyertaan

modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya

perselisihan antara kedua pihak mengenai cara pembagian keuntungan,

adapun nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase

antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal

tertentu.16

Karakteristik nisbah bagi hasil:

a. Persentase

Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase antara

kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah

tertentu.

b. Bagi Untung dan Bagi Rugi

15

Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah…, hlm.146.

16

(36)

23

Pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati,

sedangkan pembagian kerugian berdasarkan porsi modal

masing-masing pihak.

c. Jaminan

Jaminan yang diminta terkait dengan character risk yang dimiliki

oleh Muḍarib karena jika kerugian diakibatkan oleh keburukan

karakter mudharib, maka yang menanggung adalah Muḍarib. Akan

tetapi jika kerugian diakibatkan oleh business risk, maka shahibul

ma>l tidak diperbolehkan untuk meminta jaminan pada Muḍarib.

d. Besaran Nisbah

Angka besaran nisbah bagi hasil muncul sebagai hasil

tawar-menawar yang dilandasi oleh kata sepakat dari pihak shahibul

ma>l dan Muḍarib.

e. Cara Menyelesaikan Kerugian

Kerugian akan ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu karena

keuntungan adalah pelindung modal. Jika kerugian melebihi

keuntungan, maka akan diambil dari pokok modal.17

4. Bagi Hasil

17

(37)

24

a. Definisi Bagi Hasil

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 dalam Pasal II

mengemukakan bahwa:

Perjanjian bagi hasil ialah perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik dana suatu pihak seseorang atau badan hukum pada pihak lain – yang dalam undang-undang ini disebut “penggarap” – berdasarkan perjanjian mana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua belah pihak.18

Sistem bagi hasil dalam sektor keuangan (perbankan) pertama

dipraktekkan pada abad XX yaitu berdirinya Bank Mit Ghaur tahun 1963

dan Nasir Social Bank di Mesir pada tahun 1963. Pada awalnya, bank ini

berkembang pesat. Karena alasan politik, bank ini dibekukan pada tahun

1967. Eksperimen lainnya adalah Bank Koperasi di Pakistan yang

didirikan oleh S.A Ishad pada bulan Juni 1965. Pada perjalanannya, bank

ini mengalami mis-manajemen sehingga akhirnya tutup.19

Ekonomi Islam, menggunakan sistem return-nya sebagai tolak ukur

dalam perekonomian. Sistem bagi hasil (profit and loss sharing) yaitu

nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan diawal transaksi

yang bersifat fixed, tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui

dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti.20

18

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 61.

19

Muhammad Nafk Hadi Ryandono, Benarkah Bunga Haram? “Perbandingan Sistem Bunga dengan Bagi Hasil & Dampaknya pada Perekonomian” (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), 131.

20

(38)

25

Pada ekonomi Islam, pihak yang menawarkan akan menerima dan

pihak yang membutuhkan dana akan membayar return (biaya) yang

bersifat tidak fixed yaitu bagi hasil. Bagi pihak yang menawarkan dana

akan menerima bagi hasil, yaitu prosentase terhadap hasil yang diperoleh

dari dana yang ditawarkan kepada yang membutuhkan. Pihak yang

membutuhkan dana, akan membayar bagi hasil yaitu prosentase terhadap

hasil yang diperoleh dari dana yang dipinjam. Konsep bagi hasil adalah

sebagai berikut:21

1) Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga

keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola.

2) Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola

dana tersebut dalam system pool of fund selanjutnya akan

menginvenstasikan dana tersebut ke dalam proyek atau usaha

yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.

3) Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang

lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu

berlakunya kesepakatan tersebut.

b.Penetapan Bagi Hasil Pembiayaan

Terdapat tiga metode penentuan nisbah bagi hasil pembiayaan dalam

perbankan syariah, yaitu:22

1) Penentuan Nisbah Bagi Hasil Keuntungan

21

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah; Konsep, Produk dan Implementasi Operasional (Jakarta: Djambatan, 2003), 264.

22

(39)

26

Penentuan nisbah bagi hasil keuntungan ini merupakan

penentuan bagi hasil, dimana bank/BMT menentukan berdasarkan

pada perkiraan keuntungan yang diperoleh nasabah dibagi dengan

referensi tingkat keuntungan yang ditetapkan. Perkiraan tingkat

keuntungan bisnis atau proyek yang dibiayai dihitung dengan

mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash cycle,

perkiraan biaya-biaya langsung, perkiraan biaya-biaya tidak

langsung dan delayed factor.

2) Penentuan Nisbah Bagi Hasil Pendapatan

Penentuan nisbah bagi hasil pendapatan merupakan bagi hasil

dimana bank atau BMT menentukan berdasarkan pada perkiraan

pendapatan yang diperoleh nasabah dibagi dengan referensi

tingkat keuntungan yang telah ditetapkan. Perkiraan ini dengan

mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash cycle,

perkiraan biaya-biaya langsung dan delayed factor.

3) Penentuan Nisbah Bagi Hasil Penjualan

Penentuan nisbah bagi hasil penjualan merupakan bagi hasil

dimana bank ataupun BMT menentukan berdasarkan perkiraan

penerimaan penjualan yang diperoleh nasabah dibagi dengan

pokok pembiayaan dan referensi tingkat keuntungan yang telah

ditetapkan. Perkiraan penjualan dihitung dengan

mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash cycle,

(40)

27

5. Pengertian Pembiayaan

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana

telah diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan Bab I

pasal I No.12:

“ Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah Penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau

bagi hasil”.

Selain itu, pembiayaan dalam perbankan syari’ah atau istilah

teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah

penanaman dari Bank Syari’ah baik dalam rupiah maupun valuta asing

dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syari’ah,

penempatan, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada

rekening administrative serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia.23

Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan terdiri atas dua yaitu bersifat makro dan

mikro. Tujuan yang bersifat makro, antara lain:24

23

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah..., hal. 196.

24

(41)

28

1) Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat

akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayan mereka dapat

melakukan akses ekonomi.

2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk

pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana

tambahan ini dapat diperoleh dari pembiayaan. Pihak surplus dana

menyalurkan kepada pihak yang minus dana.

3) Meningkatkan produktivitas dan memberi peluang bagi masyarakat

untuk meningkatkan daya produksinya.

4) Membuka lapangan kerja baru.

Sedangkan tujuan yang bersifat mikro antara lain:

1) Memaksimalkan laba.

2)Meminimalisasikan risiko kekurangan modal pada suatu usaha.

3)Pendayagunaan sumber daya ekonomi.

Fungsi Pembiayaan

Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah kepada masyarakat penerima, di antaranya:25

1) Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro,

tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu

25

(42)

29

ditingkatkan kegunannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan

produktivitas. Para pengusaha menikmati pembiyaan dari bank untuk

memperluas atau memperbesar usahanya baik untuk peningkatan

produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi

ataupun memulai usaha baru. Pada asasnya melalui pembiayaan

terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.

Dengan demikian dana yang mengendap di bank (diperoleh dari para

penyimpan uang) tidak idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha

yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun

kemanfaatan bagi masyarakat.

2) Meningkatkan daya guna barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat

memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility

dari bahan tersebut meningkat.

Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang

dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih

bermanfaat.

3) Meningkatkan Peredaran Uang

Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan

lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu

kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah

(43)

30

6. Pembiayaan Muḍārabah

a. Pengertian Muḍārabah

Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan bab I

Pasal 1 Nomor 12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil.26

Mud}ar>abah berasal dari kata d}arb, berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses

seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.27

Secara teknis, mud}ar>abah adalah akad kerjasama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (s}a>hibul ma>l) menyediakan seluruh

(100%)

secara mud}ar>abah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan

dalam kontrak.28

b.Macam-Macam Muḍārabah

Secara umum muḍārabah terbagi kepada dua jenis muḍārabah

muthlaqah dan muḍārabah muqayyadah.

a. Mud}ar>abah Mut}laqah

26

Undang-Undang No.10 tahun 1998 (Pasal 1 No. 12 tentang Perbankan: 2006).

27

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah; dari Teori ke Praktik…, 95.

28

(44)

31

Yang dimaksud dengan mud}ar>abah mut}laqah adalah bentuk

kerja sama antara s}a>hib al-ma>l dan mud}arib yang cakupannya

sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,

dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salafus sa}lih

sering kali dicontohkan dengan ungkapan If’al Maa Syi’ta (lakukan

sesukamu) dari s}a>hib al-ma>l yang memberi kekuasaan yang

sangat besar.

b. Mud}ar>abah Muqayyadah

Mud}ar>abah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah

resticted mud}a>rabah atau specified mud}ar>abah adalah

kebalikan dari muḍārabah muthlaqah. Seorang Mud}arib dibatasi

dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya

pembatasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum

sa}hib al-ma>l memasuki jenis dua usaha.29

c. Syarat Mud}ar>abah

Syarat-syarat sah mud}ar>abah berhubungan dengan rukun-rukun

mud}ar>abah itu sendiri. Syarat-syarat sah mud}ar>abah adalah sebagai

berikut:

1) Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai.

Apabila barang itu berbentuk emas atau perak batangan (tabar),

maka emas hiasan atau barang dagangan lainnya mud}ar> abah

tersebut batal.

29

(45)

32

2) Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan

tasaruf, maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang

gila dan orang-orang dibawah pengampuan.

3) Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara

modal yang diperdagangkan dan laba atau keuntungan dari

perdagangan tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak

sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

4) Keuntungan akan menjadi pemilik pengelola dan pemilik modal

harus jelas persentasenya, umpamanya setengah, sepertiga atau

seperempat.

5) Melafalkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang

ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua

dan kabul dari pengelola.

6) Mud}ar>abah bersifat muthlak, pemilik modal tidak mengikat

pengelola harta untuk berdagang di Negara tertentu,

memperdagangkan barang barang tertentu, pada waktu-waktu

tertentu, sementara di waktu lain tidak terkena persyaratan yang

mengikat sering menyimpang dari tujuan akad mud}ar>abah yaitu

keuntungan. Bila dalam mud}ar>abah ada

persyaratan-persyaratan, maka mud}ar>abah tersebut menjadi rusak (fasid)

menurut pendapat Asy-Syafi’i dan Malik. Adapun menurut Abu

Hanifah dan Ahmad Ibnu Hambal, mud}ar>abah tersebut sah.30

30

(46)

33

7. Minat Nasabah

Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah atau keinginan.31

Menurut Andi Mappiare ialah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu

campuran dari perasaan, harapan, pendirian,prasangka atau kecenderungan

lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.32 Sedangkan

nasabah adalah Orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi

langganan bank (dalam hal keuangan).33 Berdasarkan paparan tersebut, jika

dikaitkan dengan penelitian minat nasabah dapat diambil kesimpulan bahwa

minat nasabah merupakan suatu motivasi atau keinginan individu (nasabah)

untuk menggunakan jasa lembaga keuangan baik syariah ataupun

konvensional termasuk juga BMT.

Crow and Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya

minat, yaitu:34

1) Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan untuk makan.

Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau

mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain.

Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat

untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan

lain-lain.

31

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rieneka Cipta. 1998), hal. 151.

32

Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), hal. 62 33

http://kbbi.web.id/nasabah (diakses pada tanggal 18 Maret 2017)

34

(47)

34

2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian

timbul karena ingin mendapat pakaian timbul karena ingin

mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang

lain. minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul

karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya

yang memiliki pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat

kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.

3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan

emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan

menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat

minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan

menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, minat dapat

dibagi menjadi tiga macam (berdasarkan timbulnya, berdasarkan arahnya,

dan cara mengungkapkanya) yaitu sebagai berikut:

1)Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat primitive

dan minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena

kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh. Sedangkan minat kultural

atau minat social adalah minat yang timbul karena proses belajar.

2)Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan

(48)

35

dengan aktivitas itu sendiri. Minat ekstrinsik adalah minat yang

berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut.

3) Berdasarkan cara mengungkapkan, minat dapat di bedakan menjadi empat

yaitu: a) expressed interest; minat yang diungkapkan dengan cara meminta

kepada subyek untuk kenyatakan kegiatan yang disenangi maupun tidak,

dari jawabannya dapat diketahui minatnya, b) manifest interest; minat

yang diungkapkan dengan melakukan pengamatan langsung, c) tested

interest; minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan dari hasil

jawaban tes objektif, dan d) inventoried interest; minat yang diungkapkan

denganmenggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan.35

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Peneliti Judul Variabel

dependen

Variabel Independen

Hasil Penelitian

1. Nita

Ainul Khasanah (2014) Skripsi Pengaruh Promosi, Harga Taksiran Barang, dan Prosedur Pencairan Pinjaman Terhadap Minat Nasabah Non Muslim Dalam Pemilihan Produk Gadai Emas Di Pt. Bank Bri Syariah Kcp Gateway-Waru Promosi, Harga Taksiran Barang, dan Prosedur Pencairan Pinjaman Minat nasabah non Muslim dalam pemilihan produk gadai emas

Terdapat pengaruh secara simultan yaitu pengaruh dari beberapa variabel bebas yang secara bersama sama saling mempengaruhi variabel terikat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan dari promosi, harga taksiran barang, dan prosedur pencairanpinjaman terhadap minat nasabah non muslim dalam pemilihan produk gadai emas di PT. Bank BRI Syariah KCP gateway Waru, dengan nilai signifakasi ujiannya F0, 002

35

(49)

36

2. Masduki

(2012) Pengaruh Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Terhadap Volume Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Tahun

2009-2011)

Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Volume Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Tahun 2009-2011)

Pengaruh yang signifikan Antara nisbah bagi hasil Pembiayaan mudharabah Terhadap volume pembiayaan mudharabah Bank Syariah Mandiri. Terlihat dari t hitung adalah 30.867, dengan nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,000 menunjukkan hipotesis alternative (H1) yang diajukan diterima yang berarti nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap volume pembiayaan mudharabah. Pengaruh yang signifikan antara nisbah bagi hasil pembiayaan musyarakah terhadap Volume pembiayaan musyarakah Bank Syariah Mandiri. Terlihat dari t- hitung adalah 18.908, dengan nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,000 menunjukkanbhipotesis alternative (H2) yang diajukan diterima yang berarti nisbah bagi hasil mudharabah berpengaruh terhadap volume

pembiayaan musyarakah

3. HajarSept i Nasution (2011) Pengaruh Nilai Taksiran Agunan Pada Pencairan Pembiayaan Ba’I Bitsaman Ajil (BBA) Di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang Nilai taksiran agunan Pencairan pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh nilai taksiran agunan dengan standar Yang ditetapkan oleh pihak BMTterhadap Perkembangan

nasabah,tidak membawa pengaruhTerhadap minat nasabah untuk tetap melakukan transaksi pembiayaan. Masyarakat lebih memilih

(50)

37

nasabah yang cenderung Ada peningkatan nasabah Tiap tahunnya. Jadi tidak Ada pengaruh apapun terhadap jumlah nasabah

4. Muhamm

ad Smasul Arifin (2015) Pengaruh Nilai Taksiran, Biaya-Biaya, dan Pelayanan Terhadap Keputusan Nasabah Menggunakan Produk Emas Tunai Hebat (ETH) di Solusi Tunai Cabang Krian Sidoarjo Pengaruh Nilai Taksiran, Biaya-Biaya, dan Pelayanan Keputusan Nasabah Mengguna kan Produk Emas Tunai Hebat (ETH) di Solusi Tunai Cabang Krian Sidoarjo฀

Terdapat pengaruh secara bersama-sama dari ketiga variabel bebas (nilai taksiran,biaya-biaya dan pelayanan) terhadap keputusan nasabah menggunakan produk emas di solusi tunai cabang krian Sidoarjo

5. Ismul Azhari (2009)

Analisis

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi

Nisbah Bagi Hasil Sistem Pembiayaan

Muḍārabah

Hasilnyaadalah penemuan

nisbah bagi hasil sistem pembiayaan muḍārabah

dipengaruhi oleh faktor-faktor yangtidak secara dominan dan nyata saling mempengaruhi karena adanya faktor lain yang cukup sulit terukur. Hal ini terbukti misalnya dengan pemberian nominal pembiayaan yang sama, waktu pembiayaan yang juga sama serta jenis usaha yang sama pula tetapi nisbah bagi hasil yang diterapkan berbeda. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa variable nominal

(51)

38

Penelitian yang dilakukan oleh Nita Ainul Khasanah tentang “Pengaruh

Promosi, Harga Taksiran Barang, dan Prosedur Pencairan Pinjaman

Terhadap Minat Nasabah Non Muslim Dalam Pemilihan Produk Gadai

Emas Di Pt. Bank Bri Syariah Kcp Gateway-Waru” dengan tujuan

penelitian yakni (1) untuk mengetahui pengaruh secara simultan faktor

promosi, harga taksiran barang, dan prosedur pencairan pinjaman terhadap

minat nasabah non-muslim dalam memilih produk gadai emas di PT. bank

BRI Syariah KCP Gateway-Waru, (2) untuk mengetahui pengaruh secara

parsial promosi, harga taksiran barang, dan prosedur pencairan pinjaman

terhadap minat nasabah non muslim dalam memilih produk gadai emas di

PT. Bank BRI Syariah KCP Gateway-Waru, (3) untuk mengetahui dari

variabel promosi, harga taksiran barang, dan prosedur pencairan pinjaman

yang dominan paling berpengaruh terhadap minat nasabah non muslim

dalam memilih produk gadai emas PT. bank BRI Syariah KCP

Gateway-Waru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kuantitatif. Hasil dari penelitiannya adalah terdapat pengaruh secara

simultan yaitu pengaruh dari beberapa variabel bebas yang secra

bersama-sama saling mempengaruhi variabel terikat. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada pengaruh secara simultan dari promosi, harga

taksiran barang, dan prosedur pencairan pinjaman terhadap minat nasabah

non Muslim dalam pemilihan produk gadai emas di PT. Bank BRI Syariah

KCP Gateway-Waru, dengan nilai signifikannya uji F 0,002.36

36

(52)

39

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nita Ainul Khasanah adalah

terletak pada variabel bebas dan variabel terikat. Dimana untuk variabel

bebas meneliti tentang harga atau nilai taksiran barang dan untuk variabel

terikat meneliti tentang minat nasabah. Sedangkan perbedaannya terletak

pada sampel yang digunakan. Untuk penelitian kali ini adalah nasabah

pembiayaan dengan sistem bagi hasil sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Nita mengambil sampel nasabah non muslim.

Penelitian yang dilakukan oleh Masduki tentang “Pengaruh

Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Terhadap Volume Pembiayaan

Mud}ar>abah Dan Musyarakah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri

Tahun 2009-20011)” dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui

bagaimanakah pengaruh nisbah bagi hasil terhadap volume pembiayaan

Mud}ar>abah dan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh nisbah bagi

hasil terhadap volume pembiayaan musyarakah. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian kuantitatif. Hasil penelitiannya adalah pengaruh

yang signifikan antara nisbah bagi hasil pembiayaan mud}ar>abah terhadap

volume pembiayaan mud}ar>abah Bank Syariah Mandiri. Terlihat dari t

hitung adalah 30.867, dengan nilai probabilitas t-hitung sebesar 0,000

menunjukkan hipotesis alternative (H1) yang diajukan diterima yang berarti

nisbah bagi hasil pembiayaan mud}ar>abah berpengaruh terhadap volume

pembiayaan mud}ar>abah. Pengaruh yang signifikan antara nisbah bagi

(53)

40

hasil pembiayaan musyarakah terhadap Volume pembiayaan musyarakah

Bank Syariah Mandiri. Terlihat dari t-hitung adalah 18.908, dengan nilai

probabilitas t-hitung sebesar 0,000 menunjukkan hipotesis alternative (H2)

yang diajukan diterima yang berarti nisbah bagi hasil mud}ar>abah

berpengaruh terhadap volume pembiayaan musyarakah.37

Persamaan penelitian oleh Masduki dengan penelitian ini adalah

terletak pada variabel bebas yaitu nisbah bagi hasil. Untuk perbedaannya

terdapat pada variabel terikat yaitu untuk penelitian kali ini meneliti minat

nasabah pembiayaan dan untuk penelitian oleh Masduki meneliti volume

pembiayaan mud}ar>abah dan musyarakah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hajar Septi Nasution

tentang “Pengaruh Nilai Taksiran Agunan Pada Pencairan Pembiayaan Ba’I

Bitsaman Ajil (BBA) Di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten Semarang”

yang bertujuan untuk mengetahui proses pencairan pembiayaan Bai’

Bitsaman Ajil dan untuk mengetahui pengaruh nilai taksiran agunan

terhadap perkembangan jumlah nasabah Ba’I Bitsaman

Ajil (BBA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode penelitian kuantitatif jenis deskriptif. Dalam

penelitian ini data diperoleh dari data penaksiran barang jaminan berupa

BPKB yang dimulai dari tahun 2000 sampai dengan 2010 dan

37

(54)

41

perkembangan jumlah nasabah di BMT Bina Insani Pringapus Kabupaten

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh nilai taksiran

agunan dengan standar yang ditetapkan oleh pihak BMT terhadap

perkembangan nasabah, tidak membawa pengaruh terhadap minat nasabah

untuk tetap melakukan transaksi pembiayaan. Masyarakat lebih memilih

pembiayaan BBA, dilihat dari perkembangan nasabah yang cenderung ada

peningkatan nasabah tiap tahunnya. Jadi tidak ada pengaruh apapun

terhadap jumlah nasabah.38

Persamaan antara penelitian ini dan penelitian oleh Hajar Septi

Nasution adalah variabel bebas yang diteliti sama yakni nilai taksasi

jaminan. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat. Penelitian

ini variabel terikatnya yakni minat nasabah dan untuk penelitian oleh Hajar

meneliti peningkatan jumlah nasabah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismul Azhari dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nisbah Bagi Hasil Sistem

Pembiayaan Muḍārabah Perbankan Syariah (Studi Kasus pada PT Bank

Muamalat Indonesia, Cabang Medan)”. Analisa yang dilakukan adalah

dengan metode statistik deskriptif, stat

Gambar

  Tabel 3.1 Jumlah Nasabah Pembiayaan Mudharabah
Tabel 3.2
gambar titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal, dan
  Gambar 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahan kimia yang terkandung dalam pestisida nabati melarutkan lemak atau lapisan lilin pada kutikula sehingga menyebabkan bahan aktif yang terkandung dalam pestisda

Di dalam kebudayaan suku Padoe terdapat beberapa warisan adat istiadat yang masih berjalan hingga saat ini, salah satunya yaitu tari moriringgo yang dilakukan pada saat pesta

Penelitian Satri (2013) menemukan beberapa bukti menarik tentang keuangan pemerintah daerah di Aceh, yakni: (1) efektifitas pendapatan asli daerah relatif rendah;

Biaya oprasional pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional satuan pendidikaan agar kegiatan pendidikan dapat

Construction merupakan tahapan pembuatan sistem dari perancangan yang sudah dibuat, berikut adalah tampilan antarmuka aplikasi pengelolaan Dana Bantuan Operasional

penyelenggaraan pendidikan madrasah adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada Raudatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah

Evaluasi kinerja untuk sistem pakar diagnosa penyakit babi ini diukur berdasarkan uji beta yaitu uji penerapan sistem dalam kasus nyata (Tabel 4). Uji coba sistem dilakukan

Terjadinya sebuah virus sosial yang disebabkan oleh jaringan realitas sosial telah mencapai tahap hipperrealitas, yaitu realitas yang melampaui alamnya sendiri, sehingga